Kita
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto.
Oleh : Kang Mas Neji Ganteng.
Warning : Au, OOC, Republish, EYD masih berantakan perlu diedit lagi un O (lagi nyari beta reader)
Part 1 : Anak Baru itu bernama Inuzuka Kiba
.
Seorang murid laki-laki terlihat berjalan menyusuri koridor tuk mencari ruangan kepala sekolah sembari sesekali melemparkan senyum ramah –lebih tepatnya cengengesan– pada beberapa murid yang dilewatinya, yang juga dibalas senyuman ramah, disertai bisik-bisik; "Murid barukah?" dan juga, "Lumayan tampan."
.
.
"Sudah kubilang jangan terlalu memaksakan diri, begini jadinya," keluh siswi cantik berkacamata itu, sembari mengobati luka pada lutut cowok tampan dengan kostum sepak bola yang menjadi lawan bicaranya, di ruang UKS.
"Hn. Ini hanya luka kecil," timpal si cowok yang diajak bicara itu dengan nada bosan, ekspresi wajahnya datar.
"Luka kecil tetap saja akan berbahaya kalau infeksi," celoteh Karin pada Sasuke Uchiha, bintang sepak bola Konoha high, yang sejak sepuluh menit lalu sudah membuatnya kerepotan di ruang UKS, karena cidera ringan yang didapat cowok itu saat latihan beberapa waktu yang lalu.
Kalau saja ia bukan manager tim sepak bola, ia tidak mungkin mau berepot ria membawa pemain yang sok seperti Sasuke ke ruang UKS. Walau sebenarnya ada alasan lain dibaliknya.
"Kau cerewet... Auch... Karin pelan-pelan!" keluh Sasuke meringis kemudian mendelik pada gadis di depannya, ketika Karin sengaja menekan kasar luka di lututnya dengan obat merah.
"Hahaha... Luka kecil tapi tetap saja sakit kan Sasu?" masih terus melanjutkan kegiatannya. Karin terkekeh pelan ketika mendapati Sasuke melotot ke arahnya, karena kejahilannya tadi.
Ah... Saat-saat seperti inilah yang paling diinginkan siswi kelas dua Konoha high itu, berduaan bersama Sasuke –yang ditaksirnya sejak setahun lalu– tanpa ada yang mengganggu, baik itu teman-temannya, guru, ataupun para fansgirl cowok itu.
Salah satu alasan Karin menjadi manager tim sepak bola adalah agar bisa dekat dengan Sasuke, hanya saja–
"Kenapa senyam-senyum begitu? Otakmu korslet ya?" cibir Sasuke membuat Karin mengerucutkan bibirnya cemberut.
Belum sempat gadis itu membalas, handphone Sasuke lebih dulu berdering, menyela perkataannya.
"Hallo?" Sasuke memulai pembicaraan dengan lawan bicaranya melalui handphone, mengabaikan –kecemberutan- Karin yang telah selesai mengobati lukanya. "Hn. Hanya cidera ringan saat latihan, kau tak perlu khawatir," jelas cowok bermarga Uchiha itu disertai kekehan ringan, terlihat begitu sumringah dan hangat, hingga tak menyadari perubahan ekspresi Karin yang mendadak sedih?
"Pasti dari cewek gulali gak jelas itu," gadis itu bergumam pelan. Dengan langkah lesu karin melangkah ke lemari tempat penyimpanan obat, tuk menyimpan kembali obat merah dan beberapa plaster yang ia ambil untuk mengobati luka Sasuke tadi. Dan sesekali ia menoleh dengan ekspresi sebal pada Sasuke yang masih sibuk meladeni lawan bicaranya di seberang.
"Kau masih ada siaran?" jeda sejenak, "baiklah, aku ada di UKS. Ya, dengan Karin."
Karin merengut kesal, melirik Sasuke yang masih sibuk dengan handphone-nya. Cowok itu mengabaikannya!
"Iya aku tunggu," ucap Sasuke lagi, "love you too," sebuah ucapan yang mengakhiri pembicaraan menyebalkan –bagi Karin- itu.
"Sudah selesai?" tanya Karin –mendadak galak- disertai rengutan yang tak enak dilihat menghiasi wajahnya.
"Ya," sahut Sasuke santai, jelas mengabaikan perubahan sikap gadis cantik itu padanya.
Karin mendengus. "Aku pergi," pamitnya lagi dalam gerutuan.
Kalau saja ini adegan sinetron, Karin mungkin berharap Sasuke akan memanggilnya, kemudian saat ia berbalik, Sasuke sudah siap untuk mengucapkan kata cinta padanya. Ah... Sayangnya ini bukan sinetron, karena Sasuke masih saja cuek bebek begitu!
"Aku pergi!" ulang Karin lagi, karena melihat cowok itu sibuk dengan handphone, tak menggubris pamitan pertamanya tadi.
"Oh... ya silahkan," jawab Sasuke menoleh sekilas ke arah Karin, lalu kembali sibuk dengan handphone-nya, sepertinya sedang sibuk mengirim pesan singkat.
Sial! Benar-benar reaksi yang tidak ada dalam harapan Karin. Minimal ngucapin terima kasih kek! Pikir Karin kesal.
Gezzzz.
"Kau menyebalkan Uchiha," desisnya sebal dengan kedutan samar muncul di kepala merahya. Dengan gusar ia keluar dari UKS, setelah sukses membanting pintu.
Sasuke melongo. "Cewek aneh," ucapnya sambil menggedikan bahu. Setelah itu kembali sibuk mengirim pesan dengan ponselnya.
.
.
"Kau mau kemana?" tegur Shino Aburame, pada salah satu rekan sesama penyiar radio sekolah yang terlihat terburu-buru ingin keluar dari ruang siaran, setelah acara siaran pagi mereka selesai.
"Aaaa... aku mau ke UKS." Siswi berambut pink unik itu menyahut sambil menyambar tasnya di atas meja, kemudian terburu-buru melangkah ke arah pintu.
"UKS? Kau sakit?" selidik Shino sambil menatap Sakura penuh minat dibalik kacamata hitamnya, sementara tangannya masih berkutat pada beberapa perlengkapan siaran yang belum selesai dibereskan.
Sakura berhenti, kemudian memutar tubuhnya. Wajah gadis itu terlihat sedikit merona, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Shino sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bukan aku tapi Sasuke, err... dia mengalami cidera ringan saat latihan pagi tadi," sahutnya salah tingkah, Shino mengangguk maklum saat Sakura menyebutkan nama pacarnya, "jadi..."
"Aku mengerti," potong cowok –rada- pendiam itu cepat, "tapi ingat jangan sampai terlambat untuk rapat sepulang sekolah nanti," lanjutnya mengingatkan, yang ditanggapi Sakura dengan kata 'Iya.' Dan senyum ceria sebelum meninggalkan ruangan klub radio.
.
.
.
Anak laki-laki berambut cokelat jigrak dengan tato taring merah di kedua belah pipi tembemnya itu, terlihat mendengus bingung sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Tadi ia baru saja menemui kepala sekolah untuk mengurusi semua tetek-bengek kepindahannya ke Konoha high –sekolah barunya yang sekarang– setelah lima belas menit berkeliling dan berpusing-pusing ria tuk mencari ruangan kepala sekolah, dan sekarang ia harus mencari letak kelasnya lagi?
Oh ayolah, ia tidak akan selebay itu kalau Konoha high school, merupakan sekolah swasta yang hanya terdiri dari puluhan kelas umum, tanpa ruangan ekstrakurikuler inilah atau ruangan itulah. Tapi–.
Inuzuka Kiba (nama anak laki-laki remaja itu) mengedarkan pandangannya ke tiap sudut gedung Konoha high.
Aish... mencari sebuah kelas, diantara ratusan ruangan dalam sebuah gedung sekolah berlantai tiga, dengan kapasitas otak yang dibawah rata-rata, dan juga penyakit buta arah yang menjangkitinya sejak kecil. Membuat Kiba merengut bingung dan putus asa.
Cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, dengan gugup Kiba mencoba menyapa dan mengajak beberapa murid Konoha high –yang melewati atau dilewatinya– untuk sedikit berbasa-basi dan meminta bantuan untuk mengantarnya ke kelas.
Tapi kebanyakan para siswi yang disapa, malah cekikikan kemudian melewatinya dengan malu-malu. Sedangkan para siswa? Tak menggubrisnya, bahkan menoleh pun tidak, seolah Kiba adalah mahluk tak kasat mata. Aish... nasib murid baru yang gak ganteng, kayak gini kali ya? Kiba berpikir sedih.
.
.
.
"Eh?"
Brukk!
"Hei!" cewek itu mendelik tajam pada Kiba, akibat tabrakan yang terjadi di persimpangan koridor. Tubuh semampainya terpental jatuh setelah membentur tubuh tegap Kiba Inuzuka. "Kalau jalan liat-liat dong!" semburnya lagi sambil berusaha bangun dengan bantuan uluran tangan dari cowok yang baru saja membuatnya jatuh.
"Sorry, aku gak sengaja tadi," ucap Kiba kikuk pada cewek –galak– berkacamata di depannya.
"Yeah terserah." Karin, cewek rambut merah dan berkacamata itu menyahut gusar, sepertinya dia sedang kesal.
"Eh? Hei!" panggil Kiba lagi sambil menahan pegelangan tangan Karin. Cewek itu mengenyit.
"Apa?"
"Bisa kau tunjukan padaku di mana letak kelas XI-IPA3?" tanyanya kembali menggaruk kepala cokelat jigraknya yang tak gatal. Karin tersentak, itukan kelasnya? "aku masih baru di sekolah ini," lanjut cowok itu malu-malu.
"Eh kau anak baru?" Karin balik bertanya. Kiba ,mengangguk.
Berganti ekspresi menjadi ramah, Karin melemparkan senyum menyesal pada Kiba. " Maaf atas kelakuan kasarku tadi," ucap Karin salah tingkah dengan wajah memerah, yang dibalas Kiba dengan anggukan dan kata 'Tak apa.' sesaat wajah pemuda itu nampak merona degan ekspresi manis yang diperlihatkan Karin.
"Kalau begitu, kita kelas XI-IPA3-nya barengan aja," tawar Karin nyengir, melihat wajah malu-malu Kiba. Benar-benar tipe cowok polos.
"Barengan?" ulang Kiba tak mengerti.
"Namaku Karin, aku juga murid dari kelas XI-IPA3," jelas Karin, membuat Kiba berbinar.
"Aku Kiba Inuzuka, semoga kita bisa berteman baik, Karin?"
"Yup. Tentu."
.
.
.
Perkenalannya dengan cewek bernama Karin di sekolah barunya, membuat Kiba sedikit lega, akhirnya ada juga yang mau berkenalan dan menerimanya sebagai teman, setelah beragam reaksi yang ia terima sejak menginjakan kaki di Konoha high.
Yah, walaupun tadi saat di kelas tadi ada beberapa murid yang mengajaknya berkenalan, dan nampaknya benar-benar ingin akrab dengan Kiba, seperti siswa berambut pirang dengan senyum ceria dan penuh semangat, yang Kiba tahu bernama Uzumaki Naruto, dan juga Nara Shikamaru, siswa yang saat di kelas tadi kepergok oleh guru, sedang tidur. Tapi sepertinya untuk saat ini Kiba lebih nyaman berada dekat Karin, teman pertamanya di KHS.
.
.
.
Jam sudah menunjukan pukul 16.27 waktu Konoha Barat. Dengan raut wajah kesal Kiba melirik sekilas pada seekor mahluk imut berbulu putih yang terus saja menyalak riang, sejak keluar dari rumah beberapa menit yang lalu.
Akamaru, nama hewan kecil lucu, yang biasa disebut anjing itu, dengan tanpa rasa bersalah terus berlari dan berlompatan riang menyusuri trotoar, mengabaikan wajah cemberut tuannya, yang ikut terseret oleh tali yang terikat di kalung leher anjing tersebut –yang ujung talinya dipegang Kiba.
"Pelan-pelan Akamaru," Kiba menggerundel pelan mengimbangi langkahnya dengan kelincahan Akamaru.
"Guk... guk... guk."
Akamaru menyahut dengan salakan riang, sambil berhenti dan melompat di depan Kiba. Kemudian berlari menghampiri kaki cowok berkulit kecokelatan itu dan menyurukkan kepalanya dengan gembira pada selangkangan Kiba membuat cowok itu menghela nafas berat saat mengingat kekesalannya pada sang kakak, Inuzuka Hana.
Kiba kesal pada Hana karena sudah seenaknya menyuruh –lebih tepatnya memaksa- Kiba untuk mengajak Akamaru jalan-jalan sore ke taman. Padahal Kiba sudah punya janji dengan Karin dan Naruto, untuk menonton latihan sore klub sepak bola sekolah mereka. Siapa tahu ia bisa bergabung di klub sepak bola sekolah barunya?
Biar bagaimana pun saat masih bersekolah di Oto, di klub sepak bolanya –yang lama-ia adalah berposisi sebagai gelandang ... Kakaknya itu benar-benar menghilangkan kesempatanya untuk mendapat lebih banyak teman baru.
Kakak menyebalkan! Batin Kiba bersungut sebal, namun mau tak mau ia tetap mengiring anjingnya ke jalan menuju taman, yang terletak hanya beberapa blok dari rumah barunya. Tetap kesal juga percuma, toh ia sudah membatalkan janjinya beberapa menit lalu melalui pesan singkat.
.
.
.
Banyak pohon rindang, rerumputan hijau, bunga-bunga indah beragam warna, serta beberapa bangku taman di sana-sini, dan juga banyak orang-orang —baik itu yang tua ataupun yang muda— terlihat sedang bersantai, menikmati asrinya taman sore itu.
"Jadi–" jeda sejenak, Kiba berjongkok dan melepaskan tali yang mengikat pada kalung leher Akamaru, "—sekarang apa maumu anjing tampan?" tanya Kiba sambil menepuk pelan kepala anjingnya.
"Guk... guk... guk." seperti biasa Akamaru hanya menyahut dengan gonggongan gembira. Ciri khas seekor anjing.
"Okay. Kalau itu maumu baiklah." Kiba berkata seolah bisa mengerti arti gonggongan Akamaru.
Cowok itu kemudian berjalan ke arah sebuah bonsai dan mengambil sebuah ranting yang tergeletak di bawahnya.
"Guk... guk... guk." Akamaru kembali menyalak riang sembari menghampiri tuannya. Sepertinya kali ini ia terlihat lebih senang, pandangan mata anjing itu terus tertuju pada ranting kayu —yang diubah jadi tongkat dadakan— di tangan kiba. Anjing itu mengerti kalau ia akan diajak bermain.
"Good boy, nah sekarang—"
Kiba mengambil ancang-ancang tuk melempar tongkat kayu tersebut.
"—kejar dan tangkap ini," ucap Kiba sekuat tenaga melempar tongkat itu jauh. Dan membiarkan Akamaru tuk mengejar dan menangkapnya. Dan juga bisa membuatnya bersantai sejenak.
Ah... sepertinya anjing itu butuh lebih banyak lemparan dengan tenaga ekstra, karena dalam hitungan detik saja Akamaru sudah kembali membawa tongkat kayu itu pada Kiba, sepertinya meminta cowok itu untuk kembali melempar tongkatnya. Anjing yang terlalu lincah.
Dan kejadian itu berlangsung berulang-ulang. Hingga...
.
.
.
"Jadi kau masih ada latihan sore?" tanya cewek itu pada lawan bicaranya di seberang —melalui ponsel. Bibir kecilnya mengerucut imut sambil beberapa kali menghentakan kakinya karena terlalu kesal pada sang lawan bicara, ia kemudian bangun dari bangku taman, tempat ia duduk, lalu ia bersidekap. Ngambek.
Terdengar menghela nafas berat, sosok cowok yang menjadi lawan bicara cewek itu menyahut. "Maafkan aku, aku juga tidak tahu akan seperti ini. Guru Gai sepertinya ingin menggembleng kami habis-habisan. Kautahu kan? Turnamen sepak bola antar sekolah tinggal sebulan lagi, jadi kami harus berlatih ekstra agar bisa mempertahankan gelar juara tahun lalu," jelasnya, "Sakura?"
Tak ada sahutan. Sepertinya cewek itu benar-benar niat buat ngambek pada sang pacar, yang untuk kesekian kalinya ingkar janji.
"Oi Sakura!" panggil Sasuke lagi, dengan nada suara yang terdengar agak keras di ponsel Sakura.
"Aku pikir sore ini kita bisa berkencan," ia menyuarakan pikirannya, "tapi kau ingkar janji lagi."
"Maafkan aku. Aku juga tidak tahu akan seperti ini," sesal Sasuke, "bagaimana kalau malam minggu besok aku ke rumahmu? Kita pergi berkencan," tawarnya, berharap kemarahan sang pacar akan mereda, "hitung-hitung pengganti kencan kita yang gagal sore ini."
Sakura menghela nafas berat. "Baiklah, aku pegang janjimu. Tapi aku tidak akan mentolerir, kalau kau mengingkarinya la... (Bletak!) Adaw!"
Sakura menjerit pelan ketika sebuah tongkat kayu, mendarat sesaat dengan indah di atas kepala pink-nya. Dan membuat suara benturan yang agak keras terdengar tadi. Siapa sih orang kurang kerjaan, yang sembarangan main lempar ranting kayu? Cewek itu membatin gusar sambil memungut tongkat —ranting kayu— tersebut.
"Halo? Sakura kau kenapa?" tanya Sasuke di seberang dengan nada khawatir. Tadi ia sempat mendengar jeritan kecil Sakura melalui ponselnya.
Belum sempat Sakura menjawab, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seekor mahluk mungil berbulu putih yang menghampirinya. Menyalak gembira sambil menjilati kakinya.
"Guk... guk... guk."
"Eh?"
.
.
.
Terlihat mondar-mandir gelisah. Kiba terus menengokkan kepalanya ke arah di mana dia melempar tongkat untuk dikejar Akamaru tadi. Sudah sepuluh menit! Dan jangan bilang kalau anjing itu nyasar! Sepertinya Akamaru mulai berlagak menjadi warga baru yang kesasar dan tak tahu jalan pulang.
Aish... benar-benar dah, kalau itu sampai terjadi, Kiba bersumpah —dalam hatinya— akan memasang ringtone lagu 'Alamat palsu'nya Ayu Ting-Ting di ponselnya selama sebulan sebagai nada dering. Ia bernazar agar Akamaru tidak nyasar lagi. Ngik? Ah! Mulai ngaco.
"Kemana dia?" gumam Kiba memutuskan untuk mencari Akamaru, setelah pada menit ke lima belas, anjing imut itu tak kunjung kembali.
Cowok itu kemudian menyusuri arah kemana ia melempar ranting tadi. Dan setelah berjalan agak jauh, Kiba sedikit terkejut dengan pemandangan yang ia dapati di sana.
Akamaru, anjingnya, terlihat sedang bermain dengan gembira bersama seorang gadis cantik berambut pink panjang, yang duduk sendirian di bangku taman. Gadis itu terlihat tertawa-tawa melihat polah lucu Akamaru, yang melakukan, gerakan berbaring, pura-pura mati, kemudian melompat ke sana-kemari. Mencari perhatian eh?
Sesekali gadis berambut pink itu, terlihat mengelus pelan kepala dan perut Akamaru sambil tertawa. Well, nampaknya Akamaru terlihat lebih pandai menggaet perempuan ketimbang tuannya. Hahaha sepertinya Kiba kalah tampan dari Akamaru.
"Akamaru!" panggilnya sembari berlari menghampiri mereka. Membuat gadis pink itu menoleh padanya dan melempar senyum.
Mungkin cowok itu pemilik anjing kecil ini. Pikir gadis itu.
Sedangkan Akamaru? Anjing itu menyalak dan melompat, kemudian menyeruduk kaki Kiba. Tampak senang kembali bertemu dengan pemiliknya.
"Anjing nakal! Apa saja yang kau lakukan?" omelnya.
Sakura tersenyum, ia pun bangun menghampiri Kiba dan Akamaru, "Jadi anjing tampan ini, punyamu ya?" sapanya ramah.
Kiba menoleh, dan mengangguk kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Iya," jawab Kiba grogi dengan wajah merona, reaksi yang biasa diperlihatkannya saat berhadapan dengan gadis cantik. Ia memang masih terlalu polos, dan minim pengalaman soal wanita.
Sakura terkekeh pelan melihat reaksi Kiba yang kikuk menghadapinya.
"Maaf kalau Akamaru membuatmu repot," ucap Kiba lagi, tak tahu harus berkata apa, cowok itu membungkuk.
"Aaa tidak... tidak." Sakura menahan pelan pundak Kiba agar tidak membungkuk, "Justru aku yang harus berterima kasih pada anjing lucu ini," jelasnya sekilas melirik Akamaru. Kemudian nyengir menatap cowok berambut cokelat itu.
"Eh? Terima kasih?" tanya Kiba bingung. Ia pun mengerjap setelah sesaat terhanyut, pada bola hijau hutan yang terlihat ekspresif di depannya, "untuk apa?"
"Untuk membuatku tertawa hari ini," sahut Sakura dengan senyuman lembut, membuat pipi cowok itu memerah.
Gadis pink itu, jujur ingin berterima kasih, pada Akamaru karena sudah membuatnya tertawa dan melupakan kekesalannya pada Sasuke. Tapi sepertinya Sakura tidak menyadari, kalau senyumannya itu, sudah membuat wajah cowok di depannya memerah, seperti kepiting rebus.
.
.
.
"Kiba Inuzuka?" ulang Sasuke dengan dahi mengerut saat membaca profil salah satu pemain yang diberikan Karin padanya.
"Ya, dia pindahan dari Otogakure High School. Posisinya dulu gelandang serang. Aku rasa dia cukup berpotensi untuk masuk klub sepak bola," jelas Karin sambil melempar handuk kecil dan botol air mineral ke arah beberapa anggota klub sepak bola lainnya.
Mereka sedang beristirahat sambil berbaring –ataupun duduk- di rerumputan hijau lapangan sepak bola sekolah. Setelah selama dua jam lebih mati-matian berhadapan dengan program latihan Maito Gai, pelatih sepak bola sekaligus guru olah raga mereka.
"Apa kauyakin?" tanya Sasuke sambil melirik Karin, sedangkan sebelah tangannya menepis ringan tangan seorang cowok berambut pirang jigrak yang merangkulnya, sepertinya cowok itu tertarik untuk membaca berkas profil Kiba yang ada di tangan Sasuke, "turnamennya bulan depan, dan aku tidak mau sembarangan merekrut pemain. Itu bisa berkibat fatal," jelas cowok ganteng itu ragu.
"Ini kan Kiba!" celetuk Naruto sembari merebut berkas tersebut dari tangan Sasuke, "menurutku dia menarik," tambahnya sambil membaca dan membolak-balik berkas tersebut.
"Kenapa tidak coba? Dia salah satu pemain lapis dua di Otogakure High School, posisi gelandang serang. Jelas kita memang membutuhkannya Sasuke, dia bisa mengisi posisi yang ditinggalkan Rock Lee, yang pindah ke Ame, " ujar cowok berkostum penjaga gawang tim sepak bola Konoha high itu. "Yah aku tahu kau meragukan kemampuan Kiba, karena dia hanya mantan pemain lapis dua, atau hanya cadangan di OHS. Tapi bukankah kita belum melihat kemampuannya?"
Karin nyengir lebar mendengar perkataan Naruto."Tumben si Duren bisa bijaksana," pikir Karin sambil ikut duduk dengan kedua cowok itu di rumput.
"Untuk kali ini aku setuju sama si Uzumaki Duren ini!" cerocos Karin sambil merangkul Naruto riang.
"Aaa kau jahat sekali Manager. Namaku Uzumaki Naruto bukan Uzumaki Duren," cemberut Naruto dengan bibir mengerucut. Berpura-pura ngambek dengan celaan main-main yang dilontarkan Karin tadi.
"Oh Beib, sorry. Karena kau sangat maniiiiiis, menurutku nama Uzumaki Duren lebih cocok untukmu," rayu Karin dengan nada manja yang dibuat-buat sambil mencubit pipi berkumis Naruto gemas. Naruto jelas tahu bahwa itu hanya bercanda.
Mengaduh kesakitan Naruto mendelik ke arah Karin, kemudian balas menarik pipi putih gadis itu hingga rada melar. "Kau juga terlihat sangaaaaaaat imut saat pipimu ditarik melar seperti adonan kue begini, Rambut ijuk!" balas Naruto tak mau kalah. Sejak dulu keduanya memang tidak pernah bisa akur.
"Apa kau bilang?"
Mengabaikan kelakuan konyol dua teman beda gender-nya, Sasuke kembali membaca profil Kiba, mata hitamnya kemudian tertumbuk pada foto berukuran 3x4. Cowok berkulit kecokelatan dengan rambut cokelat jigrak.
"Kiba Inuzuka. Lumayan, mungkin bisa dicoba," gumamnya pelan, yang tak didengar oleh Karin dan Naruto. Dan sesaat kemudian perhatian cowok itu teralih pada ponsel yang diletakan begitu saja di atas tas ranselnya, setelah beberapa detik lalu, nada pesan singkat dari ponsel berwarna biru tua itu berbunyi. Alis Sasuke bertaut membaca isi pesan yang berupa MMS tersebut.
.
From : Sakura
Hari ini aku melanjutkan kencan –tertunda- kita dengan cowok imut ini. Dan jujur dia jauh lebih menyenangkan darimu Sasu-koi. Kuharap kau tidak cemburu.:P
P.s : Jangan lupa janjimu malam minggu besok!
.
Sasuke hanya bisa sweatdrop dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal membaca MMS yang dikirim Sakura. Pasalnya cewek itu malah mengirim gambar dirinya sedang duduk tersenyum sambil mengelus kepala seekor anjing kecil berbulu putih (sepertinya anjing jantan), yang terlihat menjilati pipi mulusnya penuh sayang.
Aish, pacarnya itu benar-benar dah. Tipe cewek yang mood-nya bisa berubah dalam waktu singkat.
Part 1 Selesai ^_^
