"Aah.." gadis itu mengeluh pelan saat dia melihat sesosok orang yang dikenalnya.

"I-itu, itu Sakura? " tanya seorang wanita paruh baya itu sambil menyipitkan matanya. "Sakura!" teriaknya kemudian.

Gadis yang mengeluh tadi memutar badan sambil memiringkan sedikit lidah topi yang dipakainya."Hah, tamat riwayatku."

"Sakura!"

"Lindungi aku Tuhan!" teriaknya kemudian sambil berlari sekuat tenaga berharap orang tersebut tidak akan mengejarnya.

~Go Sakura Go~

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Rated : T

Genre : romance / humor dikit..

Awal Perkara...

"Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja." Kata seorang laki-laki separuh baya memecah kesunyian yang tadi tercipta di ruang keluarga.

"Iya, aku juga tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja, masalah ini memang harus cepat diselesaikan." Kesal seorang perempuan yang agak tua namun masih saja terlihat muda.

"Sudah, sudah... aku punya ide." Seorang perempuan yang sedikit lebih muda dari laki-laki disitu menengahi.

"Hm?" kata laki-laki dan perempuan yang sedikit lebih tua itu mengangkat alis.

"Bagaimana kalau kita jodohkan saja Sakura!" usulnya bersemangat.

'Gluk' seseorang yang sedang menguping di balik dinding menelan air ludah.

"Boleh saja, asal aku sebagai Ayahnya yang harus memilihkan jodohnya." kata laki-laki itu santai.

"Eh, enak saja. Aku sebagai yang punya ide dong yang harus mencarikannya. Terlebih aku sebagai Ibunya yang telah mengandung Sakura sembilan bulan, sepuluh hari, sebelas jam, dua belas menit." "Enak saja!" marah perempuan itu membela diri.

"Kalian itu seharusnya menyerahkan keputusan itu kepadaku. Aku lebih berhak dari kalian tahu!" Kata perempuan yang agak tua tersebut.

'Haah~ sudah gila kali ya? Ini tidak boleh dibiarkan terjadi.' Kata perempuan dibalik tembok tersebut. Lalu dia keluar menghampiri ketiga orang yang sedang berdebat tersebut.

"Ayah, Ibu, dan Nenek. Sudah berapa kali harus kubilang aku tidak mau dijodohkan!" teriak seorang remaja bermbut merah muda.

Mereka bertiga hanya melirik Sakura, pemilih rambut merah muda tersebut sebentar. Lalu melanjutkan diskusi mereka yang sempat terhenti.

"Yah, memang kalau dengan menjodohkannya bisa merendam gosip tersebut kita bisa tentram" kata laki-laki paruh baya itu.

"Gosip apa?" tanya Sakura dengan wajah heran.

"Kuncinya dia harus dekat dengan seorang laki-laki, yah dengan kata lain pacar." Wanita yang agak tua tersebut menanggapi.

"Sudah berapa kali kubilang, gosip itu tidak benar! Itu hanya gosip saja!" teriak gadis itu marah.

"Jangankan punya pacar, dekat dengan laki-laki saja tidak pernah. Temannya perempuan semua. Terus gayanya tomboy, jangan-ja.." perkataan perempuan paruh baya itu terpotong oleh teriakan Sakura.

"Aku bukan Lesbi!"

Nampaknya Sakura sudah sangat kesal, apalagi ditanggapi ekspresi datar dari anggota keluarganya.

"Hmm,, bagaimana kalau kita bertiga mencari calon tersendiri untuk Sakura, nanti biar dia sendiri menentukan pilihan." Ide perempuan muda itu.

"Ibuuu!" kesal Sakura merasa di kacangin dari tadi.

"Setuju!" tanggap laki-laki dan perempuan agak tua diruangan keluarga.

"Erghh,, sudah cukup!" Sakura berlari menaiki tangga kamarnya, dan tak lama kemudian kembali keruangan tersebut dengan membawa tas ransel dipunggungnya dan topi yang digenggamnya."Kalau kalian masih ingin menjodohkan aku, aku memutuskan akan kabur dari rumah!" ancam Sakura.

"Ohh,," tanggap orang disana sambil meneruskan diskusi mereka.

"Urgh, Haruno Kushina, Haruno Azuma, dan Haruno Tsunade. Aku benci kalian semua!" teriaknya sambil berlari meninggalkan rumah yang terbilang cukup megah tersebut.

Mereka bertiga yang merupakan Ibu, Ayah dan Nenek Sakura hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku remaja berambut unik itu.

Tidak lama kemudian, tap, tap, tap.. suara langkah berat yang dihentakkan masuk kedalam rumah.

"Gak jadi minggatnya?" sindir Tsunade, Nenek Sakura.

"Handphoneku ketinggalan!" sahut Sakura ketus sambil menaiki tangga kamarnya masih dengan menghentak-hentakkan kaki.

Ketiga orang yang berada di ruang keluarga hanya bisa diam sambil mengamati arah langka remaja yang sangat mereka sayangi itu.

Braakk! Suara pintu yang ditutup dengan kasar. Lalu suara langkah kaki turun kebawah. Sakura melihat ketiga orang tersebut dengan sinis. "Aku Kabur dulu!"

"Iya, hati-hati. Pulang sebelum jam makan malam ya sayang."

"Ibu! Aku mau kabur dari rumah, bukannya mau jalan-jalan!"

"Iya, mangkanya Ibu bilang hati-hatikan." Sahut Kurenai dengan wajah polosnya.

Sakura merengut berjalan keluar dengan santainya.

"Pftt,," Tsunade dan Azuma berusaha menahan tawa Sakura yang baru saja mencapai pintu mendengar. "Urghhh!" teriaknya kesal berlari keluar rumah.

"Haha.." gelak tawa terdengar memenuhi ruang keluarga .

...

~Go Sakura Go~

...

Sakura POV

"Kemana dia? Enak saja langsung kabur saat orang tuanya berniat menghapuskan gosipnya, perjodohan akan berlangsung." Kesal seorang wanita ditengah keramaian mol.

"Aduh, gimana yah." Panikku saat melihat ibuku yang kelihatannya sudah semakin dekat denganku. "Aha!"

Aku melihat sasaran empuk, seorang pemuda yang lumayan menurutku, sedang duduk sendiri berkutat dengan laptopnya di tempat makan yang lumayan besar di mall ini. 'Ayo Sakura urat malu harus diputuskan sementara saat ini.'

"Hai sudah lama?" tanyaku langsung duduk di sebelah pemuda itu.

".." dia menatapku dengan pandangan tidak suka, 'bodo amat' pikirku. Kubalas dengan senyuman terbaik yang kumiliki.

"Sakura!" teriak, yah jangan ditanya lagi. Pasti Ibuku.

"Ibu? Kenapa disini?" tanyaku polos.

"Hem, tadi kau.. Hei siapa ini?" tanya ibuku yang semula melotot kearahku mendadak berubah lembut.

"Oh ini, pacarku bu." Sahutku cepat. Pemuda disebelahku ini hanya diam tidak menanggapi tetapi dari matanya yang semakin sinis aku yakin dia sangat heran dan tentu saja marah.

"Ha?" Ibuku masih tidak percaya anaknya sudah punya pacar. "Sudahlah bu, ibu pulang saja ya. Untuk cerita lebih lanjut di rumah nanti ya bu." Kataku cepat saat melihat pemuda tidak dikenal disampingku ini hendak mengajukan protes.

"Yah, sudah." Kata Ibuku bingung, sambil dadah-dadah genit dengan pemuda yang masih menatap kami berdua sinis. Aku hanya berharap bahwa ibuku benar akan pulang kerumah.

Aku mendengus lega saat ibuku sudah tidak terlihat lagi, aku berbalik dan mendapati pemuda tersebut menatapku sinis dan dinginnya ya ampun, bisa menandingi entahlah, dia tanpa berkata apapun langsung meneruskan pekerjaan dengan laptop didepannya. Ku keluarkan senyum tulusku kepadanya tanda ucapan terimakasih tanpa peduli dia melihatnya atau tidak, sambil beranjak pergi. Aku juga tidak peduli kalau seandainya dia memang bisu setidaknya aku terselamatkan tadi.

...

~Go Sakura Go~

...

Aku sudah memperkirakan hal ini, kalau Ibu sudah keluar mncariku pasti Ayah tidak akan ketingalan. Terbukti dari sejauh mata memandang seorang laki-laki berjenggot tengah calingak-celinguk di keramaian. Yeah it's my dad. Seperti yang sudah aku katakan mereka tidak akan percaya kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri bahwa anak mereka telah memilliki pacar. Copy-paste rencana seperti tadi sajalah, kalau ketahuan.

Aku sedang berdiri di depan sebuah toko musik, sambil mengamati barang-barang yang dipajang yang menurutku keren sekali.

"Sakura!" suara berat mengintrupsi lamunanku. Jangan dipertanyakan lagi.

"Ayah? Ada apa?" tanyaku dengan polosnya.

"kamu tidak sadar ya? Kenapa kamu kabur, nanti malamkan ada acar perjodohan."

"Ayah, sudah berapa kali ku bilang. Aku tidak mau."

"Sakura!" ayahku agak berteriak, sehingga pelayan ditoko musik itu keluar.

"Maaf permisi, ada yang bisa saya bantu?" ujarnya datar.

Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk pelayan tersebut, pelayan itu sedikit terlonjak kaget tapi dengansegera dia menutupinya dengan diam dan ekspresi datarnya. Lucky. Ingatkan aku untuk sujud syukur nanti, aku melihat namanya tertera diseragam yang dikenakannya. Betapa beruntungnya aku.

"Gaara-kun." Kataku manja, aku akan segera muntah jika mendengar suaraku sendiri. Tapi masa bodohlah.

"Sakura, apa yang kau lakukan." Tanya Ayahku heran dengan kelakuanku.

"Gaara-kun." Aku menatap pelayan yang kemungkinan bernama Gaara itu, "Aku akan dijodohkan oleh Ayahku."

"Bukan u.. hei kenapa matamu kelilipan?" tanyanya datar saat aku mengedipkan mata kepadanya terus menerus. And bad news dia tidak mengerti, 'sial' batinku.

"Memangnya siapa dia?" tanya Ayahku penasaran.

"Hiks, hiks, sebenarnya aku tidak mau dijodohkan karena dia ayah. Aku tidak sanggup untuk meninggalkannya."

"Hei," Bukk. Sebelum dia protes, aku sudah menyikutnya sehingga dia masuk kedalam mengambil obat mungkin? Huh~ tidak tau aku bisa bela diri? Hehe. Banggaku dalam hati.

"Kenapa dia masuk kedalam?" tanya Ayahku heran.

"Mungkin dia masih kaget dengan berita yang tiba-tiba ini, dia pacarku Ayah. Aku tidak sanggup meninggalkannya. Tapi, hiks,hiks, kalau Ayah memaksa.. Beri aku sedikit waktu, aku akan bicara padanya dan ikut Ayah untuk menerima perjodohan itu." Kataku tegar dengan mata yang berkaca-kaca.

"Benar dia pacarmu?" Ayahku melembut dan kujawab dengan anggukkan lemah.

"Baiklah, yakinkan dia bahwa kau tidak akan mengecewakannya. Terkadang hati laki-laki juga rapuh nak." Ayahku tersenyum. "Uh, harus kerja keras untuk membatalakan perjodohan malam ini." Ayahku mengedipkan mata kirinya.

"Ayah,, terimakasih." kataku berkaca-kaca. Dan dibalas oleh lambaian tangan.

"Aku bakat acting ya?" pujiku bangga, beranjak pergi.

"Hei, urusan kita belum selesai, mengapa kau menyikut perutku." Tanya suara datar itu.

"Hah~ itu karena kau tidak mau membantuku."

"Mengapa aku harus membantumu? Itu bukan urusanku kan? Sekarang kau harus tanggung jawab perutku masih sakit!" perintahnya.

"Mengapa aku harus tanggung jawab? Itu bukan urusanku kan?" ejekku

"Kau!"

"Week" balasku menjulurkan lidah sambil beraalri sejauh mungkin meninggalkan toko itu.

"Sial." Ujar pemuda itu sambil memegangi perutnya.

...

~Go Sakura Go~

...

Ibu dan Ayah yang mencariku sudah teryakinkan. Haha. Dan aku berharap bawa nenekku tidak akan ikut-ikutan. Dan yeah great! Doaku sangat manjur, aku melihat Nenekku jatuh di depanku. Ouch~ rencana pertama dan kedua berhasil, tidak ada salahnya mencoba yang ke-tiga. Aku menghampiri Nenekku, biar begini aku masih mempunyai hati nurani tidak mungkin membiarkan Nenekku jatuh begitu saja.

"Nenek, kenapa bisa ada disini." Tanyaku khawatir "Nenek baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, keadaan rumah yang tidak baik. Pemeran utama dalam perjodohan ini kabur, semua orang khawatir, tahu."

"Iya, iya maaf, tapi Nenek tidak perlu ikut-ikutankan? Walau Nenek terlihat masih muda tapi Nenek tetap saja sudah tua."

"Jangan bawa-bawa umur!"

"Iya, iya lagian Ibu sama Ayah juga sudah percaya aku sudah punya pacar nek. Mereka sudah mau membatalakan perjodohan ini. Jadi nenek pulang juga ya?"

Nenek memandangku sinis "Aku tidak percaya." Lalu dia menelpon seseorang. Melihatku dengan sinis. "Kau menipu mereka ya?"

"Tidak nek, mereka memang bertemu pacarku."

"Aku tidak percaya padamu, bisa sajakan mereka kau bayar. Pokoknya aku tidak percaya jika belum membuktikannya sendiri."

Tuh kan aku bilang juga apa. Paling susah meyakinkan Nenek sok muda ini. Ya Tuhan sekali lagi tolonglah aku..

"Nek, lukamu tidak apa-apa? Kucarikan obat dulu ya."

"Tidak usah, tadi orang yang menolongku sudah mencari obat untukku. Kau tidak usah kemana-mana, nanti kabur lagi." Katanya sambil memegangi lenganku. Yah~ siasatku terbaca.

"Hm, ini obatnya." tegur seorang laki-laki sambil memberikan obatnya kepada Nenekku.

Oh, Pertolongan Tuhan datang, terimakasih Tuhan!

"Iya, terimakasih nak". Kata Nenekku sambil tersenyum, lenganku masih dipegangnya erat-erat.

"Iya, sama-sa.."

"Kakak!" potongku

"Y-ya?" jawabnya bingung.

"Kenapa kakak disini?"

"Ha-hah?" masih kebingungan.

"Kakak tau? Nenekku tidak percaya kalau aku punya pacar. Kakakkan pacarku!"

"Ha-hah?"

Nenekku masih melihatku dengan bingung. Aku mengeluarkan tatapan memohon kepada kakak itu berharap dia menolong dan mengerti kodeku tidak seperti pelayan yang bodoh dan pemuda yang tidak peduli sama-sekali itu.

"Hiks, aku mau di jodohkan kakak kalau kau tidak mengakui aku."

"Oh,oh ya.. anu perkenalkan aku Sasori, pacarnya dia." Kata laki-laki itu gelagapan plus bingung sambil membungkuk memperkenalkan diri di depen Nenekku.

"Tuh kan nek, kak Sasori memang pacar Sakura." Kata Sakura cepat sambil menekankan namanya.

"I-iya, saya pacarnya Sakura."

"Oh,, kamu benar pacar Sakura."

"Iya nek, tadi juga kak Sasori sudah bertemu dengan Ayah dan Ibu."

"Aku tidak tanya padamu Sakura! Aku tidak begitu yakin." Lalu dia menatap kak Sasori dengan pandangan menyelidik "Benarkah yang dikatakan Sakura."

"I-iya saya gugup, bertemu dengan anggota keluarga Sakura sejak tadi."

"Oh,, kalau begitu perkenalkan saya Nenek Sakura, salam kenal."

"Iya, salam kenal."

"Ya sudah, titip Sakura ya." Katanya tersenyum kearah Kakak yang bernama Sasori itu. "Dan Sakura pulang sebelum jam makan malam, aku mau pergi dulu."

"Nenek mau kemana? Tidak langsung pulang?"

"Aku mau kesalon." Sambil pergi beranjak mencari salon yang memenuhi persyaratannya.

"Itu, Ano- terimakasih mau menolongku." Kataku sambil menundukkan kepala sedalam-dalamya.

"Haha, iya sama-sama. Agak kaget juga sih untung bisa baca kodemu ya. Haha."

"Iya, terimakasih kak."

"Sudah jangan dipikirkan." Kata kakak itu sambil merapikan topiku yang sedikit miring. "Aku selalu senang membantu orang lain." Katanya tidak menyadari wajahku yang agak memerah.

"Pokoknya terimakasih, aku harus pergi sekarang, sampai jumpa." Kataku gugup dan dibalas senyuman dan anggukannya.

Urgh, hari ini aku bisa selamat. Kakak yang tadi baik sekali tidak seperti yang lain mau membantu dan menolong sesama. Hah~ aku hanya bisa berdoa agar kebaikannya bisa dibalas oleh Tuhan. "Oh~ akhirnya bebas!" teriakku terlalu kencang sambil mengangkat tangan keatas, membuat aku menjadi perhatian sesaat oleh pengunjung mall yang lain. Tapi aku tak puduli aku masih bahagia. Aku bahkan bisa membalas tatapan heran mereka dengan senyum manis.

Saatnya pulang.

End of Sakura POV

...

~Go Sakura Go~

...

" La, la, la.." seorang remaja tengah menuruni tangga menuju ruang keluarga.

"Aduh,, yang lagi kasmaran." tegur sang Nenek usil.

"Hehe." Sakura hanya cengengesan, lalu beranjak keruang makan yang berada disebelah ruang keluarga.

"Aku rasanya masih belum percaya kalau Sakura punya pacar." Kata Tsunade memulai pembicaraan.

"Yah, kita memang harus percaya pada Sakura dan menolak mentah-mentah gosip itu." tanggap Kurenai, membua Sakura yang sedang mengambil air tersenyum bahagia.

"Apalagi aku sudah susahpaya membatalkan perjodohannya, dan yah, kitakan sudah melihat pacar Sakura, Menurutku dia cukukp tegar dan kelihatanya rela berkorban. Aku menyukai laki-laki berperasaanlembut seperti itu." jelas Ayah Sakura sambil membayangkan sesosok laki-laki berambut merah berwajah datar yang terlihat tegar dibalik toko musik.

"Kyaa, dia juga tampan dan keren. Sakura memang hebat dalam memilih." Kata Kurenai sambil menerawang membayangkan sesosok laki-laki berambut emo dengan pandangan dingin dan gaya keren didepan laptopnya.

"Yang terpenting dia baik hati, menolong sesama dan dia imut." Tsunade membayangkan seorang laki-laki berambut merah berwajah imut sedang mencarikan obat untuknya. "Sakura!" sambung Tsunade memanggil cucunya.

"Hmm,, " jawab Sakura yang sedang minum sekenanya.

"Kami ingin kau membawa pacarmu kerumah, Sakura." teriak Tsunade.

Pfuuftt.. ohok, ohok, Sakura tengah tersedak dengan air yang diminumnya. "Apa?" tanya Sakura kaget, lalu menghampiri keluarganya diruang keluarga.

"Yah, kau boleh membawa pacarmu kerumah, kami juga ingin bertemu lagi dengannya." jelas Tsunade sambil tersenyum. Diikuti anggukan senang dari Azuma dan Kurenai.

"I-iya." Jawab Sakura pasrah. "Aku keatas dulu." Ujarnya lemah.

Azuma, Kuraenai dan Tsunade melanjutkan khayalan mereka, bergosip tentang pacar Sakura.

'Mati, kau sekarang Sakura. Bagaimana bisa aku mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda tadi. Wajahnyapun aku tak ingat. Kau tamat sekarang Sakura. Bagaimana kalau kau ketahuan bohong?. Aduh~ semoga aku bisa mengendalikan situasi ini, tapi..' "Argghh." Teriaknya dibalik selimut dan berharap tuhan masih mau berbaik hati menolongnya lagi.

..Tbc..

Yah~ kembali lagi dengan fic gaje.

Bagaimana Sakura mengatasi permintaan keluarganya?

Tanpa banyak kata Mohon meriview..

Review ya.. please,,

Violet7orange