Disclaimer: Cheritz
A/N: seperti biasa, ditulis dan diposting via hp. Harap maklum dan kabari kalau ada typo...
Savior
.
.
"Aku suka sekali penampilan Zen! Suatu hari nanti ia akan jadi aktor besar!"
Begitu ucapmu saat lagi-lagi kau menonton salah satu DVD musikal yang menampilkan pemuda itu. Sejak kau melihat aktingnya sepintas di sebuah musikal, kau bersikeras menonton semua penampilannya. Kau bahkan datang untuk menonton meski ia hanya menjadi pemeran figuran saja. Minimal membeli DVD nya jika kau berhalangan menonton langsung.
Kuakui, bukannya aku tak pernah cemburu. Tapi kusadari bahwa kau memang begitu. Sebagaimana kau jatuh cinta pada foto-fotoku, kau juga jatuh cinta pada aktingnya.
Tapi, orang yang kau cintai hanya aku kan? Karena aku mencintaimu sepenuh hati, Cintaku.
.
.
Malam itu selepas menonton musikal, kau bersikeras ingin menunggunya keluar dari pintu khusus aktor. Kau menunggu tak jauh dari sana dan berhasil menemuinya. Kulihat wajah bahagiamu saat berhadapan langsung dengan pemuda berparas tampan itu.
Hyun Ryu.
Saat itu ia bahkan belum punya nama di dunia musikal. Perannya hanya peran-peran kecil. Tapi kau begitu yakin bahwa ia akan menjadi aktor besar, sampai-sampai kau meminta Jumin mensponsorinya untuk menekuni sekolah akting di luar negeri.
Aku tidak cemburu padanya, Sayang. Lama mengenalmu membuatku mengenali berbagai ekspresi di wajahmu. Bahkan arti setiap tatapanmu aku tahu.
Luciel. Jumin. Hyun Ryu.
Kau tertarik pada bakat-bakat yang mereka miliki. Tatapan berbinarmu itu membuatku tahu. Tatapan sayangmu pada Yoosung, sepupumu itu, pun aku tahu. Aku dan mereka berbeda di matamu. Dan karenanya aku yakin aku tak perlu cemburu.
.
.
"V~ Maukah kau memotret Zen untukku?" pintamu suatu hari.
Saat itu, meski kita sudah mengenal Hyun secara pribadi, hubungan kita dengannya belum terlalu dekat. Aktor kebanggaanmu itu belum mau kujadikan objek fotoku, meski memang aku sendiri lebih menyukai memotret alam.
Tapi tidak mungkin aku menolak permintaanmu kan, Cintaku?
Jadi, saat kau memintaku pergi ke tempat itu untuk memotret Hyun, aku pergi tanpa ragu. Aku bahkan tak bertanya kenapa kau tahu Hyun akan ada di situ. Pikirku, kau pasti sempat menghubungi dan menanyakan rencana kegiatannya.
Tapi ... apa yang kutemukan di sana tak sesuai dengan bayanganku.
.
.
"Terima kasih! Aku benar-benar berterima kasih, V! Kalau saja kau tidak segera membawaku kemari, aku pasti tidak akan selamat."
Ucapan terima kasih sudah berkali-kali kudengar dari mulutnya.
Hyun Ryu. Kecelakaan besar nyaris saja merenggut nyawanya. Kalau saja aku tidak berada di sana dan menolongnya, mungkin ia tidak akan tertolong.
Ia sempat bertanya-tanya bagaimana aku bisa ada di sana. Kukatakan aku mengikutinya karena ingin mengambil fotonya.
Jawaban bodoh, sebenarnya. Dia melajukan motornya seperti kesetanan. Kalau aku mengikutinya, jelas aku akan tertinggal jauh.
Tetapi tentu aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kan, Sayang?
Aku berada di sana karena kau memintaku menunggunya di sana? Ia pasti akan berpikir macam-macam tentangmu.
Aku yakin, pasti ada penjelasan mengapa kau menyuruhku menunggunya di sana.
Mungkin kau benar-benar sudah tahu rencananya pergi ke sana, dan memintaku ke sana langsung karena aku tidak mungkin bisa menyamai kecepatan Hyun.
Atau ... mungkin kau mendapat pertanda atau semacamnya sehingga kau memintaku ke sana.
Ya. Pasti begitu.
Kau adalah malaikat yang Tuhan turunkan untukku. Kau selalu membantu orang-orang di sekitarmu. Aku yakin, kau pun hanya ingin menolong Hyun.
Ya.
Aku yakin begitu.
.
.
FIN
