I Do Not Own Shingeki No Kyojin
.
.
Under Those Flakes
Chapter 1 - Dark
.
.
.
Derap sepatu kuda terdengar semakin jelas. Pria itu semakin menambah kecepatannya tanpa ragu melewati satu per satu objek di sekitarnya. Giginya bergemeretak akibat emosinya yang tak karu karuan. Eren Jaeger mengeratkan jubah Scouting Legionnya. Udara semakin dingin. Hampir malam dan bersalju. Dan bagaimana bisa Wall Maria diterobos oleh segerombol titan?
"tch, sudah 10 tahun!" Eren mencoba menghentikan ingatan pahitnya. Semua orang sudah tahu, bagaimana ibunya meninggal secara sadis di hadapannya.
"Heichou!" Eren setengah berteriak berharap suaranya terdengar.
"tetap dibelakangku! Evakuasi harus tetap berjalan." Levi mempercepat laju kudanya diikuti Eren 2 meter di belakangnya.
Ya, umat manusia baru saja mendapat keamanan hidup mereka 10 tahun yang lalu kembali didalam tembok. Eren sendiri tidak tahu harus merasa senang atau gagal karena bisa mengamankan kembali wilayah di balik tembok Maria dan kembali harus hidup seperti ternak. Seperti orang jenius yang kelewat tolol.
Cuaca benar benar tidak memberikan ampunan, terutama hari ini ketika serangan titan kembali menghantui sisa populasi manusia, karena salju semakin deras.
Kelas 12 meter tampak 10 meter di sisi kirinya, Eren bukan tipe orang yang bisa menyembunyikan emosi dengan mudah. Maka ditariknya kedua mata pedang gandanya dan melompat dengan perlengkapan 3DMG-nya membiarkan kudanya terus berlari mengikuti sang Lance Corporal di depan.
Tidak sulit baginya untuk menghabisi satu titan biasa seperti yang satu ini. Eren menghempas tubuhnya mendekati tengkuknya yang terbuka. Teriakan penuh amarah terdengar menggaung di langit seiring dengan suara benturan mata pedang milik Eren, memotong kasar dan dalam bagian daging tengkuk milik makhluk menjijikan itu.
Eren memandangi tubuh yang kini berasap menguap perlahan dikikis panas hingga mungkin takkan bersisa kecuali tulang tulangnya beberapa jam lagi. Sosoknya kemudian berlari bersiul memanggil kembali kudanya, melanjutkan perjalanannya. Levi terlihat jauh beberapa meter di depannya, ia benar benar harus mengejar. Sampai kemudian sosok kecil nan jauh itu mengganti rute tiba tiba berbelok ke arah barat seiring dengan lontaran senapan ke udara menampilkan warna merah semu. Eren mengikuti arah sang kopral dari belakang dengan cepat berusaha menyusul.
Levi memincingkan mata. Ada 2 kelas 10 meter dan 1 kelas 7 meter mengelilingi sebuah reruntuhan bekas pos penjaga. Jika ada titan, pasti ada mangsa. Atau bisa dibilang, manusia.
"yappari… Eren!"
"hai!"
Keduanya berhenti dan segerameluncur menggunakan 3DMG masing masing. Eren adalah newbie peringkat pertama dan yang paling diperhitungkan dari para anggota Survey Corps angkatannya. Terlebih pengalamannya yang sudah bertahun tahun, dan kepercayaan Levi sebagai rekan duet tetapnya, menjadikannya prajurit yang diperhitungkan.
Kedua kepalnya mengerat di masing masing ujung pedang. Tubuhnya seakan begitu ringan, menari diatas udara. Tarian yang kelak akan bercampur dengan darah. Membunuh Titan adalah hidupnya. Ini yang bisa ia lakukan. Dan ia seperti… senang melakukan pembunuhan. Terdengar menakutkan, namun hanya dengan membunuh titan ia merasa hidup.
Tubuhnya terasa berputar dan memanas. Rasa puasnya perlahan memuncak ketika sayatannya terukir sempurnadi tengkuk makhluk berukuran 10 meter tersebut. Niatnya untuk kembali menyerang kemudian tertahan oleh perintah dari atasannya yang tampaknya cukup menikmati mode pertarungan tersebut.
"bodoh! Cepat kedalam! Bawa lari siapapun yang ada disana!" Levi berteriak.
"a-hai!"
Eren segera mendarat begitu perhatian dua titan lainnya teralihkan guna untuk menjauhkan mereka dari reruntuhan tersebut. Jaeger muda tersebut segera berlari mencari ke setiap sudut pos yang tampaknya bisa hancur kapan saja dengan pukulan kecil. Maka ia harus cepat.
Keringat dingin perlahan meluncur di sepanjang pelipisnya. Hampir seluruh ruangan terlihat gelap, ia juga tidak bisa mendengar apapun terlalu jelas akibat raungan para titan yang terdengar kesakitan. Diam diam Eren merutuki kebiasaan Levi yang suka menyiksa buruannya terlebih dahulu sebelum membunuhnya perlahan. Cih, di saat saat seperti ini, itu sangat mengganggu.
Hentakan bootsnya perlahan berhenti. Keningnya berkerut tampak konsentrasi pada sesuatu. Eren yakin ia mendengar suara. Kecil sekali.
Suara isakan…
Pria itu menengok ke sekitar mencari asal suara. Ia benar benar harus cepat.
Terdengar lagi…
Eren membuka pintu di ruangan teratas, begitu suara itu terdengar makin jelas, hatinya semakin yakin. Tapi yang terlihat didalam sana hanya hitam. Gelap.
"…takut…" lirihan tersebut terdengar disana. Eren mulai khawatir jika suara itu suara arwah penasaran. Mendadak bulu kuduknya bergidik memikirkan yang tidak tidak. Namun kemudian kecurigaannya terhapus saat matanya semakin jelas melihat sesosok yang tengah meringkuk bersandar di tembok memeluk kakinya sendiri. Samar samar Eren bisa melihat sosok tersebut bergetar. Ia perempuan. Dan ia ketakutan. Tentu saja.
"halo…" Eren berjalan masuk mendekati sosok tersebut yang kini berhenti menangis. Menyadari keberadaannya. Setelah kakinya sampai di hadapan perempuan tersebut, Eren berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sosok yang masih menundukan wajahnya.
Sejak kapan ia ada disini? Pikir Eren. Tangannya mendarat di bahu gadis itu membuatnya sedikit terperanjat kaget.
"kau baik baik saja?" tanya Eren memastikan. Gadis itu terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan.
"kita harus segera keluar dari sini."
"t-tapi…"
"monster monster itu? mereka sudah pergi."
Untuk pertama kalinya gaid situ mengangkat wajahnya. Tidak sampai berhadapan, namun entah kenapa perasaan ibanya bertambah berkali kali lipat. Mata gadis itu tampak kosong entah mencari apa. Ketakutan yang kentara, rasa ragu dan bertanya tanya. Semuanya menggantung hanya di sepasang matanya.
Tangan gadis itu meraba raba hingga sampai di lembar jubah hijau milik Eren. Menggenggamnya kuat. Ia sangat ketakutan, tapi tentu tak bisa diam disini lebih lama lagi, pikir Eren seraya meraih tangan gadis itu. dingin.
"tak apa. Aku akan menyelamatkanmu. Pegangan padaku."
Entah apa yang membuatnya begitu yakin gadis itu akan percaya begitu saja dengan kata katanya. Tapi sekali lagi ditepis oleh jemari kurus yang segera mengait di lengah dan jubahnya. Eren segera membawanya keluar perlahan mendekati jendela.
Emeraldnya sejenak memperhatikan wajah gadis tersebut. Matanya kelam tak bercahaya, seolah jiwanya tidak sedang berada disini, namun begitu wajahnya cantik yang tidak biasa. Ras apa? Eren belum pernah melihat jenis keturunan seperti ini di dalam dinding.
Tsk, itu nanti saja.
Eren meraih punggung gadis itu memeluknya perlahan. Ah, ini pertama kalinya ia memeluk perempuan selain ibunya. Jadi begini rasanya.
"maaf… pegangan yang erat, kita akan melompat." Gadis itu meraih punggung Eren memeluknya seerat mungkin, membiarkan keningnya bersandar di bahu Eren. Sesaat setelah dalam posisi yang nyaman, Eren segera meluncur melempar tubuhnya ke udara menyebabkan gadis itu terlonjak kaget. Ini pasti pertama kalinya gadis ini terbang menggunakan 3DMG. Eren tersenyum kecil memperhatikan sosok polos di pelukannya.
Mereka berdua mendarat tak jauh dari tempat dimana Levi berada. Eren memperhatikan sekitar mereka, sudah mulai aman.
"itu yang terakhir. Kita mundur sekarang." Levi berkata. Matanya mendelik ke arah gadis yang masih bersembunyi di dada Eren. Sedikit terhibur oleh tingkah pemuda yang tampak tak terbiasa dengan keberadaan seorang perempuan di sekitarnya. Benar benar laki laki yang tidak bisa diharapkan, batinnya.
"kau baik baik saja? Oi." Sang kopral muda bertanya pada gadis tersebut. Sosoknya menoleh ke sumber suara kemudian mengangguk pelan. Wajah perempuan tersebut tampak sangat bingung. Arah pandangnya tidak terlihat fokus. Sedikit aneh.
"kau yakin?" tangannya menjulur mendekati pucuk kepala gadis tersebut, namun kemudian berhenti tepat di hadapan wajahnya. Eren yang memperhatikan keduanya hanya diam tak mengerti. Wajah Levi yang memang expressionless tidak mengartikan apa apa, sampai akhirnya pria yang lebih pendek darinya tersebut mundur kembali menduduki kudanya.
"tuntun dia. Kita kembali."
"h-hai!"
Eren mendongak memperhatikan butiran butiran putih yang masih tampak senang menghujani kepala mereka. Manik hijaunya turun memperhatikan kepala gadis itu yang kini nyaris sepenuhnya tertutup salju. Padahal sepertinya ia berumur tak jauh dari Eren, tapi tingkah polosnya tak ayal membuat Eren tersenyum tanpa sadar. Sambil menepuk sisa sisa salju di kepala gadis itu, Eren bertanya.
"namamu?"
"…A-Ackerman…" gadis itu berhenti sebentar, merasakan material lembut nan hangat di sekitar punggungnya. Jubah Survey Corps milik Eren, yang kini menyelimuti tubuhnya. "Mikasa Ackerman…"
.
.
.
Misi kali ini tak sepenuhnya berhasil, akan tetapi Irvin Smith bisa meyakinkan setidaknya korban yang selamat cukup banyak kali ini. Para ketua masing masing legion kini tengah mengadakan rapat di distrik Trost mengenai pengambil alihan dinding Maria sementara para prajurit beristirahat menunggu komando selanjutnya.
"…mereka semakin pintar sementara kita seperti berjalan di tempat. Aku bahkan hampir gila memikirkan apa yang harus kita lakukan nanti." Keluh Armin Arlert, pemuda yang kini dipercaya oleh Irvin Smith secara langsung sebagai ahli strategi. Tak ada yang meragukan kemampuan berpikir cepatnya.
"yah… kau tahu, kurasa kita berkembang lebih baik. Dibandingkan 3 tahun lalu saat kita pertama kali bergabung, tingkat pertahanan hidup kita semakin meningkat kan?" kata Eren mencoba menenangkan.
"ya… aku hanya sedikit pusing dengan Irvin-danchou itu saja."
"oi, oi, Armin… tenanglah."
"maaf…"
Eren berpikir ini pertama kalinya ia melihat sahabat kecilnya begitu frustasi tentang sesuatu. Mungkin ia sedikit jenuh, tapi itu hal yang normal. Setidaknya ia masih menjalankan tugasnya tanpa memberontak.
Suasana ramai di kafetaria sedikit memusingkan Eren, mungkin ia akan tidur setelah menghabiskan makan malamnya. Tubuhnya benar benar kelelahan, apalagi suhu rendah di musim dingin seperti ini. dan sepertinya rencana istirahat malamnya tidak akan berjalan terlalu lancar ketika Hanji memasuki ruang kafetaria tampak tergesa gesa.
"apa a-… oh! Eren! Kemari!" Hanji melambai mengisyaratkan agar laki laki itu cepat menghampirinya.
"ya… Hanji-san?"
"ingat anak yang kau selamatkan 3 hari lalu?" Hanji bertanya cepat. Eren tak mengerti tapi pasti ada sesuatu yang kurang bagus. Ia mengingat ingat sebentar kemudian mengangguk.
"bagus, sekarang ikut aku." Wanita berkacamata itu lantas menarik tangan Eren paksa untuk keluar dari kafetaria.
"ch-chotto… memang ada apa?"
"dia baru saja sadar, dan tiba tiba mengamuk tidak mau disentuh siapapun dan terus berteriak. Levi berkata padaku hari itu ia terus menempel padamu." Ujar Hanji sambil terus berjalan. Eren masih tidak mengerti kenapa ia harus terlibat.
"aku rasa kau bisa menenangkannya sebentar. Ya kan?" pertanyaannya seperti tidak mengizinkan penolakan. Maka Eren diam saja dan mulai paham. Semakin jauh mereka berjalan suara teriakan dari gadis itu semakin terdengar. Pantas saja Hanji bisa sekalap ini, terdengar dari bagaimana histerisnya gadis itu berteriak.
Jika Eren ingat ingat kembali, gadis itu bahkan sempat ketakutan olehnya. Diam diam Eren menyimpan rasa penasaran tentang gadis misterius itu. etto… siapa namanya? A… Ac… Ackerman?
Sesampainya di depan ruangan, Eren bisa melihat beberapa prajurit tampak kalap entah harus apa, bahkan ada yang membawa rantai berencana untuk membelenggu gadis itu. apa mereka bodoh?
"o-oi! Kalian mau apakan dia?!" seru Eren.
"E-Eren? Ia tidak mau diam! Dami pikir ha-"
"lalu kenapa harus pakai rantai?! Dia hanya gadis biasa!"
Seisi ruangan mendadak hening. Dan itu mengejutkan. 5 prajurit yang berada disana melempar pandangan ke arah gadis yang kini mendadak diam. Wajahnya benar benar kusut oleh air mata dan raut panik serta terkejut. Bibirnya terbuka tampak ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian berahir dengan menelan ludah.
"…Ackerm-… Mikasa Ackerman…" Eren berkata pelan. Gadis itu bereaksi, mencari cari sumber suara Eren. Dan laki laki itu mulai menyadari keanehan Mikasa. Ini tidak gelap, Eren ada di hadapannya, ia mencari apa?
Tepukan di pundaknya kemudian membuat Eren berbalik menemukan sosok Hanji di sampingnya. Hanji tampak mengerti Eren masih belum mengerti sesuatu. Maka ia berbisik pada laki laki itu.
"…dia tidak bisa melihat…"
.
.
.
-TBC-
Author's Note :
Etto… mendadak dapet feel buat bikin fic ini. daripada mubazir mending saya tuangin ke cerita asli BD *ketawa macho*
Naaahh bagi yang belum nanggep, latar belakang cerita ini adalah… Mikasa & Eren belum pernah bertemu sebelumnya, dan ga ada titan shifter disini '-' Eren disini juga jadi jagoan sebenernya hohoho~
Dan untuk Mikasa… aku gatau kenapa tiap bikin fanfic yang ada Mikasanya yang dipikirin selalu Mikasa dengan sisi imut & pemalu x_x kenapaaaaaaa?!
Ah sudahlah… silahkan di review^^
