Warning : mpreg, yaoi/boys love, graphic birth
Disclaimer : Harry potter © JK Rowling
Unexpected Lost Lover
Di tengah sebuah hutan terlarang tak jauh dari tepi sebuah danau terdapat sebuah rumah pondok sederhana yang terdiri dari 2 lantai. Jandela sebuah kamar yang berada di lantai satu bangunan terbut nampak terbuka dari dalam. Memperlihat seorang pemuda bermata emerald yang sedikit terhalangi kaca mata berbingkai bulatnya. Harry Potter, sang pahlawan dunia sihir.
Siapa sangka ternyata sang pahlawan yang dinyatakan hilang sejak 4 bulan lalu dari dunia sihir tersebut ternyata berada di tengah hutan terlarang ini. Harry kemudian mulai beranjak menjauhi jendela dengan perut besarnya dimana buah hatinya sedang berkembang. Ia kemudian keluar dari kamar tersebut dan mendekati ruang perapian.
Sisa bara api yang semalam berperan untuk menghalau hawa dingin musim gugur tampak hanya menyisakan abu. Harry hendak membersihkan abu perapian itu. Dengan perlahan ia berusaha sedikit membungkukkan tubuhnya. Namun usahanya itu terhenti ketika rasa sakit menyerang bagian bawah abdomennya. Menegakkan tubuhnya kembali dan mengelus perut besarnya.
Usia kandungannya kini sudah mencapai trisemester ketiganya. Dalam waktu dekat ia akan segera melahirkan. Dan berdasarkan buku yang ia baca ia memang akan mengalami gejala false contraction seperti ini.
Setelah rasa sakit itu berkurang, Harry memutuskan untuk menunda membersihkan perapian dan melakukan pekerjaan lain yang lebih mudah dilakukan. Harry memang memilih untuk melalui kehamilan ini sendiri tanpa memberi tahu siapapun termasuk ayah lain dari bayi tersebut. Sebelumnya ia berniat menyewa seorang healer untuk membantunya saat melahirkan nanti. Mengingat dirinya yang seorang laki-laki dan pasti membutuhkan operasi caesar untuk melahirkan bayinya.
Namun keputusannya itu berubah saat usia kandungannya memasuki bulan ke 4, tepat satu bulan setelah ia mengetahui kehamilannya.
—
Harry curiga pada kondisi tubuhnya yang mudah lelah, sering mual, menginginkan makanan khusus, dan lebih sering buang air kecil. Menurut Harry gejala tersebut mirip dengan wanita hamil. Terlebih saat mengingat malam panas yang ia lalui bersama Draco Malfoy saat pesta perayaan pembebasan orang tuanya dari Askaban. Dengan menggunakan test pack yang didapatnya saat pergi ke dunia Muggel, Harry pun membuktikan bahwa kecurigaannya benar.
Tubuh Harry pun mulai berubah seeiring bertambahnya usia kehamilannya. Bukan hanya perutnya semakin menonjol, bahkan dadanya juga mulai sedikit membengkak. Hampir menyerupai payudara gadis remaja yang baru pubertas. Bagian putingnya juga membesar dan memerah. Dan Harry lebih dikejutkan lagi saat akhir trisemester bulan ketiga perubahan drastis terjadi pada pinggul dan pantatnya yang membesar. Kemudian lubang analnya kadang terasa geli dan permukaannya sedikit menebal. Harry berfikir apakah mungkin lubang analnya juga dipersiapkan sebagai jalan lahir?
Memasuki bulan keempat Harry menyadari analnya semakin sensitive juga menjadi lebih elastis. Harry juga berhasil menemukan satu buku sihir medis yang menyebutkan tentang male pregnancy. Didalam buku itu juga dijelaskan berbagai gejala yang mungkin akan dialami oleh pasien dan perawatannya saat hamil serta melahirkan. Harry juga menyadari dugaannya bahwa ia dapat melahirkan secara normal.
Saat usia kandungannya menginjak lima bulan kondisi tubuhnya semakin sulit disembunyikan. Jubah auror yang selalu ia gunakan semakin sulit menutupi tonjolan diperut dan dadanya. Harry juga tidak mungkin terlalu banyak bekerja dalam kondisinya ini. Masalah lainnya adalah hormon di tubuh Harry yang membuatnya mudah horni, apalagi dihadapkan pada Malfoy yang sedepartemen dengannya.
Harry sebenarnya ingin mengatakan kondisinya kepada Malfoy junior itu. Namun Harry takut akan mengalami penolakan. Apalagi saat malam itu terjadi mereka sama-sama dalam kondisi mabuk dan Harry yang bangun terlebih dahulu terlalu syok hingga akhirnya memutuskan pergi dari tempat itu tanpa membangunkan Malfoy. Namun hingga kini Malfoy tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengingat kejadian malam itu.
Tetapi setidaknya sebelum Harry benar-benar pergi, ia ingin memberitahukan perihal keberadaan anak ini pada Malfoy. Harry memutuskan untuk menemui Malfoy diruanganny. Saat akan membuka pintu Harry mendengar suara orang yang sedang berbicara. Sayup-sayup ia mengenali suara tersebut merupakan suara Nona Genggras. Kedekatannya dengan Malfoy membuat Harry mengenal dekat beberapa teman pemuda aristrokat itu, termasuk Astoria Genggras.
"Aku mencintaimu Draco, dan aku ingin menikah denganmu." Kata Astoria. Hening sejenak, Harry berdebar-debar menunggu jawaban apa yang akan Draco berikan.
Menghela nafas panjang Draco kemudian menjawab,
"Aku tahu Asto, aku juga mencintaimu dan ingin menikah denganmu." Jawab suara yang biasa terdengar arogan itu.
Seketika hati Harry hancur dan nafasnya tercekat. Pikirannya sudah terlalu kacau untuk memahami percakapn yang berlanjut dibalik pintu dihadapannya. Dengan langkah tergesa Harry meninggalkan tempat itu. Ketika sampai pada koridor yang sepi tanpa Harry menangis sambil memeluk erat perutnya yang agak membuncit itu. Harry kemudian merasakan sedikit desiran yang ditimbulkan oleh pergerakan bayi dalam rahimnya.
Ada perasaan bangga yang sedikit menyusup dari hatinya yang sebelumnya hancur. Dengan ini Harry bertekat mempertahankan niat awalnya untuk tidak memberitahu siapapun terutama Malfoy junior itu. Biarkan ia hidup bahagia dengan gadis yang dicintainya. Walaupun Harry mencintainya, namun Harry tak ingin Draco terpaksa terjebak bersamanya demi anak ini.
"Jangan khawatir, aku pasti akan menjagamu. Kita akan lalui ini bersama." ucap Harry pada bayi diperutnya sekaligus untuk menenangkan dirinya sendiri.
Dengan membawa buku tentang male pregnancy yang ia temukan juga beberapa buku juga video dari dunia muggel terkait pregnancy. Pada awalnya Harry bingung akan pergi kemana. Namun ia kemudian teringat pada Pan yang pernah ia selamatkan. Pan itu dulunya sakit dan tersesat didunia muggel. Harry lah yang menyelamatkannya dan mengembalikannya di hutan asalnya di dunia sihir. Dan Pan tersebut berjanji akan selalu membantu Harry seumur hidupnya sebagai balas budi. Setelah mengetahui masalah Harry, Pan tersebut kemudian memberikan Harry sebuah tempat pada salah satu hutan yang sangat jarang dikunjungi. Dia juga memerintahkan para elf untuk membuatkan rumah untuk Harry. Ia pun memastikan tidak ada satupun makhluk hutan yang akan menyakiti Harry.
Selama tinggal di sana, setiap harinya Harry lalui dengan melatih sihir ringan dan memperdalam pengetahuan tentang kehamilannya. Terkadang Harry juga merawat tanaman di sekitar rumahnya untuk dimasak menjadi bahan makanan nantinya. Seperti kata sang Pan tidak ada makhluk hutan yang mengganggunya. Bahkan mereka banyak membantunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua makhluk hutan menghormati Harry sebagai pahlawan yang melindungi mereka dari sihir jahat Voldemort.
—
Tak terasa waktu sudah mulai sore. Harry telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya. Tiba-tiba kontraksi kecil kembali menyerang. Kalau Harry tidak salah ingat, kali hanya berjarak 3 jam sejak kontraksi sebelumnya. Tidak biasanya Harry mengalami kontraksi sesering ini. biasanya hanya satu kali dalam sehari. Apa mungkin sekarang sudah saatnya?
Setelah kontraksi berakhir Harry memutuskan utuk membersihkan diri dan memasak makan malam. Kontraksi itu kembali muncul kali ini hanya berjarak satu setengah jam. Sepertinya ia akan benar-benar melahirkan malam ini. Mungkin sebaiknya ia kembali kekamarnya. Saat sampai dikamar Harry tidak langsung menuju tempat tidur. Terlebih dahulu ia mengambil berapa handuk yang bersih dan menyiapkannya disamping tempat tidur. Selanjutnya Harry mengambil seember air dikamar mandi yang ada di sana. Dengan sihirnya Harry menghangatkan air tersebut, ia juga memberikan mantra untuk menjaga air tersebut tetap hangat. Ia menghampiri sebuah meja dikamar itu. Disamping meja itu terdapat Hedwig yang ber'uhu' pelan. Diatas meja terdapat foto seorang lelaki dan perempuan yang bergerak berpelukan. Didepannya ada sebuah kalung berwarna jamrud.
Harry ingat itu adalah kalung ibunya yang dulu diberikan pada sahabatnya Narcissa. Namun saat pesta kebebasannya dari Askaban Narcissa sempat mengembalikan kalung itu pada Harry sambil memeluknya, tepat sebelum Harry memutuskan untuk ikut minum bersama teman-temannya.
Meraih kalung itu, Harry kemudian mencium bandulnya.
"Mom, berikan aku kekuatan untuk membawa anak ini kedunia seperti yang kau lakukan padaku." kata Harry, yang kemudian mengembalikan kalung tersebut pada tempatnya.
"Arrghhh…." Harry kembali menggeram saat merasakan kontraksi kembali. Setelah kontraksi mereda Harry melanjutkan langkahnya menuju tempat tidur. Sebaiknya ia istirahat sebentar. Menurut buku yang ia baca masih cukup lama waktu sebelum ia harus mulai mendorong bayinya keluar.
Setelah beberapa saat memejamkan mata, Harry akhirnya menyapa alam mimpinya. Tanpa Harry sadari batu zamrud dari kalung yang tadi dipegangnya tampak menyala terang. Kemudian kabut kehijauan tampak muncul dari dalam keluar dari kalung tersebut. Kabut tersebut lalu membentuk bayang samar seorang wanita dengan mata emeraldnya, wanita yang sama dengan yang terdepat pada foto bergerak pada meja tersebut. Wanita tersebut adalah ibu kandung Harry, Lily Potter.
"Ibu tentu akan membantumu Harry. Karena itu, ayah dari bayi itu yang akan menemanimu. Tunggulah Harry!" kata bayangan tersebut. Bayangan Lily itu kemudian menyentuh kepala Hadwig dengan ujung jarinya. Dan dengan sendirinya bayangan itu seolah terserap kedalam sang burung hantu. Mata kucing unggas tersebut berganti dengan bola mata tajam berwarna emerald.
Secara tiba-tiba sangkar Hadwig terbuka, dan Hadwig pun memulai perjalanannya sebelum kemudian menghilang seolah ber apparate.
Sekitar dua jam kemudian Harry kembali terbangun dengan rasa sakit luar biasa di perutnya juga punggungnya. Melihat kondisi ruangan yang gelap, Harry berniat menyalakan lampu yang ada disamping tempat tidur. Mendudukkan dirinya, Harry kemudian meraih tongkat miliknya dan merapalkan mantra untuk menyalakan lampu ruangan tersebut.
Beberapa saat berikutnya, kontraksi susulan mulai menyerang Harry. Jaraknya sekitar 10 menit dari yang Harry rasakan saat bangun tidur tadi. Rasa panas dan gerah mulai menyerang Harry setelahnya. Memutuskan untuk melepas celana longgar yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Saat berdiri, Harry merasakan sesuatu yang bergerak menuju daerah sekitar pelvisnya.
Mungkin kepala bayinya mulai bergerak menuju jalan lahir. Ia yakin tak lama lagi maka-
"gushhh…." -ketubannya akan pecah. Yah, sudah bisa diharapkan. Setidaknya Harry bersyukur ia tidak harus membasahi celana atau tempat tidurnya dengan air ketubannya sendiri. Kontraksi lainnya kembali menyerang, Harry mulai mengatur napasnya dan sedikit menggoyangkan pinggulnya untuk menghalau rasa sakit.
Begitu sakit itu menghilang, Harry kembali mengambil tumpukan handuk dari meja nakas dan meletakannya didekat ujung ranjang. Kembali rasa sakit itu datang, membawa Harry bertumpu pada lututnya. Seperti sebelumnya, ia menggerakkan pinggulnya keatas dan kebawah sambil mengatur nafas. Baik, sekarang Harry punya lima menit untuk memulai berjalan ke kamar mandi.
Jika dalam kondisi biasa, Harry bisa saja meraih kamar mandinya dalam hitungan detik. Tapi dengan kepala seorang bayi dipelvisnya, Harry hanya bisa berharap ia sampai di kamar mandi sebelum kontraksi berikutnya.
Begitu mencapai pintu kamar mandi, perutnya kembali berkontraksi. Harry berusaha mengatur nafasnya sambil berpegangan pada bingkai pintu.
'Great, sekarang 3 menit, aku harus bergegas!' batin Harry.
Harry pun segera menuju kamar mandi. Dengan susah payah ia berusaha membersihkan dinding rektumnya yang mulai terbuka dan sensitive disertai pula dengan kontraksi yang beberapa kali menyerang. Selesai membersihkannya, ia menunggu kontraksi selanjutnya menyerang. Dengan demikian ia bisa berjalan menuju ujung tempat tidur tanpa serangan kontraksi.
Namun sepertinya Harry salah perhitungan. Ditengah perjalanannya, kontraksi kembali muncul.
"damn it…arghh…sa..tu…menit" ucap Harry sambil menggeram. Ia berusaha agar tetap berdiri walaupun kakinya bergetar. Karena jika ia terduduk sekarang akan sulit berdiri tanpa pegangan yang dapat ia jangkau. Setelahnya Harry kembali berjalan secepat mungkin mengabaikan rasa tak nyaman di daerah pelvisnya.
Sampai di ujung tempat tidur, otot perut Harry kembali menegang. Harry pun jatuh secara terlutut. Salah satu tangannya berpegang erat pada ujung tempat tidur, satunya lagi ia gunakan menyangga perut besarnya. Ketika ototnya kembali rileks, Harry menggerakkan tangan yang sebelumnya menyangga perut untuk meraih pintu analnya. Berusaha mengukur pembukaan yang terjadi.
'Sudah delapan' batinnya. Kontraksi kembali muncul. Tapi kali ini rasa sakitnya jauh lebih besar. Harry bahkan tidak bisa lagi mengukur intervalnya, semua cara pernafasan yang tadi ia gunakan seolah terlupa begitu saja.
Beberapa kontraksi berikutnya keinginan untuk mulai mengejan semakin besar. Tapi Harry tau, ia tidak boleh mengejan sebelum mengalami dilatasi sepenuhnya. Itu dapat membahayakan ia dan bayinya. Satu kontraksi kemudian, Harry kembali mengukur pembukaan dan menemukan bahwa rektumnya telah berdilatasi sempurna.
Mengatur nafas, Harry menggunakan kedua tanggannya untuk berpegang pada ujung ranjang. Dahinya ia tumpukan pula di atas kedua tangannya. Menyebabkan dagunya kini menyentuh dadanya. Begitu merasakan perutnya menegang, Harry kemudian mengejan dengan sekuat tenaga sambil dalam hari ia menghitung hingga sepuluh lalu menghembuskan nafasnya. Sampai kontraksi berikutnya menyerang dan Harry kembali mengejan. Begitu seterusnya.
Setelah beberapa saat, Harry sudah membuat kemajuan cukup jauh. Saat ini ia merakan bayinya sudah sampai di serviks atau dalam hal ini saluran menuju rektumnya. Namun belum terlalu dekat rektum hingga crowning. Hell, Harry bahkan merasa semenjak kepala bayinya mencapai serviks ia seolah tersangkut dan hanya membuat sedikit sekali gerakan. Dan setiap kali Harry berhenti mengejan, bayinya seolah kembali bergerak masuk kedalam.
Disisi lain, Harry sudah sangat lelah. Ia tidak tau sudah berapa lama ia mengejan. Saat ini rasanya ia hanya ingin menyerah dan istirahat.
Lalu tiba-tiba ia merasa begitu bodoh karena berfikir dapat melalui ini seorang diri. Ia membutuhkan seseorang, ia butuh Draco, ia ingin ayah dari bayinya menemaninya.
Kontraksi kembali datang. Dengan diiringi isakan, Harry kembali berusaha mengejan.
"hnggghhh…..aarggghhh….Dracoooo…."
"Harry!" suara itu menyapa telinga Harry bersamaan dengan berakhirnya kontraksi tersebut.
Seketika Harry memalingkan dirinya menuju asal suara. Namun gerakan tiba-tiba tersebut membuat Harry jatuh kebelakang dan terduduk pada pantatnya. Disela rasa sakit yang kembali muncul Harry dapat melihat seorang pria aristrokat berambut platina yang berdiri termenung diambang pintu kamarnya.
"Dra-Draco?" ucapnya sebelum badai kontraksi kembali menghantam dan memaksanya untuk mengejan.
"Urghh,….nggggghhhhh….aaaakkkhhh…" Erang Harry.
To be continued…..
