"Hei, aku sudah di bandara sekarang. Jam berapa pesawatmu datang?"

Uchiha Sasuke berdiri di depan pintu kedatangan bandara dengan HP menempel di telinga.

Mata hitamnya terus memperhatikan orang-orang yang keluar dari pintu di depannya.

"Wah, kau benar-benar mau menemuiku, Sasuke? Aku sangat senaaaang!" Suara seorang pria terdengar dari arah sambungan telepon.

Suaranya berat ciri khas pria dewasa namun nada yang digunakannya tidak sesuai dengan usianya.

Sasuke menampilkan ekspresi wajah kesal mendengar jawaban dari orang yang ia ajak bicara lewat telepon.

"Aku serius! Lima menit kau tidak muncul, aku tidak akan pernah mau lagi berhubungan denganmu!" Katanya dengan nada tajam.

"Ahh gomen gomen! Ok, aku sudah di sini sekarang, sedang antri untuk keluar. Jangan dulu pergi, OK!" Suara di seberang sambungan berteriak panik.

Sasuke tersenyum kecil mendengar rajukannya.

Setelah menutup panggilan, Sasuke memutuskan untuk menunggu sang 'teman' sambil mengistirahatkan dirinya di sebuah kursi yang memang disediakan untuk menunggu, tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tak heran jika kakinya sudah mulai terasa tidak nyaman.

Bandara sore itu terlihat lebih lengang, mungkin hari kamis bukan waktunya bagi orang-orang untuk bepergian. Walaupun begitu, lalu lalang manusia tetap saja membuat seorang pemuda pendiam seperti Sasuke merasa lelah.

Sasuke mungkin tidak akan pernah mau ke bandara jika dalam situasi seperti biasanya, namun di sore hari itu dirinya terpaksa menjalani aktifitasnya yang tak biasa karena harus menjemput seorang kenalan.

Tidak bisa disebut dengan kenalan juga sebenarnya, jika keduanya selama ini hanya berhubungan lewat aplikasi chating dan media sosial saja.

Sasuke menghembuskan nafas panjang.

Sungguh bukan seperti dirinya sekali sikapnya kali ini, jangankan dengan orang asing, Sasuke selama ini saja jarang berbicara dengan teman-teman kampusnya walaupun mereka berada di kelas yang sama selama hampir dua tahun ia berkuliah. Dan sekarang, ia tengah duduk di sebuah bandara terbesar di kotanya, menjemput seseorang yang belum pernah ia temui seumur hidupnya.

Banyak alasan untuk Sasuke sampai akhirnya ia bersedia mempercayai orang yang tengah ia tunggu itu. Dan Sasuke juga tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kenalan prianya itu untuk menunggu dirinya siap untuk sebuah pertemuan.

Sasuke sudah seutuhnya percaya, Uzumaki Naruto, pria berusia 37 tahun, yang menjadi teman chating-nya selama dua tahun ini adalah pria yang baik.

Walaupun cara keduanya bertemu di media sosial dengan cara yang aneh dan dengan alasan yang sedikit kurang bagus, toh akhirnya Sasuke luluh juga.

Sasuke yang beralasan ingin mengetahui dunia gay dan Naruto yang mengaku ingin mencoba rasanya berhubungan dengan seorang pria, media sosial sebagai tempat keduanya memenuhi keingintahuan mereka dan akhirnya bertemu dan terlibat dalam obrolan yang tidak biasa selama dua tahun.

Sasuke awalnya memiliki rasa ragu dan takut tentu saja, berlagak seperti 'pro' di media sosial bukan berarti ia juga 'pro' di dunia nyata. Jangankan 'berhubungan' dengan seorang pria, pacar wanita saja Sasuke jarang memilikinya.

Keragu-raguan dan ketakutannya itulah yang membuatnya hanya mau berhubungan dengan para kaum Pelangi lewat chating saja, ia tidak pernah mau bertemu secara langsung. Begitu juga dengan wajah dan nama aslinya, Sasuke tidak pernah mau menunjukan wajah aslinya. Ia selalu menggunakan foto orang lain di akun-akunnya. Namun, begitu saja masih banyak sekali pria yang mencoba untuk menghubunginya.

Seperti manusia kebanyakan, ketika seseorang begitu pendiam di dunia nyata, dia bisa berubah menjadi begitu ramah dan ceria di dunia maya. Hal itu juga yang terjadi pada Sasuke, dia terkenal menjadi sosok yang menyenangkan di media sosial.

Dan bisa dibilang Naruto adalah salah satu korban dari keceriaan dan keramahan Sasuke di media sosial. Pria itu langsung jatuh cinta kepadanya, menunggunya online dan langsung menge-chat dirinya ketika dia on.

Pria yang cukup bodoh bagi Sasuke, karena belum lama mereka mengobrol Naruto sudah bersedia memberitahu tentang dirinya. Semuanya. Dari nama, usia, asal kota, pekerjaan, dan wajah aslinya. Bahkan Sasuke langsung diberi tahu jika Naruto adalah pria beristri dan beranak satu. Bukannya dia merasa bosan dengan sang istri, Naruto mengaku masih sangat mencintai istrinya, hanya saja ia tidak mampu membendung rasa ingin tahunya dengan hubungan sesama pria. Bodoh kan?

Namun, mengetahui jika sang teman chating sudah beristri membuat Sasuke sedikit melonggarkan pertahanannya. Sasuke terkesan lebih ramah padanya dibanding teman maya lainnya.

Naruto semakin tidak bisa jauh darinya, selalu berusaha mencaritahu tentangnya. Dan masih percaya padanya walaupun Naruto belum tahu apa pun tentang dirinya. Bagi Sasuke tidak ada yang lebih bodoh dari pria bernama Naruto itu di dunia ini.

Saat itulah, Sasuke melihat seorang pria berambut kuning cerah, tinggi, dengan warna kulit kecoklatan. Jas semi formal berwaran hitam membalut tubuh atletisnya, dengan kaos oblong berwarna putih sebagai dalamannya. Celana jeans hitam dipadukan sepatu kerja berwarna senada sangat cocok menyempurnakan penampilannya.

Dialah Uzumaki Naruto.

Sasuke langsung mengenalinya karena wajah itulah yang selalu muncul di HP-nya setiap kali pria itu menelpon atau menge-chat dirinya. Naruto berdiri tegap sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, mungkin untuk mencari keberadaannya.

Sasuke tertawa geli, mau berusaha seperti apa juga pria itu tidak akan menemukannya. Karena sampai detik ini Naruto belum pernah melihat wajah aslinya sekali pun.

HP-nya bergetar, telepon dari Naruto.

Sasuke mendesah panjang. Dia harus melakukannya sekarang, mau tidak mau, siap tidak siap karena di sini lah ia sekarang. Sasuke berdiri, dan mengangkat telepon dari Naruto.

"Aku sudah di luar sekarang, kau di mana Sasuke?"

Suara Naruto terdengar jelas di telinga Sasuke.

"Aku di sini. Menengoklah ke kanan!" Sahut Sasuke pelan.

Dengan gerakan cepat, kepala berambut kuning pendek itu segera menoleh tepat ke arahnya. Mata sebiru lautan langsung menangkap mata hitamnya. Menatapnya lama seperti tidak ingin melepaskan.

"Yo!" Sapa Sasuke sambil mengangkat tangan kanannya.

Naruto Masashi Kishimoto

Orific 'Meeting' SasShin

Boys Love NaruSasu

Alternative Universe

Based true story

Sasuke duduk di sebuah kafe murahan tak jauh dari bandara. Kini ia tak sendirian, Naruto juga turut serta bersamanya.

Sasuke meminum kopi pesanannya dengan tenang, tak peduli dengan pria yang sedari tadi menatapnya dengan lekat.

"Jadi, inilah Uchiha Sasuke yang asli?" Kata Naruto dengan senyum tipis. Mata birunya masih menatap lurus Sasuke.

Sasuke menoleh ke arah Naruto. Menghembuskan nafas panjang seperti orang kelelahan.

"Yap! Seperti inilah Sasuke! Layaknya anak kuliahan biasanya," sahut Sasuke mengangkat bahu acuh. Keduanya saling menatap dan saling melempar senyum tipis. "Kau menyesal?"

Naruto menggeleng dengan gerakan pelan. Sepasang mata sejernih lautan itu seakan tak bosannya memandang sang 'kawan'.

"Kalaupun aku menyesal, mungkin lebih dalam artian yang berbeda," sahutnya tanpa melepaskan tatapannya.

Sasuke mengerutkan kening putihnya mendengar kalimat tidak jelas dari pria dewasa di depannya.

Suara tawa renyah terdengar dari Naruto melihat ekspresi heran dari Sasuke. Untuk pertama kalinya dalam obrolan mereka, Naruto akhirnya melepaskan tatapannya dari Sasuke untuk meminum kopi yang dipesannya. Setelah cairan itu melewati tenggorokannya, Naruto kembali menoleh ke arah pemuda berparas menawan itu.

"Mungkin sedikit menyesal kenapa tidak dari dulu-dulu aku memaksa bertemu!" Lanjutnya dan tersenyum lebar ketika didapatinya wajah tertawa Sasuke.

"Jangan menggombal, mendengarnya secara langsung rasanya masih sedikit membuatku geli, kau tahu!" Ucap Sasuke sambil menggosok-gosok kedua lengannya.

Naruto tertawa keras melihat sikap kekanakan Sasuke yang baginya menggemaskan.

Sasuke yang duduk dan mengobrol dengannya kini baginya sama persis dengan Sasuke yang mengobrol dengannya di media sosial. Ceria, ramah, kadang suka bersikap kekanakan, dan tidak jarang bicaranya sok dewasa. Sangat menggambarkan usianya yang memang baru menginjak 19 tahun.

Ia merasa sudah begitu dekat dan akrab dengan Sasuke di pertemuan pertama, ia bahagia tidak ada kecanggungan di antara mereka. Bedanya, saat ini dirinya sudah bisa melihat wajah asli Sasuke. Dirinya lebih bisa mengenal Sasuke secara nyata dan apa adanya. Wajahnya, suaranya, dan sikapnya, benar-benar melebihi harapannya.

"Kau tahu, Sasuke? Sepertinya aku semakin jatuh cinta padamu!" Kata Naruto tiba-tiba setelah obrolan panjang mereka.

Sasuke hanya tertawa pelan sebagai jawaban. kepalanya menggeleng pelan namun Naruto bisa melihat dengan jelas semburat merah di wajah putihnya. Naruto tertawa juga melihatnya.

Sasuke membawa Naruto berjalan-jalan di berbagai tempat di Kyoto. Menurut pengakuan Arsitek terkenal itu, dirinya sering ke Kyoto tapi hanya karena urusan bisnis saja jadi mengelilingi Kyoto ketika keduanya bertemu memang sudah ada dalam rencana.

Sasuke yang hanya bermodalkan sepeda motor buluk merasa tidak enak pada Naruto, tapi karena pria muda itu bilang jika dirinya tidak keberatan naik sepeda motor akhirnya Sasuke menyerah.

Keduanya berkeliling Kyoto sambil berboncengan, mengobrol sepanjang jalan seperti tidak peduli dengan waktu. Jika Sasuke lelah, maka Naruto yang akan berada di depan dan giliran Sasuke yang membonceng.

Hampir pukul sebelas malam keduanya akhirnya berhenti di sebuah warung makan pinggir jalan untuk mengisi perut.

Sasuke melirik Naruto diam-diam, pria itu tengah mengamati sekeliling warung. Beberapa pasangan muda-mudi tengah duduk 'lesehan' di tikar yang digelar di pinggir jalan. Menikmati makan malam sambil berbincang mesra. Ada juga beberapa kelompok remaja seumuran Sasuke yang tengah mengobrol dengan suara berisik.

"Aku tidak keberatan jika kau ingin pindah tempat makan," Sasuke akhirnya bicara setelah melihat kerutan tidak nyaman di kening Naruto ketika melihat suasana warung itu.

Wajar saja, Naruto Uzumaki adalah seorang Arsitek sukses dari Tokyo yang sebagian proyeknya adalah perhotelan, tata letak kota, mall-mall besar yang hampir tersebar di seluruh kota-kota besar se-Jepang. Dan sepengetahuan Sasuke, salah satu hotel bintang lima yang ada di Kyoto juga merupakan karya cemerlang seorang Naruto Uzumaki. Jadi mungkin saja, Naruto tidak akan mau makan di warung pinggir jalan seperti ini.

Naruto segera menoleh ke arah Sasuke dan melihat wajah muram pemuda yang disukainya itu. Senyum tipis segera diberikan untuk menenangkan remaja itu.

"Salahku yang sudah menyerahkan pilihan kepadamu!" Sahutnya sambil menyerahkan helm hitam yang dipakainya kepada Sasuke.

"Kau yang bertanya di mana aku biasa makan, jadi ya aku bawa kau ke sini. Setiap hari aku memang membeli makan di sini, tahu!" Sasuke segera menyahut dengan wajah sedikit cemberut membuat Naruto gemas sendiri.

"It's Okey! Kita makan di sini kalau begitu!" Naruto menarik lengan Sasuke mendekati warung dengan pencahayaan yang remang-remang itu. "Kau biasanya makan menu apa di sini? Rekomendasikan yang paling enak untukku!"

"Ada menu goreng dan bakar, lebih suka yang mana?" Sasuke menunjuk menu yang tertempel di gerobak penjual.

Cahaya terang dari lampu neon di dalam warung membantunya bisa membaca tulisan. Mata biru Naruto membaca satu per satu menu yang tertera. Sedikit heran dengan harga makanannya, jauh lebih murah dibandingkan makanan di kotanya.

"Kau biasa makan apa?" kini matanya mengerling kepada Sasuke.

Sasuke menunjuk salah satu menu makanan gorengan berbahan dasar ikan air tawar. Naruto mengangguk mantap. "Samakan saja denganmu! Tapi kalo ada tambahkan sayuran ya!" Ucapnya akhirnya yang dibalas anggukan singkat dari Sasuke.

"Paket Nila Goreng dua dan Ca Kangkung satu ya, Paman!" Pesan Sasuke kepada seorang lelaki berumur yang tengah menggoreng sesuatu di depan grobag.

"Siap! Minumnya?" Sahutan keras dari si pemilik warung tanpa menghentikan gerakan tangannya.

Sasuke melirik Naruto untuk bertanya, si pria Arsitek menjawab 'lemon tea' pelan.

"Lemon tea dua!" Jawab Sasuke kepada si pemilik warung.

"OK! Silahkan memilih tempatnya!" Jawab pria tua itu dengan wajah ramah.

Sasuke berjalan terlebih dahulu untuk menuju ke sebuah tempat terbuka, tikar kosong tanpa penghuni menjadi tujuan Sasuke. Dengan yakin Sasuke segera mendudukan diri di atas hamparan tikar itu, kedua alis terangkat ketika melihat Naruto yang masih berdiri di pinggir jalan, menatap dirinya dengan wajah ragu-ragu.

"Kita akan makan di sini?" Tanyanya dengan senyum ragu.

"Yup! Lihat, pemandangan lampu kota dari sini sangat indah, bukan?" jawab Sasuke sambil menunjuk kerlap-kerlip lampu kota Kyoto di bawah sana.

"Memang. Tapi bagaimana dengan debu-debu dari kendaraan yang lewat ini?"

Sasuke mengulum senyum. Pemuda itu mengangkat bahu enteng.

"Sesekali mencoba memakan dengan taburan debu tak akan membuatmu mati, Naruto-niiisaann!" Kata Sasuke dengan nada jahil.

Naruto tertawa renyah dan akhirnya mengikuti Sasuke duduk di atas tikar, menikmati makanan di pinggir jalan, berlatarkan lautan lampu kota Kyoto.

NARUSASU

Setelah makan, keduanya tidak langsung pulang. Mereka ngobrol tentang banyak hal sampai melewati tengah malam. Mereka baru beranjak ketika si pemilik warung memberitahu jika mereka akan segera menutup warung karena makanan yang mereka jual sudah habis.

Sasuke mengantar Naruto sampai di depan sebuah hotel berbintang yang terkenal di Kyoto. Sasuke sering lewat di depan hotel itu, namun baru kali ini Sasuke bisa melangkahkan kakinya di halaman bangunan super mewah tersebut.

"Kakak akan menginap di sini selama di Kyoto?" Saking takjubnya Sasuke sampai menggunakan panggilan 'kakak' untuk Naruto. Selama mereka mengenal lewat media sosial Sasuke memang memanggil Naruto dengan sebutan 'kakak' karena usia mereka yang terpaut cukup jauh.

Suara tawa renyah Naruto menarik perhatian beberapa petugas keamanan yang sedang berjaga di dekat pintu masuk hotel. Sepertinya para petugas itu sudah mengenal siapa Naruto, mereka terlihat menganggukan kepala mereka dengan hormat ke arah Naruto.

"Kenapa memangnya?" Naruto balik bertanya, merasa lucu dengan tingkah Sasuke yang masih terlihat begitu kagum dengan hotel di hadapannya.

"Pasti mahal!" Jawabnya tanpa menoleh ke arah Naruto.

Lagi-lagi Naruto tertawa menghadapi tingkah polos Sasuke. Mengenal Sasuke selama hampir tiga tahun ini sudah membuat Naruto kenal dengan sifatnya.

Sasuke, menurut pengakuannya memang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, datang dari desa yang cukup terpencil untuk kuliah di Kyoto. Kampus yang ia pilih pun kampus yang standart, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan kampus terkenal lainnya.

Walaupun begitu, Sasuke selalu menolak setiap pemberiannya. Di saat yang lain selalu mencari kesempatan memerasnya, Sasuke justru akan marah-marah jika ia memberi Sasuke uang atau barang-barang mahal. Itulah alasannya ia bisa jatuh begitu dalam pada pesona pemuda itu.

"Memang mahal. Makanya aku pernah meminta izin untuk menginap di kosanmu saja, Sasuke! Uang sejuta permalam, daripada diberikan ke hotel mending aku kasih ke kamu, kan?" Kata Naruto lagi-lagi membahas masalah yang pernah ia bicarakan dengan Sasuke sebelum ia terbang ke Kyoto beberapa hari yang lalu.

Sasuke cemberut dan menatap tajam Naruto.

"Sudah kukatakan juga, aku tinggal bersama dengan temanku satu kamar dan kamarku sempit. Kalau ditambah kakak mana muat!" Katanya kesal.

"Iya iyaaa!" Naruto gemas sendiri melihat wajah kesal Sasuke.

Ia mencubit dengan gemas pipi kanan Sasuke.

Sasuke memukul tangan nakal Naruto, matanya melirik petugas keamanan yang dari tadi mengawasi mereka.

"Kakak! Dilihatin orang tahu!" Desisnya bertambah kesal. Naruto tertawa puas menanggapinya.

Naruto menatap Sasuke dengan perasaan yang benar-benar bahagia. Tidak sia-sia ia menunggu lebih dari dua tahun untuk bisa bertemu langsung dengan Sasuke, apa yang ia dapatkan dari pemuda itu jauh lebih memuaskan dari imajinasinya.

Bukan hanya menggemaskan di SMS, tetapi aslinya justru jauh lebih menggemaskan lagi.

"Besok ada kuliah?" Setelah puas menatapi wajah tampan itu Naruto memutuskan bertanya. Sasuke mengangguk-angguk memberi jawaban. "Jam berapa?"

Sasuke mengerutkan kening untuk berpikir, mengingat-ingat jadwal kuliahnya esok hari.

"Jam 10 pagi sampai jam 12 siang, terus ada lagi jam 3 sampai jam 5!" Jawabnya setelah berpikir beberapa detik. "Kenapa?"

"Temani aku mencari beberapa interior. Kau tahu toko barang interior Konami?"

"Konami? Sepertinya aku pernah melihatnya, toko bangunan berlantai tiga di distrik 4, kan?"

"Aku tidak tahu alamatnya, makanya aku minta kau menemaniku. Kita bisa pergi sehabis kuliah pertamamu, bagaimana?"

Sasuke mengetukkan jari-jarinya di atas helm dalam pangkuannya.

"Heeemmm, sepertinya aku ada acara deh besok sama temenku," katanya sambil melirik Naruto jahil.

Naruto menggeleng-geleng memperingatkan. Sasuke tertawa kecil melihat wajah seram Naruto.

"Iyaaa, aku akan menjemputmu sehabis pulang kuliah!" katanya akhirnya.

Jitakan pelan ia terima dari Naruto yang kesal karena dijahili.

Keduanya tertawa. Sasuke melirik Naruto yang sudah berhenti tertawa dan mendapati sepasang mata sejernih samudra itu tengah menatapnya dalam. Sasuke jadi salah tingkah dibuatnya.

"Apaan?" Tanyanya dengan canggung.

Tanpa menghilangkan senyum lembutnya, tangan Naruto terulur dan mendarat di pipi Sasuke. Pemuda berambut kelam itu berjengit ketika tangan hangat Naruto menyentuh pipinya.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa melepaskanmu?" Naruto berucap dengan nada begitu dalam.

Sasuke terdiam lama mendengar kalimat Naruto. "Aku menyukaimu, lebih dari yang sudah-sudah! Setelah bertemu denganmu secara langsung, aku semakin yakin dengan perasaanku!"

Sasuke mengalihkan tatapannya dari mata biru yang menatapnya begitu dalam itu.

Sasuke tidak tahu harus menjawab apa, ia sama sekali tidak siap jika ditembak secara langsung begitu. Walaupun Naruto sudah sering mengungkapkan perasaannya selama ini, tapi membaca dengan mendengarnya secara langsung sangat berbeda efeknya.

"Aku tidak tahu! Maksudku, aku belum siap jika harus memiliki hubungan dengan sesama lelaki dalam dunia nyata. Aku-"

"Aku mengerti, Sasuke! Kau hanya penasaran dengan 'dunia seperti ini' tanpa ingin memiliki hubungan yang sesungguhnya, dan aku pun hanya ingin sekedar 'mencoba'. Kenapa kita tidak saling membantu saja, toh kita sudah saling tahu motif masing-masing,"

Sasuke menatap Naruto lama, ia merasa ragu tetapi Sasuke percaya jika pria sukses di depannya adalah orang yang dapat dipercaya.

Sasuke percaya Naruto tidak akan berbuat macam-macam kepadanya.

"Kita bisa menjalaninya pelan-pelan, kau tidak perlu memikirkan hubungan fisik atau hal-hal rumit lainnya, lagipula kita akan jarang bertemu, kan?" Kata Naruto mencoba meyakinkannya lagi.

Naruto menggenggam tangan Sasuke dan menatap pemuda yang 18 tahun lebih muda darinya itu.

"Aku jatuh cinta padamu! Dan aku benar-benar tidak mau kehilanganmu!"

Masih begitu banyak keraguan dalam diri Sasuke, tapi Sasuke juga merasa bertanggungjawab karena sudah membuat Naruto sampai sedalam itu menyukai dirinya.

Apakah dirinya memang harus menerima ajakan Naruto? Lagipula apa yang dikatakan Naruto memang benar, mereka akan jarang bertemu karena tinggal di kota yang berbeda dan kesibukan Naruto yang membuatnya tidak bisa sering menemuinya, jadi ia tidak perlu takut akan ketahuan ataupun masalah hubungan fisik yang mungkin terjadi.

"Setelah bertemu denganmu, aku yakin tidak mungkin bisa berhubungan dengan orang lain lagi!" Naruto kembali berbicara, wajahnya murung dan ada sirat ketakutan jika Sasuke akan menolak ajakannya.

"Aku... akan aku pikirkan nanti!" Hanya itu yang bisa Sasuke berikan sebagai jawaban.

Sasuke tidak mampu menatap mata Naruto setelah mengucapkan kalimat itu.

"Ok! Aku akan dengan sabar menunggu!" Kata Naruto sambil meremas tangan Sasuke dalam genggamannya sebelum melepaskannya. "Kau tidak perlu memikirkannya sekarang. Yang penting kau masih mau menemaniku selama lima hari di Kyoto, kan?"

Sasuke mengangguk mantap. Naruto tersenyum lebar melihatnya.

Setelah mengobrolkan beberapa hal, akhirnya Naruto mengizinkan Sasuke untuk pulang karena waktu sudah menunjukan hampir pukul 2 dini hari. Walaupun Naruto ingin Sasuke menemaninya tidur di hotel, tapi akhirnya pria yang berprofesi sebagai Arsitek itu merelakan Sasuke untuk kembali ke kos-nya.

Naruto juga khawatir jika dirinya tidak bisa menahan perasaannya jika harus berduaan dengan Sasuke dalam satu ruangan dalam waktu lama. Sesuka apapun ia kepada Sasuke, Naruto tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang bisa membuat Sasuke membencinya.

Pemuda itu sudah banyak berkorban untuknya, salah satunya dengan bertemu secara langsung, ia tahu sejak awal Sasuke memang hanya ingin berhubungan dengan semua 'kaum pelangi' yang dikenalnya lewat media sosial saja, dan itu sudah ia utarakan di awal perkenalan.

Tapi akhirnya anak itu bersedia menemuinya langsung, Naruto yakin Sasuke sudah melalui berbagai pemikiran rumit sebelumnya. Jadi Naruto tidak ingin memaksa pemuda itu lebih jauh lagi.

Tapi Naruto juga tidak bisa mengabaikan perasaannya yang semakin dalam kepada Sasuke begitu saja! Naruto benar-benar jatuh cinta, dan pria itu hanya ingin memiliki pemuda itu hanya untuk dirinya saja!

Salahkah?

NARUSASU

Sasuke memasuki kamar kos-nya dengan hati-hati, berjalan dengan amat pelan agar tidak membangunkan teman sekamarnya.

Lampu kamar yang sudah dimatikan membuatnya sedikit kesulitan mengatur langkah, Sasuke harus konsentrasi mengawasi tata letak kamar kosnya dengan dibantu cahaya dari luar agar tidak menabrak apapun.

Pemuda berusia 19 tahun itu bernafas lega begitu tubuhnya merasakan empuknya kasur. Malam ini biarkan ia tidur tanpa mencuci mukanya terlebih dahulu, ia sudah terlalu lelah dan matanya sudah terasa berat dan ingin segera tidur.

Namun sebuah notifikasi Instagram kembali menarik kesadarannya. Malas-malasan, Sasuke meraih Smartphone-nya dan mengecilkan volume serta pencahayaannya terlebih dahulu agar sinar HP-nya tidak menyakiti mata dalam kegelapan kamar.

Kau sempurna, sesempurna langit malam di kota Kyoto. Aku baru saja dipertemukan dengan Malaikat. Terima kasih untuk hari ini! Aku sangat bahagia!

Caption sebuah unggahan dengan foto kerlap-kerlip lampu kota Kyoto yang diambil dari ketinggian. Akun Instagram Naruto baru saja mengunggahnya beberapa menit yang lalu dan menandai akunnya.

Sasuke tidak bisa menahan senyum dari bibir tipisnya. Hatinya menghangat membaca kalimat sederhana namun sangat berkesan dari Naruto itu.

Sasuke memberi tanda 'love' untuk foto Naruto dan segera memberi komentar 'Oyasumi' sebelum memutuskan untuk kembali mencoba tidur.

Sasuke luput menyadari akun dengan nama 'shisui93' juga ikut me-like unggahan tersebut.

つづく

Hanya ingin berterima kasih atas review, favorit, dan follow cerita aku sebelumnya... ingin membalas tapi apa daya aplikasi di HP-ku belum bisa untuk mengirim dan membalas pesan.

Tapi aku sangat sangat senang dengan apresiasi kalian... arigataou~

Silahkan menikmati cerita baru SasShin ini, semoga kalian suka~

Update besok, ini hanya Twoshot

Dan maaf kalau amburadul, sudah saya edit tapi karena semuanya dilakukan hanya lewat HP jadi kadang banyak yang nggak sesuai...

Salam

SasShin