The Almighty Nest
Disclaimer:
Naruto, Highschool DxD, dan semua unsur yang diambil adalah murni milik pencipta mereka. Saya tidak mengambil profit apapun. Hanya Alur cerita murni dari pemikiran saya dan beberapa referensi.
Genre(s): Fantasy, Adventure, Action. a Little bit of Gore.
Rated: M
Pair : - (Untuk sekarang)
Warning(s): AU, AR, AT, OOC(s), OC(s), Typo(s), MissTypo(s), and More Warnings in The Future.
Summary:
Dunia ini dipenuhi oleh Sarang. Sarang yang baik, dan sarang yang jahat. Eksistensi di Dunia sudah mulai mempertanyakan, bagaimana dunia berkahir? bagaimana dunia berlanjut? Sedang tidak ada yang menempati posisi Sarang manapun. Disinilah Naruto, bocah yang tidak tahu apapun mencoba menguak kebenaran dari Sarang yang memenuhi Dunia ini, dengan tujuan untuk melindungi sang Kunci Sarangnya.
Happy Reading! Enjoy!
.
.
.
Chapter 1
Seorang gadis belia terlihat tengah berlari kencang ditengah lebatnya hutan. Cahaya bulan menjadi penuntun kaki putih nan mulus itu untuk terus melaju. Sesekali wajah yang terlihat cemas itu menengok kearah yang menjadi alasan dia berlari.
Lama berlari tentu membuat siapapun akan merasa kelelahan. Pun dengan diri gadis itu yang merasa otot betisnya sudah berteriak ingin meloloskan diri dari hal ini. Alhasil, satu pasang kaki terkulai ke tanah diikuti oleh suara benturan tubuh.
Rambut merah gadis itu sudah terlihat lusuh, pakaian yang robek di beberapa bagian, luka-luka yang masih baru dan mengeluarkan darah, bahkan ada beberapa bercak lumpur yang menempel. Semua itu diiringi dengan ringisan penuh kepedihan yang keluar dari bibir mungil yang sudah retak-retak menandakan bahwa dia belum mendapatkan kesempatan untuk memenuhi dahaga-nya.
Tak lama kemudian gumpalan awan di langit mulai menurunkan rahmatnya. Rintik hujan perlahan membasahi Bumi, memberikan rezeki dan pertolongan kepada yang membutuhkan.
Sang gadis terlihat sumringah menyambut datangnya hujan. Senyuman terpatri di wajah kumuh itu, sorot matanya menunjukan sepercik harapan. Dia lalu, dengan senang hati, menengadahkan kedua tangannya keatas, mencoba menampung beberapa tetes air. Lalu, diminumlah air hujan itu. Gadis itu terus mengulanginya, dengan maksud memenuhi dahaga yang telah beberapa hari ini ia tidak dapat.
Sampai datanglah sesosok makhluk menyeramkan, tinggi dan besar, menghampiri gadis itu. Taring besar menghiasi rentetan gigi-giginya yang begitu tajam, dengan tubuh hijau tua dan memegang sebuah Gada, makhluk tersebut mengaum kencang hingga menggetarkan udara disekitar.
Sang Gadis yang baru menyadari bahwa makhluk yang mengejarnya sudah dekat sekali tak kuasa untuk tidak terkejut dan ketakutan, kedua bola matanya membulat sempurna dan dengan tubuh yang bergetar dan penuh luka, dia menggusur dirinya sendiri mencoba untuk menjauh dari makhluk tersebut.
Makhluk –yang diketahui adalah Orc– itu mulai mendekat, seringai sadis sudah terpancar dari wajah menyeramkan itu. Jarak mereka tinggal terpaut beberapa meter, sang gadis yang terpojok dibawah pohon pun semakin ketakutan, jika dilihat lebih jelas lagi dirinya bahkan menangis namun air hujan yang sudah semakin deras menyamarkannya.
Gada yang di genggam Orc itu terlihat diangkat keatas, bersiap menghadiahi sang gadis sebuah serangan penghabisan. Dilain sisi, deru nafas sang gadis sudah begitu tak karuan, jantungnya berdetak sangat kencang, adrenaline pun ikut naik hingga ke titik maksimal. Beginikah dirinya akan mati. Terbesit dalam pikiran gadis itu, mengapa tadi ia tidak memaksakan tubuhnya dan segera melanjutkan pelarian bukan malah memenuhi dahaga-nya. Ah, nasi sudah menjadi bubur. Satu menit kedepan mungkin ia sudah berada ditempat lain.
Di detik selanjutnya, Gada itu pun menghujam kearah sang Gadis yang sudah terlihat sangat lemah dan pasrah. Namun, hal tak terduga terjadi, bukannya sang gadis yang meregang nyawa tertimpa Gada besar tadi. Melainkan munculnya seorang pria, yang sepertinya seumuran dengan sang gadis berambut merah; yang menahan laju gada tersebut dengan kedua tangannya yang disilangkan.
Amarah terlihat menyelimuti pria itu, tanpa basa-basi ia langsung menghempaskan serangan Orc tadi dan melayangkan satu pukulan maut ke perutnya hingga membuat makhluk terlempar jauh kebelakang sekaligus menyudahi riwayatnya.
Setelahnya, pria itu langsung berbalik dan memeluk sang gadis dengan erat. "Maafkan aku, Rose. Ayo pulang," ajak si pria sembari memegang bahu gadis yang ternyata bernama Rose.
Sementara Rose yang masih shock akan apa yang terjadi dengan tiba-tiba ini tidak menjawabnya. Namun, tidak lama kemudian dia menangis sekencang mungkin dan menjadikan bahu pemuda itu sebagai sandaran. "Hikss, hikss, huaaaa! Narutooo!"
Mereka berdua pun pergi, meninggalkan hutan gelap ini. Sepertinya apa yang dipikirkan Rose tadi bahwa dalam satu menit dirinya sudah tidak lagi ada di tempat ini menjadi kenyataan. Selamat.
.
.
.
Dua hari kemudian.
Prairie, Wilayah Pinggiran Althea.
Naruto PoV.
Apa yang kalian pertama kali pikirkan begitu mendengar kata 'Rose'? Pasti sesuatu yang indah seperti mawar, bukan? Aku juga inginnya seperti itu, tapi sayangnya tidak. Aku, begitu mendengar kata Rose diucapkan, akan dengan sendirinya berpikir tentang gadis yang agak cerewet, sedikit manis, sangar, tidak penurut dan tentunya berambut merah.
Rose adalah satu-satunya sahabatku di Desa ini, Desa Prairie. Ibunya adalah penyelamat hidupku saat aku masih bayi. Violet Namanya, seorang wanita tangguh bersuari ungu muda panjang yang mengurus aku dan Rose sejak kecil penuh dengan kasih sayang. Aku sudah menggangap dua orang itu sebagai orang-orang yang aku sayangi dan harus kulindungi.
Oops, hampir lupa. Namaku sendiri adalah Naruto, hanya Naruto. Aku seorang yatim piatu, Violet menemukanku didalam sebuah keranjang di depan rumahnya pada pagi hari dengan secarik kertas bertuliskan Naruto.
Sejak saat itu dan hingga kini, 17 tahun telah berlalu, orang-orang masih sering menyebutku anak pembawa sial. Bahkan Quill, ayah dari Rose yang awalnya menerima aku, perlahan namun pasti mulai termakan oleh omongan-omongan warga hingga akhirnya pergi meninggalkan Violet dan Rose.
Terkadang aku juga sering berpikir bahwa kelak akan ada saatnya dimana Violet dan Rose mulai membenci diriku juga, dan menyalahkan orang tuaku yang asli, karena ini semua berawal dari kebodohan mereka.
Saat ini, aku tengah berada kamar Rose, yang masih tak sadarkan diri setelah aku selamatkan tempo hari. Keadaannya begitu memprihatinkan, rambut merahnya redup, bibirnya retak-retak, wajah pucat, pakaian sudah robek-robek, ditambah luka-luka dibeberapa bagian tubuhnya.
Kejadiannya 5 hari lalu, saat aku baru kembali ke Desa setelah pulang berlatih. Aku melihat banyak Goblin yang berkeliaran. Tentu saja itu membuatku cemas dan langsung berpikiran untuk sampai kerumah. Setelah membasmi para Goblin hingga tak bersisa, Aku lekas kerumah dan menemukan Violet yang tak sadarkan diri serta Rose yang diculik.
Tiga hari aku terus mencari dan mencari, hingga akhirnya berhasil dan segera membawanya pulang. Lalu, dari hari penyelamatan hingga sekarang dia belumlah sadar. Aku sangat mengkhawatirkannya.
Violet sudah menggunakan semua pengobatan yang Desa ini miliki, tapi Rose belum kunjung sadar. Itu membuatnya semakin diluputi kekhawatiran. Aku sendiri menyesalkan fakta bahwa akulah satu-satunya orang yang memang bertugas melindungi Rose tapi tidak berhasil, aku bahkan terkadang malu bertatap muka dengan Violet.
Kenapa hanya aku satu-satunya yang bisa? Itu karena aku adalah orang yang diberkahi Mana, sebuah energi spiritual yang memungkinkan pemiliknya melakukan hal-hal diluar nalar, selain aku tidak ada!
Jadi karena itulah orang-orang masih sering menganggapku pembawa sial karena kekuatanku ini yang mengundang monster-monster mendekat ke Desa. Aku sendiri tidak tahu kenapa hanya diriku seorang yang mempunyai, dan aku rasa memikirkan hal itu hanya membuang-buang waktu. Jadi, kuputuskan biar waktu saja yang memberitahuku.
Tiba-tiba dari arah luar terdengar ada suara Violet yang sepertinya menyambut kedatangan seseorang. Itu ternyata adalah seorang wanita dewasa.
Naruto PoV End.
Seorang wanita cantik bersurai ungu muda dengan iris hitam terlihat tersenyum kearah sosok didepannya, "Selamat datang di rumahku. Kau pasti Shizune, tabib yang akan menyebuhkan Anak-ku, bukan?" ujar Violet penuh dengan keyakinan di matanya. Tapi, hanya dibalas anggukan oleh Shizune yang belum bisa terlihat wajahnya karena terhalang tudung jubahnya.
"Setelah perjalanan panjang kau pasti lelah, Mari masuk akan aku buatkan teh." Violet membuatt tanganya terbuka mengarah kedalam rumahnya, itu tanda bahwa tuan rumah sudah mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Tidak perlu, langsung saja pada permasalahannya. Aku masih ada pekerjaan." Shizune menjawab dengan datar lalu masuk kedalam. Sedangkan Violet merasa sedikit kesal, dirinya sudah berniat menyambut baik-baik tapi malah responnya malah seperti ini.
"Baik, ikuti aku," ajaknya, dan Shizune pun mengekor dibelakangnya.
….
Pintu terbuka, memperlihatkan Violet dan sang tabib memasuki kamar milik Rose. Naruto dengan setia duduk disamping ranjang itu, memegang dengan erat tangan milik Rose.
Menyadari ada yang masuk kedalam, pemuda itu mengalihkan atensinya pada mereka. Lalu, tersenyum simpul sebagai tanda untuk menyapa.
"Bagaimana keadaannya, Naruto?" Tanya Violet pada Naruto.
Kepala kuning Naruto tertunduk, itu sudah bisa dijadikan jawaban bahwa memang tidak ada kemajuan sama sekali. Violet pun terpaksa menghela nafas melihat reaksi anak angkatnya itu.
"Oh, iya, Perkenalkan ini adalah tabib yang akan mengobati Rose, namanya Shizune. Shizune ini Naruto, anak angkatku." Violet memperkenalkan mereka berdua dengan ramah.
"Haloo, namaku Naruto….." Naruto menyodorkan tangannya menunggu Shizune untuk membalas, tak lupa ia mencoba tersenyum.
Akan tetapi, bukannya balik menyapa. Shizune malah mengabaikan Naruto begitu saja, dia lalu membuka tudung jubahnya dan langsung memulai ritual. Bisa dilihat, wanita bernama Shizune ini memiliki surai hitam pendek dengan warna hitam dan iris juga hitam, bentuk wajahnya yang agak tirus membuatnya seperti wanita tegas.
"Apa dia memang seperti itu, Kaa-san?" bisik Naruto pada Ibunya.
"Entahlah, dia bilang dia masih ada pekerjaan, jadi mungkin dia sedang terburu-buru."
Ritual yang dilakukan Shizune cukup lama, sudah 10 menit belum kunjung usai. Cahaya kuning melayang diatas tubuh Rose, sang fokus utama. Melihat itu tentu membuat insting Naruto bangun, dia menduga bahwa Shizune juga adalah seorang pengguna Mana. Walau masih samar, Naruto merasakan perasaan yang sama saat dia menggunakan kekuatannya.
Duarr~
Namun, tiba-tiba dentuman tercipta. Pusatnya adalah Rose. Cahaya tadi pun sudah sirna, digantikan dengan aura hitam disekujur tubuh Rose.
Naruto, Violet, dan Shizune yang terlempar ke penjuru ruangan pun dibuat terkejut, untung rumah ini tidak sampai runtuh hanya retak-retak.
"Tidak mungkin, uhuk-" Shizune terbatuk begitu mencoba bangkit. "A-apa yang terjadi?" Naruto memandang kearah Shizune yang sedang berusaha bangkit, dirinya kemudian teringat akan Ibu angkatnya.
"Kaa-san!" Teriak Naruto begitu melihat Violet sudah kesakitan dilantai, ringisan terus keluar dari mulutnya. "Apa yang terjadi sebenarnya? Jawab aku!" Naruto menuntut penjelasan kepada sang tabib, deru nafasnya terliaht tidak teratur.
"Ini gawat! Sekarang juga kau harus keluar dari sini," seru Shizune yang kini telah berhasil berdiri. Dirinya masih terlihat sedikit bergetar karena tekanan yang dikeluarkan tubuh Rose.
"Apa maksudmu, hey!" Naruto sendiri merasakan hal yang tidak pernah ia temui, intimidasi yang dirasa begitu hebat hingga membaut ia tak sanggup beranjak.
"Cepat pergi dari sini! Dan peringatkan seluruh warga, aku akan menangani ini!" Cahaya kuning membungkus kedua tangan Shizune, ia terlihat sudah merapal mantra. Raut mukanya sudah sangat serius.
"Menangani apa?"
Pertanyaan Naruto tidak dijawab oleh Shizune melainkan oleh sosok lain yang ada disini.
"Halo, Naruto-kun."
Nafas Naruto tercekat saat mendengar itu. Ia kemudian menoleh keasal suara , lalu mendapati hal yang membuat dirinya ingin mati dari dunia ini.
"R-Rose?"
Seorang gadis melayang di ruangan ini, rambutnya merah, matanya juga merah, pakaiannya juga sama dengan sebelumnya, hanya saja dibelakangnya tumbuh ekor dan dia sedang memegang sebuah pecut! Itu memang tubuh Rose, fakta bahwa tidak terjadi perubahaan fisik signifikan. Tapi, pertanyaannya adalah, Apakah itu benar-benar Rose?
"Kau sudah sadar? Syukurlah! Aku dan Kaa-san sangat mengkha-"
Pattt~
Bunyi seperti suara pecutan terdengar, Naruto membulatkan matanya, ia kemudian menyentuh pipi kanannya dan tangan tan itu merasakan sesuatu yang kental keluar. Luka melintang pun sudah tercipta.
"Berhenti disitu! Penjilat, aku sungguh membencimu."
Deg~
Jantung Naruto tiba-tiba berdetak dua kali lipat, tatkala mendengar perintah yang dingin menusuk itu. Memori tentang dirinya yang dibully pun kembali terangkat, dan pemikirannya tentang bahwa Rose yang akan membenci kelak pun semakin menyeruak.
Syuttt~
Trankk~
"Apa yang sedang kau pikirkan? Kubilang juga pergi dari sini, bocah."
Diri pemuda itu terhenyak, sentakan Shizune membuat ia kembali ke dunia nyata. Melihat Shizune berusaha melindungi dirinya dari serangan Rose, membuat ia tak kuasa untuk melawan balik.
Lalu, dengan membopong tubuh Violet, Naruto pun pergi dengan pikiran yang sedang berkecamuk. Tolonglah, Tuhan! Kembalikan Rose seperti semula.
….
.
.
Dua makhluk bergender wanita terlihat sedang melempar intimidasi satu sama lain. Sang gadis yakni Rose yang entah kenapa menjadi sangat berbeda, menatap kepergian Naruto dengan kesal. Dia lalu, dengan beringas, mengirim sinyal tidak bersahabat pada Shizune.
Shizune yang menjadi sasaran hanya berdiam diri dengan posisi siaga, matanya tak lepas dair setiap gerak gerik lawan didepannya ini. "Kenapa kau ada didalam tubuh anak ini? Siapa kau?" tanya Shizune tanpa berkedip atau menurunkan kewaspadaannya.
"Aku tidak perlu menjawab itu, wahai Sorcerer. Kau tidak pantas mengetahuinya," jawab Rose atau mungkin bisa dibilang makhluk yang mendiami Rose.
Shizune, nampaknya, agak tidak menyangka bahwa makhluk didepannya mengatahui siapa ia sebenarnya. Mengabaikan hal itu, ie kembali mencoba bernegosiasi, "Kutanya sekali lagi. Siapa kau?"
"…"
Shizune dibuat kesal, tanpa menunggu lebih lama ia merangsek maju. "Persetan!" Sedangkan 'Rose yang lain' hanya menyeringai tipis, lalu mengikuti gerak Shizune.
Tak butuh waktu lama. Rumah milik Violet sudah hancur, kini mereka sedang mengadu ketangkasan satu sama lain. Dentuman-dentuman kecil terdengar akibat benturan dari pecut dan cahaya ditangan Shizune yang bertindak seperti perisai.
Dalam hati, ia lega karena, mungkin, Naruto sudah berhasil memberitahu warga untuk mengungsi, rupanya negosiasi yang ia lakukan memberikan waktu kepada Naruto. Terbukti dengan sepinya penduduk desa, maka dari itu ia bisa bertarung dengan leluasa.
Berhasil menghindari serangan Shizune, 'Rose yang lain' dengan cepat menebaskan pecutnya hingga menimbulkan shockwave yang cukup besar sebagai outputnya dan menghancurkan rumah-rumah. Beruntung, Shizune berhasil menghindar meskiun harus tangannya harus teriris cukup panjang.
Duarrr~
Melihat serangan mematikannya meleset, 'Rose yang lain' memasang ekpresi tidak menyangka namun seperti yang dibuat-buat. "Wah, untuk ukuran Sorcerer rendahan, kau cukup lihai ternyata."
Merasa dirinya diremehkan pastinya membaut siapapun akan tersinggung, begitupun Shizune, walaupun dia masih menjaga agar emosi tidak mengalahkannya. Hatinya menerka selama pertarungannya dengan makhluk ini, kemungkinan yang ada sedikit membuatnya ragu. 'Masih belum pasti, aku harus lebih banyak memancingnya.'
Menarik nafasnya panjang, Shizune lalu merapal mantra. "Ice Pillars!"
Sringg~
Lingkaran seukuran pintu tercipta, lalu keluarlah pilar-pilar es yang melaju cepat kearah monster itu. Namun, monster itu tidak terlihat gentar, dia dengan santai mencambuk pilar-pilar es hingga hancur berkeping-keping. Tapi, satu yang terlewat. Ternyata Shizune juga membuat teknik itu tepat diatas 'Rose yang lain' saat dia fokus menghancurkan pilar-pilar sebelumnya. Alhasil, serangan itu sukses menghantam target.
Bangggg~ Banggg~
Hawa dingin menyeruak, menggantikan rasa hangat yang selama ini menyelimuti Desa. Dalam sekejap berubahlah temperatur di tempat ini.
"Huhh, huhh." Nafas wanita berambut sebahu itu memberat, tanda bahwa teknik tadi telah menyita sejumlah Mana miliknya. Ia memperhatikan pilar es yang berdiri kokoh didepannya untuk mengantisipasi bila tiba-tiba ada serangan balasan yang tidak terduga.
Deg~
Sett~
Seperti sebuah reflek, kepalanya menengok keasal tanda bahaya. Benar saja, serangan kejutan terlesakkan. Shizune terpental belasan meter saat sebuah bola energy menghantam tubuhnya.
Brakk~ Brakkk~ Duarr~
Segumpal darah keluar dari tubuh Shizune saat tubuhnya, dengan keras, menabrak tanah yang menjulang lebih tinggi. Tubuh itu terkulai diatas tanah, matanya yang sayu tapi masih menyimpan sorot perjuangan menjadi satu-satu pertahanan yang ia punya. "Ohok- uhuk. I-itu… Tidak mungkin! Kekuatan y-yang baru saja dikeluarkannya…. Black Orb!"
Monster Rose mendarat tak jauh dari Shizune, menunjukan senyum licik nan jahat. Wajah cantik itu sudah terganti menjadi wajah sadis. "Aku terkejut dengan seranganmu tadi, seperti yang kubilang untuk Sorcerer rendahan kau cukup kompeten."
Shizune masih bersandar pada dinding tanah itu, tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan. Satu serangan fatal telah ia terima sepenuhnya. Seperti yang dibilang, dirinya memang hanyalah Sorcerer rendahan, kecil kesempatannya untuk menang.
"Itu…. Black Orb! Sekarang a-aku tahu kenapa tubuh itu punya dua kepribadian, Shaman."
Monster Rose sedikit terbelalak akan apa yang diucapkan Shizune, namun didetik berikutnya dia malah tertawa kencang. "Hahaha,…khukhukhu. Kau baru menyadarinya? Sayang sekali, yah, setidaknya kau mati tidak dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa."
Monster Rose terlihat berjalan mendekati Shizune, sembari merentang-rentangkan cambuknya. "Ya, aku memang seorang Shaman. Penganut manifestasi jahat Black Orb, Sorcerer bodoh."
Shizune menggertakkan rahangnya, sungguh kesal melihat seseorang merendahkan dirimu, oke, daripada tidak berbaut apa-apa lebih baik lakukan apa yang kau bisa. "Heh, kau boleh saja membunuhku, tapi informasi tentang dirimu akan terus menyebar. Tunggu saja tanggal mainnya!" nah, salah satunya itu. Memprovokasi musuh.
"HAHAHAH….lucu sekali. Kau berbicara seolah akan ada yang menolongmu. Lagipula, tersebar atau tidaknya. Aku hanya harus memburu mereka yang mengetahuinya saja."
'Tidak kusangka, ternyata rumor yang mengatakan bahwa penganut Black Orb masih ada hingga saat ini, informasi ini harus di sampaikan pada 'Boss' apapun yang terjadi,' pikirnya Shizune sembari tersenyum yang entah kenapa sangat percaya diri meskipun sedang sangat terpojok.
Monster Rose, yang diketahui adalah seorang Shaman, mulai mengambil ancang-ancang untuk menyudahi hidup sang Sorcerer dengan cambuk yang dipenuhi oleh aura hitam legam. "Grr, kenapa kau tersenyum, hah? Sudah pasrah untuk mati, ya? Baiklah akan aku berikan kematian yang menyakitkan padamu."
Syuttt~
Cambuk itu terayun, dalam gerakan lambat, kearah Shizune yang sudah menutup mata, sedang Shaman itu menyeringai lebar saat mangsanya tidak berkutik. Akan tetapi, begitu jarak sudah akan habis. Cambuk itu bukannya mengenai target, malah ada yang memegang cambuk tersebut dengan dua tangan yang terkepal erat yang bergerak begitu cepat.
Srett~
Dengan gaya heroiknya, muncul pemeran utama kita, dihadapan Shizune yang tersenyum simpul. Menggunakan tenaga penuh, Naruto memutar cambuk itu di udara bersamaan dengan si Shaman jahat, lalu melemparnya jauh kedepan hingga berguling-guling ditanah.
"Kau tidak apa-apa?"
"Heh, kukira kau hanya akan menonton saja."
"Heol, jadi kau sudah tahu aku akan kemari?" Terlihat Naruto berjongkok untuk menyamakan tubuhnya dengan Shizune, lalu memberikan sesuatu pada Shizune yaitu sebuah pisau dengan hiasan bola permata hijau pada gagannya.
"Tentu saja, dan kerja bagus karena telah membawakan pesananku, dengan ini aku bisa menyegel Shaman brengsek itu." Sekarang wajah Shizune seperti diselimuti rasa 'kegemasan' untuk segera membalas perbuatan Shaman tadi.
Tapi, tunggu bagaimana caranya Naruto dan Shizune merencanakan hal ini? Ah! Ini harus di jelaskan dulu.
Flashback On.
-Sesaat sebelum Naruto pergi meninggalkan Shizune.-
Bunyi seperti suara pecutan terdengar, Naruto membulatkan matanya, ia kemudian menyentuh pipi kanannya dan tangan tan itu merasakan sesuatu yang kental keluar. Luka melintang pun sudah tercipta.
"Berhenti disitu! Penjilat, aku sungguh membencimu."
Deg~
Jantung Naruto tiba-tiba berdetak dua kali lipat, tatkala mendengar perintah yang dingin menusuk itu. Memori tentang dirinya yang dibully pun kembali terangkat, dan pemikirannya tentang bahwa Rose yang akan membenci kelak pun semakin menyeruak.
Syuttt~
Trankk~
Naruto PoV. Naruto's Mind.
'Hey, Hey Bocah. Sadarlah'
'….'
'Astaga! Persetan!"
'Arghhh, apa ini? Apa yang barusan itu?' Aku merasakan tubuhku seperti tersengat oleh semacam getaran. Entah getaran apa itu.
'Akhirnya, kau sadar.' Tiba-tiba ada sebuah suara yang masuk ke kepalaku, suaranya seperti perempuan. Apa yang terjadi?...Lalu...ROSE! Bagaimana dengan Rose?
'Siapa itu? Siapa yang bicara? Apa itu kau, Rose'
'Aku! Shizune! Bukan gadis gilamu itu, Arghh, dengarkan, Kita tidak punya banyak waktu, aku akan memintamu sekali ini untuk menyelamatkan seluruh Desa dan Rose-mu itu.'
'hah, Shizune? Jangan-jangan tabib itu! Memang apa yang terjadi? Ini sungguh tiba-tiba.'
'Dengarkan, entah kau mau percaya atau tidak, tapi jika kau mau si Rose itu selamat, kau harus lakukan ini. Pinjam pusaka yang dipegang oleh pemimpin Desa-mu, lalu bawa kepadaku, setelah itu biar aku yang urus, mengerti?'
Deg~
'Baiklah!' Apa-apaan ini? Kenapa aku langsung menjawab begitu saja?Terus, darimana dia tahu kalau Kepala Desa mempunyai sebuah pusaka? Ah, masa bodo, yang terpenting sekarang adalah menyelematkan Rose dan Desa.
Naruto PoV End. Real World.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Kubilang juga pergi dari sini, bocah."
Diri pemuda itu terhenyak, sentakan Shizune membuat ia kembali ke dunia nyata. Melihat Shizune berusaha melindungi dirinya dari serangan Rose, membuat ia tak kuasa untuk melawan balik.
Lalu, dengan membopong tubuh Violet, Naruto pun pergi dengan pikiran yang sedang berkecamuk. Tolonglah, Tuhan! Kembalikan Rose seperti semula.
Flashback Off.
"Tapi, Aku masih tidak bisa menyangkal keterkejutanku bahwa kau bisa Telepati, Shizune-san. Itu sungguh keren," puji Naruto pada rekan sementaranya itu.
"Diam! Aku sedang berkonsentrasi," jawab ketus Shizune yang memang sedang memfokuskan Mana-nya yang tersisa pada pusakan itu.
Sementara itu, didepan mereka berdua sang Shaman yang menggunakan tubuh Rose terlihat bangkit. Wajah diselimti amarah, dan rasa ingin membunuh. "Kurang ajar, bocah Naruto. Kau pikir kau bisa sebanding denganku, hah?"
Dalam sekejap Shaman itu sudah bergarak sangat cepat, berniat membinasakan dua orang didepannya. Efeknya pun sungguh luar biasa, tanah terangkat meninggalkan after image yang sungguh tidak bisa diikuti mata biasa.
"APAAN ITU!"
"Untuk Sementara, tolong tahan dia, jangan biarkan dia menganggu ritual ini."
"Serius? Kau ingin aku mati?" Naruto berseru kepada Shizune, tapi nihil. Tidak ada balasan. Meskipun begitu, ia tetap mempersiapkan kuda-kudanya. Bersiap untuk bertarung.
"Argh, aku hanya tahu menggunakan Mana untuk meningkatkan fisik-ku saja. Belum sampai ketingkat-"
Syutt~
"-memanipulasi sihir." Satu serangan berhasil dihindari, angin berhembus kencang setelahnya.
Takk~
Bogem Naruto berhasil ditangkis, selanjutnya Shaman itu melancarkan tendangan atas, mengincar kepala dari sang pemeran utama, dan….
Buggg~
…Tepat mengenai sasaran. Tubuh Naruto berputar beberapa kali diudara lalu mendarat dengan keadaan tersungkur.
'Akh, Gila, aku benar-benar bisa mati.'
Bangkit kembali, dirinya langsung melesat kearah sang Shaman. Mereka berdua beradu pertarungan jarak dekat. Sapuan, tendangan, sikutan, hingga pukulan terus silih berganti.
Menyilangkan tangannya saat pukulan sang Shaman menerjang, akan tetapi itu cuman pengalihan. Cambuk maut itu kemudian menggulung Naruto kedalam kepedihan.
Srettt~ Zzzt~ Bztt~
"Sadistic Whip!"
Sengatan demi sengatan merasuk ketubuh Naruto. Rahang ia keraskan, lalu dengan sekuat tenaga ia mencoba melepaskan diri meski tubuhnya masih bergetar hebat.
"Rose, aku tahu kau masih disana! Lawanlah! Jangan mau dikalahkan oleh makhluk busuk itu!" Naruo mencoba memancing kesadaran Rose untuk melawa kendali sang Shaman.
"Hahahahah….. apa kau sudah menyerah? Menggunakan trik seperti itu untuk menggulingkan kendaliku? Sungguh tidak indaah!" Setelahnya, sang Shaman kembali menggunakan bola energy hitam yang ia gunakan pada Shizune tadi.
"Berapa lama lagi, Shizuna-san!" Naruto berteriak pada Shizune, dan… itu adalah sebuah kesalahan karena memalingkan fokusmu dari lawan. Sang Shaman memanfaatkan momentum tersebut, ia menghilang dengan cepat lalu melancarkan serangan mematikannya itu.
Deg~
Insting Naruto menjerit, pertanda bahaya yang amat sangat. 'Oh, tidak!"
Blarrrrr~
Ledakan pun terjadi, besar dan kuat. Menggusur satu tubuh hingga menembus beberapa lapis dinding batu. Asap membumbung tinggi keudara, tak lupa hawa tidak mengenakkan menjadi pengisi tempat ini.
Lintasan bekas teknik bola hitam tadi sungguh meninggalkan jejak luar biasa, seperti membuat sebuah parit dengan instant, lalu diujung parit ini tergeletak sebuah tubuh tak sadarkan diri dan lagi penuh dengan luka.
Sang pelaku, si Shaman penyantet, juga terlihat sedang mengatur nafasnya. Dia tadi sudah memberikan Mana yang banyak pada jurus itu. Dia pun merasa bahwa kesadarannya akan segera hilang, maka dari itu ia berniat untuk segera pergi. Mencona menghindari keumgnkinan terburuk.
Namun, saat hendak beranjak dia merasakan hawa mengintimidasi yang serasa akan memburunya kemanapun dia pergi, makhluk itu melupakan satu hal penting yang sangat krusial sebagai penentu pertarungan.
"Mau kemana pergi kau, brengsek!"
Matanya menegang tatkala melihat Shizune, dengan ritualnya, telah mengeluarkan puluhan rantai astral yang siap menerkamnya.
"Rasakan ini! Chain of Abyss!"
Srunggg!
Rantai-rantai itu pun merangsek maju, mengejar yang telah ditetapkan menjadi target, persentase lolos dari teknik ini nyaris tidak ada.
Pada awalnya, Sang Shaman berhasil menghindari rantai-rantai itu, akan tetapi seiringnya waktu rantai tersebut semakin ganas dan cepat dalam memburunya. Akhirnya, dalam gerakan yang kesekian, rantai itu berhasil mengenai kepala, kemudian tangan, lalu kaki.
Makian pun terdengar dari mulut cantik itu, "Brengsek! Lepaskan aku! Kau tidak bisa menyegelku, murahan!"
Sementara dengan Shizune, ia sudah muak mendengar ocehan dan hinaan dari lawannya tersebut. Tanpa menunjukan belas kasih, dia segera menyelesaikan ini. "Persetan dengan murahan! Kemari kau! Heyahhhh!"
Dalam sekali tarikan, bisa dilihat, dari tubuh Rose keluar semacam roh hitam yang mengerang kesakitan, lalu roh hitam itu pun segera ditarik kedalam pusaka belati tadi. Cahaya terang menyelimuti area itu untuk beberapa saat. Sampai akhirnya, terlihatlah Shizune yang sangat lemas. Bahkan matanya seperti akan menutup, karena kehabisan Mana.
Sebelum kegelapan menyelimuti penglihatannya, ia terlebih dahulu, menatap kearah Rose yang ikut tak sadarkan diri, dia bisa merasakan sesuatu dari dalam tubuh Rose mencoba menyembuhkan gadis itu. Dia pun tersenyum hangat, bersamaan dengan dirinya kehilangan kesadaran lalu ambruk ketanah.
Dan begitulah awal dari kisah-kisah hebat dan heroik seorang Naruto yang menunggu di masa depan!
.
.
.
TBC
A/N:
Uhm, Halo. Warga Fanfiction. Selamat bertemu kembali.
Sebenarnya banyak yang ingin disampaikan, tapi akan saya ringkas saja.
Pertama, senang rasanya bisa kembali menulis, meskipun butuh perjuangan tapi saya menikmatinya. Kebetulan, untuk beberapa waktu sekarang sedang kosong, tidak ada kegiatan apapun. Berhubung kuliah sudah beres, dan tinggal menunggu untuk berangkat magang. Jadi, saya manfaatkan saja waktu ini.
Kedua, yah, seperti yang dilihat saya membuat algi cerita baru yang mungkin…, entahlah, itu-itu saja. Hahahah, tapi yang penting saya menikmatinya, suerr. Rencananya cerita ini itu akan ngangkat jalan cerita gabungan dari dua fic saya yang lain. Jadi, kemungkinan akan di-stop yang dua itu :(. Rencananya sih gitu. XD
Tapi, biarlah waktu menjawab kelanjutan cerita yang lainnya. Maaf, kalau ada yang kecewa yah. OH, iya, satu lagi. Kemungkinan akan ada beberapa OC yangmenghiasi FF ini.
Oke, makasih waktunya. Thank you buat yang udah baca atau hanya sekedar berkunjung. Jika berkenan, silahkan tinggalkan jejak. Oke~
Bye~
