Standard disclaimer applied.

Warning: typos yang pasti akan selalu ada, OOC, definitely AU!

Untuk Sasosaku event "Black and White Remembrance" dengan prompt: Angel/Demon

.

.


Alkisah, di sebuah negeri nun jauh di sana, adalah sebuah kerajaan kecil yang berdiri dibalik rimbunnya hutan pinus, jauh dibalik air terjun. Kerajaan tersebut begitu makmur dan sejahtera, karena para penduduk memiliki seorang raja yang amat bijaksana.

Dan pada saat sang ratu melahirkan, betapa bahagianya para rakyat di kerajaan itu. Mereka pun menyambut kehadiran sang calon pewaris takhta kerajaan dengan mengadakan pesta secara besar-besaran. Seluruh penduduk diundang―dari kaum petani hingga kaum bangsawan.

Namun hanya ada satu orang yang tak diundang. Ya, ia adalah sang naga agung yang dikucilkan oleh penduduk karena wujudnya yang mengerikan.

Sang naga yang agung murka ketika ia mendengar kabar bahwa kerajaan tempatnya bernaung mengadakan pesta penyambutan sang pewaris takhta―dan ia sama sekali tidak diundang. Dan gemuruh pun terdengar saat sayap berwarna semerah darah itu membentang menjangkau cakrawala di atas sana.

Ia akan membuat seluruh orang menyesal tidak mengundangnya datang!

Kepanikan menyelubungi seluruh kota ketika bola-bola api berjatuhan dari langit―menghancurkan apapun yang tersentuh oleh benda yang amat panas tersebut. kemurkaan sang naga membawa bencana bagi kerajaan kecil itu!

Dan betapa ketakutanlah sang raja dan ratu ketika sosok naga itu memasuki kamarmereka. Seringai pun ditampakkan oleh naga tersebut, menampakkan gigi-gigi taring yang amat tajam pada rongga mulutnya.

Bola mata sewarna dengan dedaunan musim gugur itu pun menerawang kesekeliling. Dan bola mata itu berkilat tatkala matanya menangkap warna merah muda di balik kelambu yang terdapat di sisi kamar tersebut. Sang naga pun membalikkan tubuhnya, berjalan menuju kelambu yang terletak di sisi ranjang.

Pada detik berikutnya, terdengar suara pekikan sang Ratu―bersamaan dengan suara tangis bayi yang membahana. Sang naga pun menggendong sang bayi dengan sebelah tangannya sembari membentangkan kedua sayapnya.

Sang naga pun terbang kembali melintasi langit―terbang kembali menuju kediamannya nun jauh di atas gunung, membawa sang anak jauh dari jangkauan.


Putih di dalam Hitam


.

.

Bagian Satu: Puteri di atas Kastil

.

.

Sinar mentari yang hangat menyelinap masuk dari balik celah jendela yang terbuka sedikit itu. suara cicit bubur-burung kenari seakan seperti menyambut sang surya yang kembali menjalankan tugasnya. Rasa dingin yang sebelumnya menusuk, kini digantikan oleh kehangatan yang ditawarkan oleh sang penerang hari, seakan berusaha menyadarkan para makluk bumi dari lena bunga tidurnya.

Seperti para penghuni bumi lainnya, sesosok gadis dengan rambut merah mudanya kini terlihat tengah beringsut di atas tempat tidurnya sambil memutar arah tubuhnya ke samping. Dan perlahan, terlihatlah sepasang manik sewarna dengan dedauan hijau itu―terlihat sayu dan berkaca-kaca.

Perlahan, gadis itu beranjak dari posisi tidurnya, membiarkan helaian rambutnya yang menjuntai hingga kaki tempat tidur itu sedikit tergerai bebas karena gerakan kecil yang ditimbulkan si pemilik rambut. Helaian merah muda itu seakan-akan mengelilingi sepanjang sisi ranjang si gadis.

Kedua tangan kurusnya ia regangkan ke atas―berusaha untuk melemaskan otot-otot tubuhnya yang sedikit menegang dan kaku karena tidur semalam. Kuap pun meluncur dari mulutnya, dan gadis itu tak perlu repot-repot menutupnya. Lagipula tidak ada yang―

"Tutup mulutmu, tidak sopan."

―melihatnya.

Pada sisi pintu kamar tersebut, berdiri sesosok lelaki yang kini tengah terfokus pandangannya pada si gadis di depannya. Lelaki itu mengenakan pakaian khas bangsawan kuno―dengan jubah berwarna kemerahan dengan motif indah yang dibuat dari benang emas menghiasi sisi jubah tersebut. rambut kemerahan milik pemuda itu terlihat sedikit acak-acakan.

Dan sepasang iris berwarna dedauan yang berguguran pada musim gugur itu―sedaritadi tak melepaskan fokusnya pada sesosok gadis cantik di depannya. Namun entah kenapa bola mata itu terlihat sangat kosong.

"Ma―maafkan aku, Sasori."

Suara gadis itu terdengar begitu kecil namun amat merdu―bagaikan suara cicitan burung bulbul. Tangan kurus itu mencengkeram sprei kasurnya agak kuat, dan kedua kelopak mata itu terpejam kuat. Takut sekali rasanya jika ia melihat kemurkaan yang menguasai lelaki di depannya ini.

Namun setelah lima detik ia menghitung, tak ada tanda-tanda bahwa kemurkaan itu ada. Dan ketika dengan agak takut-takut ia menghitung, terlonjaklah ia ketika sepasang hazel itu kini terlihat begitu dekat di depannya.

Bahkan ia dapat merasakan hembusan nafas milik lelaki di depannya!

"Saatnya mandi, Sakura." ucap si lelaki lagi dengan nada datar.

Sakura menggigit bibir bawahnya sesaat, lalu menganggukkan kepalanya pelan. Ia pun membiarkan lelaki itu menyentuh pundaknya yang telanjang.

Ting!

Pendar berwarna keemasan pun mengelilingi tubuh gadis dengan rambut merah mudanya tersebut. Dan sesaat kemudian, tubuh gadis itu kini terbalut dengan gaun berwarna merah marun dengan korset berwarna hitam yang melilit dengan begitu pas pada bagian bawah dada hingga pinggangnya yang ramping. Gaun tersebut tidak mengembang di bagian bawahnya―sehingga terlihat ringan dan lembut. bagian lengan gaun itu pendek dan mengembang, namun tidak membuat gadis itu terlihat memiliki lengan yang gemuk.

Dan rambut berwarna merah muda itu dibiarkan menjuntai hingga menyapu lantai. Walaupun panjang rambut yang gadis itu miliki tidaklah normal dan kelihatan sulit sekali diurus, pada kenyataannya rambutnya selalu terlihat lembut dan sehat.

"Aku akan pergi hingga malam hari. Ingat, makan makananmu secara teratur. Jangan tidur lewat dari waktu saat burung hantu mulai berkukuk. Mengerti?"

Sakura pun menganggukkan kepalanya perlahan―seakan seperti sudah diperintahkan untuk melakukan hal tersebut setiap saat.

Dan senyuman yang amatlah sangat tipis pun terbentuk pada bibir pemuda itu tatkala ia melihat respon positif yang diberikan gadis musim semi di depannya.

Perlahan, tangannya pun terulur―mengusap helaian merah muda itu dengan rasa sayang. Tangan itu pun merapikan anak rambut milik Sakura―menyisipkannya di balik daun telinga gadis di depannya.

"Kau bisa membaca buku di perpustakaan. Ingat, kau tidak boleh membaca buku bersampul merah itu. Dan kalau aku sampai tahu, kau akan tahu akibatnya."

Aura kehangatan yang sebelumnya menguar pada tubuh lelaki itu langsung lenyap digantikan oleh hawa dingin nan menusuk, membuat Sakura mau tidak mau merasa semakin ciut juga. dengan cepat, kembali ia anggukkan kepalanya―tidak ingin membuat lelaki di depannya murka.

Seringai pun kembali terkembang pada bibir tipis milik lelaki bernama Sasori tersebut. ia pun berjalan menuju sisi jendela yang entah sejak kapan telah terbuka.

Dan tiba-tiba, terbentanglah sayap berwarna kemerahan dari punggung pria itu―mengoyak jubahnya menjadi dua bagian. Dan jubah kemerahan itu pun tertanggal dari pundaknya, diiringi oleh suara kibasan sayap yang mulai terkepak.

Iris berwarna emerald itu terus memperhatikan sosok yang semakin menjauh itu, hingga sosok itu terlihat bagaikan titik kecil di atas sana. Desahan kelegahan pun terdengar.

Lelaki itu―ah lebih tepatnya manusia naga itu―merupakan lelaki yang mengurusnya semenjak ia masih amatlah sangat kecil. Lelaki itu mengurusnya karena kedua orangtuanya membuang dirinya ke dalam hutan saat ia masih berwujud seorang bayi yang tak berdaya.

Dan saat ia ditemukan, ia terlihat sudah hampir mati karena kelaparan.

Lelaki itu, Sasori namanya. Entah apa nama keluarganya, Sakura sendiri tidak tahu, yang jelas lelaki itu adalah sesosok naga agung yang amat ditakuti oleh seluruh penduduk kerajaan Konohashire. Sosok dengan rambut semerah darahnya, sorot mata yang terlihat dingin dan begitu membunuh―kira-kira seperti itulah yang tertulis pada buku sejarah Konohashire yang ia baca beberapa tahun yang lalu, dan Sakura menyetujui kebenaran yang tertulis di dalam buku itu.

Namun ada kalanya sosok lelaki itu dapat berubah menjadi lembut―seperti yang ia lakukan tadi pagi. Dan adakalanya sosok itu mencium keningnya diam-diam di malam hari―ciuman yang berbau darah segar.

Mengingat ciuman itu sontak membuat rona merah pucat menghiasi pipinya yang ranum. Kedua tangannya memegangi pipi yang memerah tersebut, bibir bawahnya ia gigit sekilas.

Suka, seperti itulah perasaan yang tumbuh dalam benaknya setelah bertahun-tahun ia diasuh oleh sang manusia naga. Meskipun ia tidak pernah berinteraksi dunia luar, ia dapat mengetahui rasa aneh itu berkat buku-buku cerita tentang romansa yang setiap hari menemani hari-harinya yang sepi.

Hanya buku yang membuatnya mengetahui tentang dunia luar.

Selama ini, ia hidup terkurung di dalam sebuah kamar yang terletak pada menara tertinggi kastil milik sang pengasuh. Walaupun memang ia boleh keluar, itu hanyalah hingga menuju perpustakaan yang berada tepat di samping kamarnya. Bahkan ia masuk ke perpustakaan melalui sebuah pintu yang terdapat di dalam kamarnya.

Selain kamar tidurnya dan perpustakaan, ia sama sekali tidak tahu bagaimana sesungguhnya keadaan dunia di luar sana.

Memang di dalam kamarnya ini terdapat jendela, namun sejauh mata memandang yang ia dapat lihat hanyalah hijaunya pohon-pohon dan birunya langit. Ia juga ingin melihat yang lain! Melihat pasar buah, bunga-bungaan, melihat manusia lain selain dirinya dan Sasori …

Meskipun ia memang melihatnya dari buku-buku cerita yang ia baca, tetap saja ia ingin melihatnya secara langsung.

Sakura pun hanya bisa menghela nafasnya perlahan. Kepalanya tertopang pada kedua tangannya yang bersandar pada sisi jendela. Iris kehijauan itu menyipit sekali-kali akibat sinar mentari yang terlalu banyak masuk ke dalam kornea matanya.

Ia pun membalikkan tubuhnya. Pandangannya teralihkan ke arah nampan berisi makanan pagi yang masih mengepul pada wadah makannya. Dan mendadak, perutnya sedikit berbunyi―membuatnya sedikit gugup.

Untung saja Sasori tidak di sini. Kalau ya, lelaki itu pasti akan menegurnya karena tidak sopan.

.

.

Setelah makan, Sakura melangkahkan kakinya menuju pintu satu-satunya yang terdapat dalam ruangan yang telah ia tempati selama kurang lebih enam belas tahun tersebut. pintu itu tidak terkunci. Dan saat pintu itu terbuka, kedua bola matanya bagaikan dimanjakan oleh pemandangan berupa tumpukan buku yang terlihat tidak akan habis-habisnya walaupun kau merasa sudah membaca seluruh buku yang ada di sana.

Sakura pun berjalan menyusuri rak-rak buku yang berada di sana. Ia bahkan tidak menyadari kalau pintu yang sebelumnya ia biarkan terbuka itu tertutup dengan sendirinya. Tangannya yang kurus pun menelusuri satu demi satu deretan buku yang tersusun rapi di sana―dan sesekali tangan itu terhenti ketika ia menemukan buku yang menarik.

Lama ia menyusuri bagian demi bagian perpustakaan itu, hingga sampailah ia pada ujung perpustakaan, tempat yang seharusnya tidak harus ia kunjungi.

Di sana, tersimpan sebuah buku bersampul merah yang selalu Sasori tekankan padanya untuk tidak ia baca. Dan sudah beberapa kali Sasori memergokinya ketika hampir saja Sakura menyentuh buku itu―hingga berakhir pada hukuman berupa larangan untuk memasuki perpustakaan itu selama seminggu, dan hal itu sukses membuat hidup Sakura berada dalam neraka kebosanan yang tak berujung.

Sakura pun mengeratkan pegangannya pada buku-buku yang terdapat di depannya. Kedua kakinya bersiap untuk melangkah pergi dari tempat tersebut.

Namun bukannya menuruti perintah otaknya, sepasang kaki yang tertutup oleh gaun itu seakan bergerak sendiri. kaki itu membawanya semakin dekat pada buku terlarang tersebut.

Sakura kembali menggigit bibir bawahnya kuat. Ludahnya seakan tertahan pada ujung tenggorokannya. Dan semakin lama, jarak tubuhnya pada buku itu hanya terpaut beberapa puluh sentimeter saja.

Dan entah kenapa, tubuhnya kembali mengkhianati kendali otaknya. Tangannya yang kurus kembali terjulur―dan pergerakan kecil itu sukses membuat buku-buku yang sedaritadi berada di depan dadanya terjatuh, menimbulkan suara gaduh.

Bruk!

Bunyi dentuman buku itu sukses menyadarkan Sakura pada alam sadarnya. Ia pun menarik tangannya dengan cepat, jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Dan dengan cepat, kakinya melangkah mundur.

Kepala milik gadis bersurai merah muda itu menoleh kesekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat perbuatannya tersebut. Kepanikan jelas terlihat pada raut gadis itu.

Bodoh! Kau hanya sendirian di sini!―batinnya.

Kegelisahan dan ketakutan yang sebelumnya menghinggapi Sakura pun berangsur menghilang, tergantikan oleh rasa lega yang amat sangat. Iris berwarna emerald itu pun kembali menujukan pandangannya pada buku di depannya.

Jantungnya kini berdetak kembali dengan lebih kencang. Sakura pun menelan ludahnya dengan susah payah. Dengan tangan yang agak bergetar, tangan itu kembali terulur―mengambil buku bersampul merah yang seakan-akan meminta untuk diambil dan dibaca.

Rasanya akal sehatnya kini sudah mulai hilang oleh rasa penasaran yang begitu membuncah dadanya.

Ia ingin tahu, apa rahasia yang Sasori tidak ingin ia ketahui? Apakah hal itu berhubungan dengan buku bersampul merah tersebut?

Dan kini, buku bersampul merah itu berada di tangannya. Kedua bola matanya pun meneliti buku ditangannya ini dengan seksama.

Buku itu tidak ada sisi istimewanya sama sekali. Sampulnya terlihat begitu kusam―seperti tidak pernah disentuh selama bertahun-tahun. Beberapa bagian ujung sampulnya bahkan sudah mulai sobek.

Buku itu bahkan tidak memiliki judul.

Apakah buku ini adalah buku harian Sasori?―pikir Sakura dalam hati.

Rasanya jadi urung ia membuka buku itu―takut kalau ternyata apa yang ia pikirkan adalah benar. Dan sangatlah tidak sopan bagi seorang gadis untuk membaca buku yang berisi cerita pribadi orang lain.

Namun didorong oleh rasa penasaran, Sakura memutuskan untuk membuka buku di tangannya.

Betapa terkejutnya ia ketika tiba-tiba cahaya keemasan berpendar begitu terang dari dalam buku tersebut. Buku tersebut tiba-tiba terlepas dari genggamannya, dan melayang di depan gadis itu.

Dan yang lebih mengejutkannya lagi ialah sesosok roh yang menyembul keluar dari buku itu. roh sesosok gadis dengan rambut berwarna hitam panjangnya. Iris indigo milik gadis itu menatap sosok Sakura dari ujung kaki hingga ujung kepala. Samar, senyum terlihat di wajahnya yang begitu pucat.

"Aku adalah roh kebenaran. Kebenaran apakah yang ingin kau ketahui?"

.

.

.

.

.

Bersambung


Hai semuanya, apa kabar? Apakah kalian sudah mengetahui tentang event berjudul "Black and White Remembrance" ini?

Mengingat kesuksesan event ALM ( A Lifetime of Memories ) yang sebelumnya pernah diadakan dalam rangka ulangtahun Sakura, kali ini kami mengadakan event B/WR ( Black and White Remembrance ) yang diadakan bertepatan dengan hari ulangtahun Sasori.

Tujuan dari event ini adalah untuk menambah archieve Sasosaku pada fandom Naruto berbahasa Indonesia yang memang berjumlah tidak banyak. Selain itu diharapkan event ini dapat mengembangkan fantasi liar para penulis untuk berkreasi dengan sosok dingin Sasori dan sosok hangat Sakura sebagai pairing utamanya. Daaaaaan, agar jalinan tali persaudaraan antar sesama author dapat terjalin dengan baik.

Event ini dimulai dari tanggal 08 November, dan berakhir pada tanggal 30 November 2012.

Berminat? Silahkan cek profil account resmi kami :D bila ada pertanyaan, PM kami selalu terbuka.

Tak banyak yang bisa kami sampaikan, tapi semoga kalian dapat menikmati satu persembahan fic dari panitia sebagai pembuka event ini :))~

Majukan perfanfiksian Indonesia! Gogo Sasosaku! *nari hula*

Salam manis,

Panitia kece /kemudianditendang