PROLOG

.

.

.

Anak itu duduk diam di lantai, menatap pintu kamar. Tatapannya kosong, tanpa emosi. Tatapannya tertuju pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu, sedang berbicara pada orang tuanya. Pria itu adalah seorang dokter, ia sudah menyadarinya bahkan sebelum pemeriksaan pada dirinya dimulai. Bukan hal yang susah untuk ditebak.Percakapan mereka tampaknya serius, tapi ia tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Yang tertangkap oleh telinganya hanya suara-suara bisikan lirih dan kata-kata yang cepat.

"Anak itu sakit. Aku takut dia memiliki gangguan mental. Sebuah kepribadian ganda tepatnya. Biasanya, kepribadian ganda tidak akan menjadi masalah besar karena semua itu hanya lah perpecahan dalam kepribadian . Tapi yang saya khawatirkan adalah kepribadiannya itu tergolong sangat keras. Saya akan sangat berhati-hati dan mengawasinya dengan ketat jika saya menjadi kalian. Dia benar-benar menjadi orang yang sangat berbeda, dan kita tidak akan tahu apa yang ada di pikirannya. Dia mungkin bertindak secara spontan, kasar dan berbahaya, Jadi tolong awasi dia dengan hati-hati."

"Jadi maksud anda anak kami sangat lah berbahaya bagi kami? Anak kami sendiri?"

"Ya. Bukan hanya berbahaya bagi kalian tapi juga semua orang yang ada di sekitarnya. Sebenarnya aku punya solusi. Aku bisa memberikan beberapa pil padamu, yang akan sangat membantu untuk jangka waktu panjang. Anda harus berikan pil itu padanya setiap hari."

"Apa kegunaan pil itu?"

"Pil ini akan membantu menetralkan syaraf otak yang terhubung ke prospek emosional dan mental pada tubuhnya. Pil ini juga akan mengurangi tekanan emosinya dan mudah-mudahan bisa membuatnya tenang. Singkatnya, pil ini akan mencoba memperlambat dan bahkan menghilangkan kepribadian keduanya."

Mereka mengangguk pelan. Dengan pikiran yang masih kacau karena berita mengejutkan ini, mereka menatap kearah anak mereka, seorang bocah kecil berusia lima tahun yang sedang duduk diam di tengah-tengah ruang kamar sambil menatap kearah mereka. Setelah mengetahui kondisinya, entah mengapa, tatapan matanya terasa sangat tajam, sangat menusuk.

"Taeyong ah, ayo kesini dan ucapakan selamat tinggal pada dokter Choi."

Dia tetap terduduk diam, namun kini wajahnya sedikit terangkat dan ia tersenyum dingin dengan tatapan yang semakin tajam. Sang ayah tertegun melihat sikap putra mereka, bahkan sang ibu kini bersembunyi di samping tubuh suaminya, tidak sanggup menatap anaknya sendiri.

"Dia tida akan mendengarkanmu. Seperti saya katakan, dia benar-benar menjadi orang yang berbeda ketika kepribadian gandanya mengambil alih. Selama pemeriksaan, ia tidak mau berbicara padaku. Kalau pun ia bicara, ia hanya mengatakan satu hal. Ia mengatakan dirinya bukan lah Taeyong."

TBC