When A Fluffy Kitten Love His Giant Puppy © ddideubeogeo17
.
.
Kim Mingyu, Jeon Wonwoo, other cast(s)
.
.
Cast(s) © Tuhan YME
.
.
Romance
.
.
Yaoi. BxB. Typo(s). AU!. VERY OOC.
DLDR
.
.
Hana
Dul
Set
Enjoy it~
.
.
.
Rasa-rasanya sudah tidak perlu berdecak, menggelengkan kepala, ataupun mengernyitkan dahi saat melihat seorang lelaki kurus nan manis tengah mengikuti langkah lelaki lain di depannya yang berperawakan lebih tinggi dan berisi.
"YAK!"
Oh ya, dan tidak perlu tersentak mendengar bentakannya.
"Iya? Kenapa Mingyunie?"
"Ck, tidakkah kau mengerti bahasaku, Jeon Wonwoo-ssi?!"
Lelaki yang ditanya justru tersenyum polos dan menggelengkan kepala tanpa beban. Membuat Mingyu mengeluarkan asap imajiner dari kepalanya, bahkan jika dunia ini tidak memiliki hukum dan membunuh itu diperbolehkan, entah apa yang sudah Mingyu lakukan pada lelaki di depannya.
"Aku tidak mengerti, bahasa dewa terlalu sulit untukku."
"Apa?"
"Mingyunie itu dewa, jadi aku tidak mengerti bahasamu."
"Dewa? Apa yang kau bicarakan?"
"Karena Mingyunie itu tampan, seperti dewa! Hehe"
"Terserahmu, Jeon! Terserah!"
"Mingyunie, saranghaeyeoooong~"
Mingyu berbalik pergi dan berjalan cepat, berusaha mengabaikan perkataan lelaki yang menurutnya konyol itu.
"Mingyunie, tunggu aku!"
"Berisik dan sudah ku katakan berapa kali untuk berhenti mengikutiku!"
Ya, pemandangan yang amat sangat familiar di Pledis Senior High School. Dimana seorang lelaki tampan bernama Kim Mingyu yang sejak berada di tingkat satu hingga dua, masih menjadi incaran Jeon Wonwoo, lelaki yang berada setahun di atasnya. Mungkin pada awalnya Mingyu masih berusaha bersikap baik, namun karena risih dengan tingkah sosok itu, lama kelamaan Mingyu jengah juga dan memilih bersikap sesuka hatinya. Tidak peduli apakah ucapannya atau perlakuannya kasar, yang pasti ia hanya ingin lepas dari jeratan Jeon Wonwoo sehari saja.
Seperti saat ini, waktu yang terasa begitu cepat berlalu sudah menunjukkan waktu istirahat. Namun, sosok Mingyu masih bertahan di kelas bersama kedua temannya, Seokmin dan Minghao.
"Kau tidak ke kantin, Mingyu-ya?" tanya Minghao.
Mingyu menghela napas berat sambil melirik jutek temannya, tatapannya menyiratkan 'Kalian sudah tahu jawabannya!'
Seokmin mengangkat kedua tangannya, "Oke, santai-santai, Kawan."
"Ya sudah, kalau begitu aku dan Seokmin ke kantin du-"
Belum sempat Minghao menyelesaikan perkataannya, sudah ada suara familiar dari luar kelas.
"MINGYUNIE~"
"Mati aku!" umpat Mingyu sambil memejamkan matanya lelah.
"Kami duluan." Ujar Seokmin menarik Minghao, dari bangku tempatnya duduk Mingyu dapat melihat kedua sahabatnya itu sempat berbincang singkat dengan Wonwoo di pintu kelas.
Mingyu sudah kebal dengan tatapan menggoda dari teman sekelasnya ataupun tatapan menusuk dari para gadis yang iri dengan Wonwoo.
"Mingyunie~"
"Hm." Deheman singkat Mingyu rasa sudah cukup untuk menanggapi panggilan Wonwoo. Padahal niatnya tidak ke kantin untuk menghindari Wonwoo, namun nyatanya bencana itu yang menghampirinya.
"Mingyunie kenapa tidak ke kantin?"
"Malas."
"Kenapa malas?"
"Malas bertemu denganmu."
Keduanya terdiam. Tidak, Mingyu sama sekali tidak berniat menyuarakan isi hatinya, namun itu terucap begitu saja secara tidak sengaja.
Pada mulanya ingin mengkhawatirkan perasaan Wonwoo, tapi sedetik kemudian niat baiknya sirna begitu saja ketika melihat lelaki di depannya justru menerbitkan senyum cerah seolah Mingyu tidak mengatakan apapun sebelumnya.
"Oh, Mingyunie selalu malas bertemu denganku ya? Tapi, tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengantarkan bekal ini agar Mingyunie tidak kelaparan. Aku permisi yaa, Annyeong!" dengan aura cerianya Wonwoo melambaikan tangan pada Mingyu dan pergi dari sana.
Menyisakan Mingyu yang terpaku pada bekal di depannya, ia menghela napas sebelum kemudian membuka dan memakan bekal itu dalam diam. Tidak tahu saja bahwa perbuatannya membuahkan senyuman tipis nan tulus dari seseorang yang masih memerhatikannya dari jendela kelas, "Makan yang banyak dan semoga kau menyukainya, Mingyunie!" lirih Wonwoo.
.
.
.
Berada di tingkat akhir merupakan mimpi buruk bagi siapapun, bahkan rasa lelah dan penat seperti hal wajib yang otomatis menghampiri.
"Wonwoo-ya, aku duluan ya!"
"Iya, hati-hati di jalan Jun-ah!" ujar Wonwoo pada teman sekelasnya.
Wonwoo melangkah dengan lunglai menuju loker untuk menaruh beberapa barang.
"Wonwoo-ya!"
Mendengar namanya dipanggil, ia menoleh dan menemukan sepasang kekasih yang notabene sahabatnya tengah berjalan ke arahnya. "Kau mau kemana, Wonwoo-ya?"
"Aku ingin menaruh barang di lokerku, Ji. Kalian berdua sudah mau pulang?"
"Iyeap, aku berencana mengajak Jihoonie kencan hari ini." Jawab Soonyoung -kekasih Jihoon- sebelum akhirnya ia mengaduh sakit karena mendapat cubitan di perutnya.
Melihat tingkah manis kedua sahabatnya itu membuat Wonwoo terkekeh, "Ya sudah, sana! Cepat pergi dan selamat menikmati kencan kalian."
"Kami duluan, Wonwoo-ya." Pamit Jihoon.
Tanpa sadar Wonwoo terpaku menatap kedua punggung sahabatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di sudut hatinya terdapat rasa iri dan sedih mengingat hubungannya dengan sang pujaan hati tidak memiliki perkembangan sama sekali. Bahkan jika dibuat dalam angka, Wonwoo merasa hubungannya dengan Mingyu mencapai angka minus.
Dengan menghela napas berat, Wonwoo melanjutkan langkahnya. Ia terpaku saat membuka loker, karena mendapati tiga buah plester bermotif kucing yang lucu.
"Hah?" Wonwoo melihat ke segala arah, namun hanya mendapati keheningan. Ia mulai menerka-nerka, 'Ini milik siapa? Apa ini untukku? Tapi, siapa yang menyelipkan plester ini ke dalam lokerku?'
Sebenarnya ada satu nama yang Wonwoo jadikan terdakwa, namun detik itu berprasangka, detik itu pula ia langsung menggelengkan kepala dan mengenyahkan tebakan mustahilnya.
Memang Wonwoo memiliki beberapa luka di kedua tangannya, itu diakibatkan oleh usahanya memasak makanan untuk bekal Mingyu. Namun, tidak ada seorangpun yang menyadarinya karena luka gores itu tipis. Meskipun begitu, sebenarnya tetap terasa perih karena bentuk lukanya memanjang.
Wonwoo memperhatikan plester lucu itu dengan mata berbinar-binar, "Siapapun kau yang memberiku plester ini, ku ucapkan terima kasih banyak dan semoga kau juga mendapatkan kebaikan selalu!" monolognya lirih disertai senyum tulus yang begitu manis.
'Sama-sama.' Batin seseorang dari balik dinding yang membuatnya tidak terlihat Wonwoo.
.
.
.
Ketidakhadiran orang itu harusnya tidak menimbulkan pengaruh apa-apa bagi Mingyu.
Ya, seharusnya.
"Aish Kim Mingyu! Kau mendengarkanku atau tidak, sih? Jika kau melamun terus, lebih baik kita pulang saja dan lanjutkan esok hari."
Mingyu tersentak, kemudian ia meringis pelan. "Maaf ya, besok aku akan bersungguh-sungguh."
Perkataan Mingyu hanya dihadiahi dengusan oleh Minkyung dan Lisa. Selepas kepergian dua gadis itu dari kelas, Seokmin segera menepuk bahu Mingyu. "Ada masalah, Mingyu-ya?"
Mingyu menatap Seokmin ragu, ia menggeleng pelan. "Tidak."
"Ck!" Seokmin menjitak kepala Mingyu, namun sebelum sang empu berteriak marah, Seokmin lebih dulu memotongnya. "Kita sudah berteman sejak kecil, dan kau masih mencoba-coba berbohong padaku? Bukan hal wajar disaat kau tiba-tiba kehilangan fokus dan mengabaikan tugas kelompok seperti ini. Jadi cepat katakan padaku, ada apa sebenarnya?"
Mingyu segera mengambil tasnya dan berlalu meninggalkan Seokmin.
"Yaish! Si kunyuk satu ini!" rutuk Seokmin.
Sekolah sudah sepi karena memang jam pulang telah berbunyi sejam lalu, namun karena tuntutan tugas dan ketidaksediaan satupun yang mau meminjamkan rumah untuk kerja kelompok, akhirnya Mingyu, Seokmin, Minkyung, dan Lisa memilih mengerjakan tugas di kelas sepulang sekolah.
Tiba-tiba langkah Mingyu terhenti, ia menatap datar pemandangan di koridor wilayah tingkat tiga. Di sana, terlihat Jun yang tengah berjalan bersama Wonwoo dengan tangan yang melingkar di bahu si lelaki jelmaan kucing.
"Cih."
"Cemburu, Tuan Kim?"
"Tidak! Aku hanya tidak habis pikir. Kata Minghao, Jun sunbaenim tengah mendekatinya, kan? Lalu sekarang apa yang kita lihat? Senior sok tampan itu tengah mendekati si anak kucing menyebalkan."
Mingyu beranjak pergi dengan aura suram yang begitu pekat, Seokmin bergidik dan bergumam bingung. "Kenapa ekspresi Mingyu semengerikan itu? O-oh! Atau jangan-jangan dia menyukai Jun sunbaenim? What the f-"
"Cepatlah, Lee Seokmin! Dan aku tidak seperti apa yang kau pikirkan!"
.
.
.
.
.
TBC
*Annyeong! Asli, kangen banget sama penghuni/? ffn ~ huhu T.T
**Mind to RnR? Gomawoooo^^
***Ps. Pengennya publish ch 2 besok, tapi tergantung respon hehe ada yang minat atau ngga sama ff ini?
