Butiran salju perlahan jatuh, terkadang— atau mungkin lebih tepatnya hampir selalu—bergerak terbawa angin musim dingin kota tersebut. Disertai dengan langit berwarna kelabu dengan sedikit lazuardi yang bercampur bagaikan cat air, terombang-ambing tanpa mengetahui dimanakah dia akan mendarat. Nozomi menatap langit tersebut.
'Andai langit mencerah, pasti akan terindah, musim dingin ini.' fikirnya.
Nozomi menarik strap tasnya yang terpeleset menurun, melangkahkan kakinya pergi dari posisinya sekarang. Dia tidak ingin kembali pulang, setidaknya untuk sekarang. Berada sendirian di suatu ruang berukuran kecil, sederhana, dan hanya duduk diam selama berjam-jam mengerjakan tugas dari dosennya yang sudah menumpuk, atau belajar untuk kuis yang mungkin akan diadakan secara mendadak besok. Setidaknya, dia ingin menghindari hal-hal itu untuk beberapa jam ke depan.
'Kalimat dusta mungkin terucap, tapi tubuh tidak akan mendusta.' Nozomi menghentikan langkahnya. Lagi-lagi, disaat dia berusaha melarikan diri dari kenyataan itu, dia menabrak kenyataan lain yang harus dihadapi. 'Tapi, kenapa?'
Tempat dimana dia berdiri sekarang, salah satu titik di kota tersebut. Tempat yang dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki—atau mungkin berlari, seperti 'waktu itu'— dari sekolah menengah yang pernah dia datangi selama 3 tahun, hampir setiap hari.
Tempat dimana dia dan kawan-kawannya menyanyikan lagu Snow Halation.
'Kesekian kali sudah..'
Nozomi terdiam. Walaupun itu adalah kejadian 1 tahun lalu, dia ingat betul seluk-beluk kejadian yang terjadi waktu itu. Dimana panggung diletakkan, bagaimana lampu-lampu pendukung konser berubah warna menjadi senja, apa image yang dia dapatkan ketika menyanyikan lagu itu.
Tidak jarang dia berfikir, apa yang akan terjadi jika mereka tidak berpisah. Apakah lagu Snow Halation akan terdengar lagi di tempat ini? Apakah mereka masih akan menjalani latihan berama? Apakah dia tidak akan merasa kesepian seperti sekarang?
Pengandaian tanpa batas sudah berkali-kali dia lakukan, fikirkan. Namun, pada akhirnya dia harus menghadapi seluruh kenyataannya.
Nozomi membalikkan badannya, tersenyum. kali ini, dia berniat untuk kembali pulang.
Apakah kau ingin mencoba untuk memutar balikkan waktu?
Tidak, saat ini adalah yang terbaik.
