Mom For My Little Menma

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : SasuFemNaru

Rated : T

Genre : Family, Romance, Humor

By : Lukas "Luke"

Warn : AU, OOC, GS , Gaje, Garing, Ngaco

Typos merajalela

. .

. .

Prolog

..

Seorang pria berambut kelam berjalan cepat menghampiri salah satu pintu di sebuah koridor apartemen seraya menenteng dua kantong besar yang terlihat penuh di tangan kanannya. Satu tangannya yang lain meraih- raih kunci apartemen di dalam kantong hoodie abu- abu yang ia kenakan.

Sasuke Uchiha mengumpat pelan saat tak mendapati logam dingin dengan gantungan kodok orange besar di sakunya, kedua matanya lantas menyipit, tangannya beralih meraba saku celana. Dan mengernyit bingung.

" Shit! Menma pasti sudah bangun. Di mana kuncinya?" desisnya cemas. Meletakkan kedua kantong besar belanjaannya dan meraih dompet untuk mencari kunci apartemen yang barangkali saja lupa ia letakkan di dalamnya.

" Oh, hei, Tuan, apa kau mencari ini?" sebuah suara membuatnya tersentak pelan. Sasuke menoleh cepat ke balik punggungnya dan mendapati seorang gadis dengan kemeja dan celana panjang hitam menatapnya penuh tanya.

" Aku menemukannya di depan pintu lift," lanjut gadis itu.

Belum menjawab, Sasuke menggeser pandangannya ke bawah di mana sebuah kunci bergantung kodok orange besar terjepit di antara ibu jari dan telunjuk si gadis berambut pirang.

Berambut pirang?

Bermata biru?

Sepertinya tidak asing.

Pria itu mengernyit. Kembali menatap wajah si gadis yang kini memekik dengan wajah melongo lucu.

" Te- Teme!?"

" Whoaa, kau benar Teme!"

Sasuke diam beberapa saat, menahan senyum yang nyaris terulas di bibirnya. Matanya menatap tertarik merasakan jantungnya yang tiba- tiba berpacu begitu cepat.

" Dobe," tukasnya datar.

Si gadis meringis hingga matanya menyipit menggemaskan membuat Sasuke nyaris mengumpat karena tidak tahan untuk mencubit kedua pipinya kuat- kuat.

" Hai, Mantan," sapa Naruto disertai cengiran lebar.

Sasuke mendengus.

" Delapan tahun tidak bertemu wajahmu masih sama menyebalkannya, Teme."

" Dobe," ulang Sasuke, menghela nafas kasar.

. . . .

" Memangnya tidak apa- apa, Teme, aku ikut masuk? Oh, halo, permisi, bolehkah aku masuk? Boleh? Oh, oke, aku akan masuk," Naruto menyapa udara kosong di depannya seraya melepas sneakers orange nya cepat. Berbicara seakan ada seseorang yang membalas ucapannya.

Sasuke hanya memutar bola mata bosan, Naruto tidak banyak berubah. Pria itu sudah masuk lebih dulu untuk meletakkan kantong besar belanjaannya di atas meja makan di sisi ruang tamu kecil di mana kini Naruto tengah berdiri dan mengedarkan pandangannya tertarik.

" Duduklah dulu," ujarnya mempersilahkan.

" Aku akan siapkan minuman," lanjutnya.

" Apa? Teme, tidak perlu, jangan repot- repot-"

Sasuke sudah akan membalas ' Aku sama sekali tidak merasa direpotkan' saat Naruto melempar cengiran kecil dan melanjutkan ucapannya, " Apa kau punya jus jeruk, Teme? Hehee," membuatnya menahan diri untuk tidak melempar sandal rumah yang dikenakannya ke wajah Naruto.

" Ahh, wajahmu itu kenapa serius sekali, sih?" si pirang terkekeh geli kemudian kembali menggulirkan pandangannya tertarik pada kumpulan foto berbingkai yang menempel di dinding ruang tamu pemiliknya.

" Ini anakmu, Teme!? Wah, kenapa manis sekali? Aku mau jadi istrinya kalau dia sudah besar nanti," selorohnya sambil menunjuk sebuah foto yang menampilkan gambar seorang bocah berusia balita. Matanya berbinar kagum sekaligus gemas.

" Idiot!" maki Sasuke. Menggeram kecil.

" Siapa tadi namanya? Nema? Nemo? Oh, Astaga, kenapa kau menamainya seperti nama ikan, Bodoh!" maki Naruto menatap si pria tidak terima.

Sasuke mendelik. " Menma," jawabnya malas dibalas anggukan mengerti dari si pirang dan bibir membulat membentuk huruf o.

" Uhm, tapi ngomong- ngomong, kau yakin istrimu tidak akan marah?" Naruto menoleh, memutuskan untuk menghampiri si pemilik rumah dan duduk di salah satu kursi di ruang makan.

" Kenapa memang?" tanya Sasuke, kedua tangannya sibuk mengeluarkan beberapa buah dan sayuran serta sebotol besar saus tomat dan tiram lalu meletakkannya di meja. Naruto mengamatinya lekat, tertarik untuk ikut serta mengabsen barang belanjaan si mantan pacar SMA nya dulu, barangkali saja ia menemukan satu cup ramen instan atau minuman kotak rasa jeruk.

" Kenapa?" tanya Sasuke lagi, kali ini menoleh pada Naruto. Naruto mencebil. Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana jeans panjangnya.

" Tentu saja karena aku sudah seenaknya masuk ke rumah kalian seperti ini," ujarnya. Meraih sekotak besar cornflakes dan mengamatinya lekat. Dalam hati bergumam 'aku ingin beli ini juga kapan- kapan.'

Sasuke mendengus geli.

" Kami sudah bercerai sejak 4 tahun lalu."

" Heh?" Naruto melongo. Menatap si pria dengan mata membulat lucu.

" Aku tidak pernah mencintainya. Itu . . . cuma kecelakaan," lanjut Sasuke malas. Terlihat enggan mengingat masa lalunya dengan ibu kandung Menma.

Naruto mengangguk mengerti. Tidak berani bertanya lebih banyak lagi tentang rumah tangga sang mantan yang kini telah berstatus duda. Lagi pula itu bukanlah urusannya.

" Sejak kapan kau jadi tetanggaku? Aku tidak melihatmu kemarin- kemarin."

" Oh, aku? Aku baru pindah dua hari yang lalu ke apartemen ini. Kamarku berjarak dua kamar dari tempatmu ini. Sebenarnya aku sudah di Konoha sejak satu bulan yang lalu, aku tinggal bersama nenek sambil mencari- cari apartemen sederhana yang nyaman ditinggali, dan aku mendapatkannya. Apartemen ini cukup bagus dan tidak begitu mahal," terang Naruto. Matanya mengamati Sasuke yang kini meraih tomat dan wortel, kemudian membawanya ke conter dapur.

" Kau mau memasak?" tanyanya basa basi.

" Hn," balas Sasuke mengangguk pelan.

" Teheee, memangnya kau bisa?" tanya Naruto lagi dengan seringai mengejek.

" Kau pikir dirimu," balas Sasuke kesal.

" Daddy?" suara kecil mengalihkan perhatian mereka pada sosok bocah dengan piyama bergambar beruang besar. Bocah kecil dengan mata besar dan pipi gembil yang terlihat sangat menggemaskan. Keningnya berkerut dalam, bibir kecilnya membulat lucu selama beberapa detik dan kembali memanggil sang ayah saat laki- laki 25 tahun itu belum juga membalas panggilannya.

" Dad?" si kecil menatap Sasuke dan si gadis bergantian, meminta penjelasan tentang siapa manusia pirang yang sudah lancang masuk ke dalam rumah. Tidak biasanya sang ayah membiarkan orang lain memasuki kediaman mereka apalagi membiarkannya berkeliaran hingga ke ruang makan.

" Menma, benar?" sapa Naruto dengan cengiran kecil. Beranjak dari duduknya berniat menghampiri si bocah menggemaskan. Ingin mencoba mengakrabkan diri dengan putra Sasuke.

Menma mengerutkan kening. Mundur dua langkah dengan bibir merengut lucu.

Cepat, Sasuke berjalan menghampiri putranya, tersenyum kecil dan meraih sang putra ke dalam gendongannya. Membawanya untuk lebih dekat dengan si pirang.

" Naruto, kenalkan ini Menma Uchiha, dan Menma, kenalkan ini Naruto Namikaze, calon istri Daddy, Mommy baru-mu."

Heh?

" Hoi!-" Naruto melotot horror. Menatap Sasuke dengan mata membulat kaget.

Sasuke nyaris terkekeh kalau saja Menma tidak membuka suara.

" Tidak mau. Dadanya kecil dan dia tidak pakai rok mini," Menma melengos, matanya menatap sinis pada Naruto yang membeo lucu.

" Menma," Sasuke mengingatkan. Menampilkan wajah kesal. Heran sendiri, dari mana anaknya belajar kata- kata vulgar semacam itu. Serius, dia tidak pernah sekalipun mengajarkannya.

" My, my, my, apa ini? Dia sebelas dua belas denganmu, Suke. Ckckck, buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya," Naruto terkekeh, disusul gelak tawa yang mampu membuat Menma mengernyit bingung dengan reaksi Naruto. Sasuke hanya mendengus dengan wajah masam.

" Shit," makinya pelan, lupa jika tak seharusnya ia mengatakannya di depan sang putra.

" Yeah, Shit."

" Menma!"

" BHAHAHAHAHA!" dan Naruto semakin tergelak.

..

Prolog_ End

Maaf, saya gk bisa menahan diri utk hadir dg cerita baru.

salam,

Lukas