Nori kembali dengan fic kedua

Gomen, belum juga fic yang pertama beres, udah bikin yang baru lagi

Ini karangan sendiri, idenya dari Nori sama temen, 'Vania Miyako' arigatou dah bantu nyari ide

Gomen kalau jelek

Nori nggak minta review kok

Tapi, di review lebih bagus


Title : Danger Necklace (Kalung Berbahaya)

By : Noriko Mirano

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Don't like? Don't read

Hope you like it!

Chapter 1

Angin dingin menyeruak masuk melalui jendela kamar yang terbuka lebar. Perlahan-perlahan kristal salju yang masuk, mulai turun ke tempat tidur yang tepat berada di bawahnya. Pemilik rumah menutup jendela pelan. Malam ini, tepat pada tanggal 1 Desember, salju turun di Konoha, musim dingin telah tiba. Mata cokelatnya menatap lekat butiran-butiran salju. Musim dingin… musim yang selalu membuka kembali luka di hatinya. Luka membekas yang sulit sekali hilang. Kematian orang tuanya…

"Kaa san, kaa san tidak apa-apa kan?" tanya seorang anak kecil

"Iya sayang, kaa san tidak apa-apa, uhuk…uhuk…" jawab seorang wanita yang terkulai lemas di kasur

"Kaa san batuk darah lagi!" kata anak itu panik sambil mengambil lap bersih dan air hangat, anak itu membersihkan darah ibunya

"Tenten… uhuk…Kaa san uhuk… menyayangimu" tangan wanita yang sedang mengelus lembut kepala anaknya itu, tiba-tiba berhenti dan terjatuh

"Kaa san, kaa san, tidak boleh meninggalkan aku!"anak itu memeluk tubuh ibunya yang sudah tidak berdaya

Tidak lama setelah ibunya meninggal, ada teman kerja ayahnya

Memberitahukan hal buruk kembali

"Tou san mu meninggal karena kecelakaan, kuharap kau tegar menghadapinya"

Tanpa terasa, cairan-cairan bening telah mengalir di matanya, ia segera mengelapnya dengan punggung tangannya. Ia beranjak dari tempat tidur, mengambil jaket yang tergantung kemudian menutup pintu kamarnya. Ia bergegas pergi ke sebuah toko bunga, toko bunga Yamanaka.

.

.

"Tenten, tumben kau datang!" sambut seorang gadis pirang yang kira-kira sebaya denganya

"Iya, haha… aku mau beli bunga" jawab Tenten berusaha terlihat seceria mungkin

"Baiklah, bunga apa?" tanya Ino, nama gadis tersebut

"Lily putih" jawab Tenten singkat

Ino berbalik ke belakang, mencari bunga lily putih, dan memilih yang bagus. Ino tahu, Tenten membeli bunga itu untuk apa, jadi dia tidak menanyakannya lagi. Setiap musim dingin, pada tanggal 1 Desember malam, Tenten selalu datang di tengah turunnya salju, membeli bunga yang sama.

"Ini pesananmu" kata Ino memecah keheningan

"Arigatou" kata Tenten sambil memberikan sejumlah uang, kembali pergi menerobos salju.

.

.

Ia tidak menghiraukan rasa dingin yang menusuk, terus berjalan dalam kegelapan. Salju-salju yang terinjak olehnya membuat jejak. Walaupun gelap, ia hafal jelas tempat tujuannya. Saat sedang berjalan, tiba-tiba Tenten ditubruk seseorang.

"Gomen, kau baik-baik saja?" kata orang yang menubruk Tenten, terdengar jelas dari suara beratnya bahwa orang itu lelaki, dia membantu Tenten berdiri

"Ya, arigatou" kata Tenten, ia rasanya tau siapa pemilik suara ini, tapi Tenten tidak menghiraukannya dan segera pergi, namun sebuah tangan mencegahnya

"Tenten?" tanya orang tadi

"Ya. Aku mau pergi" kata Tenten mencoba melepas tangan itu dari tangannya

"Tunggu! Kau ingat?, aku Neji!" katanya

"Neji?, be...benarkah?" tanya Tenten tidak percaya

"Tentu saja, panda" kata orang itu, mencoba meyakinkan Tenten

"Neji! Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Tenten memeluk Neji, sekarang ia percaya, orang itu memang Neji

"Nanti aku jelaskan, sekarang kau mau kemana?" tanya Neji

"Ke tempat Kaa san dan Tou san, kau mau ikut?" Tenten bertanya balik

"Ok, aku ikut" jawab Neji, dia mengerti apa yang dimaksud Tenten

.

.

Mereka terus berjalan, melalui gang-gang yang lumayan sempit, hingga sampai di dekat sungai yang airnya deras. Di samping sungai itu, terlihat 2 batu nisan.

"Kaa san, Tou san, aku datang" kata Tenten

Mereka menundukkan kepala, mulai berdoa. Tenten menyimpan bunga lily putih pada nisan kedua orang tuanya, berdoa semoga mereka bahagia di atas sana, air mata kembali meluncur di pipi Tenten, ia membiarkan semuanya tumpah. Setelah tangisnya reda, Tenten menegakkan kepalanya.

"Sudah selesai" kata Tenten

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu, untuk sementara, boleh kan aku menginap di rumahmu?" tanya Neji

"Ya, boleh" jawab Tenten singkat

Merekapun berjalan pulang. Dulu, setelah Tenten kehilangan kedua orang tuanya, ia ditemukan oleh seorang kakek, namanya Jiraiya, walaupun sudah tua, kakek itu terlihat sehat dan bugar, kakek itu sangat baik pada setiap anak. Neji juga bernasib sama dengan Tenten, mereka ditempatkan dalam panti yang sama.

"Kaa san… Tou san… hu… jika kalian pergi, aku dengan siapa?...hu…" tangis Tenten kecil, masih terlalu kecil baginya untuk menerima kenyataan pahit ini

Dalam sekejap, kedua orang tuanya harus pergi

"Kau siapa?" tanya Tenten

"Tenang nak, bagaimana kalau kau ikut denganku?, aku punya panti asuhan" tanya Jiraiya

"Ba…baiklah" jawab Tenten, yang bisa dilakukannya hanya menyerahkan diri pada panti asuhan, Tenten tidak mempunyai keluarga lagi setelah ayah dan ibu pergi

.

.

Krek…

Pintu depan sebuah rumah tua terbuka, rumah itu terlihat kosong, tak ada banyak barang disana.

"Ayo masuk Neji, gomen berantakan, aku jarang membereskan rumah" kata Tenten jujur

"Ya" kata Neji, mengikuti Tenten menuju ruang tamu

"Aku bikin teh dulu ya, tunggu sebentar" kata Tenten

Rumah ini adalah rumah keluarga Tenten dulu, sebelumnya ia tinggal di panti, tapi Tenten kabur dan kembali ke rumahnya. Di panti, Tenten merasa sudah tidak punya teman lagi, Neji yang merupakan teman baik Tenten telah diadopsi. Tinggal sendiri memang sangat sulit, tapi Tenten tetap bersekolah, ada seorang wanita tua, namun terlihat muda yang berbaik hati menyekolahkannya. Dia adalah Tsunade, kepala sekolah Konoha High School.

"Sebenarnya hal penting apa yang mau kau bicarakan Neji?" tanya Tenten penasaran sambil menaruh teh yang baru ia buat

"Kau ingat?, waktu dulu aku diadopsi?" tanya Neji

"Ya, ternyata yang mengadopsimu adalah keluargamu, pamanmu" jawab Tenten

"Hm… setelah aku pergi, kau langsung pindah?" tanya Neji

"Ya, aku tidak bisa tinggal disana tanpamu" jawab Tenten

"Gomen aku meninggalkanmu" kata Neji

"Ya, aku sudah memaafkanmu, langsung ke pokok saja, apa yang mau kau bicarakan?" tanya Tenten lagi

"Sebelum bertemu denganmu, aku bertemu dengan Kek Jiraiya, dia yang memintaku untuk melakukan ini, dan aku butuh bantuanmu" kata Neji

"Apa yang harus kubantu?" tanya Tenten

"Kek Jiraiya menyuruh kita mencari tahu keberadaan sebuah kalung dengan bandul aneh" jawab Neji

"Untuk apa?" tanya Tenten bingung

"Kalung itu bisa membunuh siapapun orang yang memakainya" jawab Neji

"Aneh sekali…" gumam Tenten

"Ya, kita harus mengetahui kalung itu ada pada siapa, besok kita ke rumah Kek Jiraiya, dia akan menjelaskan semuanya" kata Neji

"Kau mau membantuku kan?" tanya Neji, mengambil teh dan mulai meminumnya

"Sepertinya agak aneh, tapi menarik! Lagipula Kek Jiraiya sudah banyak membantu kita, ini sebagai balas budi" jawab Tenten

.

.

Malam itu, pukul 2 dini hari, Tenten tidak bisa menutup matanya. Setiap musim dingin pertama, setelah mengunjungi Kaa san dan Tou san, benak Tenten selalu dipenuhi ingatan masa lalunya, itulah yang membuatnya sulit tidur. Ditambah lagi, tentang kalung itu, tapi sebenarnya untuk apa Kek Jiraiya mencari tahu kalung itu?. Pikiran-pikiran itu membuatnya tidak mengantuk sama sekali. Tenten beranjak dari kasur, menuju ruang tamu, mendapati Neji sedang tertidur di kursi. Tenten mengambil selimut yang ada di dekat kursi, menyelimuti tubuh Neji dengan selimut itu. Tenten tersenyum, dulu ayahnya juga sering tertidur di kursi ini.

Tenten duduk di kursi satu lagi, tidak terasa, sudah 11 tahun orangtua Tenten pergi, namun pikiran tentang kematian keduanya masih terekam jelas dalam ingatannya. Tenten ditinggal orang tuanya saat berumur 5 tahun, kemudian tinggal dipanti selama 7 tahun, dan hidup sendiri selama 4 tahun, umur Tenten saat ini 16 tahun. Tenten duduk di kelas 11. Di sekolah, Tenten tidak terlalu terbuka pada teman-temannya. Ia hanya terbuka pada 2 orang sahabatnya, Ino dan Sakura.

.

.

Pancaran sinar memasuki jendela yang ada di ruang tamu, mata sang Hyuuga perlahan terbuka. Ia menyingkapkan selimut yang tahu-tahu sudah ada di tubuhnya. Ia melihat Tenten tertidur di kursi seberangnya mulai membuka mata juga.

"Ten, ikut ke kamar mandi ya!" kata Neji

"Ya" kata Tenten, meregangkan tubuhnya, ia menatap jendela, salju masih turun, atap-atap rumah menjadi putih. Tenten segera menuju ke dapur, mencari bahan makanan apa yang bisa dimasaknya kali ini.

Setelah mereka mandi, mereka makan seadanya yang sudah disiapkan Tenten. Untuk mencukupi kebutuhan, Tenten bekerja di kedai mie, tapi setiap musim dingin, kedai itu tutup. Mengharuskan Tenten menghemat sebisa mungkin uangnya.

"Kapan kita berangkat?" tanya Tenten setelah menghabiskan makanannya

"Sekarang saja" kata Neji

.

.

Rumah Kek Jiraiya cukup jauh, tidak ada taksi yang lewat pada pagi ini, mengharuskan mereka untuk berjalan kaki. Setelah cukup jauh berjalan, mereka mendapati rumah kecil yang penuh salju, mereka telah sampai.

Ting…tong…

Tenten membunyikan bel tua yang ada disitu

"Masuk!" kata suara di dalam rumah

Merekapun melangkahkan kaki memasuki rumah itu

"Kek Jiraiya!" kata Tenten kaget, Jiraiya yang sekarang sangat menyedihkan, ada banyak keriput di wajahnya, badannya juga menjadi kurus, tidak kekar lagi seperti dulu

"Tenten, lama tidak bertemu, ayo duduk kalian berdua" kata Kek Jiraiya

"Ya Kek" jawab mereka sambil duduk di sebuah kursi tua

"Kalian berdua yang akan mencari tahu kalung itu?" tanya Kek Jiraiya

"Ya, kenapa kakek ingin tahu tentang kalung itu?" tanya Tenten

"Aku… tidak mau mereka mati, kalung ini dulu terpasang pada saudara-saudaraku. Mereka telah…terbunuh, aku mencoba mencari tahu pemilik kalung yang sekarang. Dan mereka adalah anak sekolah. Ini menyulitkanku untuk masuk ke kawasan sekolah, juga aku sudah terlalu tua untuk melakukannya" kata Kek Jiraiya, memberikan sebuah map cokelat besar

"Semua yang harus kalian lakukan ada dalam map itu" kata Kek Jiraiya

"Baik Kek" jawab Neji dan Tenten

"Aku mau secepatnya kalian mencari tahu. Hati-hati…" kata Kek Jiraiya

"Baik, kami permisi!" kata Neji

.

.

Sesampainya di rumah, mereka segera membongkar map itu, Tenten kaget, tertera 2 nama sahabatnya dalam kertas itu. Juga foto dari tiap-tiap pemilik kalung bandul

1. Bandul Merah : Haruno Sakura

Ciri-ciri : Rambut merah muda, warna mata hijau

Sekolah : Konoha High School, kelas 11

2. Bandul Biru : Uchiha Sasuke

Ciri-ciri : Rambut hitam model emo, warna mata onyx

Sekolah : Konoha Gakuen, kelas 12

3. Bandul Kuning : Hyuuga Hinata

Ciri-ciri : Rambut biru tua, warna mata lavender

Sekolah : Konoha International High School, kelas 10

4. Bandul Orange : Uzumaki Naruto

Ciri-ciri : Rambut kuning, di pipi terdapat kumis, warna mata biru

Sekolah : Konoha Gakuen, kelas 11

5. Bandul Ungu : Yamanaka Ino

Ciri-ciri : Rambut pirang model kuncir kuda, warna mata biru

Sekolah : Konoha High School, kelas 11

6. Bandul Hitam : Sai

Ciri-ciri : Rambut hitam, warna mata hitam

Sekolah : Konoha High School, kelas 12

Gomen, mungkin kalian kaget, tapi… setiap orang yang mencari tahu kalung itu akan mendapat bagian…

Bandul Hijau - Aku

Bandul Cokelat - Tenten

Bandul Putih - Neji

1. Pastikan apa memang benar mereka yang memakai kalung itu secepatnya, diusahakan jangan sampai ketahuan si pemilik kalau itu kalung berbahaya

Setelah membacanya, mereka melihat pada leher mereka. Benar saja, kalung bandul cokelat terkait pada leher Tenten dan kalung bandul putih terkait pada leher Neji.

"Apa kau mengenal salah satu dari mereka?" tanya Neji

"2 orang, Sakura dan Ino" jawab Tenten

"Baiklah, kau cari tahu mereka saja dulu, aku akan cari cara, mungkin aku akan menyusup ke sekolah" kata Neji

"Ya, aku pergi sekarang" kata Tenten

.

.

Kediaman Haruno

Tok…tok…

"Ada apa Tenten?" tanya Sakura

"I...itu… e…gi…gimana kalau kita jalan-jalan, ajak Ino juga" kata Tenten, tiba-tiba saja kata-kata itu meluncur dari mulutnya

"Wah… iya, bosen nih, di rumah melulu" kata Sakura

"Tunggu ya!" Sakura melesat masuk ke rumahnya, mengambil jaket dan keluar lagi

"Ayo!" kata Sakura semangat

.

.

Kediaman Yamanaka

"Permisi, ada Ino?" tanya Sakura pada seorang ibu yang sedang menjaga toko bunga. Dia sangat mirip dengan Ino, ibunya Ino.

Si ibupun masuk ke rumah dan memanggil anaknya

"Ino! Kita jalan-jalan" kata Sakura

"Ok! Kemana?, kita ke mall aja ya?" tanya Ino

"Boleh! Bagaimana Tenten?" tanya Sakura

"I..iya" 'Aduh! Kenapa ke mall sih?' kata Tenten

.

.

Konoha Super Mall

"Aku mau ke toilet dulu" kata Ino saat mereka sedang ada di toko buku

"Ino, aku ikut, tunggu disini ya Sakura, bye…" kata Tenten mengikuti Ino

Ini kesempatan, setelah Ino keluar dari toilet, Tenten akan menanyakannya, kalau ditanya langsung ke Ino dan Sakura bisa gawat, harus satu-satu.

"Ino…ano…apa kamu memakai kalung?" tanya Tenten

"Ya, ayo kembali!" kata Ino menarik tangan Tenten

"Tunggu! Aku mau lihat kalungmu" kata Tenten

"Kalung ini jelek, aku tidak tahu, tiba-tiba saja ada di leherku, kau tidak usah melihatnya" kata Ino

"Ayolah… Ino, aku ingin lihat" kata Tenten

"Baiklah" kata Ino, menarik rantai yang tersemat pada lehernya, hingga terlihat sebuah kalung dengan bandul berwarna ungu tua

"Arigatou Ino" kata Tenten

'1 kalung terpecahkan, bandul ungu memang dimiliki Ino' batin Tenten

.

.

To Be Continue

Tiba-tiba aja kepikiran bikin fic ini

Tapi, imajinasi Nori semakin sedikit

Gomen kalau g dilanjutin

Terima kritik & saran