"Pemirsa, Sabtu 6 Desember kemarin telah terjadi penyebaran virus yang tidak dikenali"

"Pemerintah telah mengumpulkan para ilmuwan untuk menulusuri penyebab dan pemicu virus untuk mencegah kerusakan lebih"

"Banyak gedung dan kantor-kantor yang rusak akibat serangan dari gerombolan orang yang telah terinfeksi"

"Akibatnya, terjadi kebakaran hebat yang melanda kota"

"Segala tindak pencegahan dan penanganan terhadap virus ini telah dilakukan oleh pemerintah"

"Untuk mencegah dan mengurangi kerusakan atau konsleting, pemerintah akan menghentikan pasokan gas dan listrik sementara-"

Saviors

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Chapter One

Arggghhhhhh

Emghhh

Amppghh

Hargghhhhh

"Tolong aku, aaaarrghh"

Gedung-gedung hancur. Kebakaran hebat terjadi di segala sudut kota. Langit seakan runtuh menimpa apapun yang ada di bawahnya. Teriakan orang meminta tolong, jeritan orang kesakitan, semuanya menjadi satu bagaikan musik abadi yang tidak akan berakhir. Aku berdiri disini, hanya bisa melihat tanpa bisa memberi bantuan. Seakan-akan kakiku terikat oleh jerat yang membuatku tak bisa melangkahkan kaki, untuk membantu mereka.

Aku hanya bisa diam.

Iya diam, hanya melihat apa yang terjadi di depan mataku.

Melihat mereka diserang, dihancurkan, dikoyak, diseret oleh orang-orang yang telah terinfeksi.

Iya hanya melihat.

Dan diam.

Iya diam.

Arghhhhhhhh

"Hah"

Ternyata mimpi burukku datang lagi. Mimpi yang belakangan ini terus menghantuiku. Semenjak ramainya penyebaran virus, keadaan sudah berbeda, sangat berbeda. Hidupku pun berubah.

Aku hanya seorang anak remaja yang baru lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas. Aku pergi ke kota ini untuk mendaftarkan diriku ke Universitas. Baru satu minggu aku pindah kesini, sudah ada kejadian merepotkan seperti ini.

Tiga hari lalu

Aku pergi ke mall untuk membeli bahan makanan. Karena saat pindah, aku tak sempat membawa dan sangat malas membeli bahan makanan untuk kepindahanku. Dari kemarin, aku makan di restoran, tetapi karena terlalu menguras uang, aku memutuskan untuk membeli bahan makanan yang bisa aku buat dan tak merepotkan. Aku lebih banyak memilih untuk membeli makanan instant ketimbang bahan mentah. Aku mengambil selusin mie ramen instant, sekitar satu kilogram telur, dan beberapa bungkus nugget. Sambil memasukan makanan tadi, ku juga melihat lihat, siapa tahu ada benda yang aku butuhkan.

Di dalam mall, tepatnya setelah pintu masuk, ada seorang pengunjung berteriak histeris, sontak orang orang yang penasaran langsung menuju ke arah sumber suara, tak terkecuali aku. Pria itu dikerumuni banyak orang. Aku langsung saja menerobos kerumunan dan berusaha sampai di barisan paling depan. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya aku sampai di barisan terdepan kerumunan. Pria tadi terlihat sangat kesakitan dengan urat urat di tubuhnya yang semakin tercetak jelas. Suara jeritannya mulai menakuti beberapa pengunjung lain yang mendengar jeritannya.

Aku tak bisa melihat wajahnya, karena tubuhnya membelakangiku. Tiba tiba, pria itu berbalik, lalu menatapku, tatapannya seperti bukan manusia. Tatapannya penuh dengan kebencian, namun juga tersirat rasa kesakitan. Ia tiba tiba kejang kejang, lalu diam. Pupilnya mengecil, lalu membesar. Matanya menghitam. Ia menatap orang orang di sekitar dan menatapku, ia langsung menerjangku, dengan gesit, aku menghindar kebelakang dan naas bagi orang disampingku yang akhirnya terkena terjangannya. Kerumunan orang tadi langsung bubar karena ulah orang yang terinfeksi. Orang orang yang telah terinfeksi kemudian semakin menyebarkan virusnya dengan menyerang orang lain. Tak butuh waktu lama, virus pun cepat menyebar dari satu pengunjung, ke pengunjung yang lain.

"Ayo lewat sini" ucap salah seorang pria yang berpakaian formal. Ia mengenakan jas kerja, layaknya pekerja kantoran.

Aku langsung mengangguk dan mengikutinya menuju tangga darurat. Kupikir lift sudah dihentikan fungsinya. Namun saat kami melewati lift, pintu itu terbuka, tanpa pikir panjang aku langsung masuk.

"Sini pak" ucapku kepada pria tadi.

Ia melihatku kemudian lari menyusulku menuju lift. Tetapi, ada satu orang yang terinfeksi mengejar pria tadi. Pria berjas itu menyadarinya, lalu mempercepat langkah kakinya menuju pintu lift. Disaat ia telah dekat dengan pintu lift, tiba tiba, kakinya ditarik oleh yang mengejarnya tadi. Ia terjatuh dengan tangan memegang pintu lift.

"Tolong aku, aaaarrghh"

Pria itu berteriak meminta tolong, akibatnya, makin banyak orang yang terinfeksi berdatangan. Mereka ikut menarik pria tadi. Aku juga telah berusaha semampuku untuk menarik pria itu, namun ia mengejutkanku.

"Sudah nak, lepaskan saja" ucap pria itu lirih, ia tampak pasrah akan keadaanya. Ia lalu mengeluarkan sesuatu di sakunya, ternyata itu kunci.

"Selamatkan" ucapnya

"Tap-" belum selesai aku membalas, ia melepaskan pegangan tanganku kemudian tertarik kebelakang oleh orang orang tadi. Pintu lift pun menutup, menyisakan keheningan, baik di dunia nyata, maupun di alam pikiranku.

Kebetulan liftnya berada di bagian samping mall, jadi aku bisa melihat apa yang tengah terjadi di luar mall. Terlihat mengerikan. Orang orang saling berlarian, mobil mobil terbakar, ada satu toko yang terbakar juga. Kemudian ada gedung, tak terlalu tinggi, gedung itu langsung roboh ketika banyak orang yang terlihat telah terinfeksi masuk kedalam gedung. Entah karena bangunannya yang sudah tua atau parahnya kekacauan di dalam sana, gedung itu roboh, menimpa rumah di sampingnya, menimpa orang orang yang tengah berlari di bawahnya.

"Astaga" melihat itu, aku sontak menutup mulutku, tak percaya dengan apa yang telah aku lihat.

Itu merupakan kejadian paling mengerikan yang pernah aku alami. Entah bagaimana aku bisa melarikan diri dari tempat itu, yang jelas dengan susah payah aku kabur dan segera kembali ke apartementku.

Sekarang aku disini, di apartementku. Setelah 3 hari yang menurutku sangat panjang. Terperangkap di apartement, sendirian, di kota yang asing, yang baru pernah aku kunjungi.

Namikaze Naruto

Senyuman yang tak pernah pudar

Kulihat fotoku saat hari kelulusanku dari sekolah menengah atas. Foto yang paling aku sukai. Tercetak gambarku dengan senyum yang sangat lebar. Dibawahnya juga ada namaku, beserta kata yang diberikan teman temanku. Kata yang sangat berarti bagiku. Tapi kini, kata itu seakan sudah tak berarti. Tak ada senyuman bagiku untuk dunia yang sedang sekarat ini. Aku hanya bisa pasrah, menunggu pertolongan datang ke apartement ini.

Aku tak bisa kabur dari sini. Saat kemarin aku lari dari mall, aku sudah tenang karena kupikir sudah tak ada orang orang yang mengejarku lagi. Tetapi tepat di depan apartement ini, ada sebuah mobil menabrak tiang listrik. Aku berusaha membantu. Dan lagi lagi, orang yang akan kubantu telah terinfeksi.

"What the" batinku, saat niat baikku untuk menolong berbalik menjadi kesialanku.

Ia memandangku dan langsung mengejarku. Hingga aku masuk ke dalam gedung apartement, dan masuk kamarku, ia masih mengejarku, tapi hanya sampai di depan kamarku, karena dengan cepat kututup pintuku, menyisakan ia yang berada di depan kamarku. Hingga saat ini pun, ia masih di luar kamar, menungguku keluar.

Kini aku sedang melihat kunci di genggamanku. Kunci yang diberikan oleh orang yang rela mengorbankan nyawanya, untuk menyelamatkanku. Aku melihat kunci itu, seperti tak asing dengan modelnya, juga ada gantungan pada kuncinya. Aku segera mengambil kunci apartemenku, lalu membandingkannya.

"Ternyata dia tinggal disini juga" ucapku pada tembok diriku sendiri. Ternyata kuncinya sama dengan kunci kamarku, pantas saja aku seperti mengenalinya. Aku ingin segera melihat keadaan kamarnya, dan juga apa yang perlu ku selamatkan, sesuai instruksi dari pria tadi. Namun dengan adanya orang yang terinfeksi di luar, itu hanya akan menambah kesulitanku untuk menuju kamarnya.

Persediaan makananku juga sudah hampir habis. Makanan yang kubeli tempo hari sudah tinggal beberapa, seperti mie ramen instant, telur dan beberapa bungkus nugget. Makananku habis gara gara aku tak menghemat makanan, karena kupikir insiden ini hanya akan berlangsung dalam waktu singkat.

Aku harus pergi keluar, mencari bahan makanan lagi, sekaligus melihat kamar pria penyelamatku. Aku harus segera bergerak, kuharap tindakan yang kuambil merupakan tindakan benar, ya benar.

TBC

Hallo, ini fic pertama saya, jadi yaaa belum berpengalaman,mungkin chap ini terlalu pendek wkwk, segala kritik dan saran akan kuterima, mungkin ada yang mau usul tentang kelanjutan Fic ini. Silahkan saja. Btw next akan ada Sakura. Okay see u next chapter.