fajrikyoya, proudly present

.

.

.

.

Mise en Place

.

.

.

.


Rate : M for adultery and any other heavy materials.

Disclaimer: I do not own ansatsu kyoushitsu. This fic is purely mine.

Warning: ALL ABOUT FOOD AND BEVERAGES. AU 7 years later (which is Nagisa has short hair). OOC. Abal. Alay. Berantakan. Mengandung banyak istilah tidak awam. Tidak menggunakan Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bikin pusing, mual, muntah dan ketagihan berkepanjangan. Roller Coaster. You've been warned before.


"Nah, jadi mulai hari ini kau sudah resmi jadi waiter di Coulthard."

Nagisa Shiota, 22 tahun. Mengangguk pelan penuh kegugupan. Ia tidak menyangka bahwa menjadi pramusaji di restoran mahal ternyata keren juga. Seragamnya berupa kemeja dengan sweater rajut, celana bahan hitam, sepatu pantofel dan dasi biru bergaris perunggu—yang Nagisa kenali sebagai dasi khas dari siswa asrama Ravenclaw dari serial Harry Potter. Alasannya sederhana, karena sang restaurant manager sangat menggilai serial sihir fantasi dari Britania Raya tersebut.

"Ada lagi yang mau kau tanyakan?" Tanya Maehara Hiroto, sang bar supervisor.

"Umm…tidak ada. Aku bisa mempelajari menunya pelan-pelan." Balas Nagisa. "Dan bagaimana dengan cara menawarkan wine?"

"Itu tergantung dari menu, dan nanti akan aku ajarkan." Maehara tersenyum. "Selanjutnya, bisa sambil jalan."

Nagisa mengangguk. Ia menghampiri sebuah meja dan membantu Kataoka melipat napkin menjadi bentuk bunga lily. Kemudian, ia diajari Sugino bagaimana menata alat makan agar semuanya lurus dan simetris, tanpa bekas sidik jari. Setelah itu, Nagisa juga belajar memoles piring dan gelas dengan cepat dan super bersih. Maehara juga mengajarinya bagaimana membedakan gelas-gelas. Mana yang untuk anggur putih, anggur merah, jus, air putih, liquer, sparkling wine dan lain sebagainya.

Setelah lulus dari kuliahnya, Nagisa memutuskan jadi seorang pramusaji di restoran berkelas karena begitu terkagum akan pelayanan yang ia terima selama ia berpesiar bersama ibunya ke Maldives. Sebenarnya, Nagisa adalah lulusan dari pendidikan Bahasa Perancis, dan keputusan konyol melamar menjadi pramusaji (kata ibunya). Namun keajaiban terjadi, ketika ternyata Coulthard sangat membutuhkan orang yang bisa berbahasa Perancis.

"Nagisa, bisa minta tolong disini?"

"Ah? Hai…"

Nagisa mulai meraba-raba apa-apa saja yang harus dilakukan seorang pramusaji restoran berkelas. Mulai dari mengantar tamu ke mejanya, menawarkan menu, menuang air minum, menghidangkan welcome bread dan memulai mengambil pesanan. Jangan lupa perkenalkan nama dan menawarkan chef's recommend yang biasanya adalah satu set menu dari makanan pembuka hingga makanan penutup. Biasanya terdiri dari 5 sampai 7 course. Menjawab dengan lugas tentang penjelasan menu yang ditanyakan tamu. Tawarkan juga wine. Alur obrolan dari pramusaji dengan tamu harus hangat dan intim, namun tetap super formal. Ingat baik-baik pesanan tamu, terlebih jika ada permintaan khusus. Jika tamu memesan minuman, usahakan minumannya datang lebih dulu.

Mengingat-ingat itu semua saja sudah membuat Nagisa pusing.

"Malam ini hanya ada 12 pax reservasi. Santai saja." Sugino, salah seorang waiter tertawa. "Kalau mau, aku bisa mengajarimu lagi sambil memotong roti."

"Roti untuk welcome bread?" Tanya Nagisa.

"Benar sekali!" Sugino mengambil dua buah keranjang rotan yang di dalamnya dialasi dengan serbet kain bersih. "Ayo ke bagian pastry."

Sugino mengajak Nagisa masuk ke bagian dapur, dan di pojok ruangan terdapat pintu dengan tulisan pastry section. Disana, ada empat orang yang tengah mengerjakan pekerjaan yang berbeda-beda. Sugino mencabik secarik kertas dari sticky note yang menempel di lemari pendingin terdekat.

"Hai, geng. Hari ini bread of the day-nya apa?" teriak Sugino.

Nagisa tidak terlalu memperhatikan roti-roti apa yang dilempar masuk ke dalam keranjang rotan itu. Ia sibuk membaca kitchen functionality yang tertempel di dekat papan tulis putih.


MAIN KITCHEN STRUCTURE


EXECUTIVE CHEF: Karasuma Tadaomi

SOUS CHEF: Akabane Karma

CHAUD WESTERN:

CDP: Terasaka Ryouma

Hazami Kirara (C1)

Taisei Yoshida (C2)

Okajima Taiga (C3)

CHAUD ASIAN:

CDP: Muramatsu Takuya

Horibe Itona (C2)

GARDE MANGER:

Sugaya Sosuke (DM)

Chiba Ryuunosuke (C2)

Kimura JUSTICE (C3), butcher

PATTISERIE:

CDP: Takebayashi Kotaro

Okuda Manami (DM)

Mimura Kouki (C1), boulanger


"Ini apa?" Tanya Nagisa bingung.

"Ini? Bisa dibilang hirarki yang ada di dapur." Gumam Sugino. "C berarti commis atau koki utama. Angka dibelakangnya adalah jabatannya. Jadi, commis 1 lebih senior dari commis 2 atau 3. CDP berarti chef de partie atau kepala bagian. DM berarti demi chef, artinya dia seperti wakilnya CDP."

"Kerjanya mirip komando militer ya?" gumam Nagisa. "Sugino-kun, katamu demi-chef itu seperti wakilnya CDP. Tetapi, ada satu bagian yang tidak punya CDP. Itu, garde manger."

"Itu cold kitchen." Balas Sugino. "Disana kita ambil salad, sandwich, dan makanan lain. Kalau mau ambil buah juga disana. Dan juga keju-kejuan."

"Kau tidak menjawab pertanyaanku." Sergah Nagisa. "Kenapa mereka tidak punya CDP?"

Sugino mendesah. "Di dapur restoran ini, semua bekerja sesuai pengalaman dan latar pendidikan. Kalau kau lulusan sekolah perhotelan tapi tak punya pengalaman, maka jabatanmu commis 3. Jabatanmu akan naik per 3 tahun. Kalau commis 1 mau jadi demi chef, minimal harus punya 3 tahun pengalaman kerja dan 2 tahun masa kerja disini. Kalau mau naik jadi CDP, harus punya 5 tahun pengalaman kerja dan 2 tahun masa kerja."

"Jadi sous chef itu komandannya, dan executive chef itu jenderalnya?" Tanya Nagisa lagi.

"Kurang lebih." Sugino menaikkan bahunya.

Sugino memberikan Nagisa sekeranjang roti aneka bentuk. Ada yang oval berwarna kuning muda, ada yang besar sekali berwarna cokelat dengan topping kepingan oat, ada yang berbentuk seperti sedotan, ada yang berbentuk bulan sabit, ada yang berbentuk seperti pita.

"Ingat ya, yang oval berwarna kuning itu namanya hard roll. Yang cokelat besar itu namanya rye bread. Kalau rye bread nanti harus kita potong dulu di bread station yang di dekat meja kasir. Yang bulan sabit namanya croissant. Yang seperti pita itu namanya pretzel. Yang panjang-panjang itu namanya grissini." Ucap Sugino panjang lebar.

"Kalau grissini harus dipotong juga?" Tanya Nagisa bingung.

"Tidak. Cara makannya memang dipatah-patahkan. Rasanya mirip pocky, tapi tawar dan lebih keras. Kadang-kadang mereka buat juga yang rasa keju atau rasa bawang putih."

Nagisa menghela nafas. "Sugino-kun, kepalaku bisa meledak kalau begini."

"Tenang saja, aku akan memberikan waktu buatmu mencatat." Sugino tersenyum. "Ayo, cepat. Mumpung kita masih disini."


"Irrashaimasse!"

Yada Toka sang hostess langsung menyambut ramah sang tamu yang berupa sepasang pria dan wanita paruh baya tersebut.

"Selamat malam. Sudah reserved?" sapanya.

"Atas nama Masaomi Hajime." Gumam si laki-laki.

"Hai, atas nama Masaomi Hajime-san, untuk dua orang. Meja nomor 33. Nagisa-kun akan mengantar Anda sekalian."

Nagisa berjalan dengan gugup. Ia berusaha tersenyum manis dan mengarahkan sang tamu ke meja yang sudah ditunjukkan hostess. Tak lupa, seperti ajaran Sugino, wanita ditarikkan kursi dan digelari napkin di pangkuannya terlebih dahulu. Buku menu diberikan dalam keadaan setengah terbuka dari kanan, dimulai dari tamu wanita dulu, baru si lelaki. Lalu selanjutnya, dengan hati-hati Nagisa mengambil teko kaca berisi air dan menuangkan air minum dingin ke gelas tamu tersebut. Okano yang saat itu sedang bertugas menjadi bread waitress menghampiri meja yang tengah dilayani Nagisa.

"Selamat malam, hari ini kita punya 5 jenis roti. Ada rye bread, grissini, croissant, hard roll, dan pretzel." Ucap Okano.

Okano menyajikan roti yang dipilih tamu menggunakan sendok dan garpu besar yang digunakan sebagai penjepit. Kalau tidak salah ingat, namanya adalah clamp. Setelah Okano pergi, Nagisa mulai menanyakan pesanan tamu-tamunya.

"Hari ini, menu spesial dari chef kami adalah 6 course yang terdiri dari makanan pembuka dingin, makanan pembuka panas, sup, hidangan utama, aneka keju dan hidangan penutup. Menu spesial kami akan sangat serasi jika dinikmati bersama Pinot Grigio kami persembahan dari Tesoro Della Regina." Tutur Nagisa lembut dan lugas.

"Boleh juga. Kami mau dua set menu chef recommend dan wine-nya juga."

Nagisa mencatat pesanannya. "Ditunggu."

Lalu, ia berjalan santai menuju dapur, memberikan catatan pesanannya kepada sous chef yang di telinganya terselip pensil mekanik. Di pinggir apron full body yang ia kenakan, ia menyelipkan pinset panjang dan thermometer. Iris merkuri itu menatap kertas yang ditulis Nagisa dan bersiul riang.

"Aku tersanjung, ada waiter yang mau repot-repot menulis menuku sedetail ini."

Nagisa menatap sang sous chef. Dari cara berdiri, cara bicara dan caranya menatap Nagisa, ia tahu sekali seberapa arogan laki-laki bernama Akabane Karma ini.

"Siapa namamu, sayang?" Tanya Karma. "Aku tak tahu namamu. Kau pasti orang baru."

"Nagisa." Gumamnya. "Shiota Nagisa. Dan jangan panggil aku sayang. Aku ini laki-laki."

"Tidak masalah buatku."

Karma meletakkan hidangan utama untuk pesanan meja lain. Ia mengerjakan pesanan Nagisa dengan teliti dan sangat cepat. Isi dari piring besar berwarna cokelat pasir pantai itu hanyalah beberapa lembar daging babi asin dan bulatan oranye berkilauan dan lembaran daun-daun hijau. Hidangan itu adalah hidangan pembuka chef recommend yang menjadi pesanan di meja Nagisa.

"Nagisa-kun, cintaku…" ucap Karma dengan nada mencemooh. "Apa nama appetizer buatanku hari ini?"

Nagisa berjengit. Ia yakin sudah menghafalkan nama makanan aneh itu. Ia menghela nafas dan berpikir sejenak. Karma menaik-naikkan alisnya. Kentara sekali bahwa jika Nagisa tak bisa menjawabnya, caci maki memuakkan akan menyembur keluar dari bibirnya.

"Demeter. Consist of Prosciutto slices , with cantaloupe pearl made from cantaloupe marinated with honey and spices mixture and served cold with basil leaves." Jawab Nagisa terbata-bata.

"Bravo!" Karma menyeru senang. "Bawa bedebah ini ke meja tamumu."


Coulthard buka dari jam 7 sampai jam 9.30 (menu sarapan pagi, hanya ada senin sampai jumat), lalu buka kembali untuk jam makan siang (12.00-15.30) dan buka kembali untuk makan malam hingga tutup (17.30—23.00) jarak dua jam antara makan siang dan makan malam, restoran ditutup dan para karyawan bisa istirahat. Jam tersebut dinamakan split time. Makanan karyawan dibuat oleh para staff dapur, dua kali sehari—pada saat split time dan setelah restoran tutup. Para karyawan diperbolehkan pulang tepat jam 12 malam.

Jam kerja yang mengerikan. Namun tidak ada yang protes. Lagipula, setiap hari selasa Coulthard tutup.

"Makan malaaam~"

Hari ini yang memasak makan malam untuk semua karyawan adalah Muramatsu, dari bagian chaud asia. Ia memasak nasi goreng dengan sisa pinggiran prosciutto dan sayuran sisa. Ada juga sup berisi tahu dan telur, dan juga chin-jao rosu (tumis daging dan paprika). Nagisa mengambil supnya saja karena ia tidak begitu lapar. Beberapa orang staff dari bagian service makan dengan kalap, bahkan hingga berebut dengan orang dari staff kitchen. Suasana chaos yang menyenangkan. Terlebih ketika Isogai, head waiter Coulthard mengumumkan reservasi besok yang lebih banyak dari hari ini dan ia membagikan tip menjadi 28 bagian sama rata untuk semua staff.

"Kau terlihat kikuk. Dan cuma makan sup."

Nagisa menoleh.

Sosok itu duduk di sebelah Nagisa sedari tadi. Pakaian seragam kokinya berbeda sendiri dibanding yang lainnya. Chef jacket -nya berwarna biru gelap dengan lengan pendek. Hanya ia yang mengenakkan apron full body. Iris merkuri yang berkilat jahil dan senyuman menyebalkan itu hanya dimiliki oleh sang sous chef, Akabane Karma.

"Aku lelah. Kepalaku mau meledak." Ucap Nagisa pedas.

"Heee…." Karma menjulurkan tubuhnya, merebahkan dadanya ke meja makan. "Tapi kau menghadapinya dengan baik, sayangku."

"Berhenti memanggilku begitu." Sentak Nagisa.

Sentakan itu bahkan cukup keras untuk membuat semua orang menoleh. Canggung, Nagisa memilih menikmati supnya. Sementara Karma dengan tanpa dosa, melahap makan malamnya. Maehara dan Okajima datang mendekat, disusul dengan Sugino dan Isogai.

"Karma, jangan menekannya. Dia masih baru." Lerai Isogai.

"Wah, wah. Galak banget. Harus dibikin mabok dulu, nih." Maehara menaik-naikkan alisnya.

"Setuju." Karma dan Maehara akhirnya toss.

Nagisa tidak menghiraukan mereka. Ia menghabiskan makan malamnya dan bergegas ke loker laki-laki. Ia membasuh tubuhnya di shower room dan berpakaian. Karma masuk tepat saat Nagisa tengah mengeringkan rambutnya.

Iris merkuri bertumbuk dengan lapis lazuli.

"Pulang kemana?" Tanya Karma. "Mau kuantar?"

"Aku bisa pulang sendiri." Ketus Nagisa.

"Uuuh, dingin banget~~" ledek Karma. "Cinta, tidak baik menolak kebaikan orang lain."

"Karma-kun…" Nagisa mengepalkan tangannya. "Berhenti memanggilku begitu! Aku ini laki-la—"

DUK!

Karma memukul tembok di sebelah Nagisa. Ia memerangkap pemuda mungil itu dalam kabedon tanpa usaha sama sekali.

"Aku tidak bodoh, tahu." Ucap Karma dengan nada merendahkan. "Lalu kalau kau laki-laki kenapa memangnya?"

Nagisa tergugu, tak mampu menjawab. Karma mendekatkan wajahnya, dan Nagisa hanya memilih berpaling. Nafas sang sous chef meniup wajahnya, meremangkan sekujur bulu kuduknya hingga membuat tubuhnya menggigil. Aroma tubuh Karma aneh—berbau mirip rempah-rempah, bau hangus, bau gurih daging sapi, bau tembakau bercampur dengan harum lembut sitrus dan kayu-kayuan yang begitu maskulin dan tidak menonjol sama sekali.

"Aku menggodamu karena aku suka. Paham?"

Hening. Nagisa mengangguk pelan sekali.

Karma menyeringai. Ia mendaratkan kecupan singkat di pipi Nagisa sebelum melepaskan pemuda itu dan berjalan menuju shower room.

Nagisa merosot ke lantai. Jantungnya bergemuruh tidak karuan. Ia hanya meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, berupaya meredakan kecamuk aneh di relung hatinya tersebut.


a/n:

Prosciutto: daging paha babi yang diasinkan—asalnya dari Italia. Biasanya diiris super tipis dan disajikan tanpa dimasak, biasa dimakan sebagai makanan pembuka.

Cantaloupe: di Indonesia, dikenal dengan nama melon kuning. Lebih manis dan lebih lembut dari melon hijau.

Pinot Grigio: sejenis anggur putih (white wine) dari Italia. Rasanya asam dan kuat, namun memiliki aftertaste yang segar. Cocok dipasangkan dengan makanan berasa kuat.


Halo, minna. Fajrikyoya desu.

Ini fic pertama di fandom Ansatsu dan entah kenapa, langsung tergoda bikin multichap dengan tema restoran.

Okay, disini author akan jujur bahwa main pairing di fic ini adalah HELL YEAH ABSOLUTELY KARUNAGI meskipun author akan buat beberapa pair selingan lain supaya ga bosen. Etto….apalagi ya, semoga istilahnya nggak bikin pusing. Author sudah menyederhanakan bahasanya, semoga nyaman dibaca readers sekalian.

Etto…mau ngomong apalagi, ya? Kayaknya udahan dulu deh. Jangan lupa review ya minna. Kalau ada pertanyaan, silakan di PM aja okay? Bye-bye, see you in the next chapter~~