.

.

.

Charlotte © Jun Maeda

His Eyes © SheraYuki

No Pairing

Warning: Plotless, OOC, etc.

Summary: Nii-san ... tolonglah, tersenyum dengan tulus. [Otosaka Yuu and Otosaka Shunsuke]

.

.

.


I wonder why ...

Bias cahaya berwarna jingga memenuhi penglihatan. Tangga terakhir selesai ditapaki. Angin yang bertiup kencang menggoyangkan rambut hitam tersebut. Yuu melihatnya lagi—untuk kesekian kalinya—laki-laki itu lagi-lagi hanya duduk termenung dengan menatap ke depan. Tatapan yang kosong.

His eyes ... looks so lonely.

Ingatan yang sudah hilang memang tak akan bisa kembali, sebodoh apapun dirinya Yuu sangat menyadari hal itu. Akan tetapi, mengapa rasa bersalah itu selalu menghantuinya.

Bertanya dalam hati. Tentang sebuah pemikiran sederhana yang selalu menjadi pengganggu dalam tidurnya. Penyebab dari seluruh mimpi buruk yang ia alami.

Berapa banyak orang yang telah kubunuh?

... dan ... berapa banyak orang yang telah kulukai?

Tidak ada jawaban. Bahkan, Nao sekalipun tidak tahu akan hal itu. Bertanya pada dirinya sendiri tidak akan menuai apapun. Lagipula, apa yang bisa diharapkan dari bertanya kepada orang yang tidak mengingat apa-apa? Satu-satunya yang tahu pasti akan hal ini selain dirinya hanyalah Tuhan.

Tuhan ... ya?

"Yuu," tersentak dari lamunannya, orang yang disebut sebagai kakaknya itu berujar pelan. Suara itu ... seperti dipaksakan untuk terdengar ceria.

"—kau di sini ya?" ia berdiri. Sebuah tongkat membantu sebagai penopang. Yuu berjalan—agak tergesa—lalu membantu Shun dengan menaruh salah satu tangannya. Memapahnya.

Gerakan itu terhenti. Dan, untuk pertama kalinya Yuu melihatnya. Sebuah senyum yang benar-benar asli. Bukan sebuah paksaan. Tapi, mengapa begitu menyedihkan? Apa mungkin karena mata Shun terlihat berkaca-kaca. Atau mungkin, karena Yuu merasa cara Shun menatapnya (sekalipun lelaki itu tidak bisa melihatnya) seakan ia sedang berhadapan dengan orang lain.

"Kumagami!"

Gerakan itu begitu tiba-tiba. Tangan itu menggoncang tubuhnya terlalu keras. Kehilangan keseimbangan, Yuu terjatuh membentur semen itu, diikuti dengan kakaknya yang juga ikut terbawa akan hal itu.

Namun, nama itu ... Kumagami-san ... dia orang yang diceritakan Nao bukan? Orang yang ... telah ia bunuh tanpa sengaja. Orang yang sangat disayangi kakaknya. Sahabat kakaknya.

"Nii-san?" berujar pelan, sebisa mungkin kedua netra jade itu menghindari untuk bertatapan dengan dua violet yang selalu, senantiasa, menatap kosong.

"Ah, Yuu. Maaf, aku melamun tadi." Yuu tahu ia berbohong. Entah kenapa, ia hanya tetap mendiamkannya. "Sini kubantu kauberdiri. Rehabilitasimu belum selesaikan? Istirahatlah."

Yuu tersenyum. Meski tahu, Shun tidak akan bisa melihat senyumnya. "Kau juga, Nii-san. Beristirahatlah."

Shun tersenyum. Dan lagi-lagi palsu.

And I feel so guily about this. Hey, Nii-san. I hope, I can see your smile again. Your true smile. Not that's fake. I hope.


End


Ps: Baru nonton hari ini, dan baru selese hari ini nonton animenya J))) terus karena saya baperan—#yha. Akhirnya jadilah fanfik ini. Fanfik khusus baperan #kampret. Tadinya mau dipairingin jadi ShunYuu, tapiiiiii saya masih gak kuaatttttt. Aaaaaaaa entar mereka masooo—ini masa fanfik pertama mereka aja genrenya udah kayak gini :"")) kan syedih sayaa. #heleh. Lol, jadi curhatkan :"))