FALL in LOVE
Sehun dan Luhan
.
.
.
.
"Hujan lagi," aku menggumam pelan sambil melihat langit yang berwarna kelabu, bersamaan air hujan yang berlomba-lomba turun menuju tanah. Aku memejamkan mata kala hidungku menangkap aroma yang sangat ku hafal, "petrichor." aroma tanah. Tanpa sadar tanganku terangkat, menyentuh tetesan hujan, lalu memainkannya. Aku suka bermain air hujan, tapi tidak dengan basah-basahan nya, karena aku mudah demam, dan ibu akan bersenandung panjang lebar jika tau aku sakit.
Fokus mataku beralih pada jam tangan yang ada di tangan kiriku, jam satu siang. Aku menghela napas. Telat pulang lagi. Aku memandangi langit lagi, sambil berharap akan ada pelangi yang mungkin bisa muncul walaupun tidak ada panas didekatnya. Nihil. Tidak akan ada pelangi cantik diatas sana, karena semua sudah terlutup awan kelabu. Lalu suara derap langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Aku tau siapa dia.
"Belum pulang?" tanyanya.
Sehun.
"Hujan."
"Oh? Iya ya.. hehe" dia terkekeh renyah. Lalu terdengar suara gedebug dan benda-benda jatuh kelantai. Akupun menoleh kearah anak laki-laki itu. Terlihat dia sedang membereskan alat-alat ah bukan, tapi perlengkapan panjat tebingnya. Sepertinya dia gagal latihan karena hujan turun.
"Gagal latihan ya? kasian.." ledekku.
Matanya yang tadi sibuk melihat kearah bawah -perlengkapannya- kini fokus kearahku yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Dia cemberut. "Luhan. Kau menyebalkan."
Aku terkekeh "Terimakasih." dia mendengus, lalu kami tertawa bersama entah karena apa, tidak ada yang lucu, aku tau dan dia pun tau, mungkin mulut kami gatal untuk tidak tertawa. Lucu kan?
"Mau pulang bersama?"
Aku kembali melihat keluar jendela, hujan masih turun lebat. "Boleh." karena aku lupa tidak membawa payung hari ini, dari pada menunggu hujan reda sendirian dan pulang sore kan lebih baik naik mobil, sama cowok cakep lagi. Hahaha
"Ayo."
Sehun berjalan didepan dan aku dibelakangnya. Mataku menatap punggung lebar miliknya, lebar sekali pikirku, padahal umur anak lali-laki ini sama sepertiku, baru menginjak sweet seventeen tapi dia sudah memiliki postur tubuh yang bagus dan pas. Aku lupa, dia kan aktif diberbagai bidang olahraga, pantas lah. Dan sepertinya punggung itu hangat jika dipeluk, kepalaku menggeleng, pikiranku mulai melantur ke hal-hal yang aneh-aneh. Lalu sebuah tangan melingkar dipundakku.
"Jalan disampingku, jangan dibelakang ah, nanti dikira apa lagi." dia menunduk dan tersenyum lembut kearahku. "begini lebih enak bukan?"
Aku hanya mengangguk kaku. Bagaimana aku tidak jatuh pada pesonanya, kebaikannya, perhatiannya dan segala hal miliknya yang begitu besar ya Tuhan.. Aku benar-benar jatuh padanya. Pada Sehun, si anak laki-laki berwajah tampan yang easy going. Aku yakin pasti banyak anak perempuan diluaran sana yang memiliki rasa yang sama sepertiku.
"Mau sampai kapan kau melamun he?" suaranya yang mulai berat menyadarkanku. Aku menoleh kearahnya, keningnya berkerut tak mengerti. Aku kembali terkekeh sambil mengusap poniku. Gugup.
"Sampai ada pangeran tampan datang padaku." ucapku asal.
Dia terwawa, keras dan lepas, bahkan sebelah tangannya memegang perut. "Lah ini," katanya sambil menunjuk kearahnya setelah tawanya sedikit mereda. Jujur aku bingung atas perkataannya barusan. "sudah didepan mata juga, kenapa masih menunggu?"
Oh Tuhan. Apa ini? Apa maksud ucapannya? Seseorang tolong jelaskan arti ucapannya itu...
"Apaan sih?" aku menunduk, menyembunyikan seraut wajahku yang mungkin sudah semerah semangka. Malu..
Ku dengar dia masih terkekeh disana, lalu sebuah benda kurasa tengah mengacak rambutku.
"Sehuuunn.." aku memberenggut sebal, ralat, pura-pura sebal. Aku suka saat tangannya yang hangat mengacak rambutku. Aku suka, sangat. Hehe
"Luhaaaannn" dia ikut memberenggut lucu mengikuti gayaku. Dan kita tertawa bersama, lagi.
