Disclaimer: Masashi Kishimoto~
Enjoy!
Himawari selalu penasaran.
Hal-hal sekecil apapun membuatnya tertarik, baik rahasia ataupun bukan, Himawari akan terus bertanya sampai ia dapat jawabannya. Bermodal sepasang puppy eyes dan sesendok kata-kata manisnya, jarang sekali pertanyaannya itu tidak terjawab. Sogokan seporsi mie ramen ataupun es krim stroberi takkan membuat putri kedua pasangan Uzumaki Naruto dan Uzumaki Hinata ini lupa.
"Tou-chan!"
Naruto menoleh, mendapati sepasang iris biru laut yang mirip dengannya itu berkilau-kilau. Kalau sudah begini, Naruto musti siap memutar otak, mencari tahu jawaban yang akan dikatakannya kepada bidadari kecilnya itu. Ya, Himawari sudah berusia sembilan tahun, jawaban asal tidak akan langsung ia terima.
"Hima? Ada apa?" Naruto tersenyum sekenanya, dalam hati berharap kalau putrinya tidak akan bertanya yang aneh-aneh kali ini.
Gadis kecil berambut indigo itu memainkan jari-jemari kecilnya, pipi berkumisnya yang pucat perlahan memerah. "Bolehkah aku bertanya?"
"Ya! Tentu saja iya." Terkutuklah sang Nanadaime yang langsung mengiyakan pertanyaan Himawari.
"Ano... ciuman pertama Tou-chan dengan siapa?"
Satu detik, dua detik, tiga detik.
"UAPPAAAA?!" pekik Naruto kaget.
Dalam benaknya sedang berputar film tentang adegan yang sempat dirutukinya selama bertahun-tahun. Meskipun Sasuke adalah sahabatnya, tetap saja, sebagai laki-laki normal Naruto tidak rela kesucian bibirnya direnggut oleh sang rival. Kenangan yang sudah /dipaksa/ untuk hilang mau tak mau kembali di ingatan sang hokage ketujuh, sungguh hal itu merupakan salah satu hal yang membuat Naruto trauma akan masa kecilnya di akademi.
Himawari hanya berkedip heran, padahal pertanyaannya tidak mengandung unsur SARA maupun kekerasan. Tapi tetap saja, ia tidak mengerti kalau pertanyaan yang ia lontarkan barusan telah menodai harga diri sang ayah sebagai lelaki sejati yang enggan disebut maho dengan rival masa kecilnya.
"K-kalau itu- ano-" Naruto tertawa dibuat-buat, membuat putrinya makin kesal. "Aku akan tanya Shikamaru-jiichan saja!" Himawari melipat tangannya. Naruto panik, ia harus mencegah putrinya sebelum ia dipermalukan habis-habisan di depan teman-teman seakademinya gara-gara insiden belasan tahun lalu itu. "HIMA-"
"-Hokage-sama?"
Panjang umur, yang dicari ternyata muncul di hadapan mereka. Sang hokage hanya nyengir kadal saat kedapatan tengah menarik-narik kaki putrinya supaya tidak melangkah kemana-mana, sungguh situasi yang enggak elit sama sekali.
"Oh, ciuman pertama ayahmu ya? Kalau tidak salah sih, bukannya dengan ibumu waktu seusai misi menyelamatkan bibimu?" jawab Shikamaru dengan nada yang meyakinkan. Naruto menarik napas lega, Shikamaru rupanya bisa diandalkan meski dalam situasi seperti ini.
Himawari tersenyum lega dan mohon pamit kepada ayahnya dan Shikamaru sebelum ia melangkah keluar dari kantor hokage, tanpa mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
"Oi Shikamaru, sankyu. Kau sudah berbohong demi harga diriku." Naruto menghempaskan tubuhnya ke kursi hokagenya. Shikamaru hanya terkekeh, "Semua murid seangkatan kita tahu, kalau ciuman pertamamu itu dengan Sasuke, dasar bodoh." Ujar Shikamaru santai, langsung memperoleh deathglare dari Naruto.
"Jangan bilang siapa-siapa, ini perintah!"
"Menggunakan kekuasaanmu, cih. Tanpa diperintah, aku takkan mengatakannya, Hokage-sama."
The End
