Chapter 1 Go Home

Kim Minseok POV *

Aku, Kim Minseok 18 tahun, baru saja menjadi seorang yatim piatu. Apa yang salah? Tidak ada, hanya takdir yang bermasalah. Dari kecil aku hanya tinggal berdua dengan ayahku, ibuku meninggal saat aku masih berusia 5 tahun. Aku lupa kejadiannya, tapi kata ayahku kami mengalami kecelakaan dan ibuku meninggal saat di bawa kerumah sakit. Sedangkan aku, eumm, ayahku tak bercerita banyak, dia hanya bilang aku selamat karena aku saat itu ada di pelukan ibuku.

Tapi, aku tidak pernah mengeluh. Aku selalu menerima dan percaya dengan semua yang dikatakan ayahku. Dia adalah salah satu alasan aku bertahan hingga aku sampai sebesar ini, walaupun begitu, aku tak pernah mengingat seperti apa masa kecilku dulu. Aku hanya ingat, aku selalu berpindah - pindah tempat tinggal, karena ayahku adalah seorang ilmuwan. Aku selalu mencoba bertanya padanya apa yang ia kaji dan teliti hingga harus selalu berkeliling dunia, namun jawaban selalu sama, suatu saat aku pasti akan tahu dengan sendirinya.

Haah, aku kadang kesal setengah mati, tapi aku toh tak bisa membantu apapun untuk pekerjaan ayahku, jadi aku pun tak rugi sebenarnya.

Namun kali ini sedikit berbeda rasanya setelah kepergian ayahku. Aku memang tak lagi bisa merasakan kehangatan orang tua di sisiku. Tak apa, aku akan terbiasa nantinya. Namun meski begitu, ada saja hal yang selalu membuatku kesal yaitu adalah saat sehari setelah meninggalnya ayahku, beliau mendatangiku ketika aku tak sengaja tertidur di pusaranya.

Aku tentu saja kaget bukan main. Aku ini hanya seorang anak remaja, sendirian, dan baru saja di tinggal 'pergi' oleh ayahnya, dan yang lebih buruk lagi, hal - hal ganjil muncul pada saat aku tak ingin keganjilan itu terjadi padaku. Aku sulit percaya jika sosok yang mendatangiku itu adalah arwah ayahku sendiri.

Yah, kelebihanku memang agak sedikit aneh untuk orang awam. Aku bisa melihat hantu atau arwah orang yang sudah meninggal. Itu terjadi sejak aku masih kecil, seingatku saat aku masih di sekolah dasar, aku selalu melihat hal - hal aneh terjadi di sekitarku. Tentu saja aku mencoba tak peduli, tapi mereka terus saja mereka bergantian mendatangiku dan menggangguku.

Puncaknya aku sampai harus dibawa ke rumah sakit oleh ayahku karena aku demam tinggi selama satu minggu karena hantu yang mendatangiku terus menerus memintaku memberinya pertolongan dan aku menolak sepanjang waktu. Dan aku berhasil sembuh saat aku kabur dari rumah dan pergi ke luar kota selama dua hari hanya untuk mencari anggota keluarga hantu itu dan menyampaikan wasiatnya.

Jangan di tanya bagaimana reaksi ayahku saat aku pulang kerumah. Dia mengurungku sebulan penuh di dalam rumah dan melarang semua temanku berkunjung. Aku tak membantah dan tak melawan, tapi setiap malam hantu yang mendatangiku semakin banyak. Dan aku tak bisa berbuat apa - apa selain menempel pada ayahku kemanapun dia pergi.

Aku tak menginginkan hantu ayahku sendiri mendatangiku, tentu saja. Membuatku semakin tak ingin melepasnya, dan semakin merindukannya. Tapi dengan begitu, aku bisa menghapuskan semua kesalahpahaman yang terjadi antara ayahku dan aku. Dan dia juga meminta maaf padaku. Aku tak tahu mesti merasakan apa waktu itu, aku sedih sekaligus juga senang karena ternyata ayahku dulu sempat mengira aku ini gila, namun menyadari kesalahannya saat aku bisa bertemu dengannya sesudah ia meninggal, ia berkata bahwa ia meminta maaf padaku dan berkata selama ini ia benar - benar tulus menyayangiku.

Tak lupa dia juga berpesan supaya aku pulang ke Korea, tempat dimana ayahku dilahirkan. Dia mengatakan hal yang aneh padaku, yaitu mengambil sebuah berkas lama yang selalu di simpan di bawah tempat tidur di ruang kerja ayahnya.

Yah, ini mungkin adalah wasiat ayahku yang tak sempat ia katakan sebelum ia meninggal. Ia pun berkata padaku supaya tak memberitahukan soal wasiat itu pada siapapun dan tak mempercayai orang asing dengan mudah, apalagi orang - orang dari perusahaan tempat ayahnya bekerja.

Aku turuti semua keinginan ayahku, walaupun aku membenci hal yang berhubungan dengan tempat tinggal baru. Tapi demi ayahku, akan kulakukan semuanya. Toh di tempat tinggalku sekarang ini, tak ada yang ku kenal dekat. Jadi aku tak akan merasa kehilangan jika harus pindah tempat lagi.

Aku sudah membereskan semua keperluan kepindahanku dari beberapa hari yang lalu. Seseorang dari perusahaan ayahku, memberi bantuan padaku sebagai kompensasi karena ayahku sudah mengabdi dan berjasa pada perusahaan mereka. Mereka bilang aku hanya tinggal datang ke alamat yang tertera pada map yang tadi mereka berikan. Aku sudah melihatnya dan isinya sungguh membuatku tercengang. Ada surat kepemilikan rumah, surat pindah untuk masuk ke sekolah baru dan beasiswa hingga aku lulus kuliah. Ini tak seburuk yang kukira, aku hanya mempermasalahkan, bagaimana aku akan menyambung hidupku sehari - hari nanti. Ah, sudahlah, akan kupikirkan nanti saja setelah aku sampai ke Korea.

Kim Minseok POV end *

Two Days Later *

Minseok menginjakkan kakinya di Korea untuk pertama kalinya. Dia langsung merasa nyaman begitu sampai disana. Mungkin karena dia memang darahnya berasal dari sana, makanya ia langsung merasa berada di rumah.

Ia keluar dari bandara dan memanggil taksi, tak lupa menunjukkan alamat yang ia tuju pada sang supir. Sepanjang perjalanan ia menikmati pemandangan yang jarang ia dapatkan sewaktu di Amerika.

Ia hanya berharap satu hal, tak akan ada hantu lain yang akan mengikutinya. Lama kelamaan karena lelah, ia pun tertidur di perjalanan.

Satu jam kemudian, ia sampai di sebuah rumah. Tak terlalu besar atau terlalu kecil, lumayan. Ia turun dan mengeluarkan semua barang bawaannya, untung saja tidak banyak. Setelah taksi itu pergi, ia menatap sekali lagi rumah yang akan ia tinggali, sendiri. Ada pekarangan kecil di depan rumah.

Denan pelan ia membuka pintu rumah itu. Ia melongok sebentar melihat ke sekeliling, lalu masuk ke dalam. Sesaat setelah ia masuk kedalam rumah, ia tiba - tiba merasa merinding, dan seperti ada angin lembut berhembus melewatinya. Ia menggelengkan kepalanya sendiri, mencoba tak peduli.

Lalu sesudah dilihat lebih dekat, cat rumah itu sudah agak mengelupas, dinding dan lantainya sangat berdebu. Perabotan yang ada tidak banyak, tapi ternyata rumah itu terlalu besar untuk dirinya seorang diri.

'Bagaimana aku akan membereskan tempat ini?' batin Minseok.

Ia melihat isi dompetnya,

"Ah, aku rasa ini cukup untuk membeli cat baru. Rumah ini harus di tata ulang. Aku akan memulainya dengan membeli peralatan untuk membersihkan rumah, cat baru dan aku juga akan membeli persediaan makanan. Ini masih pagi, dan aku rasa aku bisa menyelesaikannya hari ini juga." Minseok bermonolog.

- Skip Time -

Minseok pulang kerumah dengan membawa berkantong - kantong belanjaan. Setelah ia mengisi perutnya dengan roti isi dan minuman ringan yang ia beli tadi, ia bergegas mengganti pakaiannya. Saat ia akan melepas kausnya, ia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya, tapi setelah mengecek kesana kemari, ia tak menemukan siapapun. Ia lalu tak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya.

Ia sudah berganti memakai kaus oblong dan celana pendek. Kemudian pergi kebagian belakang rumah, mencoba melihat gudang. Ia tersenyum sendiri, disana ada berbagai alat pel, sapu, penyedot debu usang, tapi masih bisa di pakai, ember dan bermacam - macam lagi alat kebersihan lain. Semua di bawanya keluar, dan ia tak lupa memakai sarung tangan dan masker.

Kerja bakti di mulai.

Ia memulai dengan membersihkan debu pada tembok dan lantai terlebih dahulu. Setelah itu ia mengecat ulang dengan warna biru favoritnya. Ia bangga dengan hasil pekerjaannya sendiri, meskipun cara mengecatnya asal - asalan, tapi hasilnya cukup rapi. Setelah selesai mengecat seluruh bagian dalam rumah, satu persatu ia membuka perabotan yang tertutup kain penutup debu dengan hati - hati, supaya debunya tidak berterbangan dan menempel pada dinding yang baru saja selesai ia cat.

Dengan menggunakan penyedot debu, ia mulai membersihkan debu yang menempel pada sofa, meja, lemari dan juga lantainya. Semua ia bersihkan kemudaian langsung mengepel dan mengelap kaca jendela, bagian sudut meja atau kursi yang tak terjangkau penyedot debu tadi.

5 jam ia berhasil membersihkan bagian dalam rumahnya. Ia bangga dengan hasil karyanya, ia lalu melongok ke dapur, dan melihat sepertinya semua perabot dapur tak terlalu kotor karena disimpan di dalam lemari tertutup. Ia memutuskan hanya akan membersihkan bagian luarnya saja dulu dan membersihkan lemari pendingin yang lama tak terpakai.

Lemari pendinginnya tak ada apapun, jadi setelah membersihkannya, ia menghidupkan lemari pendingin itu dan mengisinya dengan bahan makanan yang ia beli tadi. Lalu setelah selesai ia pergi menggotong kopernya menuju kamar yang akan ia tempati. Dirumah itu ada tiga buah kamar. Satu berada dekat dengan ruang tamu, yang kedua dekat dengan ruang tengah dan yang satu berhadapan dengan kamar kedua. Minseok memilih kamar paling besar yaitu kamar kedua karena kamar itu memiliki kamar mandi sendiri, dan Minseok sangat suka mandi.

Saat pertama masuk kamar itu, anehnya kamar itu sangat bersih, hanya berdebu di lantai, meja nakas di samping tempat tidur dan juga bagian depan lemari kayunya saja. Sedangkan tempat tidurnya bersih seperti selalu dibersihkan setiap hari, bahkan seprainya masih tampak seperti baru saja di ganti. Didekat lemari kayu ada jendela yang jika dibuka menghadap langsung ke pekarangan samping rumah.

"Kenapa di bagian kamar ini berbeda sekali suasananya. Bahkan udaranya sangat nyaman." Minseok menghirup udara dalam - dalam.

Kemudian setelah sedikit membereskan kamarnya, ia menata pakaiannya dan membersihkan diri. Saat di kamar mandi, ia memikirkan hal aneh yang terjadi padanya sepanjang hari ini. Ia mencoba mengabaikan itu, namun instingnya mengatakan hal yang lain.

Ia ingat tadi menaruh penyedot debunya di sofa ruang tamu, tapi saat ia ingin menggunakannya untuk membersihkan kamarnya, penyedot debu itu sudah ada di samping pintu kamarnya. Ia yakin tak pernah sekalipun membawa atau meletakkan penyedot debu disana.

Kedua, saat ia tertidur di sofa karena kelelahan tadi, ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya dan mencoba menyentuhnya, tapi saat ia terbangun, tak ada seorangpun di sana.

Dan yang ketiga, ia selalu merasa ada yang mengawasinya dan mengikutinya kemanapun ia pergi. Tapi ia tak melihat siapapun di rumah ini.

Ia pun menggelengkan kepalanya lagi.

"Ah, sudahlah, mungkin aku hanya merasa kelelahan saja. Sebaiknya aku langsung tidur saja, besok aku harus ke sekolah pagi - pagi."

Minseok bergegas menyelesaikan acara mandinya dan langsung pergi tidur. Saking lelahnya, ia langsung terlelap dan tak menyadari bahwa ada sosok lain di rumah itu yang memang sedari tadi mengawasinya.

Sosok itu pelan - pelan mendekati Minseok dan duduk di tepi kasur yang ditiduri oleh Minseok. Sosok itu memandang penuh arti pada Minseok, sosok itu tersenyum lembut dan berbisik.

"Selamat datang penghuni baru," sosok itu terkikik geli dan ikut berbaring di samping Minseok.

- Skip Time -

Minseok terbangun pukul 5 pagi dalam keadaan kaget, saat ia menyadari ada seseorang yang meniup telinganya dengan kencang.

Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, seseorang mengucapkan kata selamat pagi padanya.

"Hai, selamat pagi, kau sudah bangun ya," sosok itu tersenyum pada Minseok.

"Pagi," jawab Minseok tak menatap langsung pada sosok di hadapannya.

Minseok menguap dan berjalan ogah - ogahan menuju kamar mandi.

Sosok itu berhitung sendiri,

"1"

"2"

"3"

"Huaaaa!!!!!" Minseok menjerit sambil keluar dari kamar mandi. Sedangkan sosok tadi hanya terkikik, tahu jika hal ini akan terjadi.

"Kau! S..si..siapa kau? K..kenapa kau ad..ada di sini, hah?" tunjuk Minseok sedikit bergetar.

"Hai.." sosok itu tersenyum dan melambaikan tangannya pada Minseok.

"Ya ya ya, berhenti melambai padaku, sejak kapan kau ada disana?" Minseok bertanya dengan terbata.

"Aku? Aku sudah lama berada di sini, aku tak tahu sejak kapan aku ada di sini," balas sosok itu.

"Tt..tapi, kemarin aku tak melihatmu di sekitar rumah ini," sosok itu menghilang membuat Minseok terkejut.

Lalu tiba - tiba muncul di belakang Minseok, membuatnya terlonjak,

"Kau sangat lucu, pipimu sangat chubby, aku jadi ingat baozi makanan kesukaanku dulu,"

"B..bisakah kau tak menghilang dan muncul tiba - tiba seperti itu? A..ak..aku merasa tak nyaman," Minseok merasa jantungnya ingin copot.

Ini aneh, ia sudah biasa di datangi oleh hantu, tapi kali ini, kenapa ia merasa sedikit kikuk saat berjumpa hantu ini. Harusnya ia tak merasa berdebar saat melihat hantu itu, tapi kenapa...

'Ah sudahlah, mungkin itu hanya karena dia muncul mendadak, aku jadi berdebar seperti ini,' batin Minseok.

"Hei, teman, kau baru pindah kemari? Apa kau sendirian? Di mana keluargamu?"

"Tck, itu bukan urusanmu kan, aku pindah sendiri kemari. Orang tuaku sudah meninggal dan aku tak mempunyai keluarga lain. Kau puas? Sudahlah berhenti menggangguku, aku harus bersiap kesekolah," Minseok bergegas mengambil seragam sekolah dari kopernya.

Saat ia akan ke kamar mandi untuk berganti pakaian, ia menoleh ke sosok hantu tadi.

"Kenapa kau mengikutiku? Aku ini ingin mandi dan berganti pakaian, bisakah kau di sini saja,"

"Memang kenapa? Kita kan sama - sama pria, yang kita punyai juga sama bentuknya, jadi kenapa aku tak boleh mengikutimu?"

Minseok merona, namun berusaha menyembunyikannya dengan memelototkan matanya ke arah hantu tadi,

" Tck, tetap tidak boleh! Awas kalau kau berani masuk!"

Minseok masuk kekamar mandi, namun baru saja membuka kausnya, hantu tadi muncul lagi di belakang Minseok. Refleks Minseok menutupi bagian dadanya dengan kaus yang baru saja di lepasnya.

"Yaaak!! Kau!" Minseok mengambil sikat gigi di sebelahnya dan memukulkannya ke kepala hantu tadi.

Pleettaakk!!!

"Aoouch!!" hantu itu menggosok kepalanya, "Sakit tahu!! Kenapa kau memukulku!" hantu itu protes.

"Yaaak!! Kau ini sudah sembarangan masuk saat ada orang yang mau mandi! Kau ini hantu mesum ya!" Minseok mengomel lalu mereka berdua sama - sama melotot ngeri.

"Kau!"

"Kau!"

"Kenapa aku bisa memukulmu?" Minseok.

"Kenapa kau bisa menyentuhku?" hantu itu tak kalah syok, wajahnya yang pucat semakin pucat.

"Yaak!! Cepat keluar!" hantu itu lalu tanpa menunggu Minseok berteriak lagi langsung menghilang.

Minseok melongo syok, tapi saat sikat gigi yang ia pegang tadi terjatuh, ia baru sadar, ini sudah hampir waktunya berangkat sekolah.

Minseok keluar dari kamarnya, sudah berpakaian lengkap dan tas sekolah tergantung di pundaknya. Minseok melihat hantu itu duduk meja makan dengan kepala menunduk. Saat mata mereka bertemu, mereka sama - sama kikuk dan canggung untuk pertama kalinya.

"K..kau sudah mau berangkat?" tanya hantu.

Minseok menggeleng, "Aku mau membuat sarapan dan bekal makan siang dulu."

Setelah 20 menit dalam keheningan, Minseok akhirnya membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kau, siapa namamu? Aku, ekhem, kita belum berkenalan kan? Namaku Kim Minseok,"

"Aku tak ingat siapa namaku," hantu itu menunduk, "aku hanya tahu ada seseorang yang pernah memanggilku dengan panggilan Lu. Tapi aku tak ingat siapa nama panjangku."

"Oh," Minseok merasa bersalah, "maaf aku tak tahu."

Lu menggeleng, "Tak apa, kau kan orang baru di sini."

"Eumm, Lu, aku harus ke sekolah, kau tak apa kan sendirian?"

"He'em, pergilah, aku sudah terbiasa sendiri. Aku yang akan menjaga rumah kita," jawab Lu sembari memamerkan senyum bodohnya.

"Eiih, dasar bodoh, sejak kapan ini jadi rumah kita? Ini kan rumahku," Minseok mendengus, "Dan berhentilah tersenyum seperti itu. Kau nampak seperti orang bodoh."

"Biar saja aku tampak seperti orang bodoh, toh tak ada yang bisa melihatku. Hanya kau saja yang bisa," Lu lalu tersenyum sambil menyeringai.

Minseok menggelengkan kepalanya dan melirik Lu dengan sinis,

"Tck tck tck, kau benar - benar tak tertolong, Lu."

Minseok lalu beranjak dari meja makan dan keluar dari rumahnya. Ia melihat catatan untuk rute bus yang akan di naikinya. 10 menit kemudian bus tujuannya datang. Karena hari masih pagi, banyak siswa atau pelajar lain yang juga akan berangkat sekolah. Ia terpaksa berdiri. Dan tanpa Minseok ketahui, ada seseorang yang diam - diam memperhatikan dirinya semenjak dari ia masuk ke dalam bus tadi. Orang itu berdiri di belakang Minseok sekarang.

Bus berjalan dengan lancar selama perjalanan, namun mendadak bus mengerem lajunya, membuat beberapa penumpang yang berdiri oleng. Ada yang hampir terjatuh, ada yang masih berpegang pada pegangan bus dan ada pula yang di pegangi oleh temannya.

Seperti Minseok sekarang ini, ia tadi hampir saja jatuh terjungkal kedepan, namun sebuah tangan melingkar di pinggangnya menahan jatuhnya Minseok.

Minseok menoleh dan menatap bingung pada sesosok pelajar seusianya yang telah menolongnya. Sesaat mereka sama - sama terpaku, namun kemudian orang tadi tersadar lebih dahulu, dan bangun dari posisi tertahan mereka yang tak lazim.

Mereka berdehem untuk menghilangkan kegugupan masing - masing.

Minseok memperhatikan seragam pelajar itu sama seperti yang di pakainya. Mungkin mereka satu sekolah.

Bus berhenti dan mereka turun bersama.

"Eumm, permisi, terima kasih kau tadi sudah menolongku," Minseok membungkukkan badannya singkat.

"Sama - sama," balas pelajar itu sembari tersenyum.

"Kita satu sekolah, dan sepertinya kau murid baru, ya, aku belum pernah melihatmu."

"Ah, iya aku baru saja pindah, dan ini hari pertamaku." Minseok tersenyum kikuk.

"Oh, kenalkan namaku Yi Xing, teman - temanku biasa memanggilku Lay," Lay mengulurkan tangannya, dan tersenyum ramah, membuat lesung pipinya terlihat.

"Kim Minseok," sambil balas menjabat tangan Lay.

"Mari kita masuk sekarang, dan aku akan mengantarmu ke ruang administrasi. Kau pasti belum tahu dimana tempatnya kan?"

Minseok menggeleng.

Mereka berdua pun masuk ke sekolah bernama SM High School. Sekolah yang sangat besar dan juga luas menurut Minseok. Dan menurut hasil pencarian yang Minseok ketahui sekolah ini termasuk 5 besar sekolah paling bergengsi dan terfavorit diantara 5 sekolah yang lain. Tak heran untuk Minseok, gedung sekolahnya saja sudah sebagus itu, ditambah fasilitas dan kegiatan ekskulnya, benar - benar sekolah impian. Namun selain dari rasa kekaguman itu, ada sesuatu hal lain yang mengganjal pikirannya. Itu adalah para siswa yang menatap ingin tahu pada dirinya. Membuatnya merasa tak nyaman dengan perhatian itu.

"Lay ssi, bolehkah aku bertanya? Kenapa mereka semua menatapku seperti itu? Apa ada hal yang aneh?" Minseok bertanya dengan setengah berbisik.

"Tak ada yang aneh, mungkin mereka hanya penasaran denganmu," jawab Lay bijak. Minseok mengangguk.

Sesampainya di ruang administrasi, Lay pamit dan meninggalkan Minseok karena harus masuk ke kelasnya. Minseok berterima kasih sekali lagi dan masuk menemui staf yang berada di sana.

Guru Lee masuk ke kelas 12 - A dengan membawa murid baru di belakangnya, itu Minseok.

"Anak - anak, kita kedatangan murid baru pindahan dari Amerika. Kau, nak, masuklah dan perkenalkan dirimu."

Semua yang ada di kelas itu menoleh ke arah pintu dengan penasaran dan rasa ingin tahu. Minseok dengan sedikit canggung masuk ke kelas barunya.

"Hai, semuanya, namaku Kim Minseok, aku pindahan dari Amerika. Salam kenal dan mohon bantuannya," Minseok membungkukkan badannya.

Kelas hening sesaat, kemudiann bisik - bisik mulai terdengar. Minseok mendengar ada yang berteriak meminta nomor ponselnya, menanyainya tinggal di mana, bahkan ada yang menyuruhnya berbicara dengan bahasa inggris. Tapi Minseok hanya diam saja tak menjawab satu pun. Tatapannya tertuju pada sosok hantu yang berada di pojok ruangan kelas itu. Namun Minseok berusaha tak menghiraukan apa yang dilihatnya.

"Minseok ssi, silahkan duduk di sebelah siswa yang bernama Baekhyun," ucap Guru Lee, sementara seorang murid yang bernama Baekhyun itu mengacungkan tangannya supaya Minseok tak kebingungan.

"Hai, Minseok, namaku Baekhyun. Aku senang kau bisa duduk sebangku denganku. Lihatlah, mereka semua iri padaku," Baekhyun berbisik dengan girang.

Sedangkan Minseok hanya berdehem untuk menutupi rasa kesalnya karena Baekhyun terus mengoceh tiada hentinya seperti lebah yang berdengung.

Minseok menoleh ke arah pojok ruangan itu lagi, namun sosok hantu tadi telah menghilang dan tergantikan dengan pandangan penuh ingin tahu dari Lay.

Bel pulang sekolah telah berbunyi.

Minseok lega bukan main. Ia ingin segera pulang kerumah dan tidur di kasurnya yang nyaman.

"Minseok ssi!!" panggil Baekhyun saat Minseok akan berlari keluar dari kelas.

"Ada apa?" Minseok menoleh.

"Kau mau ikut jalan - jalan bersama kami? Kau baru pindah kan, jadi pasti belum sempat berkeliling kota. Kita bersenang - senang, bagaimana?" tawar Baekhyun.

"Kami?" tanya Minseok.

"Iya kami, aku, kau, Lay, Jongdae dan Kyungsoo," Baekhyun sudah sangat bersemangat.

"Eumm, maaf teman - teman, hari ini aku tidak bisa kemana - mana. Ada hal yang harus aku selesaikan di rumah," tolak Minseok, dan Baekhyun nampak kecewa.

"Ah, bagaimana kalau akhir pekan? Bukankah kita bisa lebih leluasa dan bisa bermain sepuasnya? Aku berjanji akan menyelesaikan urusanku sebelum akhir pekan, supaya kita bisa bermain bersama."

Baekhyun yang awalnya kecewa berubah cerah lagi.

"Kau benar, akhir pekan lebih bagus. Jadi kita berkumpul di sini saat akhir pekan ini, oke?" semua yang ada di sana mengangguk setuju.

"Kalau begitu, semuanya, aku duluan ya, bye. Sampai jumpa besok," Minseok segera berlari secepat mungkin pergi dari sekolah itu.

Bukannya apa, dia hanya ingin menghindari sosok hantu yang terus saja mengikutinya. Hantu itu sepertinya perempuan. Wajahnya tak terlihat karena hantu itu terus menunduk dan rambutnya tergerai menutupi bagian wajahnya. Saat ini Minseok sedang merasa tidak dalam kondisi yang tepat untuk di ganggu oleh seorang hantu.

15 menit kemudian, ia sampai di rumahnya. Ia segera mengambil air minum dan tanpa bersusah payah berganti baju, ia menjatuhkan dirinya di kasurnya dan mulai tertidur.

"Kasihan sekali, sepertinya ia nampak kelelahan. Aku akan menungguinya saja."

Lu lalu duduk di sebelah Minseok yang tertidur.

Ia mengamati sosok Minseok yang tengah tertidur, sungguh sangat menggemaskan di mata Lu. Kemudian ia berbaring di sebelahnya, dan mengingat kejadian saat di kamar mandi tadi pagi. Ia merasa jantungnya berdebar, atau itu menurut yang tengah ia rasakan saat ini. Ia tahu hantu tak bisa merasakan jantungnya berdegup, tapi entahlah.

Lu mengangkat tangannya dan dengan perlahan, ia mencoba menyentuh dahi Minseok dengan jarinya. Dan ia pun takjub, benar - benar bisa tersentuh. Ia mengelus dahi Minseok, kemudian hidung mancung milik Minseok dan pipinya yang halus seperti bayi, Lu tersenyum sendiri mengagumi sosok Minseok di hadapannya.

"Wajahnya nampak seperti bayi malaikat, sangat polos dan indah. Pipinya, ugh, aku gemas sekali," Lu ingin mencubit pipi chubby Minseok namun di urungkannya, takut membuat Minseok terbangun.

Lalu pandangannya jatuh pada bibir cherry milik Minseok. Bibirnya nampak merah dan menggoda. Lu perlahan mengusap bibir Minseok.

"Kenapa aku merasa penasaran dengan bibir ini? Aku serasa ingin mencicipinya," Lu menjilat bibirnya sendiri dan memandang penuh hasrat pada bibir cherry Minseok.

Lalu Minseok berguling dalam tidurnya dan tangannya melingkar di pinggang Lu yang kini masih terkejut dengan apa yang Minseok lakukan padanya tanpa sadar. Minseok memeluknya dan kini mereka saling berhadapan. Lu yang baru saja mengagumi keindahan wajah Minseok, kini ia menatapnya langsung di depan wajahnya, dan jarak mereka sangatlah dekat hingga Lu bisa merasakan nafas Minseok berhembus.

Lu memainkan jemarinya lagi di wajah Minseok. Pandangannya terjatuh kembali pada bibir Minseok.

"Minseok, apa kau mendengarku?" tanya Lu dengan berbisik.

Tak ada jawaban.

"Minseok, apa aku boleh menciummu?" namun, tanpa menunggu jawaban, Lu sudah menempelkan bibirnya pada bibir Minseok.

Mulanya hanya sekedar menempel, lalu sedikit menjilat bibir Minseok. Sepertinya ia semakin terlena dan ketagihan.

"Minseok, bibirmu terasa manis, aku tak bisa berhenti menciummu. Apa aku sudah jatuh cinta padamu?" ucapnya di sela ciumannya.

Ia melumatnya dengan perlahan, lembut dan pasti, membuat Minseok mengerang dalam tidurnya. Lu berhenti sejenak, ia ingin tahu apakah Minseok akan bangun atau tidak. Tapi sepertinya Minseok masih terlelap. Lu tersenyum, ia pun kini mencium Minseok lagi, kali ini sedikit bernafsu. Minseok mengerang lagi dan tanpa sadar membalas ciuman dari Lu. Selama beberapa saat mereka berciuman, Lu merasa bergejolak dalam dirinya. Dan tiba - tiba Minseok membuka matanya perlahan. Masih mencerna apa yang sedang ia lakukan, lalu saat sadar ia mendorong Lu dengan keras dan membuat Lu terjatuh dengan indah di lantai.

Gubraak!!

"Ouch!"

"Aaaaa..!!!! Dasar hantu mesum!! Apa yang baru saja kau lakukan padaku hah!!"

"Aduh, sakit sekali Minseok! Tenagamu luar biasa, kau makan apa sih?" Lu kesakitan memijat pinggangnya dan tak merasa bersalah sedikit pun.

Minseok melempari Lu dengan bantalnya dengan brutal.

"Apa maksudmu diam - diam mencuri ciumanku, hah! Dasar rusa mesum! Pergi saja sana! Awas kalau kau muncul lagi di hadapanku, aku akan menyiksamu!"

Lu merengut dan terpaksa keluar dari kamar Minseok. Namun di luar kamar Minseok, ia malah tersenyum dan mulai menari - nari tak jelas seperti orang gila. "Kau tunggu saja, Minseok, aku akan membuatmu menyukaiku. Aku tak peduli apa yang terjadi di masa laluku, asalkan ada Minseok, itu sudah cukup untukku."

Ia lalu pergi keluar rumah dengan girang.

Namun rasa senangnya itu mendadak terhenti saat ia melihat dua orang pria mencurigakan berdiri di sekitar rumah yang ia tempati bersama Minseok. Ia pun mendekati dua pria itu. Salah satu dari mereka tengah menjawab panggilan telepon dari seseorang

"Putra Tuan Kim sudah menempati rumah yang bos berikan. Sepertinya dia tidak sendiri bos, aku mendengar dia berteriak - teriak. Mungkin salah satu teman di sekolah barunya sedang berkunjung. Baiklah, saya mengerti bos. Saya akan kembali sekarang,"

Setelah orang itu menutup teleponnya, ia mengajak temannya pergi dari sana. Lu memperhatikan plat nomor mobilnya. Ia seperti mengenal plat mobil itu, tapi dimana ia pernah melihatnya, ia lupa.

"Aku harus mengawasi Minseokku mulai sekarang. Apapun yang terjadi aku akan mengekori dan menempelinya seperti lem, sekalipun ia melempariku dengan pisau."

T * B * C

A/N:

Salam kenal para penggemar fanfic xiuhan, masih ada yang minat baca xiuhan? Kalau masih ada mohon reviewnya ya,

Ini author nulisnya ga cuma disini, tapi wattpad juga. Cuma pengen tau view sama reviewnya banyak di mana, kalo banyak di sinj, mjngkin selanjutnya bakal di apdet di sini aja, tapi kalau dua duanya rame, ya di dua tempat okelah,

Ini sebenarnya bukan fanfic pertama, tapi tulisannya masih acak - acakan, mohon maklum ya,

Ini fanfic spontanitas nulisnya, ga pake di filter dulu haha, mianhae..

Salam hangat

bow