Title : sEX
Rate : M
Cast : Huang Zi Tao
Kris / Wu Yi Fan
William (OC)
Warning : Typo dimana-mana dan bahasa tidak sesuai EYD
Cerita pasaran
Summary : Tao, seorang janda yang haus akan belaian lelaki, hingga suatu hari ada telepon misterius yang mengajarinya melakukan masturbasi. Apa jadinya jika Yi Fan -mantan suami Tao- melihat kegiatan Tao tersebut?
.
Menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Jangan memakai kata-kata kasar yang menyakiti hati author.
.
.
Happy Reading
.
.
Suara kicauan burung terdengar ke seluruh penjuru kamar bernuansa putih itu. Sinar mentari pun sudah menembus jendela kaca di kamar tersebut. Suara kecupan dan tepukan pelan dari jari-jari mungil seorang anak lelaki yang tampan ini tak sedikit pun mengusik ke dua orang dewasa yang masih bergelung di bawah selimut tebal mereka.
"Muach.. Mama, ayo bangun. Sudah siang Ma." rengek si anak lelaki tadi sembari mengecupi pipi gembil wanita cantik yang ia panggil Mama. Merasa tak ada reaksi, William -si anak lelaki tadi- pun memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan lelaki dewasa yang juga masih memejamkan matanya.
"Muach muach. Dad, ayo bangun." William melakukan hal yang sama kepada ayahnya, mengecupi pipi dan menepuk pelan pipi sang ayah. Namun, ayahnya pun tak bereaksi, sama seperti ibunya. William kesal, ia pun melipat kedua tangannya di depan dada, tak lupa dengan pipinya yang menggembung, terlihat sangat imut, sama seperti sang ibu. Tanpa sepengetahuan William, kedua orang tua nya kini sedang mengintip aksinya dengan sebelah mata terbuka.
Bruaakk
"KYAAAA.." secara tiba-tiba sang ayah mendorongnya agar kembali berbaring dan langsung menindihnya, membuat sang anak memekik kaget.
"Ahahahahaha Daddy ahahaha please stop ahahaha ini geli Dad ahahaha jangan ahahaha Mama tolong William." sang anak terkiki geli ketika sang ayah menghujaninya dengan glitikan di perut mungilnya. Namun, sang ibu bukannya menolong, ia justru tertawa melihat interaksi sang anak dan ayahnya.
"Hihihi sudah sudah, Yi Fan gege, lepaskan William, kasian dia." suruh sang ibu kepada Yi Fan -ayah dari si kecil William-. Sang ibu segera menarik William dari kungkungan Yi Fan, sang ibu memeluk dan mencium pipi gembil anaknya dengan gemas membuat William lagi-lagi terkekik karena geli.
"Baik, baiklah nonna Tao, aku menyerah." Yi Fan mengangkat kedua tangannya, sebagai tanda kalau dia menyerah dan akan menuruti kata Tao -ibu dari William-.
"Hei jagoan, cepatlah mandi, kau akan terlambat nanti." suruh Yi Fan dan menatap tajam ke arah William.
"Baik baik Daddy." dengan malas, William pun turun dari ranjang empuk tersebut dan melangkah dengan pelan menuju ke kamar mandi di dalam kamar itu.
"Hei jagoan." belum juga sampai pada pintu kamar mandi, William pun terpaksa menengok ke arah ayahnya yang kini sedang merangkul sang ibu karena ia memanggilnya.
"Yes Dad?" jawabnya malas-malasan.
"Mata pelajaran hari ini apa saja?" tanya Yi Fan. Kening William berkerut, namun segera tergantikan dengan ekspresi berbinar-binar.
"Hari ini olahraga Dad, mungkin sepak bola atau basket, ahhh kenapa William sampai lupa. William akan bertanding dengan kakak kelas Dad. William pasti bisa mengalahkan mereka." cerita William dengan menggebu-gebu. Tangannya terkepal di depan dada, matanya melotot karena antusias, wajahnnya juga terlihat sangat menggemaskan. Tao dan Yi Fan tersenyum lembut melihat ekspresi di wajah buah hati mereka. Tao menyenderkan kepalanya pada pundak bidang milik Yi Fan, dan tangan Yi Fan pun tak tinggal diam, tangan Yi Fan mengusap dengan lembut rambut Tao yang ada di bahunya.
"Coba perlihatkan pada Mama aksi jagoan Mama ketika mengalahkan kakak kelas." tantang Tao pada sang anak yang kini sudah berusia 6 tahun itu.
"Begini." William berpura-pura menendang bola dengan sangat kuat. "Lalu begini." kini William melompat tinggi-tinggi, berpura-pura sedang memasukkan bola ke dalam ranjang. William melakukannya dengan sangat menggemaskan. Membuat Tao dan Yi Fan lagi-lagi terkikik melihat keaktifan malaikat kecilnya.
"Baik baik, anak Mama memang yang terbaik. Sudah sana cepat mandi." sela Tao ketika melihat gerakan-gerakan William yang sudah mulai berlebihan. Tanpa di suruh dua kali pun, William langsung melesat menuju ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan bunyi ceklek tanda sudah terkunci, setelahnya hanya terdengan suara gemrecik air yang mengalir.
Sreett
Dengan segera, Tao menjauhkan tubuhnya dari kungkungan Yi Fan, begitu pula dengan Yi Fan yang langsung menarik tangannya yang berada di rambut Tao. Tao segera berdiri dari ranjang dan berjalan menuju ke meja riasnya. Ia mengambil ikat rambut berwarna hijau tosca dan mengikat rambut panjang sepunggungnya dengan asal. Lalu Tao pun duduk di kursi meja riasnya. Ia mengambil sebuah krim wajah, menuangnya ke atas telapak tangan dan akhirnya krim itu ia letakkan di atas wajah cantiknya. Tao meratakan krim tersebut, setelah rata, ia mengambil kapas dan membersihkannya dalam diam. Sedangkan Yi Fan kini sedang sibuk memainkan ponsel pintarnya. Tak ada percakapan apa pun di antara keduanya. Wajah keduanya pun datar dan dingin, tidak ada senyum seperti tadi. Keheningan terus terjadi hingga gemrecik air di dalam kamar mandi berhenti. Yi Fan melirik ke arah pintu kamar mandi, lalu ia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja nakas dan segera berjalan ke arah Tao. Saat jarak keduanya sudah dekat, Yi Fan segera melayangkan tangannya pada rambut hitam Tao, dan mengelusnya dengan lembut. Badan Tao menegang, ia menatap Yi Fan melalui kaca di hadapannya, Yi Fan pun memberi kode pada Tao dengan lirikan matanya ke arah pintu kamar mandi yang kini sudah ada William yang berdiri di sana dengan handuk berwarna kuning yang menghiasi daerah privasinya. Tao pun mengikuti arah lirikan Yi Fan. Ahh Tao paham.
"Isshh gege, jangan acak rambut Tao, berantakankan." Tao mengerucutkan bibirnya imut, dan segera merapikan kembali rambutnya yang tadi Yi Fan belai.
"Rambutmu mau di apa-apakan pun, kau akan tetap cantik sayang." goda Yi Fan.
"Hihihi Daddy benar Ma, Mama memang sangat cantik." celetuk William dengan tawa kecilnya. Tao dan Yi Fan pun serempak menoleh ke arah William berada, pura-pura terkejut.
"Ahhh anak Mama sudah tampan rupanya. Sini sayang." William yang di suruh pun dengan segera berlari menghampiri sang ibu dengan kaki kecilnya. Tao pun segera mengolesi perut William dengan minyak bayi dan bedak tabur, sedangkan Yi Fan melangkahkan kakinya menuju lemari milik William, mengambil seragam milik William dan segera menghampiri William. Yi Fan pun memasangkan seragam olahraga itu pada tubuh mungil William.
"Yap, jagoan Daddy sudah siap. Ayo cepat kita sarapan." Yi Fan segera menggendong William menuju ke ruang makan, meninggalkan Tao yang tersenyum sendu ke arah keduanya.
*KT*
Tao sedang sibuk menuangkan sarapan pagi keluarga kecilnya ke dalam mangkuk besar di dapur kesayangannya. Setelah selesai, ia segera membawa mangkuk tersebut ke arah ruang makan. Di sana ia melihat ayah dan anak sedang duduk di kursi makannya, William sedang mengetuk-ketukan sendok mungil ke gelas lucu bergambar gajah miliknya, sedangkan Yi Fan lagi-lagi nampak sibuk dengan ponselnya.
"Makanan sudah siap." seru Tao sembari meletakkan mangkuk besar di atas meja. Bertepatan dengan itu, William turun dari kursinya dengan tergesa-gesa dan menuju ke arah Yi Fan. William mengangkat tangannya tinggi-tinggi, meminta sang ayah untuk mengangkatnya.
"William mau makan jika di pangku oleh Daddy dan di suapi oleh Mama." rengek William setelah ia berhasil menyamankan diri di pangkuan sang ayah. Tao mendesah pelan akan pernyataan William.
"Tidak William. Kembali ke kursimu sekarang." Tao menyuruh William dengan lembut.
"Tidak mau." William mendekap kedua tangannya di depan dada layaknya seorang boss. Haahh sifatnya yang satu ini benar-benar mirip dengan ayahnya, itulah yang ada di pikiran Tao saat ini.
"Kau berat sayang, kasihan Daddy."
"Tak apa, Peach. Mungkin ia memang ingin bermanja dengan gege karena kemarin gege pulang terlambat." Yi Fan menengahi keduanya dan itu sukses membuat William senang. William menjulurkan lidahnya ke arah Tao, tanda mengejek. Tao melototkan matanya pura-pura kesal. Akhirnya Tao pun duduk di sebelah Yi Fan, ia mendekatkan kursinya dengan Yi Fan agar memudahkannya menyuapi William. William bukan termasuk anak yang memilih-milih dalam hal makanan, jadi itu memudahkan Tao untuk menyuapinya. William makan dengan lahap. Sesekali, ketiganya tertawa bersama atas ucapan dan perilaku William saat makan.
15 menit sudah acara sarapan di keluarga kecil Yi Fan. Kini ketiganya sudah merasa cukup mendapatkan energi untuk menjalani pekerjaan masing-masing. Kini William sudah memakai sepatu olahraga berwarna merah kesayangannya, tak lupa tas berwarna hitam mungil tersampir indah di punggungnya.
"Dad, Ma, William berangkat dulu ya." William berpamitan kepada kedua orang tuanya dengan semangat. Ia benar-benar tidak sabar ingin mengalahkan kaka kelasnya nanti.
"Hati-hati sayang." Tao menciumi pipi dan kening William, namun sebelum Yi Fan mengikuti apa yang Tao lakukan, William sudah terlebih dahulu berlari ke arah garasi tanpa memperdulikan teriakan sang ayah yang memintanya kembali. Kini pandangan Tao beralih ke arah seorang wanita berumur yang sedari tadi membantu William berkemas dan memasang sepatu. Wanita berumur yang di panggil Bibi Wang oleh William ini adalah pengasuh William sejak William lahir.
"Tolong jaga William ya Bi." ucap Tao dan di balas anggukan pasti oleh Bibi Wang. Selama ini, Bibi Wang lah yang mengantar jemput William sekolah, Tao terlalu sibuk mengurusi novelnya sedangkan Yi Fan, kantor Yi Fan berlawanan arah dari sekolah William, jadi tidak bisa untuk mengantarnya.
"Tolong ya Bi." Yi Fan mengulangi permintaan Tao kepada Bibi Wang, setelahnya Yi Fan segera beranjak menuju ke kamar mandi, Tao pun juga langsung beranjak ke meja kerjanya, membuka laptop dan mulai mengetik novel yang ia buat. Bibi Wang menatap prihatin ke arah majikannya.
'Sampai kapan kalian akan membohongi William? Sampai kapan kalian akan bertahan terus-terusan seperti ini.' batin Bibi Wang.
*KT*
Tao mendengus begitu matanya melihat jam di layar laptop miliknya. Sudah pukul 1 siang, sebentar lagi anaknya akan pulang dan itu artinya ia harus menghentikan pekerjaannya. Sedari tadi pagi, Tao sudah duduk di depan laptopnya tanpa menyadari bahwa Yi Fan sudah pergi ke kantor tadi.
"Hah.. Lelahnya." Tao meregangkan tangannya yang pegal, memutarnya ke kanan dan kiri untuk menghilangkan rasa kebas.
Krriinnggg kriiinnnggg
Deg
Baru saja Tao akan menutup laptopnya saat suara telepon rumah berdering. Hati Tao bergemuruh. Jujur ia sangat takut saat ini. Dengan perlahan ia berjalan ke arah telepon rumah berada. Dengan tangan gemetaran, Tao pun mengangkat telepon tersebut.
"Hallo selamat siang, di sini kediaman Wu." Tao berucap setenang mungkin walau jantungnya sudah berdetak berantakan.
"Hahaha selamat siang manis." sahut suara pria di sebrang sana.
Deg
'Suara ini lagi. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan.' Tao membatin takut-takut.
"K..kau lagi. Mau apa lagi kau?" Tao bertanya dengan nada dingin.
"Wow wow wow. Kau kasar sekali manis. Tenanglah."
"Tolong jangan ganggu saya." Tao benar-benar jengah dengan si penelepon yang setiap hari selalu meneleponnya. Ini sudah berlangsung 2 minggu lamanya. Tao pernah sekali tidak mengangkat telepon darinya, namun yang terjadi, Williamlah yang terkena imbasnya. Saat pulang sekolah, tiba-tiba William masuk ke rumah sambil menangis, ia bilang ada pria bertopeng yang mengejarnya. Lalu tak beberapa lama sang penelepon misterius pun menelepon Tao kembali. Dia mengaku bahwa dia lah yang mengejar William dan dia mengancam Tao jika Tao tidak mau mengangkat telepon, maka ia akan menceritakan masalah Tao dan Yi Fan kepada William. Sejak saat itu, Tao pasti selalu mengangkat teleponnya.
"Kenapa kau begitu kejam padaku manis? Bukankan aku sudah sangat berbaik hati? Aku selalu menemanimu kan? Aku tahu, janda sepertimu pasti sangat kesepian ahahaha." Janda? Ya. Tao adalah janda. Ia dan Yi Fan sudah resmi bercerai 2 tahun yang lalu karena merasa tidak ada kecocokan lagi di antara keduanya. Setiap hari selalu mereka lewati dengan pertengkaran hebat, akhirnya mereka pun bersepakat untuk bercerai dengan syarat mereka tetap tinggal di rumah yang sama demi buah hati mereka dan akan selalu berakting baik-baik saja di hadapan William. Mereka tidak ingin William menjadi anak yang tertekan karena kedua orang tuanya berpisah.
"Oh iya. Aku sudah mengirimkan hadiah menarik untukmu, Zi Tao. Aku letakkan di depan pintu depan. Bye sayang. Sampai nanti."
Tuuuttt tuuuuttt
Tepat saat sambungan tertutup, pintu depan rumahnya terbuka tanda ada yang masuk.
"Mamaaaaaa. Lihat ini mah. William menemukan kotak ini di depan pintu." adu William yang berlari mendekati Tao. William terlihat kepayahan membawa kotak besar berwarna putih tersebut. Tao pun dengan cepat merampasnya dari tangan kecil William.
"Ma, ayo buka! Apakah di dalamnya ada mainan?" tanya William antusias.
"Emmm.." Tao nampak berfikir sebentar. "Ahh ini hanya daging sapi sayang, Mama tadi memesannya." jawaban dari sang ibu membuat wajahnya yang tadi ceria berubah menjadi murung.
"Apa kau ingin mainan baru?" Tao tak tega melihat wajah murung William pun mencoba menawarkan sesuatu.
"Bolehkah?" tanya William hati-hati. Bibirnya ia buat mengerucut. Tao yang gemas pun segera mengecup bibir sang buah hati dan mencubit hidung William hingga William mengaduh minta di lepaskan.
"Boleh. Asal sekarang jagoan Mama ini mandi, bau sekali." Tao menutupi hidungnya dengan tangan lentiknya yang terdapat warna-warna pastel cantik di kuku-kuku panjangnya. William pun mengangguk semangat dan berlari menuju ke kamar mandi dengan diikuti Bibi Wang di belakangnya.
"Ini apa ya?" tanya Tao begitu ia merasa sudah aman. Tao pun membuka kotak hadiahnya. Dan mata Tao langsung mendelik dan mulutnya menganga lebar. Di dalam kotak putih itu terdapat sebuah dildo besar dan panjang berwarna merah. Tao pun segera menutup kotak tersebut dengan kasar. Wajah Tao memerah. Entah marah atau malu. Tao pun berlari menuju ke arah lemari di dekat televisi di ruang keluarga, meletakkan kotak itu di dalam sana. Yi Fan, William, Bibi Wang bahkan dirinya tidak pernah membuka lemari tersebut karena memang tidak ada barang apa pun di dalamnya.
*KT*
Hari ini terasa berbeda dari hari kemarin bagi Tao, karena novelnya sudah selesai dan saat ini mungkin sedang di edit oleh asistennya. Masih pukul 9 pagi. Waktunya bersantai dan bersenang-senang, itulah yang ada di fikiran Tao saat ini. Namun, ia kembali teringat oleh dildo di dalam lemari. Tao yang tadi sedang berbaring nyaman di sofa pun segera beranjak menuju lemari, membukanya perlahan dan mengambil kota tersebut dengan tangan bergetar.
"Aku harus membuangnya sekarang juga. Ya ha.."
Krrriiinngg krriiinngg
Brakkk
Dering telepon yang memotong ucapan Tao mengangetkannya sehingga kotak tersebut terjatuh di atas lantai marmer putih rumahnya dan dildo itu pun keluar dari kotak tadi, menggelinding. Tao mengabaikan dildo tersebut dan memilih mendekati telepon dan mengangkatnya.
"Hallo selamat pagi, di sini kediaman Wu."
"Pagi sayang. Bagaimana hadiahku kemarin? Kau menyukainya?"
"APA MAKSUDMU MEMBERIKAN BENDA MACAM ITU KEPADAKU? AKU AKAN SEGERA MEMBUANGNYA."
"Tenang sayang. Kau ingin membuangkan? Dimana kau akan membuang bom itu manis?"
Deg
"A..apa? Bom?" tanya Tao terbata-bata. Ia sungguh tidak menyangka jika sang penelepon ini akan melakukan hal berbahaya seperti ini.
"Yes honey. Bom itu bisa meledak kapan pun. Mungkin saat William berada di rumah, bom itu akan meledak." si penelepon sengaja membuat suara seseram mungkinagar Tao percaya.
"Tolong jangan. Apa mau mu? Apa yang harus aku lakukan agar bom itu tidak meledak." sungguh Tao ingin menangis, ia tidak bisa membayangkan jika William harus mati karena bom itu sialan itu.
"Ahahahaha anak pintar. Sekarang ambillah mainan baru mu itu sayang." Mau tidak mau, Tao pun menurut. Tao beranjak dari sofa empuk di ruang keluarga, melangkah cepat menuju ke arah dildo tersebut, setelah ia pegang ia pun melangkahkan kakinya lagi menuju ke sofa.
"Su..sudah." Picik sekali. Sang penelepon memanfaatkan dengan baik kepolosan Tao ini.
"Bagus sekali. Kau lihat ada tombol di sana sayang?"
"I..iya."
"Naikan sedikit tombolnya." dengan tangan gemetaran, Tao menaikkan sedikit tombol yang ada pada dildo tersebut.
Dddrrrrttt ddrrrttt ddrrrttt
Mata Tao membulat. Dildo di tangannya bergerak-gerak liar. Bergetar dan membuat bunyi yang cukup membuat Tao panas.
"Ahahaha suka dengan apa yang kau lihat, sayang?" penelepon tadi jelas sangat mendengar bunyi geteran dildo di seberang sana.
Braaakkk
Tao membanting dildo tersebut ke atas lantai. Membuat dildo itu bergerak dan bergetar di atas lantai selayaknya ekor cicak yang putus. Menggeliat seperti cacing.
"KAU MENIPUKU." Tao berteriak kencang. Dia berang terhadap kelakuan orang gila yang meneleponnya ini.
"Hahaha tidak cantik, aku tidak menipumu. Dia memang bom yang akan meledakkan vaginamu. Kau lihat dildo itu sayang? Coba kau bayangkan jika dildo sebesar dan sepanjang itu memasukki vaginamu yang ketat itu. Ugghhh aku yakin kau akan dibuat melayang olehnya. Coba lah sedikit sayang. Aku akan membantumu." Tidak, suara itu berubah sangat seksi di telinga Tao, Tao mulai merasa kepanasan. Mata Tao pun terus melirik dildo yang masih bergerak-gerak liar di atas lantai.
"Kau gila." seru Tao dengan nafas terburu. Ia tahu, bukan hanya orang yang meneleponya saja yang gila, Tao pun mulai gila. Entah kenapa daerah kewanitaannya berkedut-kedut. Gatal sekali.
"Sudahlah, jangan begitu. Aku tahu kau juga pasti menginginkannya. Apa kau tidak penasaran dengan mainan itu? Aku akan jamin kau pasti akan sangat puassshh." penelepon gila itu memberikan desahan di akhir kalimatnya. Mencoba merangsang Tao kah?
"JANGAN SEMBARANGAN." Tao benar-benar sudah kewalahan menghadapi orang gila ini.
"Oke. Bagaimana kalau kita buat perjanjian. Jika kau mau bermain dengan mainan itu, aku berjanji bahwa ini terakhir kalinya aku meneleponmu. Aku hanya ingin mendengar kau mendesah dan mengerang." Tao tampak memikirkan tawaran dari sang penelepon. Apa ia harus melakukannya agar ia berhenti mengganggunya? Itulah yang ada di pikiran Tao saat ini. Tao pun menggapai dildo yang masih bergerak di atas lantai. Ia terus memperhatikan dildo yang bergerak dengan wajah yang sudah merah padam. Penelepon gila itu mendengar getarannya yang semakin kencang, itu artinya dildo itu sedang Tao genggam. Ia tersenyum miring di sebrang sana.
"Mari kita bersenang-senang sayang. Baiklah. Sekarang renggangkan selangkanganmu." Tao melotot mendengar perintahnya.
"Ta..tapi."
"Angkat rokmu dan renggangkan!'"
"A..apakah benar ini menjadi hari terakhirmu meneleponku?" tanya Tao kepadanya. Jujur Tao ragu sekali dengannya.
"Aku berjanji. Cepatlah mulai." Tao yang memang saat itu sedang memakai rok panjang berwarna merah maroon pun mengangkat roknya tinggi-tinggi hingga menampakan celama dalam merah mudanya yang berenda-rendah indah menghiasi setiap pinggirnya.
"Gunakan dildo itu dan gerakan sepanjang bibir kemaluanmu." Tao menurut, ia meletakkan dildo tersebut di sekitar kewanitaannya yang masih berbalut kain tipis. Ini gila. Kewanitaannya terasa seperti di gelitik.
"Ahh.. ahhhh...ahhh.. ohhh." Tao mendesah kegelian.
"Yaaa. Bagus.. Seperti itu."
"Ahhh... aahhhh... ahhhh." Tao terus mengerang nikmat masih dengan tangan kiri menempelkan telepon rumahnya di telinga dan tangan kanannya menggerakkan dildo itu sepanjang kewanitaannya. Dildo itu terus menerus merangsang daerah kewanitaan Tao.
"Sekarang masukkan dildo itu ke dalam celana dalammu, lalu rangsanglah klitorsimu." lagi-lagi Tao menurut. Ia memasukkan dildonya ke dalam celana dalam.
"Aahhhhh... oohhhh.. aaahh." desahan Tao semakin kencang memenuhi ruang keluarganya. Tao terus menaik turunkan dildo tersebut di selangkangannya. Mencoba mencari kenikmatan di sana. Ikat rambutnya entah bagaimana sudah terlepas, membuat rambut panjang Tao bebas menggelitik leher dan punggungnya, menambah sensasi tersendiri untuk Tao.
"Kau pasti lelah melakukan hal tersebut sambil duduk kan sayang? Berbaringlah. Letakkan teleponmu di samping telingamu. Lalu kau bisa gunakan kedua tanganmu untuk merangsang dirimu sendiri."
"Ahh..Ba..baikk...engghh" Tao pun segera memposisikan dirinya untuk berbaring. Ia letakan ponsel tersebut di sebalah telinganya. Tangan kanannya masih sibuk menggerakan dildo tersebut di kewanitaannya sedangkan tangan kirinya sudah mulai meremas-remas payudaranya dengan brutal. Ia pun segera membuka kancing bajunya. Membebaskan payudara besarnya dari kungkungan bra merah mudanya.
"Goyangkan pinggulmu untuk menekannya ke dalam vaginamu."
"Ahhh.. ahhhh.. Ohhhh.." Sofa tempat Tao melakukan kegiatan tersebut mulai ikut berdecit akibat gerakan pinggul Tao yang cukup hebat. Vagina Tao sudah amat sangat basah karena terus menerus di rangsang oleh dildo besar itu.
"Ohhh aku ingin menghisap puting susumu seperti bayi. Bayangkan jika aku mencumbu, menggigit dan menghisap putingmu yang keras itu, sayang."
"Ahh...ahhh..engghh..oohhh.." otak Tao berkata tidak, namun tubuhnya menghianatinya. Tao menikmati kegiatannya ini.
"Mainkanlah putingmu itu, Zi Tao." Tao menurut. Ia memelintir putingnya sendiri. Menggerakan ke kanan dan kiri. Mencubitnya dengan gemas. Membuat Tao mendesah semakin gila. Keringat pun sudah mulai membasahi tubuh Tao. Membuat tubuh Tao mengkilap. Begitu indah.
"Ahhh.. ahhh ini nikmat.. ahhh."
"Ahh kau membuatku menjadi mengeras, sayang." suaranya benar-benar membuat Tao sangat terangsang.
"Hisaplah penisku yang besar ini." Tao pun mencabut dildo itu dari vaginanya. Membuat dirinya mengerang. Tao menatap dildo yang kini sudah basah akan cairan dari kewwanitaannya. Entahlah, melihat dildo itu sama seperti melihat penis sungguhan. Tao pun mendekatkan dildo itu ke bibir mungilnya dan tanpa basi-basi lagi, Tao memasukkan dildo tersebut ke dalam mulutnya. Menjilatnya dan menyedotnya seperti permen. Cukup lama Tao mengulum dildo tersebut.
"Turunkan celama dalammu sekarang." Tao pun menghentikan kegiatannya mengulum dildo. Ia melepaskan celana dalamnya dengan satu kali tarikan. Lalu ia memposisikan dildo itu dalam keadaan berdiri dan tanpa aba-aba, Tao langsung memasukkan dildonya ke dalam kewanitaan Tao yang sudah lama tidak di masuki oleh batang milik pria. Membuat Tao menjerit karena perih sekaligus nikmat.
"Kau menyukainya kan? Katakan padaku bagaimana rasanya?" Tao masih terus mendesah karena nikmat. Pinggulnya ia naik turunkan, ia mencoba meraih kenikmatan di titik terdalamnya.
"I..ini aahhhh... nikmat."
"Yaa tentu saja. Sekarang kau bisa menaikkan getarannya sayang." tangan Tao merapa-raba tombol pada dildo dan segera menaikkannya ke mode maksimal.
Drrrttt dddrrrttt
Getaran dildonya semakin kencang. Membuat Tao kembali memekik keras. Ini nikmat. Vaginanya seakan penuh sesak. Dildonya mengaruk seluruh sisi vaginanya.
"Gerakan semakin cepat dan buatlah dirimu keluar." Tao pun menggerakan dildo itu dengan brutal. Terus seperti itu hingga perutnya menggelitik dan ingin memuntahkan sesuatu.
"Gunakan jari lentikmu untuk merangsang klitorismu agar cepat keluar, Tao." jari Tao turun ke arah klitorisnya. Mengusapnya dengan kasar. Geli namun nikmatlah yang Tao rasa.
"Aku.. ahh.. akan keluar.. ahhh." Tao menggelinjang.
"Aku pulang."
Greekkk
"AAGGGHHHH"
Croottt
Tepat saat pintu ruang keluarga terbuka, saat itu juga Tao memuntahkan cairan putih dari dalam vaginanya. Di sana, di depan pintu keluarga, sudah berdiri seorang lelaki yang membulatkan kedua matanya melihat pemandangan di hadapannya. Orang yang berdiri itu, Yi Fan, melihat dengan kedua matanya, melihat sang mantan istri sedang berbaring terlentang dengan dildo besar yang masih bergetar di dalam vaginanya yang kini penuh dengan cairan putih kental. Tao pun sama seperti Yi Fan. Ia terkejut melihat Yi Fan yang berdiri mematung di sana. Mematung melihat tepat ke arah kewanitaannya.
"T..Tao. Apa yang kau lakukan?"
TBC
Holaaaaa.. Adakah yang kangen Yiyi? #krik #krik. Oke ga ada. Gak apa-apa kok, karena aku sayang kamu #eh. Setelah di sibukan dengan PKL, akhirnya Yiyi bebas juga. Dan ini FF pembuka sebagai comebacknya Yiyi setelah lama hiatus. Baru balik udah yadong aja sih lu, Yi ! Huhuhu maapinn maapin. Otaknya kan lagi seger. Gimana gimana? Kurang hot kah? Maapin kalo masih ada typo di sana sini. Ini ga di edit. Ga kuat kakakkkk. Oh ya, Sebelum ada yang nanya, biarkan Yiyi menjawab dulu, oke!
Q : Kenapa William?
A : Karena aku sayang kamu #plak. Kagak kagak. Entahlah, setelah tau kalau Tao bakal meranin jadi William di My Sunshine, Yiyi langsung suka sama nama itu. Kris plus Edison sama dengan William. Kayanya pas aja gitu.
Q : Manggil Tao Mama tapi kenapa manggil Yi Fan Daddy? Kenapa ga Daddy Mommy atau Mama Baba
A : Disini Yiyi sengaja ga ngilangin kesan Canadanya (?) Yi Fan, jadi panggilnya Daddy, Yiyi juga ga pengen ngilangin kesan Qingdaonya (?) Tao, ya udah di panggil Mama aja
Q : Yang telepon siapa?
A : Yang pasti orang. Liat aja chapter depan #wink
Q : Sampai chapter berapa?
A : Ini Cuma twoshoot kok. Jangan banyak-banyak, nanti molor kaya First Boyfriend. Eh ngomong-ngomong First Boyfriend, mungkin baru bisa update setelah Yiyi selesai UTS. Bersama dengan sequel Shalala Ring atau Hybrid Child. Tuh buat yang minta, Yiyi bikinin. Muach. Tapi ada kemungkinan yang Yiyi update justru FF baru atau justru The Hope In Front Of You Chapter 2. Liat aja besok #wink . Pokoknya bakal update 2 FF buat permintaan maaf *bow
Q : Kenapa GS?
A : Jawabannya ada di chapter depan. Kalau ada yang minta ini di jadiin yaoi atau BL, Yiyi bisa pikirkan. Tapi nunggu chapter 2 ini update dulu ya.
Q : Kapan update chapter 2 nya?
A : Nunggu banyak yang review #Eh. Kagak kagak. Tergantung respon kalian aja. Ada yang minta lanjut ya lanjut, minta udahan ya udah udahan. Minta cepet ya Yiyi usahakan cepet.
Udah deh ya cuap cuapnya. Udah malem. Bebeb Zi Tao udah nungguin di kamar #digorok. See youuuuuuuu!
