Tittle : ENTS

.

.

[vmin]

.

.

.


Jimin bukan seorang pengagum rahasia. jika bisa, ia ingin menghalau segala dorongan untuk melirik setiap taehyung ada disekitarnya. Ada beberapa hal yang memberinya alasan untuk memperhatikan taehyung sedikit lebih banyak. Seperti rumah mereka yang hanya berjarak dua blok dan orang tua taehyung yang mengenal baik orang tuanya. Atau seperti mereka teman baik ketika di taman kanak-kanak dan suka membuat sketsa bersama.

Perubahan menghantam mereka seperti pukulan, jimin adalah anak baik dan taehyung lebih memilih menjadi pembangkang. Jimin tak tahu bagaimana dan kapan, dunia mereka menjadi berseberangan.

.

.

Setelah hari yang panjang dan malam yang begitu keras. Taehyung akan berjalan berlawanan arah dengan rumahnya disertai banyak terkaan difikirannya. Oh— berapa banyak tenaga yang ia keluarkan tadi atau berapa goresan sia-sia di kulit yang ia dapatkan. Dengan pijakan demi pijakan menuju jendela kamar seseorang yang tengah duduk dibalik meja belajarnya.

Memaksakan senyum di salah satu ujung bibirnya yang rasanya seperti dirobek. Orang itu menatapnya seperti ingin menancapkan pisau ke tengah kening taehyung, namun tak ada rasa lebih hangat yang menguar dihatinya daripada ini.

Karena setelah ini, hanya akan ada helaan nafas maklum dan tarikan di pangkal lengannya.

Mungkin, Jimin adalah tempat dimanapun taehyung singgah. Setelah begitu banyak badai Jimin datang kepadanya seperti matahari. Membagi sebagian kehangatan pada sisi dingin taehyung.

Taehyung tahu Tuhan baik, diantara orang-orang di sisi gelapnya, setidaknya Tuhan memberinya satu yang terang.

"Lain kali akan ku kunci jendela kamarku".

Jimin melemparkan handuk dingin tepat di wajah taehyung. Ia tahu jimin tak pernah sungguh-sungguh.

Taehyung menekan sendiri memar di pipi nya, Jimin tak akan melakukan untuknya. Hal romantis seperti mengobati lukanya, ini bukan drama televisi dan taehyung memiliki dua tangan dan sepuluh jari yang untungnya masih lengkap.

Jimin mungkin tak akan pernah berkata manis. Tapi, taehyung tak pernah melewatkan bagaimana sekejap mata itu menjadi khawatir, dan akan selalu kembali dengan pakaian bersih, satu selimut dan dua cup ramen. Taehyung akan tersenyum, sisi lain dirinya yang tak pernah ia tunjukkan selain pada jimin. Sisi yang bahkan ia sendiri masih tak mengerti bagaimana datangnya.

.

.

.

mereka tak pernah berbicara dan berpura-pura tak mengenal satu sama lain. Ketika berpapasan di lorong kelas atau duduk berseberangan di kantin kampusnya.

Gosip murahan macam apa yang akan disebarkan jika seorang baik-baik yang hanya berfikir untuk meningkatkan nilai akademik terlihat akrab dengan berandalan yang terlalu brengsek.

Tapi diam-diam, dibelakang acuhnya orang-orang, taehyung akan sempat mengedip pada jimin lalu tersenyum kecil seperti menggoda nya.

Ugh—

tahu atau tidak jimin akan berpaling ke sisi lain dan mengumpat. Menyembunyikan bagaimana semu yang menjalar hingga ke telinga.

.

.

Taehyung adalah hal termanis yang pernah ia rasakan. Mungkin jimin tak akan pernah mengatakan terang-terangan. Harga dirinya terlalu menjulang. Jimin mungkin akan menepis tangan taehyung yang mengusak rambut nya atau menyikut perut taehyung ketika dengan lancang memeluk pinggang nya.

Namun lebih dari apapun jimin akan merindukan sedetik ketika sentuhan itu menghilang, ia hanya orang munafik yang terlalu menahan hasratnya.

.

.

" Apa?"

Ia bukannya tidak tahu taehyung yang sedang bersila diatas ranjangnya dan terus menatapi punggungnya sejak setengah jam lalu. Jimin bergerak risih, tapi berusaha untuk tidak menengok.

Bagaimanapun—

" Bagaimana kalau melakukan sesuatu yang menyenangkan?"

Setelah itu menguap, dan jimin berusaha tak peduli. " kau sangat membosankan."

" pergilah kalau begitu, aku sibuk."

Mereka tak memiliki waktu bersama jika itu bukan karena taehyung yang mengunjungi kamarnya. Jimin tak benar-benar mengusirnya, hanya entahlah— itu reaksi spontan setiap menanggapi taehyung.

Jimin fikir suara derit ranjang dan gesekan adalah taehyung yang akan berpamitan untuk pergi ke sisi lain dunianya. Namun kemudian buku ditangannya terangkat, dan ketika ia berjingkat lalu berbalik wajahnya tak lebih seinchi dari wajah taehyung.

Oh— sial.

Sejak kapan taehyung bergerak secepat ninja dan sudah membungkuk tepat dihadapannya.

Sangat dekat.

Entah itu udara di kamarnya atau nafas taehyung yang berhembus hangat diwajahnya. Jimin rasa sesuatu mencengkram paru-paru nya karena selanjutnya ia jadi sulit bernafas.

" Apa kau tidak merindukanku?"

Terlalu dekat.

Jimin membasahi tenggorokannya susah payah. Banyak umpatan yang hanya tertahan diujung lidahnya. Ia ingin sekali mendorong wajah taehyung dan berteriak untuk tidak seperti ini. Sisi lain dirinya berharap ini terjadi sedikit lebih lama.

Segalanya menjadi penuh konflik. Otak jimin berkabut.

Kemudian menebak kemungkinan selanjutnya ketika sudah menjadi sedekat ini. Hingga kekehan terdengar, dan jimin kembali lurus. Taehyung sudah berdiri tegak, dengan senyum disudut bibirnya yang membuat jimin mengumpat dalam hati.

" santai saja jimin."

brengsek—

Buku dari tangan taehyung jatuh dipangkuannya, " aku pergi ya, sampai jumpa." Dan tak lupa dua tepukan pelan di pipi.

jimin tak mampu bergerak, rasanya seperti berceceran. Jimin menyentuh pipinya dan menerka kenapa taehyung melakukan ini padanya.

ini berlebihan.

.

.

Jimin hanya menghela nafas kemudian menengok ketika merasakan tarikan di lengan kemejanya. Itu jungkook dengan mata menjelajah arah yang barusaja jimin lihat. Alisnya mengerut lalu menatap jimin. Jungkook adalah satu-satu nya yang mengetahui bagaimana hubungannya dengan taehyung berjalan.

" Apa kau akan diam saja?"

Taehyung disudut sana sedang tertawa bersama gerombolannya, oh— tentu saja mata jimin tak melewatkan bagaimana seorang gadis sedang bersandar di bahu nya.

Ada sepersekian jeda, " iya." Singkatnya.

Apa yang mengejutkan—

Temannya itu tak perlu menjelaskan sebrengsek apa taehyung. Rumor dan fakta tentang taehyung sudah mengaduk dan bertiup bersama angin di penjuru kampusnya. Jimin tahu, sangat lebih dari rumor yang beredar. Mungkin malam ini jika taehyung tak melompati jendela kamarnya, ia sedang bersenang-senang dengan gadis yang sedang bergelayut dilengannya.

Jungkook hanya mendengus, mungkin frustasi atau semacamnya," katakan padaku, kalian ini sebenarnya apa?"

Jika ia sendiri bisa memberi pengertian lebih dari hanya sekedar mengangkat bahu, lalu bertingkah seperti tak peduli. Karena di sudut pandangnya sendiri, jimin juga tengah mencari dimana ujung simpul yang tengah mengikat ia dan taehyung.

.

.

Kalian ini sebenarnya apa?

Jimin biasanya tak akan benar-benar mempermasalahkan disebut apa mengenai hubungannya dengan taehyung. Mungkin teman, mungkin lebih dari itu. Bisa saja. Hanya merasa nyaman dan jimin merasa cukup.

Pertanyaan yang diberikan jungkook padanya berubah mengusik. Jimin adalah pengungkap perasaan yang payah, dan segala perhatian yang diberikan taehyung terasa lebih dari kasih sayang biasa. Taehyung tak pernah mengutarakan apapun, ia lebih banyak bertindak. Menatapnya dalam, mengusap rambut jimin atau mencuri ciuman dari pipinya. Semuanya membuat dada jimin bergemuruh. Rasanya jadi mengambang dan membingungkan.

Biasanya taehyung akan mengusak rambutnya dan jimin hanya akan diam menatap taehyung yang berlalu, tapi malam ini akan menjadi berbeda karena jimin memegangi pergelangan tangan taehyung, sedikit mengejutkan karena jimin terlalu sering menjadi pasif.

"aku hanya akan bertanya sekali," jimin terlalu berani malam ini, karena secara sadar ia menatap mata hitam taehyung," kita ini— sebenarnya apa?"

Cepat atau lambat mereka juga akan saling menyadarinya, jika mereka tak hanya cukup disebut lebih dari teman.

Jimin mungkin akan menyesal setelah ini, melihat bagaimana taehyung yang tak menjawab apapun dan meninggalkan ia dengan suara detik jam di dinding kamarnya.

.

.

.

.

.

Tbc.

.

.

.


a/n:

aku sedang menantang dirisendiri untuk mencoba mengetik ff ber-chapter, mungkin hanya akan jadi 2shoot. Rasanya sedikit awkwrd, tapi entahlah aku paling menikmati saat mengetik ini. Ada banyak ide yang membludak.

Hehe.

Terimakasih teman-teman yang sudah memberi apresiasi untuk "payung."

Aku mencintai kalian.

p.s : huhu vmin garis keras dah nonton gayo track 7 kan, ayo nangis bareng.