Future
Disclaimer: Hetalia © Hidekaz Himaruya, story's idea © Th Glemt Forfatter.
Rated: T
Genre: Angst / Romance
Warning: almost Original Characters (Ocs), MelayuCest, war's scene.
Chapter: 1.
A/N: oke, disini Indonesia jadi female dan Malaysia (keukeuh bagi saya) jadi male. Just a fanfic, no offense. Multi-chap.
-x-x-x-
ENJOY
-x-x-x-
Indonesia berjongkok dibalik sebuah mobil gosong yang terjungkal karena serangan granat hijau yang dilemparkan tentara musuh. Kaca-kacanya berserakan dan ia menginjanya tanpa khawatir kakinya terkena pecahan tajam kaca. Ia memanggul senapan coklat di bahu kanannya. Rambutnya yang diikat mulai acak-acakan tak karuan. Dan gelangnya...hilang, jatuh entah dimana. Ah, padahal itu kenang-kenangan dari seseorang.
Ia menggeleng kuat, memfokuskan kembali konsentrasinya. Tapi seruan, teriakan, tembakan, ledakan, dan... lirihan terdengar dimana-mana. Ia benci suasana ini. Ia telah berkali-kali ikut dalam misi perdamaian PBB di berbagai belahan bunia dan berkali-kali pula ia merasakan suatu kebencian pada suasana dan keadaan seperti ini. Tepat sekali, rasanya seperti deja vú.
Deja vú? Sial. Ia tahu kalau tak ada sesuatu pun yang terulang untuk kedua kalinya. Tak ada. Dan rasanya ia ingin perang ini segera berakhir. Ini semua karena negara-negara di Timur Tengah yang masalahnya makin pelik. Lagipula, negara-negara Eropa (dan Amerika) juga malah makin memprovokasi!
-x-x-x-
Kala itu, ia masih diasuh oleh kakek Majapahit dan nenek Samudera Pasai. Kala itu, daerah milik mereka begitu besar, terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan hingga Indonesia timur. Nusantara (begitulah ia dipanggil oleh keluarganya) tinggal dirumah kakek Majapahit bersama adik-adiknya yang kelak akan menjadi sebuah negara. Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste dan Papua Nugini. Dirinya? Indonesia, tentu saja.
Di siang itu, Nusantara sedang memperhatikan pembuatan Bidadari Majapahit yang sedang diukir dari emas. Ia memakai kain coklat muda dan coklat tua untuk menutupi badan dan kakinya, dan ia mengencangkan kain untuk badannya dengan kain yang dilipat-dilipat dan ditalikan disekitar perutnya. Saat itu ia beranjak remaja, seumur dengan anak perempuan berumur tiga belas tahun.
Adiknya, Malaya, datang. Ia memakai kalung dengan bandul bernama Surya Majapahit (yang terlihat seperti pendulum). Tinggi Malaya bahkan mencapai telinga Nusantara. Ah, pertumbuhan laki-laki dan perempuan memang berbeda.
"Kakak, aku dan yang lain mau ke rumah nenek Samudera Pasai. Kakak mau ikut?"
Malaya menawarkan tangannya, Nusantara menyambutnya.
-x-x-x-
Kenangan. Ya, kenangan yang indah. Seandainya bisa kembali ke masa lalu, ia pasti menghentikan sikap terbukanya pada bangsa lain, ia pasti menjadi negara tertutup seperti Korea Utara, ia pasti hidup tenang di rumahnya. Bersama adiknya.
"Ind " Ia menoleh. Bukan ke arah si pemanggil, tapi sesuatu yang baru saja mendarat dekat kakinya.
Suara ledakan.
Tubuhnya bagai dicabik oleh jutaan pecahan kaca, tubuhnya terpental bersama mobil yang tadi ia pakai bersembunyi, kedua tangannya bergerak defensif menutupi wajahnya. Suara yang ia dengar seperti putaran kaset tape yang diputar empat kali lebih cepat diiringi suara gaduh. Ia tak melihat apapun karena ia memejamkan matanya, tak mampu melihat dengan keadaan terpental.
Punggungnya menabrak mobil, rasanya ada guntur yang baru saja terdengar keras di telinganya. Saat itu juga ia sontak membuka mata. Dan rotasi film dari memorinya berputar.
"Kakak, suapi aku..." "Jangan dia, kak Nusantara! Aku saja!"
"Kak Nusantara, ayo main di pantai!" "Kak Malaya jelek! Week!"
"Nusantara, kami menyayangimu. Jaga adik-adikmu ya..." "Aku akan menghilang sebentar lagi."
"TIDAK!" "Jangan pergi!"
"Kakak! Penjajah datang! Pergi!" "Timor sudah dibawah kendali Portugal, kita terancam diantara Inggris dan Belanda. Sebaiknya kita pergi, kak!"
Senyum itu, suara itu, panggilan itu...
Indonesia ingin melihatnya sekali lagi. Hanya sekali lagi ingin mendengarnya. Menyentuh dan mengusap rambut adiknya dengan sayang. Ia tahu ia dan Malaysia selalu dipertemukan dalam konfrontasi kecil. Tapi ia sadar kalau ia menyayanginya. Ia selalu menyayangi Malaysia. Berusaha melindunginya walau harusnya Malaysia yang melindunginya.
Senapan yang tadi dipanggulnya tergeletak entah dimana, ia tak peduli. Rompi anti-pelurunya sobek terkena ledakan granat tadi. Ia seorang personifikasi Republik Indonesia yang besar, yang asri, yang madani, yang damai.
Dulunya.
Kini ia hanya bertempur untuk rakyatnya yang jadi korban keganasan pihak musuh yang melanggar hukum internasional dan tata perang. Rakyatnya yang bertahan hidup sampai pasca-perang selesai, rakyatnya yang membuat dirinya masih bernafas layaknya manusia normal.
'Walau sakit mendera, mencerca, Allah... kumohon, biarkan aku hidup untuk negeriku...' lantunan doa lirih terbisik. Penglihatannya menggelap sedikit demi sedikit, rasa sakit tak ia rasakan sedikit pun.
"Indonesia..."
Sepasang tangan menggapainya.
-x-x-x-
To Be Continue
-x-x-x-
(Listen to: Iris (accoustic) – Goo Goo Dolls)
(Word Count: 1.064 words)
Oke, ini multichap pertama saya di FHI ini. Gan, pertanyaannya adalah, 'Kenapa settingnya perang dan MelayuCest?'
Jawabannya adalah, 'Karena saya terinspirasi dari keadaan Timur Tengah, tepatnya Irak, karena buku yang judulnya Love In Torn Land, buku hadiah ultah saya dari brϋder. Dan kenapa MelayuCest? Simple¸ karena saya suka. ;D'
Saya pendukung female!Indonesia, kalau Malaysia-nya sih...mau cewek, cowok atau hermaphrodite juga terserah. -΅-
Niatnya sih, angst, romance-nya dikit, war's scene-nya lumayan banyak, dan kukira bakal ada another affair antara Indonesia dan negara-negara lain. Tenang, ga akan mary-sue amat. Fokusnya bukan Indonesia aja soalnya.
Oke, pertanyaan selanjutnya, 'Kenapa cuma Majapahit sama Samudera Pasai yang muncul namanya?'
Jawabannya adalah, 'Bagi Samudera Pasai, pengakuan kedaulatan terhadap Majapahit tidak membahayakan karena yang lebih penting bagi Samudera Pasai adalah Samudera Pasai masih memiliki kebebasan untuk mengatur masyarakatnya yang telah beragam Islam yang sebagian besar adalah pedagang. Jadi saya anggap Samudera Pasai dan Majapahit adem-adem aja. Lagian, Majapahit itu termasuk kerajaan yang memiliki wilayah luas dan besar, sampai diserang kerajaan Demak.'
Saya mau masukkin unsur historis juga di fic ini. Tapi khusus Indonesia-nya aja. Mungkin sejarah Eropa bakalan nyempil disini.
Ada beberapa hal yang sengaja ga saya kasih tanda bintang (*). Yang pertama, Surya Majapahit, lambang yang umumnya dapat ditemui di reruntuhan Majapahit, mungkin merupakan simbol Majapahit. Kalau kalian buka wikipedia tentang Majapahit, pasti ada seri Sejarah Indonesia. Di bagian bawah bacaan itu, akan ada gambar Surya Majapahit, lambang VOC, lambang Garuda Pancasila, lalu dibawahnya ada semacam timeline, diatas ketiga gambar itu ada bacaan 'Sejarah Indonesia' dengan huruf kapital.
Yang kedua, Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emas apsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan zama kerajaan Majapahit sebagai 'zaman keemasan di kepulauan Nusantara'.
Alasan kenapa saya manggil Indonesia bukan Indonesia buat flashbacknya, karena dulu nama Indonesia bukan itu. Daripada Hindia Timur (itu dua kata, gan), atau Indische yang ga akrab sama jari-jari saya di keyboard, yah saya pilih Nusantara. Lalu kenapa Malaysia saya panggil Malaya buat flashback, ya biar gampang aja. Itu kan nama semenanjungnya juga. XD
Ya, kalau ada yang mau ngasih masukkan (atau bahkan ide), bilang aja lewat review atau lewat mana aja lah. XD
Řќ
