Title : Jangan Dekati Aku!
Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei, saya pinjem karakter tokohnya.
Genre : Romance/mistery
Rate : sekarang K+ tapi selanjutnya kayaknya T
Warning : OOC (mungkin), gaje (pastinya), dan yang lainnya yang saya nggak tau, dan satu hal lagi, mungkin ini gabungan dari naruto dan suatu cerita versiku sendiri. (^^). Maaf jika tak berkenan.
oOo
Hinata adalah gadis yang yang memiliki aura gelap sahingga tidak ada yang berani mendekatinya meskipun dia sangat cantik. Wajahnya sangat pucat tanpa semburat merah muda di pipinya, lingkaran hitam di sekitar matanya seperti orang tak pernah tidur manambah aura gelapnya lebih kuat, begitu juga dengan matanya yang hitam kelam yang membuat kontras dengan kulit pucatnya. (maaf di sini warna mata Hinata berubah)
Pertengahan musim panas ini, Hinata dengan kakaknya, Hyuga Neji pindah ke Hokaido.
'Dimana ya? Katanya kakak sebelah sini,' kata Hinata dalam hati sambil mencari lokasi sekolah barunya. 'Padahal aku kan mau cari tempat rahasia buat menyendiri,' katanya dalam hati.
Setelah dia berputar-putar ke mana-mana, dia tetap tidak menemukan lokasi di mana sekolahnya berada.
"Huh, nyerah deh," katanya sambil menyandarkan badannya ke pohon besar.
"Kamu cari apa? Kamu bukan orang sini ya?" kata seseorang di belakang Hinata. Orang itu berambut kuning dan memiliki mata biru sappire dengan aura yang sangat bertolak belakang dengan Hinata. Dia adalah Naruto.
"Mm, aku baru pindah, dan aku cari SMA 3 Hokaido," jawabnya dengan nada yang dibuat-buat agar tidak terkesan dingin. Saat menjawabnya, Hinata agak gugup karena dia jarang bicara pada orang lain.
"Kau tinggal lurus aja ke sana," kata Naruto sambil menunjuk arah di mana SMA tersebut berada. "Mau ku temani?" tanya Naruto.
Hinata hanya menggeleng. "Hari sudah mau gelap lho, kau tidak takut?" tanya Naruto yang terkesan ingin maksa untuk ikut.
"Tidak, terima kasih," kata Hinata dan tanpa babibu meninggalkan Naruto.
'Gadis yang manis,' batin Naruto sambil senyum-senyum sendiri.
'Huh, untung saja dia nggak ngikutin, aku sedang lapar tau. Itu dia sekolahannya. Lihat-lihat dulu deh,' kata Hinata dalam hati sambil melihat sekeliling sekolah.
Entah bagaimana Hinata melakukannya, dia sekarang berada di dalam sekolah, padahal pagar sekolah dikunci rapat.
oOo
= beberapa minggu kemudian =
"Aku berangkat," kata Hinata pada kakaknya sambil berjalan ke arah pintu. Hari ini adalah hari pertama Hinata sekolah di sekolah barunya.
'Lekas pulang,' Neji diam saja tetapi Hinata dapat mendengar apa yang ingin dikatakan kakaknya meski tidak diucapkan.
Hinata pun menyusuri jalan yang dia lewati kemarin malam. Sekarang, Hinata berpakaian lengkap seragam sekolahnya. Sebenarnya, ini masih jam 7 pagi. Padahal sekolahan masuk pada pukul 08.50.
'Itukan gadis yang kemarin,' tiba-tiba sesutu terlintas di benak Hinata. Spontan Hinata pun langsung mencari sesuatu, dan Hinata menemukan sosok manusia yang pernah di temuinya.
"Hai, terlalu pagi untuk barangkat ya?" tanya Naruto. Naruto sedang jogging, sehingga dia sekarang hanya memakai kaos oblong yang ditutupi jaket dan memakai celana panjang yang dipakai para siswa SMA 3 Hokaido.
Hinata tidak menjawab pertanyaan Naruto dan langsung meneruskan aktivitas berjalannya.
'Heh? Gadis ini misterius,' pikir Naruto, tetapi kata-kata yang barusan dia pikirkan dapat didengar oleh Hinata. Naruto pun mengikuti Hinata. Saat mereka di depan sekolahannya, Hinata berhenti dan otomatis Naruto pun juga berhenti.
"Jangan ikuti aku," kata Hinata dengan nada dinginnya yang dapat mengalahkan dinginnya malam yang paling misterius.
"Heh? Hmm, b-baiklah," kata Naruto dengan kebingungan yang menyelimuti kepalanya.
Dengan canggung Naruto melewati Hinata yang masih tak bergerak. Dia menuju gerbang sekolah yang terbuka. Setiap pagi sekolah hanya dipenuhi oleh anak dari klub basket dan klub football.
Setelah Naruto pergi, Hinata menuju tempat di luar gedung sekolah yang dia temukan saat mengelilingi sekolah dulu.
Hinata menikmati angin yang berhembus. Dia mengeluarkan kalung yang melingkar di lehernya, di kalung itu ada sebuah cincin yang terbuat dari emas. Cicin tersebut adalah cincin ayahnya. Tanpa sadar sititik air mata jatuh dari matanya. Betapa perihnya jika dia mengingat saat itu.
Saat perang saudara terjadi, ayah Hinata ditusuk tepat menuju jantung oleh adiknya. Saat itu Hinata masih terlalu kecil untuk merasakan betapa perihnya hidupnya. Ibu Hinata dengan gelap mata menembak adik suaminya yang telah membunuhnya. Dengan isakan tangis, ibu Hinata menuju tubuh suaminya yang terkapar dan memeluk tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa. Hinata yang masih berumur 11 tahun dan Neji yang berumur 23 tahun memeluk ibu mereka yang sedang memeluk suaminya.
"Neji, sekarang, ibu serahkan semuanya sepadamu. Kau tahu kan, kapan akan melakukannya? Ibu bisa gila jika tidak ada ayahmu disampiny ibu," kata ibunya sambil melepaskan cincin yang dipakainya dan yang dipakai suaminya serta melepas kalung dengan bandulan cincin emas putih yang cantik. "Ini untuk kalian, dan ini untuk Hinata, kau nanti juga akan sama seperti kita, Nak," katanya kepada Hinata.
"Ma.. mama, a-akan bersama kami kh-kan?" tanya Hinata sambil terisak-isak.
"Mama akan menjemput ayahmu, Hinata. Hinata harus baik-baik bersama kakak ya," kata ibu Hinata.
"Hinata mau ikut mama sajaaaaa..." rengek Hinata. Neji pun memeluk Hinata dengan erat untuk menenagkan Hinata.
"Neji, kau tau kan kapan saatnya, kau pun tau apa yang harus kau lakukan," kata ibu Hinata. Ibu Hinata pun menjauh dari anak-anaknya dan mengarahkan pistol yang dibawanya ke kepalanya. "Hasta la vista," kata ibu mereka sambil menarik palatuk pistol, dan "DOR," tubuh ibunya pun jatuh ke lantai.
"Aaaa..." teriak Hinata saat mendengar suara tembakan tersebut.
"Sudahlah, semuanya telah berakhir," kata Neji kepada Hinata.
"Kakak jahat! Kakak nggak mencegah mama!" kata Hinata sambil memukuli kakaknya. Tetapi, Neji mempererat pelukan kepada Hinata yang berkesan hanya-itu-yang-dapat-kita-lakukan.
"Hiks, hiks," tangis Hinata menjadi-jadi saat mengingat masa itu dan dia semakin erat menggenggam cincin ayahnya.
Tiba-tiba bayangan kakaknya muncul dan menyuruh Hinata untuk berhenti menangis. 'Jangan menangis, cepatlah masuk sebelum terlambat,' kata bayangan kakaknya.
Hinata pun menyeka air matanya dan melihat jam. 08.25. Ternyata 1 jam lebih dia melamun. Hinata mulai berjalan ke gerbang sekolah dan langsung menuju kamar mandi cewek untuk mencuci muka.
oOo
"Salam kenal, namaku Hyuga Hinata. Mohon bantuannya," kata Hinata memperkenalkan diri di depan kelas. 'Wah, cantik ya,' 'manis,' 'sedikit dingin ya,' 'tidak senyum sama sekali, seram,' berbagai pikiran terbaca semua oleh Hinata.
"Nah, Hyuga-san, silahkan anda duduk di depan Naruto-kun yang merupakan durian berjalan di kelas ini," kata guru Kakashi kepada Hinata.
"Ahahahaha..." tawa anak satu sekelas menggema di ruang kelas.
"Awas kau ya, Kakashi-sensei!" ancam Naruto yang mengakibatkan tawa anak satu kelas bertambah rame.
"Hei, Namaku Ino," kata Ino kepada Hinata sambil menunjukkan senyumannya.
"Hai, Ino," sapa Hinata sopan.
"Hei, ketemu lagi, namamu Hinata ya? Namaku Uzumaki Naruto. Kau pindahan dari ~" *PLETAK*. Tiba-tiba sebuah penghapus mendarat sukses di depan wajah Naruto.
"Ahahahahahaha," kelas pun dihiasi dengan tertawaaan anak sekelas.
"Kalau mau kenalan saat istirahat saja," kata Kakashi-sensei.
"Uh, selalu aku. Week," kata Naruto lirih.
oOo
'Ding dong,' bel sekolah berbunyi pertanda istrirahat dimulai, dan sorak-sorai murid pun memecah keheningan.
"Hinata-chan, kau tidak ikut ke kantin?" tanya Ino. "Hei, Naruto, ayo kita main," kata anak yang membawa anjing peliharaannya kepada Naruto. "Oke, tunggu aku," jawab Naruto.
"Aku tidak lapar, terima kasih," kata Hinata.
"Baiklah," kata Ino sambil berlari-lari kecil menuju pintu keluar.
Hinata hanya berdiam diri di kelas menggunakan headsetnya, 'Dengan begini aku tidak akan terganggu dengan pikiran mereka,' pikir Hinata. Hinata mengerjakan tugas rumah yang diberi oleh gurunya . Saat kelas sudah sepi, Hinata keluar untuk mencari udara segar. Saat sekolah belum pulang, siswa-siswi tidak diperbolehkan untuk keluar, jadi Hinata ke perpustakaan untuk menenangkan dirinya.
Di perpustakaan, Hinata mencari buku yang menarik yang tidak pernah dia baca. Dia terus mencari sampai dia menyerah karena tidak ada buku yang tidak pernah dia baca, sekalipun itu buku pelajaran.
Di tempat lain, Naruto melihati gadis tersebut. Naruto mendekati gadis tersebut, mungkin dia ingin memberi kejutan pada gadis tersebut. Tetapi gadis tersebut sudah menoleh sebelum Naruto memberi kejutan.
"Ada apa?" tanya Hinata saat melihat Naruto.
oO TBC Oo
Maaf ya, jati diri Hinata tidak bisa kuungkapkan pada chapter ini. Baru kali ini aku membuat ffn yang serius karena akunya sendiri tidak bisa serius. Jika anda ingin mengetahui siapa Hinata sebenarnya silahkan anda baca chapter dua. Tapi, sebelum saya update, mohon reviewnya dari para readers dan author yang lain. Dan tolong beri support ya... ^^
