Title : Why? Because I'm Too Shy
Fandom : Naruto
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Rate : T
Warning : AU, OOC, typo's, dll
Don't like don't read!
.
.
.
.
.
.
.
"Apa apa denganmu? Apa yang terjadi?" tanya Sasuke bertubi-tubi, suaranya terdengar cemas.
Sakura menyandarkan punggungnya di kursi taman dan memandang kosong jalan setapak di hadapannya, "Bukan apa-apa ... hanya masalah kecil."
Sasuke mendengus, "Dikeluarkan dari sekolah adalah masalah kecil kau bilang? Kali ini kau berbuat apa lagi, Sakura? Tak cukup kah dengan mengganggu Shion dan membuat Kakashi-sensei dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat karena kebodohanmu?"
Melihat Sasuke yang terus memojokkannya, Sakura menghela napas dalam-dalam melalui lubang hidungnya karena ia sendiri menyadari tentang tuduhan-tuduhan itu.
Sakura mengangguk dalam kemarahan dan rasa sakit atas kekecewaannya, "Oke itu memang benar, anggap saja aku pembuat masalah seperti yang orang lain katakan," bola matanya berkaca-kaca namun perempuan itu bersikeras menahan tangis, dengan sendu ia menatap Sasuke. "selama ini aku telah salah menilaimu, Sasuke."
Dengan kesal, Sakura beranjak meninggalkannya.
Mereka telah tumbuh bersama sejak usia empat belas tahun, sayangnya setelah apa yang terjadi pada keluarganya Sasuke masih tidak mengerti bagaimana perasaannya, apa yang ingin ia lakukan untuk menghilangkan rasa sakit itu. Lagipula laki-laki itu menolak untuk mencemaskannya.
"Sakura, tunggu!"
Sakura mengabaikannya dan bahkan menghentak-menghentakkan kakinya.
Belum sempat menyeberang, tangannya telah ditarik oleh Sasuke.
Sasuke mencoba melihat wajahnya, kebingungan. "Kenapa kau bersikap begini?"
"Kenapa?" Sakura mendengus kemudian menghempaskan tangannya dari cengkeraman lembut Sasuke dengan pandangan murka. "Yang seharusnya bertanya di sini adalah aku. Kau membela orang lain sementara pacarmu ini kau telantarkan begitu saja. Apa pernah kau mengkhawatirkan aku? Kau tahu, aku sama sekali tidak senang melihat mereka menderita karena ulahku."
Sasuke mengusap bagian depan rambutnya, berjuang mencari kesabaran.
Pada saat itu, tersulut atas kemarahan dan keputusasaan, Sakura tetap melanjutkan ucapannya. Segala hal yang ia tutupi tumpah begitu saja.
"Aku menyembunyikan masalah itu darimu, karena apa?" tanpa sadar Sakura menaikkan nada suaranya, "aku malu, itulah alasannya. Aku sudah malu karena terlahir dari keluarga yang berantakan. Tidak sepertimu kau punya segalanya. Kau sempurna."
"Jangan mengatakan itu Sakura!" sanggah Sasuke, "kau tidak salah apa-apa. Mereka memang berpisah tapi kau masih memiliki Ibumu, itu saja."
Sakura kembali menepis cengkeraman Sasuke dari bahunya, "Apa kau tidak tahu apa yang diperbuat Ibuku setelah perceraian itu? Ibuku selalu bermain judi, meminjam uang dari bank tanpa peduli berapa utang yang harus dibayar, keuangan kami menipis akibat keegoisannya. Ibu memaksaku putus sekolah karena dia tidak mampu membayar biaya sekolahku lagi, sementara aku tidak punya Ayah yang bisa mencari nafkah untuk kami. Apa lagi yang bisa kukatakan?"
Orang-orang yang mendengar teriakan Sakura menoleh, namun Sasuke segera memaksanya masuk ke dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari taman.
"Lepaskan aku!" bentak Sakura.
"Dengarkan aku!" balas Sasuke tak kalah keras kepala.
"Tidak. Kau yang harus mendengarkanku!"
"Kenapa kau baru mengatakan ini? Kenapa harus malu padaku? Aku bisa memberikanmu uang untuk menebus utang Bibi Mebuki."
Emosi Sakura kian memuncak mendengar itu, "Kau bodoh atau apa? Orang-orang akan semakin gencar menggunjingkan ini-itu tentangku jika aku meminta tolong padamu. Kau sama sekali tidak punya sesuatu yang bisa dikhawatirkan. Keluargaku kacau, akupun sudah hancur berkeping-keping, karena itu kah aku selalu salah di matamu?"
Sasuke mencengkeram pundak Sakura, takut kalau-kalau gadis itu kabur darinya. "Kenapa kau bicara seperti itu?"
Sakura berteriak frustasi, "SHION DAN ANTEK-ANTEKNYA SELALU MENGGANGGUKU KARENA STATUS KITA DAN KAKASHI MENCOBA MELECEHKANKU! KAU PACARKU TAPI KAU LEBIH MEMEDULIKAN MEREKA!"
Sasuke terperangah, "Apa katamu?"
Air mata telah membanjiri wajahnya yang memerah, amarah seakan mempersempit paru-parunya hingga ia kesulitan mengatur napas. "Aku sudah tidak peduli lagi sekarang. Jangan pura-pura mengerti atau seakan peduli padaku! HANYA JANGAN LAKUKAN APA PUN!"
Melihat Sakura yang semakin terguncang Sasuke berinisiatif memeluk dan menenangkannya. Sasuke mengusap bahu Sakura yang bergetar, sementara gadis itu sibuk memukuli punggung Sasuke dan meredam suara tangisannya di dada pria itu.
"Tidak bisakah kau memercayai perasaanku?"
Seketika Sakura berhenti menangis lalu menjauhkan wajahnya, penampilan gadis itu sehabis menangis terlihat konyol sekaligus manis, dengan wajah merah padam dan ingus yang menyatu bersama air mata, membuat Sasuke mendengus menahan tawa.
"Apa?"
"Bisakah kau percaya padaku?" gumam Sasuke pelan.
Sakura mengerucutkan bibirnya sambil terisak, "Kau lebih mengkhawatirkan Shion."
Sekilas Sakura mendengar desisan dari laki-laki itu, "Dengar! Shion bukan siapa-siapa, dia hanya orang asing," jemarinya yang panjang mengelus rambut Sakura penuh kasih sayang. "sementara kau, kau berarti bagiku Sakura. Aku berjanji, kita akan cari solusi bersama-sama."
Pancaran hangat di matanya terlihat jelas saat ia menyunggingkan senyuman menenangkan untuk kekasihnya hingga membuat Sakura tenang dan menurut.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Sakura." suara lelaki itu merendah dan terdengar sungguh-sungguh.
Aku tahu.
End...
A/N : saya yakin pembaca sekalian gk dpt feel saat baca fict ini, karena saya sendiri tidak merasakan apa-apa /tertawa garing
#DrabbleFI2019
