Cast: Kim TaeOh, Kim Jongin dan Oh Sehun
Genre: Family
Warning: Boys love, typo dan kata tidak baku
.
.
.
"Papaaaaaa….."
"Apaan sih? Enggak capek apa kamu teriak-teriak dari tadi?"
"Enggak, Tae bukan teliak. Ini namanya themangat matha muda pa."
"Kamu pakai jumpsuit hijau sana gih"
"Hahhh?"
"Iya, kamu pake Jumpsuit hijau aja sana biar jadi anak Guy sensei aja."
"Jadi papa enggak mau punya anak yang tampan kayak Tae?"
"Kalau papa enggak mau, papa udah ngirim kamu ke konoha dari dulu"
"Apaan thih? Papa itu kolban Naluto deh"
"Terserah deh"
"Tapi pa, kalau jadi anak Kakathi thenthei Tae mau"
"Ihhh kamu milih banget sih, jadi anak Orochimaru mau?"
"Papa mau Tae jadi ulal?"
"Tapi sasuke enggak jadi ular tuh."
"Memang, tapi Tae mau jadi anak Kakathi aja"
"Kalau anak Madara mau enggak?"
"Enggak mau, dia itu jahat. Papa mau ngeliat Tae beluthaha memuthnahkan dunia thinobi?"
"Apapun yang kamu bilang, kamu itu hanya anak papa. Kim Taeoh anak Kim Jongin."
"Iya iya"
Hening…
Ternyata mereka kelelahan sehabis berdebat pemirsa. Dua orang lelaki yang beda usia itu terlihat sedang duduk di sofa ruang tengah, mereka sedang melihat Tv yang menayangkan anime Naruto. Bukan anime pavorite si anak, tapi pavorite sang ayah.
Kim Jongin dan Kim Taeoh. Dua orang lelaki yang berstatus sebagai ayah-anak, mereka mempunyai wajah yang sangat mirip bagai buah melon di belah dua. Kim Jongin, lelaki berusia 23 tahun. Seorang presdir muda dari Kim Corp, dan juga ayah dari Kim Taeoh bocah lucu berusia 6 tahun. Yah, Jongin memiliki TaeOh ketika dia berusia 17 tahun. Dia menghamili pacarnya ketika mereka masih tingkat satu High School. Bisa dibilang Taeoh lahir bukan karena cinta, tapi akibat kesalahan masa muda. Tapi Jongin tidak pernah menyesali kehadiran Taeoh. Dia membesarkan anaknya ini sendirian dengan di bantu kakak dan keluarganya, karena pacarnya itu meninggalkan Taeoh bersamanya setelah melahirkan dan pergi ke Canada. Dia membesarkan Taeoh dengan semua rasa cinta yang dia punya.
Sekarang Taeoh sudah menginjak usia 6 tahun. Tapi Jongin belum pernah sekalipun terlihat mempunyai pasangan lagi. Bukan karena dia tidak laku, Oh come on…. Terlepas dari statusnya yang sudah mempunyai anak, Kim Jongin adalah pria yang paling di inginkan saat ini. Dengan wajah tampan, tubuh tinggi dengan kulit tan eksotis, dan yang paling penting Jongin itu kaya raya. Siapa sih yang tidak menginginkannya?
Tapi dia dengan jelas mengatakan tidak tertarik mempunyai hubungan saat ini. Kakak dan kakak iparnya sering menyarankan dia untuk memulai mencari pasangan, tapi dia masih ingin sendiri. Lagipula, dia akan mencari pasangan yang benar-benar mencintai anaknya. Banyak yang menginginkannya, tapi tidak ada yang benar-benar bisa menerima anaknya.
"Sayang, ayo kita main game" Jongin melihat anaknya masih setia melihat Tv yang masih menayangkan anime kesukaannya.
"Pa, ini thudah thore mathak thana. Jangan ngajak Tae main game" Taeoh menjawab pelan.
"Kita pesan pizza saja. Setuju?"
"Enggak, kata mom dan dad pizza itu enggak thehat" Jongin mendengus, anaknya ini lebih percaya sama ucapan kakak dan kakak iparnya, Wu Joonmyeon dan Wu Yifan.
"Tapi mereka sedang enggak ada disini sayang. Mereka lagi di China sama baby ZhuYi" Jongin masih berusaha bernego. Bukannya malas, tapi karena di emang enggak bisa masak. Biasanya Joonmyeon yang bakal masakin dia, hyungnya itu emang udah sering nyuruh dia buat ngambil maid tapi dia nolak karena dia itu susah buat nerima orang asing di rumahnya.
"Oh oh.. Jadi papa nyuluh Tae bohong?" Taeoh memutar badannya menghadap Jongin. "Tae akan bilang thama mom"
"Hei, Jangan dong. Kamu tega papa kena hukum?" Walau Jongin udah gede dan jadi presdir, dia masih tetap takut dan segan banget sama Joonmyeon. Kakaknya itu walau mungil, tapi punya aura buat memimpin dan ngebuat orang tunduk sama dia. Contohnya aja kakak iparnya, orang-orang pasti bilang kalau Wu Yifan itu sosok dingin dan susah di taklukin. Tapi Jongin berani sumpah, Yifan itu bakal jadi penurut banget sama Joonmyeon.
"Bubble tea…."
"Itu juga enggak sehat sayang"
"Mom bilang Tae boleh minum kalau lagi kepingin"
"Tapi kamu itu kepinginnya hampir setiap saat." Jongin facepalm.
"Pleatheeeee" Jongin menahan tawa mendengar 'please' anaknya yang terdengar aneh. Anaknya ini masih saja cadel walaupun sudah berumur 6 tahun.
"Oke. Ini yang terakhir"
"Telimakathih pa"
"Hmmmm"
Walau sesusah apapun keinginan TaeOh, Jongin akan mencoba sebisa mungkin untuk menurutinya. Anaknya ini bisa di bilang dewasa sebelum waktunya. Ketika anak-anak memiliki ibu, anaknya ini tidak pernah sekalipun menanyakan dimana ibunya.
Jongin sempat bertanya, kenapa Taeoh tidak pernah menanyakan sang ibu dan dia sukses terperangah mendengar jawaban Taeoh, 'kata bu gulu, ibu itu thelalu ada buat anaknya. Tapi kalena cuma papa yang thelalu ada untuk Tae, belalti Tae gak punya ibu. Jadi Tae enggak mau lepot buat nyali thethuatu yang enggak ada'. Maka dari pada itu, Jongin akan mencari pasangan yang benar-benar mencintai dirinya dan juga anaknya.
.
.
.
.
.
Hari ini hari Senin. Taeoh sudah mulai masuk sekolah dasar. Dia di antar Jongin sampai gerbang sekolah, setelah memberikan kecupan selamat tinggal –terpaksa- di pipi papanya itu Taeoh pun masuk kedalam sekolah. Jongin sempat menawarkan untuk menemani masuk, tapi langsung di tolak mentah-mentah oleh Taeoh. 'Tae thudah bethal' itulah kata-kata andalannya.
Jongin mengemudikan mobilnya menuju sebuah café, hari ini dia ada janji dengan temannya yang bernama Xi Luhan. Luhan adalah pebisnis yang berasal dari China dan dia menghubungi Jongin semalam untuk bertemu karena ingin membicarakan sesuatu yang penting.
Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya, Jongin berjalan masuk kedalam café itu. Dia bisa melihat tiga orang lelaki duduk bersama salah satunya adalah Luhan. Dia berjalan menghampiri meja itu.
"Hyung, kau menunggu lama?" Jongin mendudukkan dirinya di sebelah luhan, yang berhadapan langsung dengan 2 lelaki lainnya.
"Tidak masalah, kami baru saja sampai." Luhan tersenyum. "Kau sudah makan? Mau aku pesankan?"
"Ahh tidak usah, aku sudah sarapan bersama Taeoh tadi hyung."
"Siapa yang memasak? Bukankan Joonie sedang di China?"
"Aku menggoreng telur?"
"Kau apa Jong?"
"Menggoreng telur"
"Berapa banyak yang terbuang?"
"Dua"
"Dua butir? Wow…"
"Dua puluh."
"Hahahahaha" Luhan dan Jongin tertawa bersama.
"Jong, kenalkan ini istriku. Namanya Xi Minseok." Jongin menjabat tangan lelaki yang di kenalkan sebagai istri oleh Luhan. Jongin bisa melihat kedewasaan di dalam diri Minseok.
"Yang ini adik ku, Xi ShiXun. Tapi aku lebih senang memanggil nama Koreanya yaitu Sehun."
Jongin beralih menjabat tangan adik Luhan tersebut. Dia bisa melihat kalau Sehun ternyata cukup cantik untuk seorang pria. Kulitnya yang putih, badannya yang tinggi langsing, membuat Sehun nampak menawan.
"Aku Sehun. Salam kenal Jongin-ssi. Gege banyak menceritakan tentangmu"
"Oh ya?" Jongin mengangkat alisnya dan beralih melihat Luhan. "Apa yang kau ceritakan hyung?"
"Hanya hal biasa…" Luhan menjawab santai.
"Gege bilang Jongin-ssi adalah hobae-nya sewaktu di Universitas."
"Hanya itu?" Jongin bertanya ragu.
"Emmmm.. Masih banyak sih, tapi gege bilang aku harus jaga rahasia."
Luhan terkekeh pelan melihat adiknya yang tengah berbicara dengan Jongin. "Jong, aku menyuruhmu kesini karena aku mau meminta tolong."
"Apa? kalau aku bisa pasti ku bantu."
"Jagakan Sehun untuk sementara." Luhan berucap tegas, yang membuat Jongin sadar kalau Luhan sedang serius.
"Hahhh? Memangnya ada apa?" Jongin bertanya heran.
"Sehun akhir-akhir ini sedang di terror seseorang." Luhan menatap Jongin. "Jadi aku harap kau mau menjaganya untuk sementara"
"Baiklah. Aku akan menjaganya"
"Terimakasih Jongin-ssi. Aku harap kau bisa akur dengan adik kami ini." Minseok menggenggam tangan Jongin daan melanjutkan. "Jongin-ssi, Sehun juga menyukai bubble tea. Aku dengar anakmu menyukai minuman itu, jadi aku harap mereka bisa akrab karena Sehun juga menyukai anak-anak."
"Hahaha, Taeoh memang menyukai minuman itu."
Mereka tertawa bersama. Setelah hari menjelang siang, Luhan pamit pergi bersama istrinya setelah menurunkan koper Sehun dari mobilnya. Jongin sendiri dengan sigap memasukkan koper Sehun kedalam bagasi mobilnya. Jongin bisa melihat Sehun yang tengah melambai pada mobil Luhan yang sudah berjalan menjauh.
"Sehun-ssi, ayo."Jongin memasuki mobilnya diikuti oleh Sehun. "Kalau kau tidak keberatan, aku akan menjemput anakku dulu di sekolah."
"Tentu saja tidak, dan kalau bisa panggil aku Sehun saja."
"Dan kau harus memanggilku Jongin atau kalau kau mau, kau bisa memanggilku tampan." Sehun tertawa pelan.
"Baiklah tuan tampan." Sehun melirik Jongin yang sedang tersenyum. "Ini masih jam 11, kenapa kau sudah menjemput anakmu?"
"Oh, Taeoh baru saja masuk sekolah dasar pagi ini. Jadi dia akan pulang cepat."
"Begitu.."
"Jadi Sehun, bisa ceritakan acara terror-meneror yang di katakana Luhan hyung tadi?"
"Hahhh? Kau percaya padanya?"
"Tentu saja tidak, itu sebabnya aku bertanya padamu"
"Dia ingin mendekatkan kita. Gege bilang, aku akan bahagia bila punya pasangan seperti mu. Intinya dia ingin menjodohkan kita."
"Sudah kuduga"
"Kenapa kau menerimaku dirumahmu Jongin?" Sehun bertanya heran. "Kau bisa menolaknya"
"Kurasa tidak ada salahnya mencoba bukan?" Jongin menatap Sehun sebentar dan kembali melihat jalanan. "Aku merasa Taeoh sudah pantas memiliki mama baru" Jongin mengedipkan matanya pada Sehun.
"Yah, tidak ada salahnya mencoba. Kalau begitu mohon bantuannya tuan tampan" Sehun membungkuk singkat.
"Mohon bantuannya" Jongin balas membungkuk.
Sisa perjalan menuju sekolah Taeoh, mereka habiskan dengan berbicara mengenai kehidupan masing-masing. Jongin kini tau bahwa Sehun adalah seorang pemuda yang mempunyai sisi cerewet dan juga manis. Dia berharap semuanya ini akan berakhir dengan baik. Dia akan mencoba bersama Sehun, lagi pula dia cukup tertarik dengan kepribadian lelaki pucat ini.
.
.
.
.
.
Setelah sampai di sekolah, Jongin bisa melihat Taeoh yang sedang menunggunya di gerbang. Jongin memberhentikan mobilnya tepat di depan Taeoh.
"Sayang, kamu udah nunggu lama?" Jongin turun dan membukakan pintu penumpang untuk Taeoh.
"Belum lama" Taeoh melirik kedepan dan melihat seseorang berwajah cantik yang juga sedang melihatnya. "Papa, siapa noona ini?"
Jongin tertawa pelan melihat Sehun yang meringis di panggil noona oleh Taeoh. "Dia adik uncle Luhan, namanya Sehun. dan dia laki-laki sayang"
"Laki-laki?" Taeoh menjulurkan badannya kedepan dan mengamati wajah Sehun. "Tapi Thehun noona thangat cantik, jadi Tae akan memanggilnya noona saja"
"Jangan, panggil hyung saja atau apapun juga boleh. Asal jangan noona" Sehun menjawab cepat. Dia tidak mau di panggil noona oleh bocah tampan ini.
"Noona yakin apa pun boleh?" Sehun mengangguk. "Jangan menolak lagi nanti ya" Sehun mengangguk lagi. "Kalu begitu Tae panggil mama saja"
UHUKKK...
Sehun dan Jongin terbatuk bersamaan, bagaimana bisa anaknya ini memanggil Sehun dengan sebutan mama.
"Oi oi. Jangan bercanda Kim Taeoh." Jongin berbicara setelah selesai dengan acara terbatuknya.
"Tae enggak belcanda. Kan mama thendili yang bilang telselah." Taeoh menjawab santai dan mulai memanggil Sehun dengan sebutan mama. "Jadi mama enggak thuka Tae panggil mama?" Taeoh menunduk sedih menahan air mata. Sehun yang melihatnya menjadi gelagapan.
"Hahhh? Tentu saja tidak. Kamu boleh panggil mama kok." Sehun melihat kebelakang. Sedangkan Jongin sendiri sedang mendengus keras, Sehun tidak menyadari kalau dia sudah di bohongi iblis kecil itu.
"Telimakathih ma" Taeoh mendongak dan langsung tersenyum ceria.
"Maaf ya sehun" Jongin berbicara pada Sehun, sedangkan Taeoh sedang bermain dengan sebuah rubik.
"Oh tidak apa, salah ku juga yang berbicara seperti itu tadi. Lagipula Taeoh masih kecil dan kurasa dia memang membutuhkan sosok ibu" Sehun menatap Jongin. "Lagipula bukankah kita sudah mengatakan ingin mencoba?"
"Hmmm. Aku rasa juga tidak masalah. Kita akan mengakrabkan diri secara perlahan." Jongin tersenyum.
"Ma, mama bitha memathak? Tae hampil mati tadi padi memakan telul goleng buatan papa" Taeoh tiba-tiba menjulurkan kembali kepalanya kedepan.
"Memasak? tentu saja bisa."
"Pa, ayo kita belhenti di thupel malket." Taeoh menghadap Jongin. lalu menghadap ke Sehun lagi. "Kita beli bahan untuk mama mathak"
"Baiklah"
Jongin melirik Sehun yang tengah tertawa dan bercanda bersama Taeoh, Sehun memang terlihat sangat menyukai anak-anak. Satu lagi hal yang membuat rasa tertarik Jongin bertambah. Dan Jongin harap hubungan percobaan yang di mulainya dengan Sehun, bisa membuatnya menemukan cinta bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk anaknya.
.
.
.
End..?
Review please..#Bow
.
.
