AN: Holla /bow/ aku udah lama ga nulis, tapi berhubung hari ini ultah aku coba buat nulis lagi wkwkwkwk. mudah-mudahan ga terlalu mengecewakan_ sebagai saran di awal ff ini yang ada batas simbol '' coba dibaca sambil dengerin lagu ellie goulding yang 'love me like you do' terus setelah ada simbol ◉‿◉ coba putar lagu d'cinammon yang 'selamanya cinta'. Lebih ada feelnya aja kalo ada OSTnya hehe. Enjoy J

The Sound of Flower

Denting irama dari gesekan biola membanjiri ruangan dengan nuansa dinding berwarna gading dan beralas vinyl flooring. Seorang permuda berambut brunete terlihat larut dalam kesibukannya memainkan alat musik yang berasal dari kayu mapel dan eboni. Aura penuh gairah dan antusias terpancar dari pemuda yang melantukan lagu berjudul Melodie maha karya Pyotr Ilyich.

Tanpa kata, pemuda itu terus meluncurkan alunan musik yang melimpah ruah dengan dawai biola yang ia mainkan. Netra yang terpejam dan gumaman pelan dari serangkaian melodi meluncur dari bibir tipis berwarna pink-cherry sang violinist. Terus, semakin larut dalam emosi. Peluh nampak mulai mengalir dari dahi pemuda tersebut, namun, ia tak mempedulikannya.

"Ya, cukup." Suara tepukan tangan 2 kali menghentikan permainan biola sang pemuda.

"Sempurna Byun Baekhyun, kau sudah semakin siap untuk kompetisi rupanya."

"Tentu saja sanjangnim". Pemuda bernama baekhyun tersebut tersenyum puas. Ia merilekskan tubuh seraya menjauhkan biola yang sedari tadi dimainkan dari bahu sempitnya.

"Setelah ini kau bisa pulang. Jangan lupa untuk rajin berlatih dalam pengendalian tempo Byun, kau masih memiliki kekurangan di bagian itu. Ingat, tempo comodo 1)" Tiba-tiba lelaki yang lebih tua mengkerutkan alisnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ah!" tersentak, baekhyun memandang pelatihnya dengan tatapan heran. "hampir saja aku melupakannya, ada kirimin buket bunga lagi untukmu malam ini Byun. Aku meletakannya di dekat kotak biolamu."

"Jinja? Terimakasih infonya henry sanjangnim, aku permisi dulu." Setelah membungkuk kepada pelatihnya dengan setengah berlari baekhyun menghampiri kotak biolanya. Di dekat kotak biola tersebut nampak buket dengan bunga bermakota kuning cerah.

Kali ini Chrysantrupanya. Ucap Baekhyun dalam hati, pemuda itupun tersenyum penuh arti. Ia membereskan barang-barangnya dan sesegera mungkin keluar melangkah gedung tempatnya berlatih biola untuk menemui seorang tertentu yang bertelinga lebar dan berbadan tinggi.

''

"Kebiasaanmu itu tak berubah ya tuan pengirim bunga. Selalu pergi kemari malam-malam, padahal taman juga bisa menjadi tempat yang berbahaya bagi siapapun."

Chanyeol memandang lekat ke sumber suara, terlihat seorang pemuda dengan jaket tebal berlogo Supreme membalut tubuhnya yang tidak terlalu tinggi serta membawa kotak biola berwarna hitam. Napas pemuda itu sedikit tersenggal, pertanda ia berjalan dengan tergesa untuk mencapai taman tersebut. Chanyeol terkekeh dengan suara beratnya yang sering membuat tubuh baekhyun seakan meremang sekaligus menenangkan.

"Badanku ini besar, orang lain mahla merasa segan padaku. Justru kau yang harusnya berhati-hati Baek"

Baekhyun mempoutkan bibirnya. Pemuda di depannya ini bernama Park Chanyeol tetangga sekaligus teman baiknya sejak kecil tepatnya sejak berumur 6 tahun. Sayang diusianya yang 11 tahun roda nasib memisahkan mereka, baekhyun terpaksa mengikuti kedua orang tuanya untuk pindah ke Beijing karena alasan pekerjaan. Tujuh tahun kemudian, saat kuliah, baekhyun kembali lagi ke Seoul. Berbekal informasi dari media sosial ia melacak teman lamanya tersebut. Chanyeol berstatus sebagai mahasiswa di universitas Kangwon. Banyak hal telah berubah dan sejujurnya baekhyun sedikit terkejut dengan kertarikan chanyeol dengan bunga saat ini.

"Cih kau menyebalkan." Bibir tipis semula mengerucut imut perlahan tertarik ke atas. "Untung kau memberiku Chrysant kuning, ini memiliki arti kebahagiaan bukan? Sekarang kau ini benar-benar menyukai bunga ya" goda baekhyun

"Bunga memiliki arti yang sama untukku seperti musik bagimu baek. Laghipula mereka juga cantik sama sepertimu" chanyeol tersenyum terus menatap baekhyun lekat, membuat baekhyun salah tingkah

"Mwo! Aku ini tampan bukan cantik. Hentikan bicara yang tidak-tidak, sedari tadi kau bicara tak jelas dan salah ucap yeol." Semburat merah nampak di pipi dan nada gugup terdengar dari ucapan baekhyun. "K—kau sudah makan malam belum? Ayo kita cari makan."

"Nde."

"Haisss yeol, kau yang sekarang sedikit bicara ya? Padahal kau dulu cerewet sekali." Ujar baekhyun seraya bergerak untuk pergi.

Chanyeol kali ini hanya tersenyum kecil.

Kedua sahabat baik itu pun berjalan berdampingan meninggalkan area taman kota dan menuju pusat keramain tempat warga Seoul pergi mencari makan. Baekhyun serta sahabatnya yang lebih muda darinya enam bulan tersebut memang tidak rutin bertemu atau jalan bersama, oleh karena itu baekhyun sangat menghargai moment saat ia dapat menghabiskan waktu bersama dengan chanyeol. Awalnya, baekhyun ingin menolak perasaan khusus yang berkembang dalam hatinya. Baekhyun telah berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tertarik dengan chanyeol hanya sebagai teman namun seiring berjalannya waktu baekhyun harus mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada tetangganya yang dulu ia biasa panggil Dumbo.

Jarak tak menjadi penghalang bagi baekhyun untuk menghalangi benih cintanya tumbuh. Berbekal internet ia tetap memperhatikan dan mengikuti kabar chanyeol dari jauh. Ada kalanya baekhyun kesal karena walau jaman sudah modern dimana dunia merupakan bagian dari gaya hidup sehari-hari namun chanyeol sempat sama sekali tak mengaktifkan atau memperbarui seluruh media sosialnya selama berbulan-bulan. Beruntung baekhyun dapat mengalihkan kekesalannya terhadap chanyeol dengan menyibukan diri dengan aktivitas sekolah.

"Jadi,, bagaimana harimu yeol?" baekhyun mencoba membuka perbincangan sembari berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah lebar chanyeol.

Pemuda yang dimaksud tak menanggapi baekhyun. Terlepas dari kondisi mereka yang sedang berjalan bersama, chanyeol nampak tidak memperhatikan kawannya. Pemuda jangkung itu terlihat lebih fokus mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Menanggapi reaksi dari temannya, baekhyun ingin sekali memukul kepala raksasa yang berjalan di sebelahnya itu. Akan tetapi baekhyun menahan hasrat tersebut. Baekhyun merasa ia tidak mempunyai hak agar chanyeol terus memberikan perhatian lebih kepadanya. Dengan kiriman bunga dalam rangka memberi semangat baekhyun untuk kompetisi tingkat propinsi setengah tahun nanti, baekhyun merasa amat senang. Itu saja sudah cukup untuk saat ini. Jika baekhyun ingin kawannya itu menjawab perasaanya maka ia akan bersabar. Sabar menunggu hingga saat yang membahagiakan itu tiba.

''

Setiap manusia memiliki batas kesabaran masing-masing.

Sejak kepulangannya kembali ke Korea Baekhyun berusaha kembali mendekatkan diri dengan Chanyeol. Sejauh yang Baekhyun kenal Chanyeol memiliki kepribadian yang ceria dengan tingkah laku cenderung konyol, tak heran jika pemuda yang sesungguhnya lebih muda dari baekhyun itu cepat mengakrabkan diri dengan orang lain. Karena kepribadian chanyeol yang seperti itulah yang membuat pertemuan chanyeol dan baekhyun yang telah berpisah selama bertahun-tahun menjadi tidak kaku atau canggung.

Meskipun berbeda universitas chanyeol dan baekhyun tetap dapat bertemu. Chanyeol memiliki kebiasaan baru dengan menghabiskan waktu malam harinya mengunjungi taman kota setelah matahari terbenam. Saat ditanyakan apa alasannya, chanyeol menjawab bahwa ia tak memiliki alasan khusus. Ia berkata dirinya hanya ingin mencari ketenangan saja. Hal yang membuat baekhyun berpikir bahwa hubungan mereka telah lebih menuju kearah yang diinginkan oleh baekhyun adalah kebiasaan baru chanyeol lainnya, yaitu mengirimkan buket bunga seminggu sekali ke tempatnya berlatih biola.

Akan tetapi pada akhirnya baekhyun menyadari bahwa hubungan mereka hanya berjalan ditempat. Chanyeol memang tetap berlaku ramah, namun baekhyun sadar betul chanyeol semakin sedikit berbicara padanya dan nampak tak tenang saat mereka bersama. Pada akhirnya baekhyun merasa lelah, namun ia tetap berusaha berpikir positif. Hingga kejadian pada suatu hari menggoyahkan kepercayaan baekhyun.

Disuatu rabu siang baekhyun tidak memiliki kelas ataupun tugas perkuliahan, untuk menghabiskan waktunya pemuda berambut brunete tersebut memutuskan pergi ke pusat berbelanjaan di seoul untuk berjalan dan berbelanja berberapa barang kebutuhannya. Tak masalah bagi baekhyun untuk berpergian sendiri, ia malah merasa lebih nyaman. Di tengah hirup pikuk aktivitas warga seoul dipusat perbelanjaan baekhyun tiba-tiba melihat chanyeol. Tidaklah sulit untuk mengenali objek sasaran rasa kasih sayang selama bertahun-tahun walaupun ditengah keramaian orang.

"Yeol,,, chanyeol!"

Baekhyun dengan perasaan ceria berteriak cukup kencang hingga orang-orang disekelilingnya merasa terganggu. Pemuda bertelinga lebar yang dipanggilnya nampak tak mengidahkan panggilan baekhyun, pemuda yang lebih muda itu terlihat sibuk berbincang dengan seseorang disebelahnya yang dikarenakan keramaian baekhyun tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang yang sedang bersama chanyeol. Tanpa putus asa baekhyun mencoba mendekati chanyeol dengan berlari kecil dan berusaha menghindari orang-orang lain yang sibuk dengan urusannya tersendiri.

Tiba-tiba saja chanyeol berberlok ke sebuah jalan kecil yang berada di antara gedung pertokoan. Baekhyun ingin sekali meyakinkan dirinya bahwa ia salah melihat, namun pada kenyataanya chanyeol menarik lengan seorang pemuda dengan wajah yang manis dan memiliki tinggi sepantaran dengan baekhyun. Dikuasai rasa penasaran baekhyun mencoba mengamati diam-diam kedua pemuda tersebut. Nantinya, baekhyun menyesali keputusannya tersebut.

Tepat berberapa meter didepannya di tengah jalanan sepi Chanyeol memojokan pemuda yang sedari tadi bersamanya. Tangan besar chanyeol nampak diarahkan ke pumada yang lebih mungil. Jemari yang baekhyun harap dapat genggam suatu hari itu perlahan memasuki rongga mulut pemuda yang lebih mungil. Satu jari, dua jari chanyeol masuk menyapa goa hangat pemuda bermata doe yang chanyeol pojokan. Pemuda yang lebih pendek meremas sebelah lengan hoodie yang dikenakan chanyeol.

"Kyunghh,, kyungsoo. Ku mohon lagi. Aku menginginkhannya.." suara bass chanyeol yang meskipun pelan diucapkan dan tak jelas itu ditangkap telinga baekhyun dengan jernih. Suara yang selalu dapat memberi ketenangan bagi baekhyun kali ini meluncur dengan terdengar cukup erotis. Baekhyun tak dapat menahan emosinya, ia berlari meninggalkan kedua insan yang entah tengah melakukan apa dengan dada yang terasa sesak dan perih.

''

Waktu telah menunjukan pukul 7 malam saat Baekhyun baru saja usai berlatih. Ketika sedang membereskan biola beserta busurnya sebuah tangan menutup netra dan mengejutkan baekhyun.

"Hyung!"

Setelah pulih dari rasa keterkejutannya baekhyun memarahi sang pelaku yang mengkejutkannya "ya! Sehunee kau mengkagetkan ku"

"Hehe mian hyung, sebagai permintaan maaf aku berikan kau bunga ini" ucapnya sambil membungkukan badan menirukan gaya gentleman yang memberikan bunga.

Baekhyun mendecakan lidahnya saat melihat sebuket anyelir merah di tangan sehun. "aku tahu itu bukan darimu sehunee. Tolong letakan saja itu di lokerku, aku sedang tak berminat membawa bunga ke rumah."

"Jinja? Kau ingin meninggalkan bunga ini, padahal bunga ini cukup indah." Sehun menatap bunga yang ia pegang dengan pandangan prihatin, lalu berjalan menuju ke arah loker baekhyun serta memasukan bunga anyelir merah tersebut bergabung bersama berberapa barang yang sengaja ditinggalkan baekhyun di tempat kursusnya. Setelah mengunci loker sehun berbalik dan kembali membuka pembicaraan. " Hyung, apa hyung mau pulang bersama denganku." Tanya sehun penuh harap.

"iya hunee, tunggu aku sebentar ya." Baekhyun menjawab dengan santai seraya membereskan kembali kotak biolanya dan melewatkat ekspresi berbinar dari pemuda dengan wajah yang lebih muda dua tahun darinya serta dikenal berwajah datar tanpa ekspresi,

Jujur saja baekhyun merasa nyaman bersama Sehun. Pemuda yang lebih muda terssebut walaupun sering bermuka datar sesungguhnya polos dan perhatian. Rupa sehun yang menawan tentu menjadi daya tarik sendiri bagi Baekhyun untuk berinteraksi dengan Sehun.

Kedua pemuda yang berbeda tinggi dan usia nampak melangkah keluar suatu gedung. Pemuda yang sama-sama mendalami pendidikan dalam memainkan alat musik itu saling berbincang dengan akrab. Saat dekat dengan arah taman kota pemuda yang lebih kecil menangkap sesosok orang yang sangat ia kenali. Ia tercekat. Pandangannya bertemu dengan pemuda tinggi tersebut..Entah mendapat ide dari mana, baekhyun berjalan mendekati chanyeol, dilingkarkannya lengannya ke lengan sehun yang berjalan disampingnya.

Sehun terkejut dengan perbuatan pemuda yang lebih tua. "h-hyung?"

"Chanyeol! Hei chanyeol" bukannya menjawab pertanyaan sehun baekhyun malah berteriak nyaring memanggil seseorang. Chanyeol tak menjawab sapaan baekhyun, ia memandang kedua pemuda yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang tidak dapat ditebak "Kebetelun sekali kita bertemu disini yeol, kenalkan ini sehun, junior kesayangan ku di tempat kursus." Baekhyun berbicara dengan cepat ia memandang sehun yang hanya bisa memasang ekspresi bingung

"Sehun, ini chanyeol, temanku. Aah tapi setelah mengenalnya kau harus sabar menghadapinya Ia sering berbuat hal bodoh dan aneh, berbeda sekali denganmu pokoknya." Dengan menatap kearah sehun, seutas senyum menghiasi wajah baekhyun.

Chanyeol diam sejenak menatap baekhyun, nampak berpikir sejenak "iya, begitulah haha" ucap pemuda bertelinga lebar itu menanggapi pernyataan baekhyun dengan tawa renyah.

Baekhyun lagi-lagi merasakan hantaman di hatinya. Belum pulih dengan keterkejutannya yang ia rasakan terkait insidennya memergoki chanyeol seminggu lalu, lagi-lagi pemuda yang telah menjadi teman sejak kecil itu menorehkan luka di hati baekhyun. Sang violinist berharap chanyeol berlaku sedikit cemburu atau membela dirinya sendiri. Namun pemuda itu malah menjawab santai seolah tak peduli.

Batas kesabaran telah dicapai Baekhyun.

Tanpa kata baekhyun menarik sehun menjauhi chanyeol. Sehun yang masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya dipikirkan oleh namja yang sedang mengamit lengannya itu hanya bisa pasrah. Dibisikannya kata "maaf, kami diluan" secara singkat pada chanyeol dan sehun pun pergi bersama baekhyun. Chanyeol hanya bisa menatap lekat kedua punggung orang yang meninggalkannya dalam diam.

''

Rembulan bersinar dengan terangnya malam itu. Meskipun cuaca cerah udara Seoul tetaplah menusuk dan tak ramah, terutama bagi orang-orang yang tak menyukai dingin seperti baekhyun. Dieratkannya jaket abu-abu dan pegangan pada kotak biolanya guna memberi sedikit rasa hangat pada tubuh Baekhyun. Tepat saat baekhyun menginjakan kaki keluar gedung, ia melihat sesosok orang yang paling tidak ingin lihat saat ini.

"H—hai baek. Emm,, aku ingin mengajakmu makan malam bersama."

Pemuda yang bermarga Byun tak mengidahkan lawan bicaranya. Dengan ekspresi dingin dilaluinya chanyeol yang kelihatan sengaja menunggunya di luar gedung kursus musik tempat baekhyun berlatih.

"Baek?" chanyeol tak menyerah, ia mencoba meraih pundak baekhyun yang berjalan melewatinya.

"Pergi, jangan ganggu aku" geram baekhyun perlahan

"Baek? Hei baek, ada ap-" belum berhasil menyelesaikan kalimatnya pemuda bermarga byun menyela pertanyaan chanyeol.

"Apa kau tak mendengarkan ku park chanyeol?!" baekhyun berbalik menghadap chanyeol secara tiba-tiba "bukankah sudah kukatakan tadi. Aku tak ingin melihatmu, aku bosan dengan kau yang lebih sering diam, tidak peka kepadaku, dan lebih memilih melihat orang-orang sekitar saat kita bersama." Baekhyun mengumpulkan napasnya yang sedikit tersenggal karena berbicara dengan sarat emosi. Netranya menghindari bertemu pandang dengan chanyeol yang baekhyun sadari sedang memandang baekhyun dengan raut muka sendu dan bingung.

"Jika urusanmu sudah selesai aku permisi dulu Park. Jangan mengontakku, aku sibuk mempersiapkan kompetisi seminggu lagi. Selamat tinggal" Dengan langkah kesal baekhyun berlalu meninggalkan chanyeol yang terpaku.

Detik itu, Chanyeol merasa dihempaskan ke dasar jurang.

''

Baekhyun tampak lebih serius berlatih, saat ini sudah hampir jam 10 saat ia pulang latihan. Kompetisi akan dimulai 2 hari lagi, sudah sewajarnya jika ia semakin giat berlatih. Saat membereskan partitur dan biolanya, baekhyun sadar tidak ada bunga yang dikirimkan untuknya selama dua minggu terakhir. Ia menghela napas kasar. Rasa sedih dan kecewa kembali berkecamuk dalam hatinya. Baekhyun kembali berusaha menepisnya untuk tidak mengingat apapun yang berkaitan dengan chanyeol.

Berberapa hari belakangan, baekhyun benar-benar memutus kontak dengan chanyeol. Ia tak menjawab pesan chanyeol, ia pun menghindari taman kota. Baekhyun berpikir ia menyesal kenapa ia tidak melakukan hal tersebut sejak lama. Saat berusaha melepaskan chanyeol baekhyun banyak mengisi waktunya bersama teman-temannya yang lain. Menyenangkan rupanya, ia tidak perlu lagi merasakan tidak tenang atau ketidakpastian. Keberadaan Oh Sehun pun membantu baekhyun untuk tetap ceria. Juniornya itu terlepas dari perangainya yang cenderung datar, nampak berusaha membuat baekhyun senang dengan sering mengajaknya mengobrol, jalan, ataupun makan bersama. Baekhyun merasa senang akan kebebasannya saat ini.

Ikan di laut yang bisa kupancing bukan hanya kau Park Chanyeol. Begitulah prinsip yang mulai ditanamkan dalam benak baekhyun.

Sesampainya di rumah baekhyun langsung memasuki kamarnya. Baekhyun berpikir sudah seharusnya ia terlepas dari chanyeol, tanpa berganti pakaian baekhyun menyibukan dirinya dengan tekad baru. Pemuda itu mengambil sebuah box putih dengan pola garis biru tua sederhana yang terletak di bawah ranjangnya. Dengan menghirup napas dalam-dalam baekhyun perlahan membuka box tersebut. Kartu dengan berbagai quotes serta berberapa jenis bunga yang sengaja dikeringkan oleh baekhyun terdapat didalam box. Sederhana memang, namun baekhyun sangat menghargai pemberian dari chanyeol tersebut. Baekhyun kembali membaca untaian-untaian kata disertai bunga yang kerap diberikan chanyeol tiap minggunya.

"Promise me you'll never stop dreaming – looking for Alibrandi"

Penggalan kalimat demi kalimat tersebut baekhyun yakini berasal dari buku maupun film yang disukai oleh chanyeol.

"A flower blossoms for it's own joy – Oscar Wilde"

Ketulusan dan dukungan tersirat dalam kumpulan quotes tersebut.

"Do not let bitterness steal your sweetness. Take pride that even though the rest of the world may disagree, you still believe it to be a beatiful place – Ian Thomas"

Menyedihkan. Walaupun berisi hal-hal positif, kalimat yang dibaca baekhyun di tiap lembaran hanya semakin menorehkan luka.

Waktu berlalu dan tidak ada yang abadi. Hal yang dulu sering kali membuat baekhyun serasa diterbangkan ke langit ketujuh, kali ini hanya membuatnya serasa dirantai oleh ikatan jala imajiner. Baekhyun menganggap segala perilaku chanyeol adalah formalitas belaka. Ia merasa sadar telah tersadar dari ilusi yang dibuatnya sendiri. Sejauh yang ia ingat, baekhyunlah yang selalu memulai interaksi diantara dirinya dan chanyeol. Chanyeol bahkan tak pernah sekalipun menelponnya dan setiap baekhyun hendak mencoba untuk menelpon chanyeol tak pernah mengangkat. Setiap kali bejalan bersama pun chanyeol sering menyematkan headset di kedua telinganya sehingga terkadang baekhyun merasa canggung untuk mengajak bicara chanyeol karena takut menggangunya.

Perih. Fakta demi fakta terngiang dalam benak baekhyun. Fakta lain yang baru ia sadari adalah chanyeol yang seakan kurang peduli akan permainan biola baekhyun. Biola dan musik merupakan hal yang dicintai baekhyun. Sang violinist itu kerap menunjukan permainan biolanya di hadapan chanyeol, namun yang bersangkutan hanya kerap memberikan ekspresi tersenyum dan komentar singkat seperti "bagus sekali baek". Sesedih atau sesemangat apa pun baekhyun memainkan musiknya reaksi chanyeol hampir selalu sama. Tak ayal baekhyun kembali menyadari bahwa park chanyeol hanya memberikan komentar sekelewat tanpa memberikan perhatian lebih atau menghargai biola atau musik yang dicintai baekhyun.

"aku harus melepasmu, akan kubuang benda-benda ini lusa." Tekad baekhyun dalam hati. Baekhyun sadar betul perilakunya belakangan ini menyakiti chanyeol, namun bukan berarti baekhyun tidak merasa sakit. Pemuda itu juga merasa berat dan terluka akan tetapi jika ia tidak berlaku sedikkit kejam terhadap chanyeol bagaimana ia dapat terlepas dari jala yang selama ini mengikatnya dalam kegelisahan?

Setelah meletakan kembali box yang sarat akan kenangan dari chanyeol. Baekhyunpun bersiap untuk mengistirahatkan diri. Kaos putih, celana pendek selutut berwarna baby blue, serta rambut yang lembab dan sedikit berantakan karena dikeringkan sehabis keramas menjadi penampilan baekhyun saat ini sebelum tidur. Deringan ponsel yang menandakan pesan masuk mengalihkan perhatian baekhyun yang baru saja menyibakan selimut dan bergerumul dengan bantal. Baekhyun menjangkau ponsel yang terletak di nakas samping ranjangnya, ia membaca pesan yang masuk tersebut, seketika juga baekhyun merasa terkejut dengan saat mengetahui siapa pengirim pesan singkat itu.

From:xxxxx

Byun Baekhyun, aku Do kyungsoo teman satu kampus Park ingin berbincang denganmu. Bisa kau temui aku di taman kota jam 7 esok malam?

'' ◉‿◉