A/N: Fic ini terinspirasi dari Film Anime yang judulnya Tokyo Ghoul, bisa dibilang ini versi Fanfictnya(?) tapi akan ada banyak yang dirubah terutama para Cast hehe~ Jadi jangan heran ya:3

.

.

Disclaimer: EXO Punya SM dan Kai lagi diusahakan menjadi milik saya(?)

Ishida Sui

Sehun Luhan Baekhyun!Girl

KaiHun

.

.

Matahari bersinar dengan teriknya hari ini, membuat dua orang namja berbeda warna rambut itu kini berdiam diri disebuah kedai Coffee yang cukup ramai.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Jongin namja dengan rambut hitam pekatnya tersebut, tanganya ia lipat dimeja berwarna kuning dihadapanya. Sedangkan Taemin namja dengan rambut Blonde tersebut masih menahan tawanya.

"Astaga! Kau mau berkencan dengan yeoja berambut merah disana? Kumohon jangan bermimpi!" pekik Taemin sembari tertawa kencang yang mengundang perhatian beberapa pengunjung kedai Coffee disana. Jongin hanya memutar bola matanya malas.

"Berambut merah?" Jongin menaikan sebelah halisnya yang tebal, ia menatap Taemin dengan pandangan aneh. Hey! Yeoja yang diincarnya bukan dengan rambut berwarna merah tetapi rambut berwana coklat!

"Hum! Aku akan mencatatnya bahwa seorang Kim Jongin akan mengencani yeoja cantik disana!"

"Grr! Berhenti berbicara!" Jongin memukul bagian belakang kepala Taemin, Taemin hanya meringis kecil dan terkikik. Obsidian milik Taemin kini melirik kesana kemari kemudian mulai mendekatkan wajahnya pada telinga milik Jongin.

"Jadi.. mana yeoja yang kau incar?" bisik Taemin pelan namun seketika matanya membelalak lebar saat melihat seorang yeoja dengan rambut pendek dan tinggi semampainya dimeja kasir. Sebelah mata milik yeoja tersebut tertutupi oleh poninya yang memanjang sehingga terlihat sedikit misterius.

"Woahh! Dia sangat manis!" pekik Taemin tertahan sembari tersenyum senang, mengabaikan Jongin yang lagi – lagi dibuat kesal olehnya.

"Jongin! Siapa dia?" tanya Taemin, matanya tak lepas dari yeoja yang masih berdiri disana. Jongin melirik yeoja tersebut namun malah menggendikan bahunya tidak tahu.

"Dia manis," ucap Jongin santai, Taemin menganggukan kepalanya kemudian memanggil yeoja berambut pendek tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya. Taemin berdiri dari tempat duduknya.

"Permisi!" teriak Taemin sembari melambaikan tanganya, Yeoja tersebut tersenyum dan melangkah mendekat ke arah meja Jongin dan Taemin.

"Satu Capuccino! Dan kau Jongin?" Taemin tersenyum senang saat yeoja tersebut mulai menuliskan menu yang dipesan Taemin, Jongin menghembuskan nafasnya pelan kemudian mulai memesan sebuah makanan.

"Eum, noona.. siapa namamu?" Taemin bertanya sembari tersenyum, headphone yang dipakainya kini ia sampirkan dilehernya. Yeoja tersebut terlihat merona dan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Taemin!" Jongin berteriak kesal, Taemin benar – benar memalukan sekarang. Sialan!

"Namaku.. Oh Sehun—"

"—Sehun –ssi! Apa kau sudah mempunyai kekasih?" Taemin bertanya dengan semangat dan tanganya kini mulai memegang tangan Sehun yang masih memegang catatan kecil ditanganya.

"Hentikan bodoh!" teriak Jongin kesal pada Taemin, Sehun kini terlihat terkejut namun ia segera meninggalkan meja tersebut ke arah dapur untuk memberikan catatanya pada Pelayan lainya. Mengabaikan Taemin yang mendesah kecewa

"Bagaimana bila aku diusir dari sini apa yang harus aku lakukan!" kesal Jongin ia mendelik pada Taemin yang kini terkikik.

"Ini tempatku untuk bertemu denganya," lanjut Jongin.

"Kau bisa bertemu denganya ditempat lain, pfttt,"

Kring!

Suara Lonceng pertanda adanya pelanggan masuk terdengar menggema di Kedai Coffee sederhana tersebut, Obsidian hitam milik Jongin membulat dan semburat warna kemerahan kini menjalari pipinya.

'Luhan—'

"Dia.. orangnya," gumam Jongin, Taemin melirik pintu masuk tersebut.

Seorang yeoja dengan rambut panjang dark brownya kini mulai melangkahkan kakinya masuk dengan perlahan, kacamata terlihat menghiasi wajahnya namun tetap tidak menghilangkan kesan anggun. Ia berjalan pada sudut kedai tersebut, mencari tempat yang sepi dan tenang.

Sehun yang kini sedang berdiri didekat pintu masuk menatap Luhan dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Matanya terus mengikuti gerak gerik Luhan yang sudah terduduk dikursi kedai disana.

"Jongin, kau menyerah saja," bisik Taemin masih menatap Luhan dengan pandangan mirisnya.

"Huh?"

"Ia terlalu sempurna untukmu!"

Jongin mendengus saat mendengar perkataan Taemin yang seketika menusuk ulu hatinya. Sialan! Bisa – bisanya Taemin berkata seperti itu padanya.

"Baiklah Kim! Aku harus pergi sekarang, selamat tinggal!" Taemin berjalan keluar kedai dengan santai, meninggalkan Jongin yang terdiam disana sambil sesekali mencuri pandang pada Luhan.

Xxowlf

Pagi ini tubuh seorang laki – laki ditemukan tewas dengan mengenaskan di Gedung Tua dekat Distrik bernomor 20. Laki – laki tersebut diduga dibunuh oleh seorang Wolf yang berkeliaran di Seoul.

Kejadian ini masih ditangani oleh pihak yang berwajib, sembari menunggu keterangan yang beredar para Badan penanggulangan Wolf mulai menyusun rencana untuk menuntaskan beberapa kejadian yang akhir – akhir ini semakin menjadi.

Jongin masih terdiam di kedai Coffee dari tadi siang sampai malam ini, ia masih tetap berada disana sembari menyaksikan Televisi yang menayangkan berita – berita panas yang terjadi si Seoul.

Wolf.

Jongin berpikir bahwa monster tersebut benar – benar tidak ada didunia ini, tapi entah kenapa sekarang ia menjadi percaya bahwa mereka benar – benar ada. Kepalanya jadi berputar pusing sekarang memikirkan hal itu.

Luhan juga masih terdiam disana, Jongin sedikit gugup sekarang. Sebenarnya ia ingin mendekati Luhan namun nyalinya menjadi ciut saat matanya tanpa sengaja bertatapan dengan Obsidian biru milik Luhan.

'Apa yang harus kulakukan?' batin Jongin.

Dengan segenap keberanian Jongin berjalan mendekat ke arah Luhan yang kini sedang memainkan ponselnya, Jongin tersenyum kaku saat Luhan melihatnya dan tersenyum. Benar – benar cantik.

"A-anyeong Luhan – ssi," sapa Jongin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Luhan juga membalas sapaan Jongin yang membuat Jongin semakin tergila – gila padanya. Jantungnya semakin berdebar sekarang, mengabaikan tatapan seorang yeoja lainya yang kini menatap mereka dengan dingin. Mata tajam milik yeoja tersebut sekilas berubah menjadi warna hitam dengan pupil yang berwarna merah darah.

"Kau.. belum pulang?" Jongin sedikit berbasa – basi sekarang, tanganya sudah mengeluarkan keringat dingin. Luhan didepanya menggelengkan kepalanya pelan, matanya yang seperti rusa tertutup sebentar saat menyesap Coffee hangatnya yang baru dipesan.

"Kau juga belum pulang?" Luhan balik bertanya, Jongin hendak menjawab namun sebuah dering ponsel cukup menggema disana. Sial! Itu ponsel miliknya.

Drtt.. Drtt!

"Halo—"

"Kau sudah pulang?" Tanya seseorang disebrang disana. Taemin.

"Belum,"

"Jongin, hati – hati para Wolf sedang mencari mangsanya malam ini. Kau tahukan mereka mecari makanan setiap saat—"

"Ya, aku tahu. Berhenti berbicara dan kau mengacaukan kencan kecilku denganya brengsek!" tekan Jongin diakhir kata, marah tentu saja. Luhan terlihat memiringkan kepalanya tidak mengerti akan pembicaraan yang dilakukan Taemin dan Jongin. Rambutnya yang panjang kini mulai menutupi matanya, Jongin tersenyum dan mulai menyingkirkan helaian tipis dan lembut tersebut.

"Kau.. mau pulang kapan?"

"Entahlah.. aku sedikit takut untuk pulang.." Luhan berkata dengan lirih.

"Bagaimana.. kalau ku antar?" Tawar Jongin, jaket biru langit miliknya kini sudah melekat ditubuhnya. Luhan menganggukan kepalanya dengan senang, kaki jenjangnya terbalut jeans yang panjang mulai melangkah bersamaan dengan Jongin yang mengikutinya dari belakang.

Kini mereka sudah sampai ditrotoar jalan, mereka berjalan berdampingan dengan Luhan yang terus berceloteh tentang hari – harinya dikampus. Mereka benar – benar seperti sudah mengenal dengan dekat terkadang sebuah candaan yang dilontarkan Jongin membuat keduanya tertawa bersama.

Ternyata mereka sama – sama menyukai menari dan membaca buku, banyak kesamaan yang mereka miliki hingga akhirnya mereka tidak sadar bila sebentar lagi mereka akan sampai pada tempat tujuan saking asyik mengobrol.

Malam ini bergitu ramai dijalanan, Luhan menarik lengan Jongin pada sebuah komplek yang sedikit sepi. Tanpa mereka ketahui Sehun yang sedang berjalan dengan temanya melihat mereka yang kini masuk kedalam sebuah gang gelap.

"Sehun – ah, cepat! Kau tidak takut ada Wolf yang berkeliaran?" kesal Baekhyun yang melihat Sehun berhenti berjalan, ia kini sudah mulai menarik – narik lengan baju milik Sehun. Sehun mendengus dan mulai mengikuti langkah Baekhyun didepanya.

Xxowlf

"Mereka benar – benar mengerikan dan banyak memakan orang ya?" salah seorang dengan kacamata bulatnya bertanya pada seseorang lainya yang kini sedang mengevakuasi seorang mayat yang sudah tidak berbentuk lagi didekat gedung tua.

"Hn," Jongwoon namja yang ditanya hanya menggumam dengan sesekali menampilkan raut jijik saat melihat usus mayat tersebut terbuai keluar, Ryeowook—namja kacamata—memutar bola matanya malas.

"Cepat selesaikan Jongwoon – ah,"

"Dimana Siwon dan Heechul?" tanya Jongwoon pada Ryeowook, Ryeowook menggendikan bahunya tidak tahu. Mereka sepertinya sedang menyelesaikan misi terbaru yang ditemukan sekitar tadi pagi. Tentang sebuah alat yang sebenarnya menurut Ryeowook tidak penting.


"Hmm rumahku ada disana, jadi—" Kini Jongin dan Luhan sedang berjalan disebuah gang dengan sedikit pencahayaan, kaki mereka terus melangkah hingga ke sebuah tempat yang benar – benar sepi. Bahkan langkah kaki mereka terdengar menggema disana.

"Luhan – ssi," Panggil Jongin pada Luhan yang berjalan mendahuluinya, Luhan berhenti berjalan dan menatap Jongin yang kini tersenyum kikuk.

"Apa.. kita bisa bertemu lagi nanti?" Tanya Jongin, suaranya sedikit bergetar. Luhan yeoja cantik tersebut memiringkan kepalanya dan menatap Jongin, senyumnya mengembang saat itu juga.

"Mungkin.. kita mempunyai banyak kesamaan saat ini, Jongin – ssi,"

Keadaan benar – benar terlihat sepi, mereka berdiri berhadapan sekarang. Luhan berdiri sekitar tiga meter dari Jongin. Luhan memegang paperbag berisi buku – buku ditanganya.

Luhan menjatuhkan paperbag tersebut kelantai marmer dibawahnya, ia berjalan mendekat ke arah Jongin yang berdiri dengan tegang. Kaki milik Luhan menimbulkan suara yang sedikit menggema membuat Jongin harus menelan ludahnya gugup.

"Kau tahu.." Luhan menggumam pelan, ia memeluk Jongin dan melingkarkan lenganya dileher Jongin.

"Aku..mulai tertarik padamu.." Senyum Jongin mengembang saat mendengar penuturan Luhan, namun tiba – tiba mata milik Jongin membelalak saat itu juga saat merasakan sesuatu mengoyak pundaknya.

Kryykkhh!

Kucuran darah segar kini mengalir dari pundak milik Jongin, Luhan menyeringai dalam diam. Mata indah seperti rusa yang memiliki pupil berwarna biru itu kini sudah berubah menjadi warna hitam dengan pupil berwarna merah.

Cakar – Cakar tajam nan panjang berwarna hitam kini melekat dijari – jari lentik milik Luhan.

"Daging mu manis sekali Jongin – ah.." gumam Luhan dengan suara rendahnya, bau amis sangat terasa disana. Jongin hanya diam sembari meringis nyeri saat Luhan terus mengoyak pundakya.

Astaga! Ia benar – benar tidak tahu bila Luhan adalah.. Wolf

Ia benar – benar tidak bisa berkutik sekarang, Luhan melepas gigitanya dan melesat mundur jauh kebelakang. Ekor panjang berwarna merah darah kini terlihat, Jongin menatap kaget Luhan yang kini benar – benar berubah. Sekujur tangan dan kakinya yang jenjang kini diselimuti oleh bulu – bulu halus berwarna merah darah, telinga yang memanjang dan cakar – cakar tajam yang siap merobek kulitnya kini terlihat di obsidian matanya.

"K-kau.." lirih Jongin, matanya tak lepas dari Luhan yang tertawa senang dan mulai berjalan mendekatinya lagi. Jongin sudah terduduk dilantai marmer itu sekarang, darah miliknya yang mengalir dari pundaknya berceceran disana, "Tidak mungkin.."

"Kim Jongin – ssi," panggil Luhan dengan nada senang, ia berjongkok dihadapan Jongin yang menatapnya takut.

"Ada sesuatu yang lebih membuatku menyukaimu—"

"Kau tahu itu apa?" Luhan bertanya dengan nada rendah, kekehan mengerikan terdengar disana.

"Yaitu menarik semua organ dalam seseorang yang berada dihadapanku!" teriak Luhan dengan suara yang melengking, kemudian menarik Jongin dengan ekor miliknya yang panjang dan menghempaskanya ketembok hingga tembok tersebut hancur karena hantaman yang sangat kuat.

Brugh! Strett

"Ugh.." Jongin memegangi pundaknya yang terus menerus mengeluarkan darah, ia berdiri dan berusaha lari dari sana namun Luhan mengejarnya dengan kecepatan tinggi dan menusuk perutnya dengan cakarnya yang panjang dan berwarna hitam.

Crashh!

Brugh!

"HAHA INI MENYENANGKAN!" teriak Luhan dan kembali melemparkan Jongin ke tanah, Jongin memejamkan matanya saat rasa nyeri kini mulai mendera seluruh tubuhnya. Sekarang bukan pundaknya lagi yang megeluarkan darah tetapi perutnya juga.

Perih, itu yang dirasakanya.

"Para Wolf tidak akan melepaskan makananya Kim Jongin –ssi~~!" pekik Luhan senang dan menyeringai, matanya yang berwarna hitam dengan pupil merah tersebut kini menatap Jongin tajam yang mulai berdiri dan menyender pada tembok dibelakangnya.

"Ini.. sakit ugh," gumam Jongin pelan kemudian ia kembali terduduk dibawah.

Kedua tangan Luhan yang berhiaskan cakar kini menarik tubuh Jongin kebelakang yang membuat tubuhnya kembali terhempaskan kelantai marmer, kedua matanya seakan sudah berat sekarang.

"Kau sudah mati humm?" Luhan memiringkan kepalanya, rambut dark brownya kini sudah berganti warna menjadi merah darah. Itu cipratan darah milik Jongin tadi, terlihat sangat menyeramkan saat wajah cantik milik Luhan kini penuh oleh warna merah darah.

"Ini tidak menyenangkan!" geram Luhan dan menendang tubuh Jongin hingga menghantam tembok besar dibelakangnya, Jongin memuntahkan banyak darah dari mulutnya sekarang.

"Uhuk..uhuk—"

Jongin terkapar dengan mata yang setengah tertutup, Luhan berdiri dihadapanya dengan tatapan yang benar – benar tajam dan mengerikan.

"Sayang sekali, padahal aku menyukaimu Jongin –ssi~~" gumam Luhan sambil menyeringai, Jongin dihadapanya masih terkapar disana dengan luka disekujur tubuhnya.

"Kau terlihat enak dan lembut saat dima—"

Krek!

Krek!

Bunyi sesuatu yang putus kini terdengar, tak lama sebuah besi besar untuk membangun sebuah gedung terjatuh dari lantai atas Gedung tua tersebut hingga menimpa Luhan yang berdiri dibawahnya.

Brugh! Krrhkk

Luhan tidak sempat menghindar dan saat itu juga ia tertimpa besi tersebut hingga tewas ditempat, Wolf cantik itu kini sekarat dibalik reruntuhan besi disana. Darah mengalir dan memuncrat dengan deras dari tubuh Luhan.

Jongin yang masih sekarat disana hanya menatap Luhan dengan dingin, pandangan mata seperti keputus asaan terlihat disana.

Ekor berwarna merah milik Luhan menggerak pelan tanda ia bahwa sedang sekarat.

"..Sial—"

Krykkk!

"Aku akan mati disini Ha-ha.." tawa Luhan dengan lirih tak lama kemudian tidak terdengar suara apapun lagi. Keadaan benar – benar hening sekarang.

'Siapa yang menjatuhkan bangunan besi tua itu?'


'Organ dalamnya sudah tidak berbentuk lagi,'

"Apa ini?" gumam Jongin dengan pelan, matanya tertutup dengan rapat. Sekarang ia seperti sedang berada dibawah laut dengan air yang berwarna biru jernih.

'Kita mulai operasinya sekarang,'

Suara lainya terdengar di indra pendengaranya, yang membuatnya benar – benar tidak mengerti.

"Aku sedang dimana?"

"Apa.. aku sedang berkencan dengan Luhan – ssi?" tanyanya pelan, suaranya seperti menggema disana.

'Kita akan memindahkan organya sekarang,'

'Tanpa ada persetujuan dari keluarganya?'

"Apa yang mereka bicarakan?" Jongin bertanya – tanya didalam hati sekarang. Ia membuka matanya yang tertutup rapat namun itu benar – benar sulit, membuatnya hampir gila hanya untuk membuka matanya.

'Cepat pindahkan organ miliknya!'

'B-baik!'

Jongin seperti berenang disana, dihadapanya terlihat Luhan yang berenang ke arahnya sambil tersenyum. Matanya berwarna biru seperti biasanya, tidak ada lagi cakar – cakar dan ekor seperti wolf yang terakhir dilihatya.

Luhan masih berenang mendekatinya, tanganya terjulur untuk memegang lengan Jongin sekarang. Tangan kanan milik Jongin kini sudah dipegang dengan erat oleh Luhan.

"Hangatnya.."

Srett!

Mata Jongin terbuka saat itu juga, kini ia sedang terbaring diranjang rumah sakit. Kenapa ia ada disini?

Seorang suster kini berada disebelahnya, ia sedang menyuntikan sebuah obat kedalam jarun infusnya.

"Jongin – ssi kau sudah bangun?" tanyanya seraya tersenyum hangat, Jongin hanya mengedip beberapa kali. Mata kirinya terasa berat untuk digerakkan, suster disebelahnya kini hanya terus menerus tersenyum.

"Akan ada perubahan dalam dirimu, kau tenang saja Jongin – ssi," katanya kemudian mulai melangkah keluar kamar rawat milik Jongin, Jongin mulai memegang perutnya yang terasa perih.

Saat suster tersebut sudah diambang pintu seorang dokter dengan rambut putihnya masuk keruang inapnya sambil tersenyum hangat.

"Bagaimana kabarmu?" tanya dokter Lee sembari tersenyum hangatm ia duduk disebuah kursi disana. Jongin menatap dokter Lee dengan pandangan kosong.

"Kepalaku pusing.."

"Mungkin itu pengaruh obat," sahut dokter Lee, ia melihat Jongin yang kini menunduk dalam.

"Itu kecelakaan yang cukup serius, apa kau sudah makan?" tanyanya. Jongin menggeleng pelan dan memijat pelipisnya , kepalanya benar – benar terasa berputar sekarang.

"Kau harus segera makan—" sang dokter menunjukan seporsi makanan rumah sakit didekat Jongin, Jongin meliriknya dan menelan ludahnya kasar.

"Kau harus mencobanya," Dokter Lee mengambil porsi makanan tersebut dan memberikanya pada Jongin, Jongin mengambilnya dengan tangan yang bergetar.

Tangan kananya mengambil sesendok nasi disana kemudian menyuapkanya ke dalam mulutnya, Jongin tidak mengunyahnya dan terdiam menampilkan raut wajah ingin muntah. Perutnya mual saat ini juga.

Tanpa mengunyah Jongin menelanya secara langsung, persetan bila ia sekarang mati hanya menelan nasi dengan tidak mengunyahnya. Rasanya benar – benar buruk dan.. menjijikan dilidahnya.

"Bagaimana?" tanya Dokter Lee kemudian memberikan sebotol air mineral pada Jongin, Jongin menerimanya dan meminumnya dengan cepat.

"Terasa menjijikan di lidahku," gumamnya.

Sang dokter tersenyum dalam diam, Jongin tidak mengetahuinya. Kemudian dokter Lee mulai beranjak berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan Jongin yang sekarang terduduk sembari memegang sebelah matanya yang terasa panas.

Apakah.. ini efek dari obat?

Xxowlf

Jongin membungkuk kepada Dokter Lee dan Suster yang sudah menjaganya beberapa hari ini, ia tersenyum kemudian berbalik pergi meninggalkan Rumah sakit didaerah Seoul itu.

Menghela nafas pelan ia melangkahkan kakinya ke arah pinggiran Seoul, dimana rumahnya berada.

Ia benar – benar khawatir dengan Taemin, ia benar – benar tidak menghubunginya beberapa hari ini.

Tap

Derap langkahnya kini terdengar, didepanya terdapat pintu berwarna coklat tua. Di gagang pintu tersebut terdapat sebuah kantung plastik yang menggantung dan sebuah surat dengan gambar aneh disana.

Jongin mengambil kantung plastik beserta surat tersebut kemudian membawanya masuk ke dalam rumah.

Hening.

Seperti biasa, rumahnya benar – benar sepi. Ia menyimpan kantung plastik tersebut ke dalam lemari es, surat itu kini dibawanya ke dalam kamar dan membacanya disana.

Dear Jongin,

Bagaimana kabarmu hari ini? Ahh kuharap kau sudah keluar dari rumah sakit jelek itu.

Dan selamat atas kesembuhanmu Kim Jongin! Ohya akhir – akhir ini aku sering berkunjung ke kedai coffee distrik 20 lohh~ melihat Sehun – ssi yang manis itu hehe..

Dan juga aku membawakan kimchi kesukaanmu disana, dimakan ya! ^3^

Salam, sahabat idiotmu.

"Taemin.."

"Terimakasih—"

"Dan maaf," Dengan itu Jongin menutup matanya ditempat tidur, surat yang diberikan oleh Taemin ia pegang dengan erat.

TBC

Cieee aku balik cieee /whatthe

maaf buat yang nunggu dua FF itu nggak dilanjut soalnya idenya menghilang entah kemana, kebetulan beberapa bulan kemarin aku ga bisa buka FFn /uhuk

okesip, sebelumnya udah ada yang pernah nonton film anime Tokyo Ghoul? pftt~

Film Anime kaporit tuh, hoho.

maaf kalo ada typo yup~

Oke, sekian cuap2nya. Mohon Review! /bows/