Suara gemerincing bel yang terdengar begitu pintu terbuka, membuat gadis berambut merah muda yang berada di toko tersebut segera berlari kecil ke meja kasir. Sambil memakai apron ―yang menjadi bagian dari seragamnya―, ia membungkukkan badannya sedikit lalu mengucapkan selamat datang pada pembeli yang baru saja masuk.
"Momoi?"
Mendengar namanya disebut, Gadis berambut merah muda itu sontak menegakkan badannya. Dengan segera, matanya menangkap sosok laki-laki yang begitu familiar. Untuk beberapa detik Momoi memaksakan otaknya mengingat siapa laki-laki di depannya ini.
"Ah," ujar Momoi begitu berhasil mengingat siapa laki-laki tersebut. "Imayoshi-san?" Ujar Momoi ragu. Laki-laki itu tersenyum, menunjukkan rasa senang setelah gadis dihadapannya itu mengingat dirinya.
" Sudah lama tidak bertemu ya." Ujar Momoi sambil tersenyum. Saat ini sudah lebih dari 6 tahun semenjak kunjungan terakhir Imayoshi ke Touou Gakuen untuk melihat junior-juniornya di klub basket.
"Ya, dan aku tidak menyangka akan bertemu Momoi di tempat seperti ini"
Momoi mengangguk. Secara tidak sadar ia kembali mengingat saat-saat dimana Ia, Imayoshi dan anggota tim basket lainnya berjuang untuk memenangkan pertandingan. Rasa hangat tiba-tiba saja menyelimuti dirinya. Masa-masa SMA memang paling menyenangkan, pikir Momoi.
"Kau bekerja di sini? Sudah berapa lama?" Tanya Imayoshi.
Momoi terlihat berpikir, berusaha mengingat kapan pertama kali ia bekerja di sini―sebuah toko kue. "Sekitar 2 tahun yang lalu, aku pikir. Yang jelas aku bekerja disini setelah Dai―eh, Aomine-kun mulai menjalani tugasnya sebagai polisi" jelas Momoi.
Imayoshi mengangkat alisnya kaget. Aomine menjadi polisi? Orang malas seperti dia... benar-benar menjadi polisi?
"Begitukah? Sudah cukup lama ternyata. Pasti bekerja di sini menyenangkan ya?"
Momoi tersentak kaget. Imayoshi dapat melihat senyum Momoi yang langsung menghilang dari wajahnya. Tapi seolah tersadar ekspresinya berubah, Momoi segera kembali tersenyum―meski terlihat dipaksakan, di mata Imayoshi.
Momoi mengalihkan pandangannya sesaat, berusaha menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba saja menyerangnya. Tenanglah, Batin Momoi, memberikan sugesti pada dirinya sendiri.
.
―Gazelle―
by
AkariiYuko
.
Cast: Imayoshi, Aomine, Momoi, OC, etc.
Genre: Romance,Mystery,Tragedy
Warning(s): Typo, OOC, Death character.
.
Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
.
Di tengah keramaian itu, tidakkah kau sadar akan kehadiranku di sini?
Memperhatikanmu, mengagumi keindahan dirimu.
.
Happy reading all! :)
.
―Chapter 1―
Jeda yang cukup panjang membuat rasa curiga Imayoshi semakin besar.
"Ya, bekerja disini menyenangkan" seru Momoi sambil memberikan senyum terbaiknya. "Ah, Imayoshi-san, kau mau mencoba donat buatanku? Donat buatanku cukup terkenal di kalangan pembeli loh" seru Momoi, jelas-jelas mengalihkan pembicaraan.
Imayoshi menatap lekat-lekat gadis dihadapannya. Apa yang terjadi pada gadis ini? Merasa tidak akan menemukan jawabannya sekalipun ia bertanya, Imayoshi mengikuti alur pembicaraan yang sudah Momoi ubah itu.
"Hm, donat buatanmu? Apa aku tak salah dengar?" tanya Imayoshi. Sejujurnya, ia sedikit kaget juga mendengar perkataan Momoi tadi.
"Tentu saja tidak!" seru Momoi sambil menggembungkan kedua pipinya. "Sekarang aku benar-benar bisa membuat donat yang layak dimakan, Imayoshi-san" lanjutnya.
Imayoshi tertawa pelan, "Baiklah, kalau begitu aku akan pesan enam buah donat buatanmu yang ―katanya― sudah layak untuk dimakan itu" ujar Imayoshi yang membuat Momoi semakin cemberut, namun pada akhirnya ia pun segera membungkuskan pesanan Imayoshi.
"Ini pesanannya. Terimakasih sudah membeli di toko kami, silahkan datang kembali" Ujar Momoi sambil menyerahkan pesanan Imayoshi yang sudah terbungkus oleh kantong kertas. Masih menunjukkan senyum khasnya, Imayoshi mengambil kantong kertas tersebut.
"Baiklah, kapan-kapan aku akan berkunjung lagi." Seru Imayoshi. Gemerincing suara bel mengiringi langkah Imayoshi yang keluar dari toko tersebut. Momoi menghela napasnya. Ada perasaan tenang yang dirasakannya setelah Imayoshi pergi dari tokonya.
Momoi tahu kalau manta kapten tim basket itu tengah menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Imayoshi mempunyai kepekaan yang sangat tajam. Jadi Momoi pun tahu, seberapa keras ia mencoba menyembunyikan rasa kagetnya tadi, Imayoshi pasti menyadarinya.
"Maafkan aku... Imayoshi-san"
Imayoshi membuka pintu apartemennya dan derap langkah kaki segera terdengar dari dalam apartemen tersebut.
"Oniisan! Okaerinasai!" seorang gadis dengan rambut hitamnya yang panjang menghampiri Imayoshi yang kini sedang membuka sepatunya.
"Ah, Yahiko. Tadaima. Ini, aku belikan donat untukmu" ujar Imayoshi sambil memberikan bungkusan yang dipegangnya.
Mata adiknya berbinar, terlebih lagi saat melihat logo yang terdapat di depan kantung kertas tersebut.
"Gazelle?! Waah, terimakasih Oniisan!"
Imayoshi menghentikan kegiatannya dan menatap adiknya yang terlihat sangat senang. "Kau tahu toko itu?" tanya Imayoshi.
Adiknya mengangguk semangat. "Tentu saja. Toko ini sangat terkenal di sekolahku. Ah, bukan. Di kalangan anak SMA!" jelas adiknya.
Imayoshi menyimpan sepatunya di rak yang terletak di dekat pintu. Dan bersama adiknya, mereka menuju dapur dan meletakkan donat tersebut di meja. Imayoshi berjalan menuju rak piring dan mengambil dua buah cangkir dari sana.
"Aku baru tahu kalau toko ini terkenal. Memang apa yang spesial dari toko itu?" Tanya Imayoshi sambil mencari teh di lemari gantungnya.
Yahiko mengambil satu donat dari piring tersebut dan memakannya. "Oniisan terlalu sibuk di rumah sakit sih, jadinya tidak tahu hal apa saja yang sedang booming sekarang" jelas Yahiko.
Imayoshi membawa dua cangkir teh ke meja makan dan memberikan salah satunya untuk Yahiko, yang disambut dengan senang hati oleh adiknya itu. Yahiko kembali meneruskan ceritanya begitu melihat Imayoshi yang sudah duduk di seberangnya.
"Awalnya, toko ini terkenal karena adanya rumor buruk mengenai toko itu. Tapi, tak lama kemudian, rumor buruknya menghilang dan kemudian toko itu menjadi terkenal karena kuenya yang memang enak, dan pegawai-pegawainya yang ternyata sangat ramah sekali." jelasnya.
"Ah, dan apa oniisan tahu kenapa toko ini terkenal di kalangan anak SMA?" Tanya Yahiko sambil menunjukkan mata yang berbinar-binar. "Itu karena pegawainya! Yang satu sangat cantik, dan yang satu lagi sangat tampan!" Yahiko bercerita dengan semangat.
Imayoshi mengangkat alisnya. Jarang-jarang sekali ia melihat adiknya out of character seperti ini. Ia tertawa kecil ketika adiknya semakin bersemangat bercerita. Ia menyesap tehnya perlahan, dan kembali me review cerita Yashiko sebelumnya. Banyak bagian aneh dari cerita adiknya itu. Tapi sebelum Imayoshi sempat menanyakannya, suara dering ponselnya memutus obrolan mereka.
"Ha?" suara Imayoshi terdengar sangat kesal begitu ia mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh si penelepon di seberang sana.
"Aku baru saja sampai di rumah, dan sudah ada panggilan lagi? Memangnya tidak ada dokter lain yang sedang bertugas? Heh, sakit perut? Apa-apaan itu. Baik, baik. Aku akan segera ke sana 10 menit lagi. Tolong beri aku sedikit waktu untuk menghabiskan tehku" seru Imayoshi. Dengan kesal ia menutup flip handphonenya dan kembali memasukkannya ke saku celananya.
"Apa pembunuhan sedang booming juga saat ini?" gerutu Imayoshi yang sukses membuat adiknya merinding. Err, mengatakan hal yang mengerikan sebagai sesuatu yang sedang booming itu terasa sangat salah bagi Yahiko. Setelah menghela napasnya, Imayoshi segera kembali ke tempat duduknya, dan menghabiskan tehnya yang tinggal setengah cangkir lagi.
"Jadi dokter forensik itu ternyata menyusahkan ya" Komentar Yahiko.
Imayoshi terkekeh pelan, masih ada nada kekesalan dalam suaranya. "Jika tidak pernah ada kasus, menjadi dokter forensik itu tidak akan menyusahkan seperti ini."
Yahiko mengangguk paham, memaklumi kondisi kakaknya yang kini terlihat frustasi itu. "Benar juga. Tapi akhir-akhir ini benar-benar mengerikan, banyak pembunuhan yang terjadi di sekitar sini" Imayoshi dapat mendengar nada ketakutan dari perkataan adiknya.
"Aku akan pergi sekarang" kata Imayoshi memecah keheningan yang tiba-tiba saja tercipta diantara mereka. "Kunci pintu, dan berhati-hatilah di rumah. Telepon aku begitu kau melihat sesuatu yang mencurigakan, mengerti?" lanjut Imayoshi.
"Ya, oniisan juga. Berhati-hatilah di jalan" ucap Yahiko.
Yahiko mengantar Imayoshi sampai pintu apartemen mereka. "Ah, Yahiko. Ingatkan aku untuk menanyaimu tentang toko kue itu" ujar Imayoshi. Yahiko memiringkan kepalanya sedikit, bingung.
"Umm.. baiklah. Tapi memangnya ada apa dengan toko kue tu?"
"Banyak yang aneh dalam ceritamu tadi. Aku ingin mengetahuinya"
Yahiko mengedipkan matanya, tidak mengerti dengan apa maksud perkataan kakaknya. "Baiklah, nanti aku akan mengingatkanmu"
Imayoshi tersenyum puas. Setelah selesai memakai sepatunya, ia berpamitan dan segera keluar dari apartemennya.
"Hati-hati" ucap Yahiko sesaat sebelum pintu tertutup dan sosok Imayoshi menghilang di baliknya. Yahiko menatap pintu apartemen, dan berdoa supaya kakaknya baik-baik saja di perjalanan nanti. Setelah kakaknya menerima telepon tadi, perasaan Yahiko berubah menjadi tidak nyaman. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia tahu kalau kakaknya sedang dalam bahaya sekarang.
Langit sudah semakin gelap, dan lampu-lampu di pinggir jalan mulai menyala. Sambil menyusuri jalan tersebut, Imayoshi berulang kali menghela napasnya.
Rumah sakit tempatnya bekerja memang tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Tapi, hei― ia baru saja meninggalkan tempat kerjanya itu satu jam yang lalu. Dan sekarang ia harus kembali lagi ke tempat itu?
Imayoshi melirik jam tangan yang dikenakannya. Jarum pendeknya sudah mendekati angka 6. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sepi. Sebuah pemandangan yang aneh bagi Imayoshi. Pasalnya, daerah ini termasuk daerah yang cukup ramai. Mungkin karena kasus pembunuhan itu, orang-orang tidak berani lagi keluar rumah larut malam ya?
SREK
Imayoshi menghentikan langkahnya dan menatap ke arah belakangnya. Ia yakin sekali kalau tadi ia mendengar suara dar arah belakangnya.
Penasaran, Imayoshi segera berbalik dan mencari sesuatu yang menimbulkan suara tadi. Beberapa langkah dari tempatnya sekarang, ada sebuah gang kecil yang cukup gelap. Cahaya dari lampu penerangan tidak sampai untuk menerangi gang kecil tersebut. Ketika suara tadi terdengar lagi, alih-alih segera berjalan menjauh, Imayoshi malah semakin mendekat dan mengecek ada apa, atau― ada siapakah di gang kecil tersebut.
"Miaaw"
Seekor anak kucing sedang berusaha merobek plastik sampah yang tergeletak di ujung gang. Imayoshi menghembuskan napasnya yang ternyata sedari tadi tertahan. Ia sedikit terbawa suasana, rupanya.
Ia kembali melanjutkan jalannya, berusaha menepis perasaan aneh yang dirasakannya. Sepanjang hidupnya, ini kali pertama ia merasakan hidupnya tangah terancam.
Itu hanya kucing. Seekor kucing tidak akan membahayakan nyawamu, Shoichi. Batin Imayoshi, mengingatkan dirinya.
Sesampainya ia di rumah sakit, ia segera menuju ruang autopsi, tempat dimana ia biasa bekerja.
"Imayoshi-kun? Kau tidak apa-apa?"
Imayoshi menoleh pada rekan kerjanya tersebut. "Aku baik-baik saja, Kimura-san. Memangnya ada apa?" tanya Imayoshi heran.
"Kau terlihat pucat" ujar lelaki yang dipanggil Kimura tersebut.
Imayoshi menaikkan alisnya kaget. Tapi tak lama kemudian ia kembali tersenyum. "Ah, perjalananku tadi sedikit berbeda dari biasanya" ujar Imayoshi. Kini, giliran rekannya itu yang terlihat bingung.
Mengabaikan tatapan bingung dari rekan kerjanya, Imayoshi mengganti mantel dengan jas labnya dan memasang masker juga sarung tangan karet yang sudah tersedia di sebuah lemari di ruang autopsiini.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Imayoshi. Kimura menghembuskan napasnya dan menatap mayat yang tengah tertutup kain putih di tengah ruangan.
"Seperti biasa. Luka memanjang yang dibuat oleh sebilah pisau di sepanjang tangan dan perut, lalu―" Kimura menahan napasnya. "―luka tusukan di kedua matanya" ia mengalihkan pandangannya dari mayat tersebut.
Imayoshi bergerak ke tengah ruangan dan melihat sosok di balik kain putih tersebut. Lagi-lagi seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Iamayoshi kembali menutupinya dengan kain dan beranjak ke meja di samping mayat tersebut. Beberapa lembar kertas tergeletak di atasnya.
"Apa ini?" tanya Imayoshi sambil membaca tulisan di kertas-kertas tersebut.
"Ah, kertas-kertas yang didapat dari saku jaket dan dompet korban. Sepertinya polisi yang membawanya kesini meninggalkannya."
Imayoshi mengangguk pelan. Lalu gerakan tangannya terhenti ketika ia menemuka secarik kertas yang nampak familiar di matanya. Sebuah struk bukti pembayaran, dengan logo sebuah toko tercetak di bagian atas struk tersebut.
"Gazelle"
Harum mentega yang meleleh dan aroma roti bakar yang baru saja selesai dipanggang tercium begitu Imayoshi membuka pintu apartemennya.
"Tadaima" seru Imayoshi. Kepala Yahiko muncul dari balik tembok. Apron berwarna merah menutupi seragam sekolah yang dipakainya.
"Ah, Okaerinasai oniisan. Kau lagi-lagi pulang pagi." Ucap Yahiko. Imayoshi hanya menggumam pelan dan segera masuk ke dalam dapur.
"Aku buatkan kopi ya" ucap Yahiko setelah menyimpan dua buah piring dengan masing-masing selembar roti diatasnya. Imayoshi tersenyum melihatnya. Sepertinya Yahiko sudah menduga kalau ia akan pulang pagi. "Bagaimana pekerjaannya? Sudah selesai?" tanyanya sambil menyerahkan secangkir kopi pada Imayoshi.
Imayoshi menyesap kopinya perlahan, membiarkan rasa pahit bercampur manis mengaliri tenggorokannya. "Begitulah. Padahal kondisi nya sama dengan korban sebelumnya, tapi entah kenapa proses pemeriksaan kali ini terasa lebih lama" jelas Imayoshi sambil menguap.
"Lalu tentang Gazelle? Oniisan ingin aku menceritakannya sekarang atau setelah aku pulang sekolah nanti?"
Imayoshi terdiam. Bukan berpikir, tapi rasa kantuk tengah menyerangnya sehingga ia berada dalam keadaan setengah tersadar sekarang. Yahiko terkekeh pelan melihat kakaknya. Dengan lembut ia menyentuh pundak kakaknya, bermaksud untuk membangunkannya, dan berhasil. Imayoshi tersentak pelan dan mengedipkan matanya beberapa kali.
"Aku akan pergi sekolah sekarang. Oniisan beristirahatlah sekarang, jangan sampai sakit karena kelelahan" ujar Yahiko yang disambut oleh tawa pelan Imayoshi.
Setelah menghirup napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya cukup kencang, Imayoshi meregangkan tubuhnya dan beranjak dari bangkunya. "Kau terdengar seperti Kaa-san, Yahiko." Ujarnya. "Tapi yaa, baiklah. sepertinya aku memang butuh istirahat." Lanjutnya.
Yahiko mengambil tas sekolahnya dan segera berpamitan. Tak lama setelah Yahiko pergi, Imayoshi masuk ke dalam kamarnya dan langsung tertidur begitu ia berbaring di kasur. Sebenarnya ia ingin menanyakan mengenai toko kue itu sebelum adiknya berangkat. Namun setelah begadang semalaman untuk menyelesaikan pekerjaannya, ia benar-benar merasa lelah dan butuh istirahat sekarang juga.
Penjelasan mengenai toko kue itu bisa ditunda dulu untuk beberapa jam, pikirnya.
.To be continued
A/N: yeay~ saya datang lagi dengan fanfic baru :D Awalnya saya ingin bikin fanfic sejenis dengan yang sebelumnya dengan tokohnya Imayoshi sesuai rekomendasi dari Kisasa Kaguya-san, Tapi entah kenapa jadinya malah gagal kayak gini ._. maaf ya u,u
Ini juga dibuat untuk memenuhi tantangan dari Shindan Maker (Tragedy, in 11 days. [Donuts, Blanket, Doctor.]) dan lagi-lagi gagal karena fanfic ini tidak selesai dalam 11 hari ._.a
Lalu semoga saja fanfic ini tidak bernasib sama dengan dua fanfic multichapter sebelumnya yang sekarang dalam keadaan discontinue -_-
Yap! Akhir kata, Mind to review? Segala macam kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati :)
