A/N : Hello! So I wrote a new story with Indonesian. However, I published this one on wattpad under acc named 'mnhynxx' (you can follow me and be buddies on that acc btw fufu).

Characters from Kuroko no Basket belongs to Tadatoshi Fujimaki, I only own the heroine's name and the plot. (I actually married to Kagami mentally, so he is mine? lol just kidding)

Enjoy~


Seorang perempuan berlari kearah lelaki dengan rambut berwarna merah dan hitam. Senyumnya megembang ketika ia mendekati lelaki tersebut. "Kagami-kun!" suaranya yang cukup kencang memanggil nama lelaki itu. Ia terus berlari mengejarnya, tak peduli bahwa sudut roknya sedikit terangkat akibat gerakan larinya dan juga angin yang berhembus.

Kagami Taiga -nama asli lelaki itu- menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Ia tersenyum saat melihat perempuan yang berlari itu. Kakinya yang tadi bergerak jalan kini terhenti. Perempuan itu berhenti tepat di depannya dengan nafas terpotong-potong, lelah akibat berlarian mengejar lelaki yang memiliki tinggi 190cm itu. "Sora? Ada apa?" suara Kagami terdengar halus di telinga Sora Yuuki.

"Aku… Aku akan masuk ke Dunkel Dorm!" Sora melebarkan senyumnya, membuat matanya melengkung seolah mata itu ikut tersenyum.

"Jadi kita akan bertemu lagi, ne?" Kagami mengangkat tangannya dan menaruhnya di atas kepala Sora, diacaknya rambut cokelat perempuan itu dengan halus.

"Ya! Tapi sayangnya aku masih belum tahu di kamar berapa aku akan tinggal…" Sora tiba-tiba terlihat murung. Kagami mengangkat salah satu alisnya "Huh? Setidaknya kita akan satu dorm. Kau tidak perlu sedih begitu… jelek tau melihatnya." Kagami memelankan suaranya pada kalimat terakhir. Pipinya bersemu merah seraya menolehkan kepalanya ke arah yang lain agar Sora tak melihatnya.

Sora mengangkat wajahnya, ia kembali tersenyum ceria. "Ah baiklah! Aku pasti akan bertemu denganmu kan! Hehe"

"Tentu saja, sekarang bersiap-siaplah untuk perpindahanmu."

"Kau mengusirku, Kagami-kun? Aku sedih." Sora mengkerutkan dahinya, menaruh tangannya di dadanya tepat dimana jantung berada dan berekspresi seolah ia benar-benar sedih. Kagami tertawa kecil, ia kembali mengacak rambut perempuan itu, "aku tidak mengusirmu tapi perpindahan dari tempat lamamu dan ke tempat baru cukup memakan tenaga. Lagipula aku bentar lagi ada pertemuan dengan perwakilan dorm sebentar lagi."

"Baiklah Kagami-kun, sampai ketemu lagi!" Sora melambaikan tangannya lalu berjalan pergi. Kagami membalasnya dan berjalan pergi menuju gedung tujuannya yang berlawanan arah dengan Sora.

Kyourin Academy, sebuah academy terkenal akan 99% murid-murid lulusannya mencapai kesuksesan tertinggi. Academy yang selalu diidam-idamkan oleh banyak orang. Academy yang besar namun mencakup beberapa ratus murid saja. Academy ini memiliki bangunan megah dan luas yang membuat seluruh muridnya merasa nyaman untuk tinggal disini. Selain itu tingkat keamanan yang sangat tinggi membuat mereka juga merasa aman.

Namun, ada rahasia tersembunyi dibalik kehebatan Kyourin, yaitu seluruh murid Kyourin Academy bukanlah manusia biasa. Bahkan ada yang bukan manusia atau non-human creatures.

Kyourin Academy dibagi menjadi 2 bagian, Dunkel dan Licht. Licht –yang memiliki arti cahaya- adalah sebuah dorm dimana muridnya aktif pada matahari terbit sampai tenggelam –daytime- sedangkan Dunkel kebalikan dari Licht, murid-murid Dunkel aktif dibawah sinar bulan –nighttime.

Banyak murid Dunkel yang mengira bahwa Licht hanyalah berisi manusia biasa, mereka tak mengetahui bahwa murid-murid Licht sesungguhnya juga creatures seperti mereka. Begitupula untuk murid Licht yang mengira bahwa murid-murid Dunkel hanyalah manusia biasa yang tak bisa sekolah pada siang hari namun bisanya malam akan hal penting yang mereka lakukan pada siang hari. Kecuali para representative Dunkel dan Licht yang memiliki kontak langsung dengan kepala sekolah.

Uniform yang mereka kenakan memiliki model yang sama namun warna yang berbeda untuk masing-masing dorm. Dunkel memiliki coat navy blue dengan aksen garis pada ujung coat berwarna tosca, ini juga termasuk celana atau rok mereka lalu dibalik coat mereka sebagian besar murid menggunakan kemeja putih. Ada beberapa murid yang mengenakan t-shirt warna putih atau kemeja dan t-shirt warna lain. Licht memiliki coat, celana dan rok putih dengan aksen garis berwarna merah, dan kemeja berwarna hitam atau yang lainnya. Peraturan yang ada di Kyourin mengenai uniform tidak begitu ketat, hanya saja seluruh murid wajib mengenakan coat mereka ketika berada di luar gedung dorm sebagai tanda pengenal mereka.

Kepala sekolah Kyourin bernama Hinata Rintaro mengatur kepengurusan sekolah dengan bantuan para representative, namun sebagian tugas inti dilakukan olehnya. Ia memiliki anak bernama Sora Yuuki, seorang perempuan manusia dan dirinya sendiri juga manusia.

Karena Sora sudah berumur cukup untuk memasuki sebuah sekolah maka dimasukannya ke dalam daftar murid Dunkel. Ia memerintahkan Kagami Taiga untuk menjaga anak itu dan seseorang lagi untuk membantu Kagami. Dan orang itu adalah….

Suara ketukan pintu menggema di ruangan bertema kayu itu. "Masuklah." Pintu itu terbuka dan menampilkan sosok seorang lelaki dengan tubuh besar, tinggi, berkulit gelap, potongan rambut pendek dan berwarna biru tua. Ia mengenakan seragam akademi versi Dunkel. "Ah, akhirnya kau datang," ucap pria tua yang duduk dibalik sebuah meja kayu jati besar. Di atas meja tersebut terdapat sebuah papan nama, tempat alat tulis, dan beberapa berkas-berkas yang sedang ia rapikan.

"Sesungguhnya kau mengganggu tidurku." Lelaki yang lebih muda darinya menghembuskan nafas dengan kesal.

"Maafkan aku telah memanggilmu di waktu tidurmu. Aku lupa kalau siang hari adalah waktu untukmu tidur." Lelaki tua itu tersenyum kecil, hal ini membuat lelaki yang lebih muda menyeringitkan dahinya. "Lalu apa yang kau inginkan? Rintaro-san?" lelaki muda itu berjalan menuju kursi tamu tepat di depan sang kepala sekolah. Lalu ia duduk disana.

Rintaro menaruh berkas yang ia pegang di atas meja. Matanya kini menatap tajam kepada lelaki yang ada di depannya.

"Kau tahu bahwa ia akan satu dorm denganmu kan?"

Lelaki muda itu yang sebelumnya sempat menguap kini duduk tegang. "B-Benarkah?" ia ingin mengklarisifikasi ucapan tersebut. "Aku memanggilmu karena itu." Rintaro menghela nafas. Lelaki di depannya tidak menjawab, hanya menatap Rintaro.

"Aku ingin kau menjaga perempuan itu."

"Hah?"

"Kumasukkan dirinya ke dalam kamarmu."

Kini lelaki muda itu loncat dari kursinya. "HAH?! Apa yang kau bilang?!"

"Kau mendengarku." Rintaro memijat kening kepalanya yang kini terasa berat.

"Bukankah sudah ada Kagami? Kenapa kamarku? Kamar Kagami kan juga ada tempat untuk satu orang!" Lelaki itu menyilangkan tangannya. Wajahnya mengarah ke rak buku yang ada di samping kirinya. Ia dapat melihat isi koleksi buku jadul milik kepala sekolah, Rintaro.

"Aomine Daiki."

Rintaro menyebut nama lengkapnya. Ini pertanda buruk bagi Aomine –lelaki muda itu- karena jika Rintaro sudah menyebut nama lengkapnya itu artinya hal yang mereka bicarakan adalah hal yang benar-benar penting. "Rintaro-san.."

"Percayalah padaku semua akan baik-baik saja. Aku percaya padamu, Aomine. Aku juga percaya kepada Kagami. Kalian berdua akan menjadi teammates yang baik untuknya."

Aomine tidak membalasnya. Kini kepalanya tertunduk, matanya menatap Jordan biru-hitam yang ia kenakan. Kepalanya mengangguk pelan.

"Aku ingin kau bisa mendapatkan hatinya, Aomine. Mungkin untuk pertama kali kau akan kesulitan namun aku yakin ia akan membuka dirinya. Ini berkas untukmu, mungkin berguna." Rintaro mengoper berkasnya ke arah Aomine. Dengan segera Aomine menolaknya, ia berdiri dan berjalan mendekati pintu. "Bukankah lebih menarik jika aku tidak begitu tahu tentang dirinya?" Lalu ia pergi.

Ucapan Aomine terngiang di kepala Rintaro. Hal itu membuat sang kepala sekolah tersenyum kecil, tangannya membuka laci meja yang di dalamnya terdapat sebuah photo berisi perempuan dengan mata cokelat terang dan rambut cokelatnya yang terurai. Perempuan itu tersenyum manis. "Kau sangat beruntung…" ucapnya sayup-sayup sambil mengelus photo tersebut.

Sora menarik koper besar miliknya yang berisi pakaian dan beberapa buku. Kakinya berjalan mendekati sebuah gedung besar yang di depannya terdapat tulisan Dunkel Dormitory. Ia segera memasuki gedung itu. Di dalamnya ia mendapatkan bahwa isi gedung tersebut memiliki tema modern yang simple. Terlihat dari penggunaan model meja, dinding, langit-langit sampai barang lainya. Ia melihat ada sebuah meja besar yang bertuliskan Dunkel Administration. Dengan segera ia mendekati meja tersebut.

Dibalik meja tersebut terdapat seorang wanita berumuran tidak lebih dari 30 tahun duduk manis dengan mata tertuju focus kepada notes yang ada. Sora mengetuk pelan meja itu dan sang wanita mengangkat wajahnya.

"Ah, kau Sora Yuuki kan?" Tanya wanita itu dengan ramah. Ia terlihat sangat ramah di mata Sora. Pakaiannya sama seperti seragam yang telah diberikan oleh ayahnya –aka kepala sekolah, Rintaro- hanya saja tampak seperti versi untuk pengurus akademi. Wanita itu mengulurkan tangannya untuk memberikan sebuah kartu dan berkas berisi jadwal-jadwal yang harus ia lakukan selama menjadi bagian dari Dunkel. Sora melihat sekilas tangannya, tampak halus seolah wanita itu rajin merawatnya.

Wanita itu menjelaskan beberapa hal tentang peraturan yang ada dan apa yang bisa ia lakukan saat tinggal disana. Ia juga mengatakan bahwa kamarnya berada di lantai teratas dengan nomor 5023. Lantai 5 kamar ke 23. Sora mengangguk dan mengucapkan terima kasih lalu berjalan membawa kopernya menuju ke sebuah pintu dimana ia yakin bahwa pintu itu akses menuju lantai 5.

Ia membuka pintu tersebut dan memasuki sebuah ruangan besar yang megah. Ruangan yang dihiasi cat berwarna putih dan tiang-tiang emas. Beberapa barang diberikan aksen warna abu-abu yang membuatnya terlihat mewah. Tepat di depannya terdapat sebuah tangga besar. Saat itu juga ia mendengar suara ketukan sepatu. Wajahnya terangkat, melihat seorang lelaki dengan rambut merah terang dan mata heterochrome. Lelaki itu mengenakan seragam sekolah dengan sangat rapi.

'Ia terlihat gagah…' pikir Sora.

"Halo, kau pasti anak baru." Lelaki itu berjalan menuruni tangga, lalu berdiri di depan Sora. Tangannya terulur untuk mengajak jabat tangan. "Perkenalkan namaku Akashi Seijuro. Salah satu dari 2 Head Representative Dunkel Dormitory. Namamu?" Ia tersenyum kecil. Sora menatapnya terlebih dahulu baru menjabat tangannya, "Sora Yuuki."

Akashi tertawa pelan, "Sky of Snow? Pasti kau lahir disaat salju turun."

Sora tersenyum, "kata ayahku aku memang lahir ketika salju turun." Akashi bergerak mendekati Sora, sangat dekat. Sora yang memiliki tinggi 176cm dapat merasakan nafas Akashi yang menyentuh dagunya. "Kau menarik."

"T-Terima kasih," Sora tersipu, pipinya meremu merah. "Sampai ketemu nanti, Sora." Akashi pergi keluar melalui pintu yang tadi Sora lewat. Sebelumnya gadis itu mengangguk dan melambaikan tangannya kepada Akashi. 'Ia terlihat baik..'

Setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya menuju lantai 5 dan kamar 23.

Kamar itu sesungguhnya berada di pojok koridor lantai 5. Sebuah kamar yang pas bagi orang yang membutuhkan privasi tingkat tinggi. Sora merasa janggal karena suasana gedung Dunkel sangat sepi. Saat itu siang hari tapi kenapa tak ada satupun orang yang berada di luar kamar maupun gedung?

Akhirnya Sora menemukan kamar no 23. Ia membuka pintu kamar dengan kartu kunci yang ia miliki dan segera memasuki ruangan tersebut. Ruangan yang cukup besar untuk diisi 2 orang. Disana terdapat 2 kasur yang saling berseberangan, salah satunya terlihat sangat rapi sedangkan yang satunya berantakan. Sora yakin bahwa kamar ini sudah ada yang menempatinya. Ia menuju ke kasur yang masih rapi. Ditaruhnya koper besar miliknya disamping kasur tersebut. Lalu ia menjatuhkan dirinya ke atas ranjang.

"Ah, sungguh hari yang sangat panas dan melelahkan…"

"Urusai."