Story by Bilaynoona

Warning! Yaoi!

If you don't like boy lovers / bxb just exit my story.

.

.

.

.

"Baekhyun, ayo bangun, nanti kamu telat." ucap wanita itu — Ibu Baekhyun —

"Eungg..." bukannya bangun ia malah membalikan tubuhnya hingga telungkup, laki-laki bermarga Byun itu menghiraukan ucapan ibunya.

"Baekhyun sayang, ayo bangun nak.." ibunya mencoba bersabar membangunkan anakanya.

"Ibuuuu..." rengeknya dengan suara serak.

"Hmm.."

"Ibu, aku hari ini bolos saja ya?"

"APA?!" teriak ibunya.

Ibunya menghela napas, lalu mendekati anak semata wayangnya. "Baekhyun kenapa kamu tidak mau sekolah, hm?" tanya ibunya. Terkadang ibu Baekhyun bingung dengan sikap anaknya yang berubah setiap saat dan juga Baekhyun sangat penutup kepadanya, entah mengapa ibunya sangat curiga dengan sikap Baekhyun yang aneh.

Setiap kali ingin menanyakan ada apa dengan sikapnya, Baekhyun selalu saja menghindarinya. Pernah suatu hari Baekhyun pulang sekolah dengan wajah masam, lalu mengunci diri di kamar seharian.

Ibunya terkejut dengan jawaban Baekhyun rasa penasarannya sudah memuncak.

"A-aku takut ibu.." ucap Baekhyun di balik bantal.

"Apa yang kamu takutkan? Apa kamu jadi korban bully?" kepala Baekhyun berpindah kepangkuannya dan memeluk pinggang ibunya lalu sebuah gelengan sebagai jawaban.

"Lalu?" tanya ibunya lagi karena tidak puas dengan jawaban Baekhyun.

"Aku takut dengan supir busku, ibu." Aku Baekhyun.

"Apa yang dia lakukan kepada anakku yang manis ini?" ucap ibunya sambil mengelus puncak kepala Baekhyun dengan kasih sayang untuk menenangkan anaknya.

"Aku ini tampan bukan manis, ibu harus tau itu." Baekhyun mengelak bahwa ia bukanlah laki-laki yang manis.

"Yasudah cepat mandi sana, jika supir bus itu macam-macam dengan anak ibu yang manis, ibu akan laporkan ke polisi."

"IBU!"

Ibunya terkekeh kecil lalu keluar dari kamar Baekhyun untuk menyiapkan sarapan.

...

Sekarang Baekhyun tengah duduk di meja makan dengan seragam sekolahnya sambil memainkan ponsel.

Ibunya yang melihat itu langsung mengomelinya.

"Baekhyun jangan memainkan ponsel di meja makan!" Baekhyun tidak mau mengacaukan mood ibunya hari ini lantas ia langsung menaruhnya di sebelah piring dan memakan sarapannya.

"Ibu, dimana ayah?"

"Ayah sudah berangkat kerja sejak pagi buta," ucap ibunya disebrang meja makan.

"Apa ada yang terjadi?"

"Tidak ada, cepat habiskan makanannya Baekhyun."

TINN!

Baekhyun bergejolak kaget mendengar klakson dari luar rumahnya dan seketika wajahnya langsung memucat, ibunya yang melihat itu langsung menangkap apa yang baekhyun pikirkan.

"Hei, sudah ibu bilang kan jika ada apa-apa ibu akan laporkan orang itu ke polisi, tidak usah takut Baek." Ibunya mencoba menenangkan Baekhyun.

Anak laki-laki itu yang berumur 15 tahun akhirnya menghela napas dan mengangguk lemah. "Baiklah, aku pergi dulu." Baekhyun mengambil tas di sebelah bangkunya.

"Jika ada apa-apa langsung telfon ibu, kau mengerti?" ucap ibunya di depan pintu rumah.

Lagi-lagi Baekhyun hanya mengangguk dan melambaikan tangan.

Degup jantungnya semakin cepat, keringet di tanganya pun terasa sangat basah. Kedua tangan Baekhyun mempererat pegangan pada tasnya sampai buku-buku jarinya memutih.

Pintu bus pun terbuka dan betapa terkejutnya Baekhyun melihat supir busnya, mata besar berwarna coklat super gelap cenderung hitam, hidungnya yang begitu mancung, bibirnya yang tebal, kedua kupingnya yang lebar,dahinya yang sangat menonjol dan rambut klimisnya. Baekhyun hampir terpana, ralat dia sudah terpana oleh sosok pria itu!

Hampir menghabiskan beberapa menit Baekhyun berdiam diri sampai ia tersadar mendengar deheman kecil.

"Kau ingin masuk?" tanya supir itu dengan mata yang mengintimidasi.

Baekhyun mengigit bibirnya dan mengangguk kecil lalu masuk kedalam bis dan menduduki bangku paling belakang yang berada dipojok kanan. Bus itu mulai berjalan lagi.

Sampai Baekhyun menyadari bahwa di bus itu hanya ada ia dan supir busnya, ia mengernyit kenapa dari tadi tidak ada yang masuk kedalam bus ini? Dan kemana tujuan bus ini? Kemana teman-temannya?

Pertanyaan itu sudah memenuhi kepala Baekhyun dan akhirnya Baekhyun mencoba menenangkan dirinya.

Sepuluh menit telah berlalu, tidak ada satupun teman sekolahnya yang memasuki bus ini dan juga mereka tidak berhenti untuk menjemput anak yang lainnya. Dengan keberanian Baekhyun pun bertanya kepada supir itu.

"Paman kenapa tidak menjemput murid yang lain?" tanya Baekhyun.

Supir itu hanya melirik dengan ekor mata ke kaca spion tengah dan tanpa sengaja Baekhyun sekilas melihat kaca spion, Mereka pun saling bertatap tak lama kemudian Baekhyun mengalihkan pandanganya ke luar jendela membuat wajah putih Baekhyun mengeluarkan sembrutan merah menghiasi wajahnya tanpa Baekhyun ketahui pria itu menyeringai. Baekhyun memegangi dadanya yang berpacu cepat hanya dengan memandangi mata tajam pria itu. Oh Tuhan! Ada apa denganya.

Beberapa menit hening, Baekhyun mengeluarkan suaranya lagi.

"Paman kemana kita akan pergi?" dengan suara gemetar, Baekhyun sangat takut saat pria itu membawanya ke dalam hutan yang sangat jauh dari jalan raya. Baekhyun hampir ingin menangis sampai ingat ucapan ibunya, tanpa menunggu lagi Baekhyun mengambil ponselnya di tas dan ia tidak sadar jika bus ini sudah berhenti di depan rumah kecil tepat di tengah hutan. Baru saja ingin men-dial ibunya tangan besar sudah merebut ponselnya dengan tatapan yang tajam membuat Baekhyun menundukan kepalanya.

"P-paman apa yang k-kau lakukan?" ucap Baekhyun takut tanpa menatapnya dan tanpa sadar air matanya mengalir di pipinya.

"Baekhyun," suara serak dan basah itu membuat Baekhyun bergidik ngeri.

"Baekhyun, tatap aku saat berbicara." Baekhyun masih tidak bergeming membuat lawan bicaranya menahan emosi dengan kasar pria itu mencengkeram dagu Baekhyun sampai sang empunya merintih kesakitan.

"Sakitttt.. p-paman." Baekhyun mencoba melepaskan cengkeraman pria itu.

"Kau menangis, huh?"

Pria itu memajukan wajahnya mendekati wajah Baekhyun, lalu melumat bibirnya Baekhyun membulatkan matanya kaget dan tangannya mendorong bahu pria itu agar memutuskan ciuman mereka tak disangka pria itu malah memperdalam ciumannya, Baekhyun tidak kuat mendorong bahu pria itu dan entah setan dari mana Baekhyun malah menikmati ciumannya.

"Nghh.." satu desahan lolos dari bibir Baekhyun.

"Chanyeol, desahkan namaku, baek." ujar Chanyeol sambil menggigit bibir bawahnya dan cairan merah keluar dari bibir Baekhyun.

"Chanyeolhh.. ahh," Baekhyun yang sedikit membuka mulutnya dan Chanyeol tidak menyianyiakan luang itu lalu lidah Chanyeol masuk mengabsen setiap giginya dan memainkan lidah kecil Baekhyun.

"Kau sangat manis, Baek." ucap Chanyeol di depan bibir Baekhyun sedangkan Baekhyun menghirup udara sebanyaknya, tanpa ampun Chanyeol menghisap leher Baekhyun sampai meninggalkan bercak merah disana.

"Ahhhh.. Chanyeol perihh... hentikan.."

"Kau menikmatinya, baek." Chanyeol membelai pipi gembul Baekhyun dengan ibu jarinya.

"Hikss... hentikan.. i-ini tidak benar." Baekhyun menangis karena apa yang mereka lakukan adalah tidak masuk akal ini salah, Chanyeol laki laki dan begitupun ia tetapi entah mengapa hatinya merasa senang dengan perlakuan Chanyeol tadi.

"Berhenti menangis, Baekhyun." desis Chanyeol, Baekhyun tidak menghentikan tangisannya, Chanyeol geram dengan Baekhyun yang tidak mendengarkan kata-katanya. Chanyeol benci melihat Baekhyun-nya menangis.

'nya' berarti sudah menjadi kepemilikan Chanyeol, karena usaha yang ia lakukan tidak mau jadi sia-sia.

"Kubilang berhenti, sialan!" bentak Chanyeol dan Baekhyun pun tersentak, terdiam ketakutan.

Akhirnya Chanyeol menarik lengan Baekhyun untuk turun dari busnya, Baekhyun dengan segala kegilaan instingnya pun tak berdampak apa yang ia inginkan.

Baekhyun menarik lengannya dengan sekuat tenaga dan Chanyeol pun sedikit lengah dan ikut tertarik lalu Baekhyun mendorong bahu Chanyeol sampai ia terjatuh, Baekhyun langsung lari menuruni bus itu. Tetapi belum sampai pintu Baekhyun sudah terbanting ke kursi supir dan tangan besar Chanyeol mencengkeram leher Baekhyun.

"Akh... lepaskan... k-kumohon.." ringis Baekhyun sambil memukuli lengan Chanyeol, hampir pasokan udara Baekhyun menipis lengan besar itu melepaskan cengkramannya, Baekhyun terbatuk dan Chanyeol beralih menjambak rambut Baekhyun sampai dia mendongkak.

"Kau ingin tau kenapa aku melakukan ini, hm?"

Baekhyun menutup matanya, kepalanya terasa sangat sakit karena jambakan yang diberikan Chanyeol, air mata Baekhyun mengalir lewat ekor matanya.

"Karena aku menginginkan mu, aku mencintaimu, Baek. Tapi saat aku melihatmu ketakutan karena tua bangka itu melihatmu dengan tatapan menjijikan! Jadi aku membunuhnya."

Baekhyun melotot mendengar perunturan dari Chanyeol, pria itu mengendurkan tarikan pada rambut Baekhyun,

"K-kau membunuhnya?" tanya Baekhyun masih tak percaya dengan ucapan Chanyeol.

Chanyeol hanya menyeringai, "Kau gila! Kau pendofil! Kau psikopat!" teriak Baekhyun dengan tatapan marah. "Aku gila karena kau, Baekhyun."

Baekhyun menggeleng cepat, tidak, ini bukan salahnya, ini salah pria yang ada dihadapannya, pria dengan sakit jiwanya!

"Jadi kau harus kuhukum karena telah mencoba kabur dariku."

"T-tidak Chan—chanyeol biarkan aku pulang hiks.."

"Kau tidak akan kemana-mana!" ucap Chanyeol final dan menarik paksa Baekhyun memasuki rumah kecil itu.

Mungkin ini hari terakhir Baekhyun bisa hidup bebas. Dan memohonlah semoga Dewa berbaik hati kepadanya.

...

"Hmmm Chanyeeollhh.."

"Mendesalah, baek." bisik Chanyeol serak dan terus menghisap leher jenjang Baekhyun yang masih ada bekas memar sebab cekikan Chanyeol, "Ahhh!"

Tak sampai disitu Chanyeol membuka satu persatu kancing seragam Baekhyun dan terlihatlah dua puting merah yang telah menegang, Chanyeol memainkan, menjilat, menghisap kuat kuat puting susu itu. "Ahhh yaaa disanahh.. terushhh shh.." Baekhyun menekan kepala Chanyeol agar memperdalam hisapannya. Anggap saja kewarasan akal Baekhyun sudah hilang entah kemana.

"Kau menikmatinya, hm?" goda Chanyeol dan Baekhyun mengangguk malu malu dengan pipi yang merona, Chanyeol mendekatkan wajahnya ke wajah Baekhyun, kedua belah bibir tebalnya dengan belah bibir tipis milik Baekhyun. Menyapukan lidahnya di belahan bawah Baekhyun sebelum menghisap bagian bawah itu perlahan.

Ciuman manis itu berubah menjadi ciuman panas dan perang lidah kini telah berlangsung, gairah Chanyeol telah memuncak dan adiknya meminta dipuaskan. Tangan Chanyeol bergerak membuka celana Baekhyun dengan serentak dan termampang jelas penis mungil yang telah mengeluarkan percum sedikit.

"Kau sudah basah, baek." Chanyeol menggengam penis kecil itu lalu mengurut perlahan sampai desahan kecil keluar. "Ah—nghh... Chanyeolhh faster please." Chanyeol mendengar permintaan pujaannya dengan senang hati mempercepat kocokan penis Baekhyun.

"Ahh.. ahhh.. ahhh.." Baekhyun telah mencapai klimaks.

"Huh? Kau sudah keluar bahkan aku belom memasukimu Baek, kau nakal. Saatnya kau puaskan aku, Baek." Chanyeol langsung membalikan tubuh Baekhyun sehingga ia menungging.

"Chan—"

PLAK!

"Akhh ah," ringis Baekhyun saat mendapatkan tamparan di belahan pantatnya, Chanyeol semakin menggila dan tamparan itu semakin keras.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

"Sakitt.." air mata Baekhyun sudah menggenang di pelupuk mata, tamparan itu sangat panas mengenai permukaan kulit mulus Baekhyun.

Chanyeol tidak mendengarkan rengekan Baekhyun, seakan-akan mentulikan telinganya. Baekhyun yang berada dibawah Chanyeol hanya bisa pasrah, tangan kekar itu mengelus bongkahan pantat, menelusuri lubang kecil dan tangan satunya membuka kancing bajunya.

"Akhhh... s-ssakit.." dua jari itu memasuki lubang yang tengah berkedut, ada rasa sakit dan nikmat di saat bersamaan.

Chanyeol semakin memasuk-keluar jarinya dan membuat Baekhyun mengerang kenikmatan, Chanyeol mengeluarkan jarinya Baekhyun sedikit kecewa. Dalam hati, Chanyeol sudah tersenyum kemenangan ketika hasrat Baekhyun tak terpenuhi.

Tanpa memberi pelumas atau aba-aba benda besar dan panjang memasuki lubang sempitnya Baekhyun meringis kesakitan, "Akh— s-sakit.. sakit sekali..k-kumohon.. keluarkan..hiks."

"Ahh Baek, kau sangat sempit sekali," Chanyeol mendekatkan bibirnya ke bibir tipis Baekhyun dan melumat pelan untuk memberi kehangatan kepada Baekhyun lalu mencium kedua matanya, turun hingga ke leher mulusnya. "Aku tidak ingin melihatmu menangis, hanya nikmati saja Baek." bisik Chanyeol sensual.

"Aku akan bergerak," ucap Chanyeol lalu menghisap bahu Baekhyun dan meninggalkan bercak merah disana.

"Ahhh Chanyeolhh fasterhh." Chanyeol senang mendengar permintaan itu tanpa diminta pun Chanyeol akan melakukannya.

Chanyeol terus menghentakkan pinggulnya dan menengadah kepalanya keatas dengan kenikamatan yang diberikan lubang Baekhyun. "Jangan ketatkan lubangmu, Baekhyun." erang Chanyeol lalu memukul pantat Baekhyun.

Tangan Chanyeol bergerak membelai punggung Baekhyun hingga berpindah ke dadanya, memelintir putingnya, desahan keluar dari mulut keduanya mencari pelepasan dan tangan Chanyeol turun ke perut Baekhyun.

Tak sengaja tangan Chanyeol menyentuh penis kecil Baekhyun yang kini telah menengang, hampir ingin klimaks yang kedua kalinya jika Chanyeol tidak menutup lubang kencingnya, membuat sang empu kesakitan tidak mendapatkan pelepasan belum lagi lubangnya yang sangat perih.

"Arghhh Chanyeol... l-lepaskan.. hmm ahh.." Baekhyun melampiaskan hasratnya dengan meremas sprei yang ada di ranjang.

"Tidak kuizinkan kau menuntaskannya secepat ini, baek." penis Chanyeol semakin membesar di dalam lubangnya, Baekhyun tau Chanyeol tengah mengejar pelepasan pertamanya. "Nghhh Chanyeol aku mau—"

"Bersama, sayang!" Chanyeol semakin mempercepat temponya seketika di ruangan ini sangat panas dan hanya ada suara desahan dengan decitan ranjang.

"AHHH!" mereka pun akhirnya mendapatkan pelepasan bersama, sperma Chanyeol pun masuk kedalam lubang Baekhyun, Chanyeol tak membiarkan satu tetes cairan putih itu keluar, tubuh Baekhyun ambruk terkulai lemas sisa tenaganya telah terkuras banyak. Terlalu begitu banyak kejadian hari ini yang membuatnya lelah sampai ucapan pria itu membuat darahnya berdesir—

"Aku mencintaimu, Baekhyun." Chanyeol menghujani ciuman dipunggung Baekhyun.

— tapi ia hanya mengabaikannya.

"Kau tidak membalasku?" tanya Chanyeol dingin membuat Baekhyun gugup.

PLAK! Tamparan itu menjadi kesenangan bagi Chanyeol bahkan pipi pantatnya sampai memerah karena terus mendapatkan tamparan keras.

"A-aku juga mencintaimu, Chanyeol."

"Kau milikku Park Baekhyun, sampai kapan pun," Baekhyun merona mendengarkan bukan nama marganya lah yang disebutkan Chanyeol melainkan marga lelaki itu.

"Kau tidak bisa kemana-mana Baekhyun, sampai kau kabur dari rumah ini aku akan terus mencarimu bahkan itu ke neraka sekalipun." Ancam Chanyeol tepat di telinga Baekhyun.

Dengan susah payah Baekhyun menelan ludahnya dan hanya anggukan yang Baekhyun berikan. "Anak pintar."

Pria berumur 27 tahun itu pun membalikan badan Baekhyun dan berhadapan denganya dan menampakan wajah lelaki cantik itu, bahkan wanita manapun kalah dengan kecantikannya membuat mata gelapnya di penuhi gairah lagi.

Chanyeol mengeluarkan kejantannya yang telah terkulai lemas lalu mengocok penisnya agar kembali menegang. Baekhyun yang melihat itu membelakan matanya, melihat bagaimana gagahnya badan Chanyeol, otot-otot di lengannya dan tatto yang tidak terlalu banyak berhasil membuat Baekhyun kagum, pengelihatan Baekhyun menurun ke selangkangan Chanyeol dan ereksinya telah menengang ia bisa melihat penis besar, panjang dan berurat itu yang memasuki lubangnya, Baekhyun meringis membayangkannya.

"Sudah selesai dengan kagumnya, baek?" tanya Chanyeol dengan senyuman nakalnya, siap untuk melahap lelaki mungilnya. Baekhyun terus memandangi paras wajah Chanyeol, sangat tampan sekali dan menimbulkan rona merah di pipi putihnya.

"Saatnya ronde dua, sayang," dengan tangan satu Chanyeol mengangkat sebelah kaki Baekhyun ke pundaknya, Baekhyun hanya meneguk ludah.

'Ibu ayah, tolong aku.'

END.

N/A : WOHOOOOOOO! Aku bingung mau publish ff ini apa engga:( benar-benar dilema. Takut ceritanya bakal aneh, receh, dan gak seruuuuuu. Dag dig dug bikin cerita ini, karena baru pertama kali bikin ff nc. Sorry for typo.

Siapa yang senyum-senyum sendiri hayoo?? ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ

So,

RnR?