Halo semuanya perkenalkan saya author baru di dunia fanfiction fairy tail hehe =D semoga cerita saya dapat menghibur pembaca sekalian hehe utamanya para fans Gray dan Lucy. Yah, walopun di chapter awal-awal ini mereka masih ga keliatan tapi chapter berikutnya bakal keliatan kok hehe =D eniwei, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk keberlangsungan fic saya hehe =D makasih sebelumnya. Happy Reading!


Orbs obsidiannya menerawang jauh kedepan. Sudah berulang kali ia memutar-mutar gelas wine yang ada di dalam tangannya namun ia tetap juga tidak meminumnya. Sejenak ia letakkan gelas wine yang sedaritadi di pegangnya ke trails beton balkon istana lalu disandarkannya tubuhnya pada trails beton balkon. Ia mengehela nafas panjang dan membiarkan sepoi angin malam menerpa tubuhnya dan mengibarkan rambut ravennya.

Ekspresi wajahnya datar, bahkan orang yang lewat pun akan berusaha menerka apa yang tengah dipikirkannya. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita yang paling dibencinya. Ya, suara seorang wanita yang sering sekali menguntitnya dan selalu menempel padanya bak perangko ketika mereka berdua bertemu. Juvia Locksar. Itu adalah nama gadis tersebut.

Gadis berambut biru itu tersenyum sumringah ketika ia mendapati kekasih pujaan hatinya tengah bersandar di balkon istana mencoba untuk menikmati keindahan kastilnya dimalam hari. Ketika gadis itu datang menghampirinya ia tetap tidak bergeming, berusaha menanggapnya hanya sebatas angin lalu. Hal itu membuat sang gadis kesal dan mengerucutkan bibirnya. Tanpa permisi ia pun langsung menggait lengan sang pangeran sambil tersenyum seperti orang gila.

"Uh Gray-sama…..dasar kenapa kau dari tadi mengabaikanku terus sih? Apa kau tidak suka dengan pestanya?" Seseorang yang dipanggilnya Gray tetap terdiam dan menunjukkan ketidak tertarikkan pada sosok yang tengah menggait tangannya. Tanpa meminta persetujuan dari Gray, Juvia pun langsung menariknya dan menggringnya untuk ke tengah kerumunan pesta.

"Juvia, lepaskan aku." Katanya serius, namun tidak digubris oleh gadis berambut biru bernama Juvia itu, ia justru terlihat sangat senang dan gembira. Berulang kali pula Gray mengatakan padanya untuk melepaskannya dan memintanya berhenti namun, Juvia tetap tidak menghiraukannya.

Hingga pada akhirnya Juvia pun menghentikan langkahnya dan disana lah Gray mulai menarik paksa lengannya dari cengkraman kuat Juvia. Gray pun mencoba untuk memandanganya sinis namun, pandangan itu seolah tidak mempan pada Juvia. "Kau tahu disaat-saat seperti ini adalah saat dimana kau mengajakku untuk berdansa."

"Tch…siapa yang mau? Aku mau pulang, aku capek." Gray pun langsung balik badan dan melangkah pergi meninggalkannya yang tengah berdiri memandangnya dengan melongo.

"Eh apa?! Gray-sama mau pergi? Tidak-tidak! Kau harus disini Gray-sama, aku bahkan belum berdansa denganmu," cerocos Juvia yang langsung berjalan cepat menyusulnya. Dengan sigap gadis itu langsung mengamit lengan Gray yang sudah ia masukkan kedalam saku celananya. Ia memohon-mohon padanya untuk tinggal lebih lama namun seolah teling Gray sudah tersumpal oleh sesuatu dan tidak mendengar apa yang ia ucapkan.

"Macao, segera bawa dia pergi dari sini," perintah Gray pada seorang pria paruh baya yang sedari tadi berdiri di pintu masuk ballroom menunggu tuannya. Mendengar perintah yang terucap dari mulut sang tuan pria yang dipanggil Macao itu langsung mengangguk dan berucap, "siap tuan!" dan langsung melepaskan Gray dari Juvia.

Segera setelah kejadian tersebut Gray beserta Macao dan seluruh pengawalnya langsung pergi meninggalkan istana Kerajaan Clover. Berulang kali pemuda berambut raven itu menatap ke jam tangannya, lalu mengetuk-ngetukkan jari jemarinya ke bingkai jendela mobil. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi masih butuh 3 jam untuk sampai ke Kerajaan Fiore. Macao pun tampak memperhatikan ketidak sabaran Gray untuk cepat-cepat sampai dirumahnya dari balik spion mobil.

"Masih butuh 3 jam lagi Yang Mulia, anda harus bersabar." Lalu Gray pun mendesah panjang sambil membenarkan posisi duduknya.

"Tapi Yang Mulia, apabila anda merasa lelah katakan pada saya, maka saya akan mencarikan penginapan untuk anda." Gray pun langsung menggeleng dan berkata, "tidak" menanggapi apa yang dikatakan oleh Macao.

"Aku ingin cepat pulang dan membuat perhitungan dengan Yang Mulia Ratu," katanya kesal.

"Eh? Permisi Yang Mulia?"


Chervia, sekarang benar-benar menjadi kerajaan yang mati. Rumah-rumah penduduk dibiarkan kosong terbengkalai. Langit selalu diselimuti awan mendung. Bahkan matahari pun serasa enggan untuk bersinar di kota ini. Jika diingat berabad-abad yang lalu, kerajaan ini sempat mencapai masa kejayaannya yaitu, ketika Dinasti Heartfilia memimpin. Ya, sang Raja Jude Heartfilia berhasil menyatukan ke-5 ras yang bermukim di kerajaan ini dan masing-masing ras memiliki kotanya masing-masing. Ke-5 ras tersebut adalah manusia, peri, duyung, campuran, dan yang terakhir adalah ras Veince. Ras Veince adalah ras peri yang paling kuno, mereka memiliki sayap yang sangat indah seperti malaikat, bentuk mereka juga hampir menyerupai manusia, dan mereka adalah makhluk dengan intelegensi yang sangat tinggi. Dan mereka adalah ras pemimpin di Chervia

Namun semua itu berubah ketika kegelapan menyerang. Kegelapan itu muncul hanya gara-gara satu hal, yaitu kekuasaan. Keinginan suatu makhluk yang dibutakan oleh kekuasaan dan material membuat semuanya berantakan. Jika saja Ras Veince bukanlah ras yang menjaga kunci zodiac, kunci seluruh rasi bintang yang menjaga keseimbangan alam semesta. Dan jika saja gerbang zodiac itu tidak pernah diciptakan, maka ini semua tidak akan terjadi. Peperangan pun pecah hingga semua ras pun terbunuh dan menyisakan satu orang dari Ras Veince yang bernama Lucy Heartfilia. Ia harus merelakan dirinya terkurung abadi untuk menjaga dan mencegah agar Zeref sang iblis kegelapan tidak bangkit lagi ke dunia dan menghacurkan dunia untuk kedua kalinya.

Namun tampaknya hal itu tidak akan berlangsung lama. Jauh diseberang kastil megah Chervia kegelapan itu muncul tepat di atas tebing lautan. Kegelapan itu membawa semua energi negatif padanya dan mengubah semua yang ada disekitarnya bermutasi menajdi sesuatu yang sangat menakutkan. Ikan lumba-lumba yang lucu itu berubah menjadi besar, bertaring tajam dan bersayap kelelawar. Bahkan burung-burung camar yang lucu berubah menjadi raksasa dengan bentuk mirip sekali dengan pterodactyl.

Seluruh darat dan laut pun serasa diguncang gempa puluhan skala richter. Hingga puing-puing Kastil Chervia pun bergetar hebat dan mulai berjatuhan menyisakan Sang Dewi Cahaya yang masih tertidur dibalik dinginnya es. Tiba-tiba saja langit pun terbelah menunjukkan kegelapan di dalamnya. Hingga kemudian sepasang sayap berwarna hitam pekat itu ikut menjuntai keluar dan menampakkan sesosok pria berambut raven dengan pakaiannya yang bercorak dan bermotif aneh. Kedua matanya merah menyala dan ia pun menyeringai.

"Tak kusangka akhirnya aku bisa bebas darimu wahai dewiku. Bahkan disaat kebebasanku saat ini kau masih tertidur. Hm…mungkin sudah saatnya bagiku mengucapkan selamat tinggal wahai dewiku." Sosok bersayap hitam dan bertanduk seperti tanduk kambing gunung itu menyeringai dan mulai mengangkat pedang pusakanya bersiap untuk menebas sosok wanita cantik berambut pirang dengan sayapnya yang berwarna putih keemasan yang melengkung indah seolah memeluknya dari belakang. Gadis itu memejamkan mata sembari menumpukkan kedua tangannya pada sebuah pedang yang berukuran lumayan besar di depannnya.

Ketika pemuda itu mengangkat pedang pusakanya, sebuah aura berwarna hitam pekat tengah mengelilingi dirinya dan pedang yang digenggamnya. Aura kegelapan itu segera melahap semua unsur kehidupan yang berada di sekitarnya. Bahkan tumbuhan-tumbuhan merambat yang melingkari pilar-pilar kastil pun langsung kering terkena aura hitam jahat yang menguar dari dalam dirinya. Pemuda itu langsung tersenyum sinis dan segera menebaskan pedangnya.

"Tch…..sekarang selamat tinggal Dewi Cahaya terakhir Lucy Heartfilia, hahaha," ayunan pedangnya cukup kuat hingga membuat seluruh kastil bergetar dan akhirnya membuat kastil runtuh. Senyuman sinis yang menghiasi wajahnya segera menghilang ketika ia mengetahui serangannya tidak berefek apa-apa wanita yang terbelenggu es didepannya.

Seketika itu juga, pemuda bersayap hitam selegam malam langsung melancarkan serangannya yang bertubi-tubi. Bahkan ia mendapat bantuan dari naga yang sedari tadi berada di sampingnya. Dialah Acnologia, naga raksasa berwarna hitam dengan corak garis-garis biru di sekujur tubuhnya. Berulang kali ia menebas gadis itu dengan pedang pusakanya tanpa rasa ampun bahkan Acnologia yang disampingya juga tidak pernah berhenti untuk menyerang sang dewi cahaya dengan api dan sayapnya yang besar tetapi tetap tidak membuat retakan pada belenggu es yang memenjarakan sang dewi cahaya.

Hingga kemudian rambut pirang dan sayapnya yang berwarna putih keemasan bersinar terang. Tak lama setelahnya es yang membelenggu gadis itu langsung retak dan hancur berkeping-keping. Menyisakkan keindahan didalamnya.

Orbs coklat almondnya pun terbuka dan otomatis hal tersebut membuat pria yang bersosok seperti grim reaper itu sedikit terkejut. Gadis itu bangkit dari kursi singgasananya dan langsung merentangkan sayapnya yang putih keemasan. Siapa pun yang melihatnya pasti akan langsung berdecak kagum. Bagaimana tidak? Melihat sayap itu direntangkan seolah kau melihat gemerlap cahaya bagai Kristal yang terkena sinar matahari. Begitu indah. Lalu gadis itu pun mengangkat dirinya terbang ke angkasa dan memandangi pemuda bersaya hitam itu dengan pandangan sinis.

"Tch…..tak kusangka kau bahkan bisa keluar dari penjara dewa yang diciptakan oleh Zeus. Demi Mavis, dosa apa yang kulakukan hingga bertemu denganmu kembali? Zeref putra bintang kegelapan."

"Well, tak kusangka ternyata kau masih hidup dibalik bongkahan es itu-."

"-aku bahkan kaget jika tebasan pedangku dan aura kematianku tidak membuat dinding itu retak sedikitpun. Padahal aku sangat ingin untuk menghabisimu wahai dewiku." Lanjut seseorang yang kini telah diketahui bernama Zeref.

Sejenak tiba-tiba suasana disekitar mereka berubah menjadi tegang. Bahkan anginpun sangat enggan untuk berhembus dan bermain-main disekitar mereka. Untuk sejenak keheningan menyelimuti mereka berdua. Lucy dan Zeref pun hanya saling pandang dengan tatapan sinis. Hingga pada akhirnya dengan gerakan secepat kilat Zeref menerjang Lucy dengan pedang yang terhunus di depannya. Namun, untungnya hunusan pedang Zeref tidak mengenai Lucy melainkan langsung beradu dengan pedang berwarna putih keemasan yang dibawa oleh Lucy.

"Ini sudah tugasku untuk membawamu kembali ke penjara. Bahkan jika perlu aku akan membunuhmu ditempat," kata gadis itu dingin.

"Hm…..begitukah? bagaimana jika aku yang akan membunuhmu langsung ditempat, sayang. Acnologia!" Balas Zeref dengan enteng. Tak lama setelah itu, Lucy langsung dikepun goleh naga-naga bawahan dari Acnologia. Namun, hal itu tidak membuatnya ketakutan. Gadis itu justru tersenyum mengejek.

"Tch….beraninya main keroyokan ya? Oke-" Lucy pun langsung melempar pedangnya ke atas secara vertikal dan ia pun merapalkan mantra. "-Loke! Pemimpin ke-12 zodiac! Aku memanggil sebagai tuanmu! Dan Taurus sang penjaga gerbang datanglah kalian padaku." Seketika itu juga muncullah singa raksasa dengan aumannya yang dahsyat dan seekor lembu raksasa berotot yang berdiri tegak seperti manusia. "Serang mereka!"

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup dan menebar kematian disana-sini. Cukup disini saja." Lucy kembali mengayunkan pedang besarnya ke arah Zeref namun, hal itu berhasil ditangkisnya hingga membuat keduanya terpental jauh. Zeref pun bangkit dengan senyum sinisnya yang masih menghiasi wajahnya. Lalu ia pun mulai mengepakkan sayapnya hingga membuat seluruh aura kematian yang dibawanya tersebar dan menerjang Lucy. Tetapi, hal tersebut tidak berpengaruh pada Lucy sama sekali. Ketika Lucy melihat sekeliling betapa terkejutnya ia mendapati seluruh peri yang mendiami lautan dan terumbu karang yang indah mati seketika. Ia pun menggigit bibir bawahnya dan mengeratkan genggamannya pada pedang yang digenggamnya.

"Oops, meleset. Kusadari kau memang kuat, tapi tidakkah kau tahu, kekuatan kita simbang, dan pertarungan diantara kita berdua tidak akan pernah berakhir."

"Lebih baik seperti ini selamanya dari pada aku harus membiarkanmu lepas dan berkeliaran ke dimensi lain dan merusak dunia indah mereka."

"Oh benarkah? Sayangnya aku harus pergi meninggalkanmu sendiri disini, sayang. Gerbang dimensi sudah terbuka." Kemudian Lucy pun mengarahkan pandangannya tepat ke sebuah tebing yang tidak jauh dari dirinya dan Zeref. Tepat di atas tebing tersebut terdapat sebuah lubang hitam besar dengan daya gravitasi yang sangat kuat. Membuat apa pun yang ada di dekatnya tersedot masuk ke dalamnya.

Perlahan Zeref beserta Acnologia dan naga-naga yang mengikutinya pun pergi meninggalkan Lucy dan membiarkan dirinya beserta anak buahnya tersedot masuk ke dalam lubang hitam. Loke yang sudah merubah dirinya ke bentuk manusianya dan Taurus langsung menghampiri gadis bersayap malaikat itu. "Sekarang apa yang akan kau lakukan tuan putri?" Tanya Loke dengan menyentuh pundak Lucy.

Lucy pun masih terdiam dan ia pun masih menggenggam pedangnya dengan kuat. Hingga kemudian desiran angin laut menerpa rambut beserta wajahnya. Ia pun tersentak kaget, seolah ia bisa merasakan kehadiran sesuatu bersama angin tersebut. Ketika ia menolehkan kepalanya ke arah singgasana yang telah mengurungnya selama berabad-abad terlihatlah bayangan seorang gadis cantik seperti bersayap seperti malaikat dan tubuhnya berpendar seperti cahaya.

"Mavis!" hanya itulah yang keluar dari mulutnya. Sesuatu yang barusan saja dipanggilnya dengan Mavis tersenyum padanya dan berkata, "Pergilah, musnahkan Zeref, dia akan mencari Batu Zodiac dan Pangeran Penjaga Gerbang untuk menyempurnakan kekuatan dan kebangkitannya. Setelah itu dia akan menjadi dewa yang tak terkalahkan di seluruh penjuru dimensi." Lalu Mavis pun menghilang bersama angin yang berhembus menyisakkan puing-puing kastil yang teronggok bak barang rongsokan tidak berguna.

Lucy pun bangkit, tubuhnya yang melayang-layang di udara kini mengarah ke lubang hitam itu. Lubang hitam yang beberapa saat yang lalu telah menyedot musuh bebuyutannya. Pedang yang sedari tadi digenggamnya tiba-tiba menghilang menjadi butiran-butiran cahaya keemasan yang sangat indah. "Loke, Taurus, kalian boleh kembali, aku akan mengikuti kemana Zeref pergi."

"Tidak, aku akan selalu kemana tuan putri melangkah, mungkin kau bisa kembali Taurus."

"Baiklah, terserah kamu," kata Lucy disertai dengan desahan nafas panjangnya.

"Aku titip tuan putri padamu ya! Oh Lucy ku yang manis dan seksi, aku kembali dulu ya hehe." Sesaat setelah itu menghilanglah Taurus, menyisakkan Loke yang masih berdiri dengan setia di sampng Lucy.

Masih 1 jam tersisa sebelum akhirnya Gray sampai di Fiore. Langit malam semakin malam bahkan malam ini Gray tidak melihat adanya bintang bertengger di langit. Mendung. Pikirnya. Pasti setelah ini akan terjadi hujan. Benar saja, belum lama ia berfirasat seperti itu rintik hujan pun jatuh membasahi mobil sedan yang membawanya.

Gray pun hanya bisa menghela nafas panjang. Entah ini sudah keberapa kalinya ia menghela nafas, ia tidak peduli. Kedua bahunya sudah pegal, dan kedua matanya sudah berat. Ia sudah ingin sekali tertidur di kasur istananya yang empuk. Macao meliriknya dari balik kaca spion dan tersenyum. Lalu ia pun berkata, "Jika Yang Mulia mengantuk, anda bisa tidur dulu Yang Mulia, jika sudah sampai anda akan saya beritahu."

Gray pun hanya membalas perkataan Macao dengan ber-"hm" ria. Lalu, kedua matanya pun tertutup, dan disandarkannya kepalanya pada sandaran kursi.

1 jam pun telah berlalu, kini mobil sedan kerajaan dan ke-4 mobil lainnya yang mengawal dari belakang tengah diberhentikan oleh sesuatu tepat di depan gerbang masuk Kerajaan Fiore. 6 Prajurit berbaju besi dengan senapan laser berlengan panjang menghadang mereka. Sontak saja hal tersebut membuat Macao kaget hingga membuat Gray terbangun.

"Ada apa ini? Kenapa kami tidak boleh lewat?"

"Macao, kenapa mobil berhenti? Bukankah ini di gerbang Kerajaan Fiore?" Tanya Gray yang sedikit kebingungan. Sesaat setelah itu, terdengar suara ledakan yang sangat memekakan telinga dan dari sini kedua mata obsidian milik Gray dapat melihat asap yang membumbung tinggi ke angkasa.

"Yang Mulia Pangeran, situasi Fiore sedang gawat. Beberapa saat yang lalu, muncul gerombolan naga dan monster-monster aneh yang memakan manusia di pusat kota. Selain itu, kami melihat sosok manusia bersayap dan bertanduk. Mereka mulai menyerang kota, manusia bersayap itu terus-terusan menyebut nama Pangeran Fiore. Hingga Yang Mulia Ratu memutuskan untuk menghadang anda jika anda sudah sampai di gerbang perbatasan." Jelas prajurit itu panjang lebar.

Mendengar penjelasan yang keluar dari mulut salah satu prajurit membuat Gray mengepalkan tangan. Sorot kedua matanya mendadak berubah tajam. Ia pun mengambil ponsel yang ia letakkan di saku celananya dan menelpon seseorang yang bernama Natsu.

"Halo…halo. Ah Natsu, bagaimana keadaan kerajaan sekarang, ibu dan Ultear bagaimana? Apakah mereka baik-baik saja?"

"Ah hal Gray…..ugh sial! Kau menelpon ku disaat yang tidak tepat, rasakan ini monster jelek! Ya, mereka tidak apa-apa Ultear ikut bertarung mengalakan para monster, kau tahu kan bagaimana kakakmu? Oh ya, lebih baik kau tidak usah kemari Gray, mereka mencari-cari dirimu. Aku tutup dulu telfonnya." Suara Natsu yang terdengar terengah-engah tanda kelelahan diseberang telfon membuktikan betapa gentingnya suasana dan betapa banyaknya monster yang tiba-tiba datang dan menyerang Fiore.

Gray pun kembali meletakkan ponselnya ke dalam saku dan memijit keningnya. Ia menghela nafas panjang. Lalu ia pun berpikir, bagaimana bisa ada monster aneh yang tiba-tiba datang dan menyerang Fiore? Mengingat kerajaan ini sudah dilindungi mantra sihir level tinggi yang dapat menahan serangan sihir dan monster macam apa pun dari luar. Dan apa-apaan itu dengan target monster-monster itu adalah dirinya? Memangnya apa salahnya?

Beberapa saat kemudian, dentuman keras kembali terdengar dan kilatan-kilatan cahaya bagai kilatan petir terlihat dari kejauhan. Bahkan dari perbatasan kerajaan, cahaya itu terlihat dengan sangat jelas. Dari kejauhan Gray hanya bisa mengepalkan tangan dan memukul dinding gerbang dengan perasaan frustasi. Lalu ia pun menoleh ke arah pengawal-pengawalnya dan berkata, "Aku tidak bisa berdiam diri disini, sementara aku melihat jutaan rakyatku mati karena melindungiku, aku akan ikut bertarung. Kalian ikut denganku."

Seketika itu juga Gray langsung masuk ke dalam mobil beserta keempat pengawalnya dan disusul mobil lain dengan Macao dan para penjaga gerbang yang memutuskan untuk mengikuti sang pangeran bertarung melawan monster.

Mobil sedan yang dikendarai Gray pun berdecit dan berputar 180 derajat sebelum berhenti. Pintu mobil sisi kanan terbang terpelanting jauh menyisakan pengawal Gray yang masih terduduk di sampingnya dengan bergidik ngeri. Ketika mereka keluar dari dalam mobil mereka langsung disambut dengan monster bertubuh besar layaknya troll hutan dengan tinggi hampir 2 meter.

Monster sejenis troll itu langsung mengayunkan gada yang dibawanya ke arah sang pangeran dan pengawalnya. Sebelum Gray bertarung ia menoleh ke arah Macao dan berkata, "Macao, kau bisa kembali ke istana dan katakan pada ibuku aku baik-baik saja." Awalnya Macao agak ragu menanggapi permintaan tuannya itu namun akhirnya, ia memutuskan untuk menangguk dan menggas mobilnya ke istana.

"Hei kau monster jelek! Lihat kemari! Ice Make: Lancer!" Seketika itu juga muncullah es-es tajam di permukaan tanah dan menghunus tubuh troll itu hingga dagingnya terkoyak. Darahnya pun menyembur hingga mengenai tuxedo hitam yang dienakan Gray.

Dari kejauhan kedua mata Gray bisa menangkap sesosok monster bertubuh bongkok dengan gerigi tajam di punggungnya tengah menggenggam manusia hidup lalu memakannya dan mencabiknya hidup-hidup dengan gigi-giginya yang tajam. Jantung Gray serasa berhenti berdetak menyaksikan pemandangan mengerikan di depannya. Seumur-umur ia tidak pernah melihat perlakuan semengerikan itu.

Menyadari keberadaannya, sang monster segera menyelesaikan santapannya dan menatap Gray dengan tajam. Nafas Gray pun memburu, urat-urat mulai bermunculan di kepala dan tangannya. Seumur-umur ia tidak pernah merasa semarah dan sehina ini. Bagaimana mungkin, sebagai seorang Putra Mahkota negeri ini dia hanya bisa menyaksikan warganya dibunuh dan dibantai satu-satu oleh monster yang tidak berkeprimanusiaan seperti ini?

Gray pun mengarahkan pandangannya yang tajam pada monster yang kini tengah berlari kearahnya. Seketika itu juga ia pun merapalkan mantra Ice Make: Ice Canon! Lalu terbentuklah sebuah bazooka es yang sangat besar di tangannya dan ia pun langsung menembak monster tersebut dengan bazooka tersebut dan STRIKE! Peluru bazooka itu berhasil mengenai kepala monster hingga membuatnya pecah berkeping-keping.

"Hyaaaaah! Rasakan sihir apiku ini kalian monster-monster bodooh! Terpangganglah kalian jadi barbeque. Fire Dragon Roar!" teriak seseorang yang sangat familiar di telinga Gray. Benar saja, dari kejauhan Gray bisa melihat rambut pinknya yang berkibar-kibar diterpa angin. Lalu ia pun tersenyum, melihat temannya dapat membumi hanguskan ke-5 monster dalam sekejap.

"Tch, aku tidak mengerti kenapa mereka bisa masuk kemari! Apa lagi kadal-kadal bersayap itu, ugh…sungguh membuatku jijik. Bahkan ayahku yang seekor naga memiliki penampilan yang sangat keren dan lebih bagus dari kalian." Katanya sambil menginjak-injak mayat monster kadal bersayap yang telah hangus hingga kering.

"Oi Natsu, hentikan! Tidak lihatkah kau kalau dia sudah mati?"

"Oi…..oi pangeran es krim! Kau sudah kembali! Eh tapi, bukannya aku menyuruhmu untuk tidak kemari? Karena katanya ada pria bersayap hitam seperti malaikat kematian tengah mencarimu lho," kata Natsu sambil menepuk punggung Gray dengan keras.

"Hoi…hoi, sakit tau! Dasar kadal api bodoh! Tunggu bagaimana mereka bisa tahu yang dicarinya adalah aku?" Tanya Gray dengan mengangkat sebelah alisnya pertanda bingung.

"Ugh…bagaimana ya? Banyak yang bilang sih orang bersayap hitam dan bertanduk kambing itu hanya menyebut dia mencari pangeran terakhir negeri ini, tapi dia tidak menyebut nama. Oh mungkin dia belum tahu jika kau adalah pangeran terakhir Fiore?! Sungguuh!" Kata Natsu antusias yang lalu mendapat tabokan keras di kepala pinknya yang unik.

"Bodoh! Jika dia tahu jika pangeran itu adalah aku, bisa matilah aku!" balas Gray dengan memberikan death glare pada Natsu yang menatapnya seperti orang bego.

Hingga kemudian mereka berdua disadarkan oleh sesuatu yang tertebas dibelakang mereka. Benar saja, ketika mereka melihat kebelakang, 2 kadal bersayap yang menyerupai naga itu telah kehilangan kepalanya berkat tebasan pedang seorang wanita berambut merah semerah darah. Menyadari keberadaannya membuat keduanya bergidik ngeri dan memeluk satu sama lain.

"Uwoooh ERZAAAA~ Kami nggak bertengkar kok, kami kan sahabat iya kan Gray, Natsu!" Seru mereka bersamaan.

"Senang melihat anda kembali dengan selamat Yang Mulia Pangeran. Tapi…." Bletak, tangan Erza yang dilapisi dengan armor besi yang sangat kuat dan keras itu sukses mendarat di kepala Gray hingga bersuara. Gray pun memegang kepalanya dengan meringis kesakitan. Lalu, sang pangeran pun melayangkan pandangan protesnya ke arah wanita yang baru saja memukulnya.

"Apa-apaan dengan ini? Kenapa kau tiba-tiba memukul kepalaku?"

"Seharusnya kau tidak kemari bodoh!" bentak Erza dengan memunculkan aura iblis di sekitarnya. Membuat siapa pun yang melihat dan bertemu dengannya akan bergidik ngeri.

Sejenak, Gray pun terdiam dan menunduk. Kali ini ekspresinya sulit ditebak, lalu perlahan ia berkata, "Aku tidak bisa berdiam diri, sementara kalian bertarung mati-matian melindungiku."

"Tch…aku mengerti, kau pasti akan langsung berbicara demikian. Ayo, sekarang bukan saatnya berbincang-bincang, kita harus membasmi monster itu dari tanah Fiore!" Kata Erza dengan bersemangat.

Tanpa mereka sadari tiba-tiba saja suasana disekitar mereka mendadak berubah mencekam. Udara serasa berat. Menghirupnya saja seolah membuat paru-parumu mengecil dan tidak ada oksigen yang tersaring dan tertangkap oleh alveolus. Dengan sekejap banyak prajurit Fiore yang tumbang sembari memegang dada mereka yang sakit, mereka pun memuntahkan darah.

Erza, Natsu dan Gray pun mulai menyadari keanehan di sekitarnya. Benar saja, tak berapa lama setelahnya Natsu dan Erza pun tumbang, menyisakkan Gray yang masih berusaha berdiri dengan lemah. Lalu kepalanya pun menengadah ke atas langit, mendapati sosok makhluk mengerikan berpakaian serba hitam dengan sayap hitam besarnya yang membentang. Inikah makhluk yang mencari-cari dirinya?

Sejenak jantung Gray pun berdegup dengan kencang. Akankah ia menemui ajalnya disini? Kehadiran makhluk itu sungguh membawa malapetaka yang luar biasa. Aura kegelapan dan kematian yang membawanya membuat makhluk hidup tidak akan sanggup untuk hidup dan bertahan hingga akhirnya mati meninggalkan bangkai.

Gray berusaha bangkit dengan menumpukkan berat tubuhnya pada sebilah pedang es yang ditancapkannya ke tanah. Tubuhnya seolah membeku ketika sepasang mata berwarna merah darah itu menatapnya sambil tersenyum sinis. Senyum yang menakutkan. Pikirnya. Setelah ia benar-benar bangkit dan dapat bertumpu pada kedua kakinya, Gray mulai menebas monster-monster bersayap yang mulai menyerangnya secara bergerombol.

Gray berhasil membekukan mereka semua dengan sihir esnya lalu menghancurkan mereka hingga menjadi kepingan-keingan kecil. Lalu ia pun tumbang, bahkan bernafas pun sangat susah. Sekelilingnya terlihat berputar hingga kemudian ia mendaratkan pandangannya pada sosok temannya yang berambut pink dan merah yang sudah tergolek tidak berdaya. Lalu, ia merasakan monster-monster itu kembali menyerangnya dari atas. Ia pun menutup mata, berharap ini semua akan berakhir dengan sekejap.

Satu detik, dua detik, tiga detik, tiba-tiba ia mendengar dentuman yang sangat keras dan sesuatu yang sangat menghangatkan tiba-tiba muncul didekatnya. Ketika ia membuka mata, orbs obsidiannya disilaukan oleh sesuatu yang bercahaya. Dia memiliki sayap dan berambut pirang panjang. Apakah ia sudah berada di surga hingga ia dapat melihat sosok malaikat?

"Hei bocah! Apakah kau akan mengakhiri nyawamu dengan cara yang menyedihkan seperti ini, huh?!" seru sang makhluk bersayap seperti malaikat. Karena terpesona dengan kecantikannya Gray hanya terdiam seperti orang bodoh. Bahkan kedua matanya tidak berkedip. "Jika kau memang berencana untuk bunuh diri, setidaknya jangan sekarang." Lalu makhluk bersayap itu terbang meninggalkan Gray yang masih terpaku.

"Ugh…..kepalaku pusing, huaaaaaah aku bisa bernafas lega. Sungguh, tadi aku merasa seperti mayat," kata Natsu sembari bangkit dari posisinya.

"Mungkinkah? Dialah yang menyentuh dahiku dan memberikan kehidupan padaku?" Tanya Erza pada dirinya sendiri dan menyentuh dahinya.

"Wohoho lihat siapa yang datang, tampaknya takdir memang selalu mempertemukan kita Luce." Kata Zeref dengan senyumannya yang mengejek. Gadis itu menautkan kedua alisnya dan memandangnya dengan tajam. "Taurus, aku pinjam kapakmu. Sekarang mati kau!" teriaknya sembari terbang dengan kecepatan penuh menerjang Zeref.

Kapak dan pedangnya pun beradu hingga menimbulkan percikan api. Lucy berusaha menghindar dari tikaman pedang Zeref dan ia berhasil. Lalu kini giliran Lucy melancarkan serangan sihirnya dan bravo! Ia berhasil mengenai sayap kanan Zeref hingga membuat makhluk kematian itu hilang keseimbangan diudara.

"Kau tahu luce, hanya satu kelemahanmu yaitu kau terlalu fokus kepada satu hal yang ada di depanmu dan lantas kau mengabaikan hal lain yang jauh lebih penting di sekitarmu." Zeref tersenyum licik ke arah Lucy sebelum akhirnya ia melancarkan sihir hitam kutukannya kepada seseorang di bawahnya. Lantas, gadis itu pun menoleh dan mendapati sihir hitam itu terarah ke seorang bocah raven yang baru beberapa menit yang lalu ia selamatkan. Lucy hanya bisa mendecih kesal dan melesat terbang ke arah Gray yang tengah sibuk membasmi monster-monster aneh.

"Hei bocah awasssss! Tidaaak!" Seru Lucy. Gray pun tidak berkedip melihatnya hingga akhirnya BRUKK! Lucy pun terjatuh dari ketinggian 10 meter dan sayapnya perlahan memudar dan menghilang. Ia pun mengerang kesakitan. Mendapati hal tersebut Gray, Natsu dan Erza langsung berlari ke arahnya yang sudah terkapar tidak berdaya.

"Kau tidak akan pernah bisa melindungi orang-orang ini luce, ini sudah takdirku untuk menghancurkan mereka, menjadi penguasa di seluruh dimensi dan menciptakan era baru." Zeref pun berhenti sejenak sebelum akhirnya ia tertawa lepas dan mengucapkan selamat tinggal pada Lucy. Sesaat setelah itu semua monster aneh yang mengikutinya menghilang dari bumi Fiore begitu pun juga dengan kegelapan yang ditinggal olehnya.