I Do
Mata Ara
A SasuSaku fanfiction / AU / OOC / Typo
Naruto belongs to Masashi Kishimoto.
Sakura menangkupkan kedua tangannya ke mug cokelat berbentuk kucing, berusaha menyerap hawa panas melalui jari-jarinya untuk disebar ke seluruh jaringan dalam tubuh—walaupun sebenarnya sisa-sisa kehangatan dari cokelat panas sudah menguap dan larut dalam udara musim dingin. Sudah hampir sejam gadis merah jambu itu duduk terpekur di sudut ruangan persis anak hilang. Manajernya, Temari, sudah pergi menghilang ke balik pintu berpetitur aneh dan meninggalkannya seorang diri. Tidak sepenuhnya seorang diri, karena di sudut bersebrangan darinya masih terdapat sosok lain. Seorang gadis muda bersurai pinggang sebokong, dengan pakaian minim yang aneh di musim dingin seperti ini, dan tengah sibuk di depan layar notebook dan sesekali melempar senyum pada Sakura.
Tunggal Haruno itu sedang berada di sebuah gedung pertelevisian. Starpack 7, namanya. Ia berada di lantai tiga, lantai tempat di mana kantor pemilik perusahaan ini berada. Sakura tidak tahu kenapa ia berada di sini, terdampar sendirian ditemani cokelat panas yang mulai dingin dan senyum aneh dari seorang gadis muda, selain fakta bahwa ia pasti akan ditawari sebuah projek baru.
Berprofesi sebagai seorang aktris selama lebih dari sepuluh tahun tidak juga membuat Sakura familiar dengan situasi seperti ini. Ia lebih nyaman jika berada di samping Temari yang sibuk berdiskusi dengan si pemilik projek, walaupun ujung-ujungnya ia akan tertidur di tengah-tengah pertemuan (satu-satunya alasan kenapa Temari tidak mengijinkannya ikut!)
Satu tegukan cokelat panas kemudian, pintu berpetitur aneh itu terbuka, menampilkan Temari dengan berbagai map berwarna yang diapit di bawah lengannya.
"Kok lama?" protes Sakura.
"Diskusinya cukup alot," jawab Temari. Keningnya berkerut dalam.
"Kenapa memangnya?"
"Nanti. Di mobil." Temari menuntun Sakura ke arah lift, menekan tombol basement lalu kembali diam.
Biasanya, sikap Temari yang diam dengan kening berkerut bukanlah pertanda baik. Kalau bukan diskusinya tidak mencapai kata mufakat, nasib Sakura yang jadi sial. Terakhir kali Temari bersikap seperti ini adalah saat Sakura ditawari menjadi ambasador sebuah iklan minuman. Imejnya sebagai gadis muda yang enerjik menjadi alasan kenapa pemilik minuman bersari jeruk itu menginginkan Sakura. Sakura ditawari bayaran tinggi, mengingat popularitasnya yang tidak main-main, tapi sialnya ia diminta berkostum jeruk di sepanjang iklan dan fanmeeting. Tai. Temari langsung menolak.
Makanya, melihat Temari sekarang mau tidak mau membuat Sakura ikut dugun-dugun juga. Ini jangan-jangan Sakura ditawari main drama di mana ia disuruh lompat dari pesawat sambil main hulahop. Atau Sakura disuruh menaikkan berat badannya menjadi 130 kilo dan ganti kelamin untuk peran pesumo. Duh.
Sakura tambah dugun-dugun. Jadi ketika ia dan Temari sudah nyaman berada dalam mobil dan seatbelt sudah terpasang, ia langsung memberondong pertanyaan.
"Kau ditawari variety show," jawab Temari yang masih dalam mode tidak enak.
"Wah," respon Sakura. "Asyik dong." Ini anak emang gampang senang. "Variety show apa? Kabur Men? Aku udah lama mau ikut disitu. Asyik kayaknya ngebobol rumah orang terus kabur."
"Bukan," Temari tambah tidak enak. Dibenaknya dia agak heran juga kenapa Sakura bisa seodong ini. Mau aja gitu ikut variety show yang kerjaannya membobol rumah orang?!
"Terus?"
"Variety show baru. Ada sedikit campur tangan pemerintah."
"Oh ya?"
"Hm."
"Namanya?"
"I Do."
"I Do? Uh. Oke."
Temari berdecak kesal. "Sakuraaa… variety show itu tentang dua orang yang akan nikah."
Yang diajak bicara mendadak nyengir. "Bener? Wah. Keren! Terus nee-chan setuju? Setuju aja dong~"
"Ini anak. Kamu ngerti nggak sih? Umur kamu berapa?"
"Sembilan belas," jawab Sakura polos.
"Nah. Masa umur baru sembilan belas udah disuruh nikah?"
"Ya kan main-main aja, nee-chan~"
"Nah. Itu. Nanti apa kata orang kalau lihat anak umur sembilan belas udah main nikah-nikahan?"
Sakura menghela napas panjang. "Jadi nee-chan tolak?"
"… Nggak juga."
"Ya terus?" Sakura gondok. Tadi bilangnya tidak suka sama konsep acaranya, tapi tidak ditolak juga. Kan aneh.
"Ya… itu tadi. Ada campur tangan pemerintah."
Gantian kening Sakura yang berkerut. "Maksudnya?"
Temari belum menjawab sebelum mengganti persneling dan membelokkan setir memasuki pekarangan rumah Sakura. Sambil membuka seatbelat dan mengambil berkas-berkas dari bangku belakang, Temari menjawab, "kamu tahu soal sumber daya manusia di Jepang, kan? Hyuuga-san bilang pemerintah nggak terlalu oke dengan pemikiran orang-orang Jepang sekarang. Lebih suka tinggal sendiri daripada nikah. Lebih suka kerja daripada bikin keturunan. Pemerintah mau ada variety show yang bisa bikin anak-anak muda paham kalau menikah itu bukan sesuatu yang memberatkan." Dia membuka pintu rumah Sakura dan menutupnya setelah Sakura ikut masuk ke dalam. "Dan mereka mau yang jadi artisnya yang mewakili anak-anak muda."
Duduk di sofa tunggal di depan televisi, Sakura terdiam memikirkan ucapan Temari. Ia tahu soal kebiasaan masyarakat Jepang saat ini. Tapi ia juga tidak sepenuhnya menyalahkan. Memikirkan bagaimana biaya hidup yang semakin tinggi jadi alasan yang membuat orang-orang berpikir lebih baik hidup sendiri daripada menambah beban. Tapi kalau terus berkelanjutan, bahaya juga untuk eksistensi keturunan ras Jepang kalau angka kelahiran berbanding terbalik dengan angka kematian. Bisa-bisa, dalam waktu seratus tahun ke depan, Jepang hanya akan didominasi oleh kuburan-kuburan.
"Hm… berat juga," kata Sakura sok paham.
Temari lantas mengambil tempat di samping Sakura dan meletakkan tiga map di atas meja kopi. "Untuk kali ini nee-chan mau kamu yang ambil keputusan." Dagunya mengedik ke arah map, "itu ada kontrak dan penjelasan rinci soal variety show ini. Kamu pelajari dulu klausa-klausanya. Kalau ada yang kurang paham, tanya nee-chan. Mereka mau jawabannya Senin depan."
Empat hari lagi. "Ini… aku aja yang ikut?"
Temari menggeleng. "Hyuuga-san bilang mereka mau bikin tiga pasangan. Tiga-tiganya ada di rentang umur yang sama kayak kamu."
"Wah. Niat amat," komen Sakura. "Terus pasanganku siapa?"
"Belum ditentukan," jawab Temari sambil bangkit dari duduknya dan beranjak ke arah dapur. "Kayaknya yang lain juga punya pemikiran yang sama. Ini kita kayak lagi gambling."
"Gambling?"
Temari mengangguk. "Kalau konsepnya diterima masyarakat luas, ya untung. Kalau jadinya dicela, imej yang sudah susah payah kamu bangun bisa hancur."
Sakura mengangkat bahunya, tidak acuh. "Di dunia kita emang udah konsekuensinya begitu kan." Ia lalu mengambil ponselnya dari dalam tas Temari dan mulai sibuk browsing. Sambil diiringi kikikan kecil ia mengetik list japanesse actor and actress born 1997 di kolom pencarian. Tidak sampai sedetik muncul berderet nama, baik yang dikenalnya maupun tidak.
Sakura mengenali beberapa nama, salah seorang di antaranya adalah Ino Yamanaka, penyanyi berkonsep seksi yang juga beragen ganda sebagai sahabat baiknya. Lalu ada…
"Alamak!" Matanya melotot, lalu Sakura kembali terkikik. "Gaara-kun… aduh… gimana ini… kalau sampai aku pasangannya sama Gaara-kun gimana…" Roh wotanya mendadak kambuh.
Temari yang sudah melayani dirinya sendiri dengan semangkuk salad mendengus dari balik meja konter. "Kontraknya dibaca dulu, Sakura. Jam delapan nanti kita harus udah di tempatnya Jiraiya-san buat fitting baju."
Perkataan Temari menarik konsetrasi Sakura dari gambar Gaara yang topless. "Loh? Memangnya aku jadi ikut Gala Ball?"
"He-eh. Tsunade-sama udah mereview ulang semua jadwal kamu. Seminggu kedepan kamu kosong."
"Boo yeah~!"
Tiga hari berikutnya menjadi tiga hari tersantai di sepanjang karir Sakura. Ia menghabiskan waktu di rumahnya sambil mempelajari kontrak, membaca novel-novel baru, browsing gambar Gaara Rei yang shirtless, mengeksplor kemampuan memasaknya, dan browsing gambar Gaara Rei yang shirtless—sekali lagi.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam mempelajari kontrak barunya, Sakura mendapati bahwa kontrak yang diajukan pihak Starpack sebetulnya menguntungkannya secara finansial. Tapi seperti kata Temari, mereka harus gambling di proyek ini. Mengubah cara pandang masyarakat luas tidak segampang membalik pancake. Taruhannya adalah imej Sakura yang kadung dikenal sebagai gadis muda enerjik dan positif. Ia bekerja keras membangung imejnya selama lebih dari sepuluh tahun, dan tidak ingin semua usahanya sia-sia hanya karena ingin mengubah pemikiran orang-orang.
"Oke! Aku setuju," kata Sakura di sela-sela makan malamnya bersama Temari.
Temari mendongak dari saus kacangnya dan menatap Sakura dengan pandangan sangsi. "Kenapa?"
Sakura mengangkat bahunya acuh. "Konsepnya kayaknya seru." Padahal alasan utamanya ambil bagian dalam projek ini adalah karena ingin bertemu Gaara Rei. Memang belum tentu pasangannya nanti adalah pemuda anggota boyband itu, tapi… bisa diatur.
"Yakin?"
"Yep! One hundred percent!"
Temari menjilati sendoknya sebelum menjawab, "…Okay. Besok kita ke Starpack buat tanda tangan kontrak. Kamu setuju sama semua klausanya?"
"Kecuali di bagian aku harus jangan dulu bergaul sama teman-teman pria yang lain. Itu nggak bisa diubah? Soalnya teman-temanku kan kebanyakan cowok. Nee-chan tahu sendiri. Masa cuma gara-gara pernikahan virtual aku harus menjauh dari teman-temanku?"
"Besok kita omongin dengan pihak Starpack."
Sakura mengangguk-angguk, mengiyakan. Ia menelan tiga sendok nasi sebelum kembali bersuara. "Oh ya, omong-omong, nee-chan…"
"Hm?"
Sakura bergerak tidak nyaman di tempatnya. Ia membolak-balik ikan gorengnya dengan setengah hati. "Ini kan… nikah kan ya? Bakal ada gituan nggak?"
Perempatan berkedut di kening Temari."Haruno, please, ini kita lagi omongin variety show, bukan film porno!"
Sakura tertawa tanpa dosa. "Ya kan kali aja pemerintah mau anak-anak muda tau kalau bikin anak itu lebih enak daripada kerja."
tbc
hutang lagi? HAHAHAHAHA. Duh maafkeun yeah? Idenya langsung nongol minta diketik begitu saya selesai nonton We Are In Love-nya Song Jihyo sama Chen Bolin. Jiwa shipping saya sedang menggelepar-gelepar ini…
Review?
