Vocaloid (c) Crypton, Yamaha, related companies. No profit taken. (Semacem) buat IVO Fest: Ingatan. Apa namanya? Tribute? ah bodo amat soal istilah, pokoknya itu #woy.
a/n: drebel buat otepe yang udah di-ship agak lama, tapi baru bisa nulis sekarang haghaghag. Buat yang pengen ikutan IVO Fest, silakan kunjungi profil writer dengan ID 5952293. Tema bulan Agustus adalah ingatan. (Hati-hati di fik ini bisa jadi melenceng ngeheh.)
Background music: Safe and Sound-Taylor Swift
yuuma
[ nabmiles ]
Rin ingat laut yang mereka hadapi bersama.
Ia ingat gulung riuh ombak di kejauhan disusul debur bertabrakkan, lalu sapuan tersisa yang berlomba ke pesisir dan menyapu jari-jari kaki serta rok.
Yuuma duduk di sebelahnya. Memandang laut dibias senja; baskara bercermin di ujung perairan berlatar horizon kemerahan. Bahu Rin menyinggung bahu Yuuma, dan mereka sempurna tersiram nuansa sore.
Rin menyentuh pasir dengan jemari, mengukir frasa di daratan mereka duduki, permukaan yang basah akan sisip ombak tadi. Helai-helai pirang jatuh meluruh sisi muka, tapi Rin tidak peduli.
Burung-burung terbang melintasi dirgantara—koak mereka merindu sarang.
Ukiran itu tak memakan waktu lama, sesungguhnya. Empat huruf tegak bersambung dibingkai oval. Namun Rin memahat lamat. Seolah mengulur waktu.
Yuuma—yang wajah dan helai-helai merah mudanya diterpa kilau oranye—mengerling tulisan Rin menghias putih pasir, terdiam sejenak, sebelum netra amber menemukan biru si perempuan. Biru indah yang seluas langit, biru indah yang sedalam samudra.
Rin membalas senyuman Yuuma. Tak acuh bahwa air mata pecah pada detik kesekian. Rupa Yuuma memburam di penglihatan, dan senyum Rin pudar oleh sesak menyergap tiba-tiba.
Figur Yuuma tersusun dari cahaya, dari satuan butir-butir keemasan yang mengelilingi pemuda itu di tiap sisi. Tangan Yuuma menghampiri puncak kepala Rin untuk mengacak surai pirang madu gadis itu; senyumnya masih ada—begitu pun sorot hangatnya.
Rin meraih tangan Yuuma yang beranjak, namun cahaya Yuuma menghindar dari gapaian.
( Sebulir bening jatuh diserap pasir. )
Yuuma dan sepatah silabelnya lenyap. Luruh diembus angin.
"Aku tahu, Rin. Selamat tinggal."
Laut menopengi tangis yang pecah. Ombak berlari menghapus ukiran di atas pasir lembap.
[ Halo. ]
Rin mengangkat muka dari dua belah telapak tangan menadahi, menoleh ke samping, mendapati hampa mengisi.
Ombak menggelitik kaki, matahari tak lagi menampakkan diri, tirai gelap meraja langit, bintang-bintang siaga di konstelasi—malam sudah datang.
[ Halo, Yuuma. ]
( Kini, Yuuma memang hanya ada di ingatannya. )
