Disclaimer : kuroshitsuji diwariskan ke saya –PLAK!- *digampar yana toboso sensei*
Iya ding, bukan punya saya wees…^^
Pairing : Ciel x oc Ciel x Sebastian
Nb : jangan bunuh saya kalo fic nya gaje
Ini my first fic
My boy x my love
Aku terus menunggunya…
Untuk datang menemuiku..
Sambil membawa karangan bunga yang besar…
Pure snow….
Februari
Michael's pov
Hari ini, seperti hari-hari -salju putih memenuhi london.
Aku berjalan menyusuri salju-salju tebal yang berserakan di jalanan kota -pohon besar tertutup salju, rating-rantingnya yang panjang tanpa sehelai daun itu mencuat keatas, bagaikan menggapai langit putih di angkasa.
Suasana di kota ini sangat damai, walaupun hawa dingin sangat mencekam. Jalanan di sore hari terasa sepi hanya terdapat bangku-bangku kosong di pinggiran kota, pepohonan yang tertutup salju, dan juga terkadang ada bus yang melewati jalan raya.
Seperti biasa kucingku selalu setia menemaniku. Aku mengancinkan mantel hitamku lebih erat supaya udara dingin tidak menusuk kulitku.
"taku..taku..kemari ayo kita pulang"aku memanggil kucingku yang sedari tadi tengah asyik bermain salju di pinggiran jalan. Memangsih bulunya tebal, tapi masak dia nggak merasa kedinginan sama sekali?. Huh…kucingku ini memang hebat bukan?.
"miaw.."sepetinya dia merespon.
Aku menggendong taku dan menaruhnya dipundakku. Akupun kembali berjalan menyusuri jalanan bersalju.
Tiba-tiba langkahku terhenti. Seketika itu juga tubuhku seperti mati rasa, aku tidak mengerti mengapa.
Di atas tanah putih yang tertutup salju, terbaringlah seorang anak mungil disana. Matanya terpejam, rambut abu-abu kebiruanya yang lembut sebagian tertiup angin sebagianya lagi menutupi dahinya, kulitnya begitu putih, bahkan sulit untuk membedakan tumpukan salju dengan dirinya. Aku berjalan lebih dekat, mengamati wajahnya lebih dalam, aku melihat sebuah senyuman terukir di wajahnya, membuat anak ini semakin manis. Hatiku terasa tenang melihat anak ini, hawa dingin berubah menjadi hangat ketika aku memandang wajahnya.
Ciel's pov
Hhmm…rasanya nyaman sekali. Samar-samar aku merasakan sesuatu yang lembut mengusap-usap pipiku. Perlahan aku membuka mataku, 'sesuatu' di depan mataku itu lama-lama semakin terlihat jelas. Aku melihat gumpalan bola berbulu coklat keemasan yang memiliki ekor.
Eh?.. bola berbulu? Hahaha… bodohnya aku. itu bukan bola ciel, itu adalah kucing. berarti yang mungusap-usap pipiku tadi ekornya?. Ah…. Dasar . sepertinya aku ketiduran…
Aku membalikan diriku ke kanan. Tapi.. aku sungguh tak percaya apa yang ku lihat didepan mataku ini. Tiba-tiba dadaku berdebar, muncul semburat-semburat merah muda di pipiku.
Tepat disamping ku, terbaringlah seorang pemuda yang mengenakan pakaian serba hitam, dari mantelnya sampai celana panjangnya, hitam semua, bahkan rambutnya yang lembut itu juga berwarna hitam kelam. Aku memperhatikan wajahnya lebih dekat, wajahnya putih, seputih salju bulan ini, hidungnya mancung, bibirnya yang lembut itu berwarna merah marun, benar-benar menawan.
Eh? Kok aku jadi seperti ini sih, memandangi wajah orang asing ini sampai bilang dia menawan pula padahal baru kali ini bertemu denganya, ah… hari ini aku begitu aneh.
"akhirnya kamu bangun juga…ini rute jalan-jalanku dengan taku" pemuda serba hitam itu terbangun , memperlihatkan warna bola matanya yang sewarna delima.
"Bisakah kau bunuh diri di tempat lain?" kata pemuda ber iris merah itu, blak-blakan.
"ayo pulang taku" pemuda itu menggendong kucingnya.
Eh .. tunggu, bunuh diri ?
"aku bukan mau bunuh diri" aku berusaha bangkit berdiri, menghampirinya.
Tapi..
Brugh…
aku terjatuh. Ugh.. sial tubuhku membeku, kakiku nggak bertenaga.
Aku nggak bisa jalan, gimana nih?.
Pria serba hitam itu berbalik, sepertinya dia tahu kalau aku nggak bisa berdiri.
Gyuut ..
tiba-tiba pria itu merengkuh pundaku, dia menggendongku, mencoba membantuku berdiri. Dheg… entah kenapa jntungku berdebar lagi.
"kamu nggak papa?" pria itu menanyaiku, wajahnya begitu dekat denganku.
"te..terimakasih" aku melepaskan diri darinya.
"kalau punya masalah, kenapa nggak cerita aja?"kata pria itu lembut, hmmm.. sepertinya dia orang baik. Eh.. tadi dia bilang.. masalah?.
dia meletakan tanganya di pundaku sambil berkata "wahai nona yang mau bunuh diri".
Ap… aapua..? dia bilang apa? Seenaknya saja dia bilang begitu.
"namaku Ciel Panthomhive dan jangan panggil aku nona! ,aku itu cowok!" aku membentaknya
"dan lagi…. Aku bukan mau bunuh diri!".
Pemuda serba hitam ini sepertinya agak kaget waktu aku bilang 'aku itu cowok'. Tapi setelah itu dia hanya merespon dengan 'ohh..'.
" hai Panthomhive, aku Michael dan ini kucingku taku, salam kenal ya" pria bernama Michael itu tersenyum lembut padaku.
"panggil Ciel saja" jawabku.
"hm.. baiklhah Ciel. Oh ya jadi apa yang menjadi motifmu?" yak dia mulai lagi nih…
"sudahku bilang! Aku bukan mau bunuh diri!" aku membentaknya lagi.
Michael hanya tersenyum tipis.
"aku Cuma ingin menjernihkan pikiranku. Lalu aku tertidur. Aku lelah karna harus belajar setiap hari, untuk ikut ujian masuk smu. Meskipun sebetulnya aku nggak suka… tapi… begitu aku melihat salju.. aku jadi nggak ingin memiirkan apapun. Tahu-tahu aku ketiduran" keluhku panjang lebar.
"calon peserta ujian yang kesepian ya….hm..aku turut berduka cita"timpal Michael dengan jujurnya.
Ciih.. ternyata dia menyebalkan. Aku membalikan badanku, seraya berkata "selamat tinggal".
"eh, tunggu kamu mau kemana?.. jangan-jangan kamu mau coba bunuh diri lagi ya?"michael menghampriku. Dasar menyebalkan, masih juga di bahas soal itu, huh!.
"aku mau belajar di perpustakaan" jawabku ketus.
"aku memang calon peserta ujian yang kesepiaa~an…" timpalku kesal.
"haha…jangan dimasukan ke hati dong"cowok menyebalkan itu malah tertawa riang.
Tiba-tiba dia menggandeng tanganku "ada tempat yang lebih baik daripada perpustakaan, ikutlah denganku".
Eh..? meskipun begitu aku tetap mengikutnya tanpa perasaan curiga, rasanya nyaman berada di dekat orang ini.
XX
"Taman?"aku nggak nyangka, Michael membawaku ke taman kota. Pemandanganya indah.. terdapat banku-bangku di tengah taman, walaupun jalanan tertutup salju, suasana di taman ini sangat hangat dan nyaman, mungkinkah itu karna aku sedang bersama orang ihi? Dheg! Entah ini yang ke berapa kalinya ,jantungku mulai berdebar lagi.
Dia mengajaku untuk duduk di salah satu bangku taman yang ada mejanya.
"yup!. Perpustakaan Cuma bikin jenuh calon peerta ujian, Ciel" ujar Michael dengan senyum khasnya.
"Michael anak smu juga ya? Pernah ikut ujian masuk smu?"tanyaku penasaran.
"pernah, bulan april kemarin aku kelas 3 smu… tapi aku berhenti sekolah..karna fisiku lemah..uhuk..uhuk.."kata pemuda serba hitam itu dengan gaya pura-pura sakit.
"kamu bohongkan?"sahut ku ketus.
"kok kamu tahu?"si raven hanya tersenyum tipis.
"orang yang fisiknya lemah, pasti mati kalau tertidur di tengah salju"jelasku, to the point.
"itu karena kamu nggak bangun-bangun Ciel" jelas Michael sambil mengelus-elus taku yang ada di pangkuanya.
"hoaahm…gawat aku ngantuk lagi nih, Ciel. Ini memang hari baik untuk tidur..aku istirahat dulu,.selamat belajar Ciel"pemuda ber iris sewarna darah itupun perlahan-lahan tertidur, bersama kucingnya yang setia di pangkuanya.
"Michael.. taku juga.."ah, mereka tertidur ,kalau dilihat lebih dekat, mereka mirip ya?hihihi… benar-benar orang aneh.
Tapi rasanya…aku jadi tenang, aku terus merasa kesal hingga kemarin.
Hmm.. angin yang bertiup di musim salju ini memang membuat akupun ikut tidur bersama mereka…
X X
Hm.. enaknya..aku menguap ah..lagi-lagi aku ketiduran, perlahan aku membuka mata.
Eh? Michael masih ada di sampingku?.entah mengapa, muncul semburat-semburat merah muda di pipiku, ketika aku memandang wajahnya lebih dekat. Rambutnya yang hitam kelam terurai bebas di di kedua sisi pipinya, melewati rahangya yang kuat. Bola mata semerah darah itu memandangi sehalai kertas ditanganya di balik sebuah kaca bening. Kulitnya yang putih bak patung pualam menyempurnakan parasnya.
Raut wajahnya jadi lebih serius ketika dia mengenakan kaca mata, lain dengan yang tadi.
"Ciel, ini banyak yang salah…"michael menyadarkanku dari lamunanku.
"nggak papa nih, yakin mau ikut ujian, Ciel?"kata pria didepanku ini dengan jujurnya.
"banyak salah? Memangnya kamu tahu?"jawabku dengan agak kesal.
"dasar nggak sopan.. waktu aku sekolah, prestasiku yang terbaik..!"ujar Michael dengan yakin
" ujian tinggal sebulan lagi, apa nggak masalah…?"lanjutnya dengan nada sedikit mengejek.
Oke, aku akui kalau aku memang agak asal-asalan, itu karna aku lelah. Aku memilih diam dan menatapnya, sebagai respon.
"kenapa?"pemuda serba hitam itu bertanya ,penasaran.
Akupun berusaha mengalihkan perhatian, aku nggak ingin dia membahas tentang cara belajarku yang nggak mahir ini. "Michael kelihatan pintar ya, kalau pakai kaca mata. Kamu pasti lebih populer kalau pakai kaca mata" ujarku dengan santainya.
"haha..terimakasih saranya"jawab pemuda ber iris merah tersebut dengan sedikit kesal, sepertinya dia tahu kalau aku ingin mengalihkan hanya balas tersenyum dengan wajah tanpa dosa.
"Ciel, datanglah ke rumahku mulai besok. pak guru michael, akan membuatmu lulus".
Dia berkata demikian sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan mulutnya.
Pemuda serba hitam itu tersenyum menggoda, senyumanya itu mampu membuat pipiku merona kemerahan. Lagi..
"eH..? berarti.."aku tidak menyelesaikan kalimatku barusan, tepatnya tidak sanggup.
Dia jadi guru privatku?
X X
Kalau saat itu aku menolak, mungkin aku..nggak akan menyadari kalau aku menyukai Michael. Bersama-sama dengan pemuda ini..adalah masa-masa paling menyenangkan dalam hidupku selama 14 tahun ini.
Sejak saat itu, aku datang ke rumahnya tiap hari. Dia selalu mengajariku degan telaten dan sabar. Setiap soal yang dijelaskanya dapat kupahami dengan mudah. Aku selalu belajar dengan riang bersamanya. Tapi, tidak jarang juga, taku mengganggu aktivitas kami.
"yak! Sempurna, kamu pasti lulus"ujar Michael sambil meneliti lembar jawabku "asal, kamu nggak jadi bodoh pada hari –H-nya" lanjut si cowok menyebalkan itu.
"bodoh katamu? Dasar … akan ku buktikan kalau aku itu pandai, aku pasti bakal lulus, tuan sok pintar!" eyelku dengan cemberut, kedua pipiku menggembung, dan bibirku agak manyun.
Seperti biasa michael hanya tersenyum tipis.
"Ciel, kau manis saat sedang marah"
Eh? Apa katanya? Mau menggodaku ya?. Sontak aku berbalik dan mengepalkan tanganku, berniat untuk memukulnya, tapi…
JEPRET!
Michael baru saja mengambil ..?eh..? apa yang dia lakukan sih?
Aku mencekik lehernya, kesal.
"mau apa dengan foto itu?"aku terus mencekiknya.
"uhuk.. ah, ciel napasku sesak"michael melepaskan tangan kecilku dari leharnya.
"makanya aku tanya..mau apa kau dengan foto itu?"aku terus-terusan ngeyel.
Michael menjawab dengan santainya "akan kuperlihatkan pada adiku".
"adiku manis lho" lanjutnya dengan senyum-senyum.
"jangan dong..untuk apa memperlihatkan foto itu?"aku bergelayutan di lenganya yang panjang, berusaha meraih kamera yang dibawanya itu.
"supaya dia kenal dengan orang yang kusayangi"
Sejenak, raut wajahnya berubah..menjadi serius, mata rubby nya bertemu dengan blue diamondku. Seketika itu juga jantungku kembali berdegup, debaran yang kali ini lebih kencang, beda dengan yang sebelum-sebelumnya. Rona merah di kedua pipiku semakin terlihat jelas, bahkan jika aku bisa melihat wajahku sekarang pasti wajahku sudah seperti udang rebus.
"jangan…dia bisa salah paham kalau kamu bilang begitu…karna aku.. karna aku juga menyukai Michael..!"
Oh Tuhan… apa yang aku katakan barusan? Ugh..aku kelepasan.
Tapi jauh dalam lubuk hatiku aku merasa lega sudah mengungkapkanya.
"aku juga…aku juga menyukai Ciel" Michael menatap kembali wajahku.
"ta..tapi kan aneh aku belum tahu apa-apa tentang Michael, lang-"sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Michael lebih dulu memotongnya.
"seharusnya aku yang bilang begitu. Karena..saat aku melihatmu terbaring di atas salju, aku tiba-tiba saja menyukaimu…..tanpa mengetahui warna bola mata atau suaramu.."
"aku menunggumu selama berjam-jam ditengah salju"
Rona merah di pipiku masih setia menemaniku. "kau menungguku sampai aku terbangun?"tanyaku malu-malu.
"aku menunggu… sampai aku mendengar suaramu….aku terus menunggu di tengah salju"
Pemuda serba hitam yang menagkap hatiku ini tersenyum hangat padaku.
"hey, Ciel ayo kita berjanji, agar kau lulus"si raven didepanku ini tiba-tiba berkata begitu.
"berjanji?"tanyaku bingung.
"ya, jadi kita tidak bertemu sampai hari pengumuman kelulusanmu. 2 minggu mendatang, gimana?"jelas Michael panjang lebar. Tentu aja pernyataan Michael barusan membuatku tambah bingung.
"habis..selama ini kayaknya kamu nggak bisa belajar karena kita berduaan terus…mana ada taku lagi"kata Michael sambil mengalihkan wajahnya dariku, sepertinya barusan aku melihat rona merah di pipinya.
"ba..baiklah aku mengerti"jawabku nggak kalah malunya dengan Michael.
"kalau aku lulus, jangan lupa rayakan lho!"tuntutku pada pemuda yang baru saja menjadi pacarku ini.
"oke..! kamu harus lulus ya Ciel"balas Michael dengan senyum khasnya lagi.
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dengan berani, aku meletakan kedua tanganku di kedua sisi telinganya. Michael awalnya agak terkejut dengan tindakanku ini.
Akupun melepaskan kacamatanya, dan mengenakanya padaku.
"ini kusita dulu…bisa kupakai jadi jimatku. Pinjam ya."ujarku padanya sambil tersenyum lepas.
Pemuda ber iris merah ini balas tersanyum dengan hangat..dan senyumanya itu entah mengapa, sepertinya memendam berbagai macam perasaan.
"aku akan menjemputmu dan membawakan karangan bunga..berjuanglah!"
Michael berbisik di telingaku, mengirimkan getaran ke seluruh tubuhku. Kemudian dia memalingkan wajahnya dari telingaku, dan menatap mataku dengan lembut.
Perlahan dia mendekatkan wajahnya padaku… dan..yah.. aku hanya menutup mataku, biarlah debaran jantung ini yang menjawab. Akhirnya bibir michael mendarat di keningku, dengan lembut dan hangat.
"nah ciel, lanjutanya setelah kau lulus ya"Michael kembali berbisik.
"apa maksudnya 'lanjutanya' hah?"aku bertanya malu-malu.
"rahasia..haha.." hanya itulah yang dia ucapkan.
Huh..!dasar…!
XX
Sejak saat itu, aku berusaha keras selama seminggu sampai waktu ujian tiba.
Dan setelah itu aku menunggu seminggu lagi…
Dan, hari kami bertemu kembali pun tiba.
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan. Aku berdesak-desakan dengan para siswa lain untuk melihat papan pengumuman. Aku mencari nama dan nomorku di papan kelulusan trsebut.
Setelah sekian lama mencari akhirnya… kutemukan.
no.191 , Ciel Panthomhive.
Ah..ada namaku..aku lulus.. aduh senangnya. Aku nggak sabar ketemu Michael. Hari itu aku sangat senang berlari keluar menyusuri koridor. Saking senangnya, aku sampai menabrak seseorang di depanku.
BRUGH!
Kami pun terjatuh. "maaf" ujarku pada pemuda yang aku tabrak barusan.
"kamu nggak papa?"eh, pemuda yang barusan itu malah menghawatirkan aku.
"i..iya"jawabku malu. Aku melihat nomor siswa di dadanya 192. Hmm…nomor itukan di sebelah nomorku?
"selamat ya kau juga lulus!"
aku mengucapkan selamat padanya dengan senyum lebar dan hangat , sekali-sekali aku ingin berbagi kegembiraanku pada orang lain.
Aku langsung lari meninggalkan pemuda yang ku tabrak barusan. Sekarang pikiranku hanya tertuju pada seorang yaitu Michael. Yup! Ini hari pertemuan kami setelah janji itu.
Dengan perasaan yang paling bahagia di dunia, aku menunggu Michael, di gerbang sekolah, tempat perjanjian kita.
Tapi… seberapa lamapun aku menunggu, michael tak pernah datang…
