I TOLD YOU BEFORE READ THIS FANFIC

.

IF YOU DON'T LIKE, JUST DON'T READ

.

LEAVE THIS PAGE, CUZ I DON'T ACCEPETED ANY COMPLAIN OR ANYTHING ABOUT THAT

.

.

.


Skykar.K presents...

.

.

[A.U.T.U.M.N]

Kris Wu x Huang Zi Tao(Huang Edison)

Support cast: Seung Hyun, Siwon, Chanyeol, Xiaoming, Angelababy

Drama / Romance / Fantasy / Fluff

Rating: T

Inspirated: "Red Riding Hood" and "Beauty and The Beast" ©Disney

It's not plagiat. This fanfic write with my own plot, and style :)

Beware with the typo(s)!

Enjoy!

.

.

.

"Huang Edison, hari ini, detik ini, engkau resmi di nobatkan menjadi Autumn Sergeant menggantikan Huang Zhoumi. Dengan kesaksian Tuhan, dan titah Baginda Raja. Engkau resmi menyandang gelar Autumn Sergeantyang terhormat. Merah adalah identitasmu, dan jingga adalah kekuatanmu"

Seiring dengan kepala bersurai hitam legam yang tertunduk hormat, sebuah mahkota stephanos yang terbuat dari rangkaian perak berbentuk ranting dengan hiasan dedaunan terbuat dari emas yang indah, di sematkan dengan elegan diatasnya. Warna emas yang kuning, coklat dan sedikit oranye melambangkan musim gugur yang indah. Seindah penerima gelar yang mengenakkan jubah panjang nan elegan berwarna merah darah yang sangat serasi di sosok tinggi rampingnya. Dan tubuh yang semula membungkuk hormat penuh kepatuhan itu kembali berdiri tegak dan memperhatikan seorang Pendo'a menyematkan sebuah badge berwarna keemasan yang berbentuk daun clover.

Simbol dari Autumn Sergeant. Gelar yang sudah lama di idam-idamkannya setelah sang kakak Huang Zhoumi lebih dulu mendapatkannya. Dan akhirnya hari ini tiba. Dimana mahkota serta badge itu berada di tangannya.

Tersenyum manis, meliukkan bibir mungilnya yang unik seperti kucing. Edison yang memiliki nama kecil Zitao membungkukkan tubuhnya hormat pada sang Raja Huang Xiaoming dan Ratu Angela. Sepasang pemimpin tertinggi di Negri Lamacruz yang tidak lain adalah Orangtua angkat Zitao sendiri. Sudah sewajarnya keturunan Raja dan Ratu menempati posisi penting dalam sistem pemerintahan Kerajaan, sekalipun menjadi seorang Sersan ataupun Jendral, hak itu adalah kebanggaan tersendiri untuk anak lelaki mereka. Dan sudah sepantasnya Zitao menempati posisi sebagai Autumn Sergeant karena Zhoumi sang kakak mengalami kenaikan pangkat di dalam pasukan Kerajaan.

Dan hingga upacara penobatan selesai, Zitao tidak bisa berhenti tersenyum sambil sesekali memegangi badge miliknya yang tersemat di bagian dada jubah merah yang di kenakannya. Jantungnya masih berdentum-dentum riang dan wajahnya berseri-seri seolah memancarkan cahaya menyilaukan dari rupa indahnya. Dan hal itu sangat di mengerti oleh sekian banyak orang yang ikut menyaksikan upacara penobatan tersebut.

"Edison!" suara berat yang terdengar cukup serak menggema di lorong utama aula Kerajaan.

Zitao menghentikan langkahnya di tumit, menoleh ke belakang punggungnya dan menyeringai lebar saat melihat seorang pria tampan berhelai putih dengan jubah putih yang berkibar di belakang punggungnya ketika melangkah lebar-lebar kearahanya. Ia pun membenahi letak stephanos di kepalanya yang sebenarnya tidak bergeser sedikitpun.

"Selamat adik ku!" pria tampan itu merengkuh bahu Zitao cepat dan menenggelamkannya di dalam tubuh besarnya.

Zitao terkekeh senang, dan menepuk kecil punggung pria tersebut. Pelukan antara 'saudara' itupun terlepas, dan Zitao memamerkan badge di dada jubah kanannya dengan bangga.

"Aku sudah menjadi salah satu bagian dari kalian bertiga. See?" kedua alisnya yang panjang bergerak naik. Memasang wajah se tengil mungkin, dan malah menunjukkan betapa cantik wajahnya itu.

"Ya ya ya, aku juga sudah melihatnya. Dan aku juga punya yang seperti itu" pria itu menunjukkan badge berbentuk snow flakes transparan yang tersemat di bagian dada jubah kanannya dan berwana putih. "Dasar bocah" tangan besar pria itu mendarat di kepala Zitao dan mengusak helai merah padamnya gemas.

"Kau akan merusak mahkota ku Paman Seung Hyun" kesalnya dengan bibir mengerucut lucu seraya menepis tangan besar pria tampan itu.

Seung Hyun terkekeh melihat reaksi kekanan lelaki yang lebih muda darinya itu. Dan saat Zitao hendak membenahi letak mahkotanya yang bergeser dari posisi awal, sebuah lengan kekar melingkari lehernya dari belakang. Sukses membuat Sersan muda berparas menarik itu berjingkat kecil dengan kepala tertoleh ke balik bahu kanannya. Dan senyuman manis seseorang yang memeluknya menyapa kornea matanya.

Senyum manis dengan lesung pipi yang membuat sosoknya menjadi menarik. Di sertai usakan gemas di kepalanya lagi.

"Jangan membuat rambut ku berantakan Paman!" Zitao menepis cepat tangan besar pria tampan yang sedang meneluknya itu.

"Siapa yang kau sebut Paman huh? Mulut ini yang bicara?" pria itu melepaskan pelukannya dan mencubit pipi gembil Zitao hingga lelaki muda itu memekik tertahan.

"Sakit Paman Siwonn~~" si manis itu merengek, sambil berusaha melepaskan cubitan tangan Siwon yang menyiksa pipinya.

Pria yang tak kalah tampan dan berkharisma oleh Seung Hyun itu tertawa kecil, kemudian melepaskan cubitannya karena pipi 'Adik' kesayangannya itu telah memerah dan membuat pipi gembil Zitao selayaknya apel. Sukses membuat Zitao menggerutu panjang karena kelakuan kedua pria yang sudah di anggapnya Kakak itu.

Jika Seung Hyun menyandang gelar Winter Sergeant, maka Siwon menyandang gelar Summer Sergeant. Lelaki dengan lesung pipi yang menawan itu memiliki badge di dada jubah kanan yang berlambang Helios yang terbuat dari emas, mengenakkan jubah berwarna jingga terang yang indah, serta stephanos berwarna putih layaknya Lily. Pria yang hangat, sehangat sinar matahati di Lamacruz. Sementara Seung Hyun pria dingin sedingin salju di musim dingin. Yang meski kenyataannya lelaki itu hanya menunjukkan sisi hangatnya pada Zitao yang memang menyandang gelar 'Adik terkecil' di Istana Kateure.

"Oh lihat, itu dia si smiling man" celetuk Seung Hyun sembari menunjuk ke depan dengan dagunya. Zitao dan Siwon pun menoleh kearah yang di maksut, dan melihat seorang lelaki tinggi tampan dengan senyum lebar.

"Darimana saja kau? Hanya kau yang belum mengucapkan selamat padaku" kata Zitao saat lelaki yamg berusia 2 tahun lebih tua darinya itu telah berdiri di depannya.

"Pardon, aku harus membicarakan sesuatu dengan sir Louis tadi. Jadi...bagaimana rasanya memakai mahkota?" Chanyeol menyeringai jenaka. Zitao meraba stephanos diatas kepalanya kemudian tersenyum.

"Tidak buruk. Aku suka mahkota ini, ringan. Sangat cocok ada di kepalaku daripada di kepala sir Zhoumi bukan?"

"Karena kepala sir Zhoumi lebih besar dari kepalamu, dan stephanos itu berukuran kecil" ujar Seung Hyun.

"Tapi kurasa keputusan Baginda Raja menobatkanmu sebagai Autumn Sergeant sangat tepat. Warna merah dan oranye daun clover sangat cocok untukmu. Aku benar 'kan Paman Siwon?" Chanyeol beralih menatap pria pemilik lesung pipi itu. Siwon mengangguk.

"Ya. Baginda Raja juga tidak akan sembarangan menobatkan seseorang. Terlebih jika orang itu akan menjadi penerus Autumn Sergeant sebelumnya" Siwon tersenyum tipis.

"Dan kau juga pantas menyandang gelar Spring Sergeant Chanie" puji Zitao tak ingin ketinggalan. Lelaki dengan tinggi diatas rata-rata itu menepuk dada kirinya pelan. Berbangga diri karena memang warna biru jubah yang di kenakannya serta stephanos berwarna senada yang menghiasi kepalanya sangat cocok dengan kepribadiannya yang ceria. Tak lupa badge berbentuk bunga matahari yang tersemat di bagian dada kanan jubahnya.

"Dan kau tahu apa tugasmu Edi?" Siwon bertanya pada yang termuda. Zitao mengangguk kecil.

"Tentu saja sir. Aku akan menjaga penuh tanggung jawab Istana Kateure, dan Istana para wanita serta anak-anak adalah prioritas utamaku" ujar Zitao mantab. Dengan keteguhan dan keseriusan yang terpancar kuat di sepasang mutiara indah miliknya.

"Musim gugur tahun ini akan sangat menarik. Dengan kau sebagai Autumn Sergeant, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang menunggu diluar sana"

Seung Hyun melemparkan pandangannya ke samping kanannya dimana pemandangan indah bernuansa coklat, jingga dan kemerahan mendominasi bukit letak Istana berada. Baik Zitao dan kedua Sersan lainnya turut memperhatikan pemandangan yang tersedia secara menakjubkan di posisi teratas bukit. Istana Kateure memang terletak diatas bukit tertinggi diantara bukit lain, dan berada di tengah-tengah tebing antar bukit yang saat ini menjadi lautan berwarna coklat dan jingga.

Musim gugur yang indah. Pepohonan di sekitar Istana telah menguning, dan ada juga yang memerah karena bias sinar mentari. Dan Istana Kateure terlihat seperti sebuah kue jahe yang besar menggiurkan dengan cat coklat keemasan layaknya sepotong kue kering yang baru saja matang, dengan atap berwarna biru muda yang indah, serta empat menara yang melambangkan 4 musim, dan juga sebagai identitas Kerajaan.

Istana Kateure adalah Istana utama di Negri Lamacruz. Tidak banyak perbedaan dengan sistem Kerajaan di Negri lainnya, namun yang menmbuat Istana Kateure berbeda adalah kompleks Istana yang terbagi menjadi beberapa bagian yang letaknya saling berdekatan. Dan juga adanya 4 Sersan yang bertanggung jawab atas masing-masing bagian pecahan Istana. Dan nama-nama pecahan Istana tersebut sesuai dengan gelar masing-masing sersan yang telah di nobatkan.

Winter Castle berada dalam tanggung jawab sir Seung Hyun. Summer Castle berada dalam tanggung jawab sir Siwon. Spring Castle berada di genggaman sir Chanyeol. Dan Autumn Castle berada di genggaman sir Edison, atau Zhoumi lebih sering memanggilnya Zitao.

Namun bukan hanya untuk menjaga masing-masing Kastil, tugas keempat Sersan sebenarnya jauh lebih berat. Mereka juga berperan dalam pasukan utama Kerajaan yang di kenal sebagai pasukan terhebat. Di bawah kepimpinan Zhoumi, mereka akan dapat bersatu untuk saling menyusun rencana dalam strategi perang. Dan mereka juga bertanggung jawab atas keamanan Istana utama Kateure. Dan meski terkesan hanya sebagai 'penjaga' Istana, keempat Sersan adalah orang-orang terpilih yang tak bisa sembarangan di beri gelar oleh Baginda Raja.

Mereka di tuntut untuk dapat melakukan banyak hal, termasuk jika harus si tugaskan untuk sesuatu hal yang sulit sekalipun. Mereka harus selalu siap dan tanggap. Dan Zitao terpilih menjadi salah satu dari keempat Sersan bukan semata karena ia putra angkat kesayangan Raja dan Ratu. Meski yang termuda, Zitao memiliki banyak prestasi. Dan di usianya yang baru saja menginjak yang ke 22, lelaki berparas menawan itu telah menguasai banyak seni bela diri yang telah di tekuninya sejak kecil. Bahkan nilai-nilai akademisnya pun membanggakan.

Dan bukan sesuatu hal yang mengherankan lagi jika hari ini lelaki cantik itu di nobatkan sebagai Autumn Sergeant yang baru menggantikan Zhoumi sang kakak. Karena Raja percaya bahwa putranya itu mampu dan dapat menjaga kepercayaan yang di berikannya.

"Kurasa aku mulai mengerti kenapa keempat Kastil dan gelar ini di beri nama empat musim" ucap Chanyeol di tengah keheningan yang melanda. Mereka terlalu asyik menikmati pemandangan indah Musim Gugur yang tersaji.

Terlebih berada di lorong aula yang langsung menghadap pada pemandangan diluar sana, serta udara yang bertiup lembut, membuat mereka akan selalu betah memandangi pemandangan indah yang terpampang.

"Ratu sangat menyukai Istana ini. Dan memang Istana ini selalu indah dan cantik dalam empat musim yang berbeda" Siwon menimpali.

"Aku sudah tidak sabar untuk menjelajah keluar Istana. Menurut kalian kapan aku bisa melakukannya?" Zitao tampak sangat antusias, bergantian menatap ketiga Sersan lain dengan mata berbinar. Seung Hyun mendengus kecil.

"Nikmati dulu gelar barumu, setelah itu baru bekerja" ujarnya.

"Firasatku mengatakan jika Edi tidak akan memiliki waktu untuk bersantai" Siwon menyahut.

"Jadi maksud Pamanー"

"Ah! Para Sersan berada disini ternyata!" seorang Pendeta tiba-tiba muncul di ujung lorong, dan membuat keempat Sersan menawan itu menoleh kompak ke sumber suara.

Seluruh Istana mengenalnya sebagai Bapa Felix, dan pria dengan kalung salib yang menggantung di lehernya itu adalah salah satu orang kepercayaan Raja. Dan jika pria itu sudah mencari mereka dengan raut tak biasa dan terkesan tergesa-gesa, dapat di artikan jika mereka akan segera mendapatkan tugas untuk di laksanakan.

"See? Firasatku selalu benar" Siwon mengakhiri praduganya dengan helaan nafas pendek.

Berbeda dengan Zitao yang sudah tak sabar dengan tugas pertamanya sebagai Autumn Sergeant.

.

.

.

Semua penghuni Istana pun tahu, jika putra angkat Raja dan Ratu, Edison atau yang memiliki nama kecil Zitao adalah seorang pemuda ceria yang penuh warna. Meskipun sosoknya tinggi semampai dan memiliki tatapan yang tajam, Zitao adalah pribadi yang riang dan sangat di cintai. Sekilas pandang, orang asing akan mengira jika Zitao adalah seseorang yang kaku dan dingin, namun sebenarnya ia hanyalah pemuda lugu yang manis. Di balik kesigapannya dalam seni bela diri serta olah pedang, ia hanya pemuda lugu yang tumbuh dengan elegan.

Tak akan banyak yang tahu jika sebenarnya Zitao adalah pemuda yang penakut. Sangat takut pada hal-hal tak masuk akal yang di namakan hantu, tapi jangan di tanya bagaiaman saat ia menjalani pendidikan seni perang selama ini. Karena Zitao akan lebih memilih harus membunuh 100 ekor serigala daripada harus di hadapkan dengan makhluk astral mengerikan yang lebih berbahaya dari sepuluh musuh sekalipun.

Jadi tidaklah mengherankan jika tugas pertamanya sebagai Autumn Sergeant membuatnya begitu bersemangat. Karena hal inilah yang selalu di dambakannya. Menjadi salah satu dari anggota pasukan Kerajaan yang di hormati dan juga di segani. Meski nyatanya Zitao bukanlah seseorang yang haus akan sanjungan dan juga pujian, ia hanya pemuda yang sedang tumbuh dewasa yang menyukai tantangan. Dan pangkatnya sebagai Autumn Sergeant adalah jawabannya.

Berada di ruangan senjata, bersama ketiga Sersan lainnya yang tengah bersiap untuk melaksanakan tugas patroli keliling di wilayah Kerajaan maupun Desa di sekitaran Istana di Musim Gugur pertama tahun ini. Zitao tampak memasukkan sebuah pisau kecil dengan ukiran simbol Kerajaan di lengan dalam bajunya yang sebelumnya telah di ikat dengan sabuk kecil khusus untuk menyimpan senjata-senjata kecil. Kemudian memeriksa pedangnya yang berwarna keemasan, pedang yang dibuat khusus oleh pandai besi kepercayaan Baginda Raja, dan di bubuhkan inisial namanya pada bagian badan pedang. 2 huruf Z dan T, sudah cukup menegaskan milik siapa pedang tersebut.

"Sudah siap?" Seung Hyun yang pertama menyelesaikan persiapannya. Menoleh ke kanan-kirinya melihat ketiga Sersan yang lain.

"Tentu" Chanyeol menyahut, usai membenahi boots yang membungkus kakinya.

"Aku siap!" Zitao berujar penuh semangat. Siwon menggelengkan kepalanya kecil melihat antusiasme di wajah manis Sersan yang lebih muda itu.

"Baiklah, ayo. Kurasa kuda kita sudah menunggu diluar" ajaknya.

Keempat Sersan itupun beranjak keluar dari ruang persenjataan dan menuju bagian depan Istana untuk menjumpai kuda masing-masing yang sebelumnya telah di persiapkan. Di iringi tatapan banyak mata di lingkup Istana tersebut, keempatnya berjalan penuh kebangaan yang selalu mengundang banyak kekaguman. Keempat Sersan memang terlihat tampan dan berkharisma, dan dengan hadirnya Zitao sebagai 'anggota baru', cukup menyegarkan 'formasi' keempat Sersan utama Kerajaan. Namun ketika keempat pria berbeda usia itu hendak berbelok di ujung lorong Istana, suara yang merdu memanggil Zitao dengan lembut.

"Edison!"

Zitao terpaksa menunda langkahnya begitu namanya terdengar. Menoleh kemudian berbalik dengan segaris senyum di bibir mungilnya yang kemerahan, menunggu sosok tegap Zhoumi yang tampak gagah dengan seragam barunya sebagai Jendral utama. Pria yang menyandang status sebagai Kakaknya itu berjalan lebar-lebar kearahnya, dan mengulas senyum begitu telah berdiri di hadapan sang adik yang tak kalah tinggi.

Pertumbuhan Zitao memang sangat cepat. Padahal 2 tahun lalu si manis itu hanya sekitar bahu Zhoumi saja.

"Yes sir?" balas Zitao homat. Tak lupa membungkkukkan sedikit tubuhnya lebih dulu.

"Akhirnya hari ini datang juga. Maaf aku tidak bisa melihat upacara penobatan mu tadi" kata Zhoumu menyesal.

"Bukan masalah besar sir, terima kasih"

"Kita hanya sedang berdua, bersikap seperti biasa saja adik ku" Zhoumi menepuk kecil pundak Zitao, dan di sanggupi oleh anggukan Sersan manis itu. Karena memang ketiga Sersan yang lain memutuskan untuk melanjutkan langkah mereka dan meninggalkan Zitao.

"Ah, ada yang ingin ku berikan padamu. Sebentar" pria tampan dengan banyak badge yang menghiasi pakaiannya yang bernuansa abu-abu muda itu merogoh saku celananya yang berwarna senada

Zitao menunggu dengan rasa penasaran. Memperhatikan gerakan tangan kanan Zhoumi yang tengah merogoh ke dalam saku celana, dan mengira-ngira benda apakah yang akan di berikan Kakak angkatnya itu kepadanya. Dan jawabannya ia dapatkan ketika melihat sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulat pipih, berwarna oranye kecoklatan yang indah tersodor di hadapannya.

"Ini adalah liontin keberuntuangan. Selama aku menjadi Autumn Sergeant aku selalu membawa benda ini. Dan sekarang liontin ini menjadi milikmu" ucap Zhoumi seraya menarik tangan kiri Zitao dan meletakkan kalung tersebut diatas telapaknya.

Sersan manis terkesan cantik itu mengerjap beberapa kali memperhatikan kalung di telapak tangan kirinya, kemudian mengangkat aksesoris tersebut dan mengamatinya lebih dekat. Liontin kalungnya berbentuk bulat pipih, di bagian depannya terdapat ukiran timbul seorang wanita cantik berambut panjang coklat dengan gaun yang terbuat dari helai deduanan kering, dan membawa dua buah pedang di masing-masing tangannya. Zitao mengetahui foto wanita tersebut, karena sebelum upacara penobatannya hari ini, dirinya sudah sering kali melihat simbol wanita tersebut yang tersebar di Autumn Castle yang di khususkan untuk Autumn Sergeant. Karena dirinya sangat dekat dengan Zhoumi, dan otomatis dirinya sering kali berkeliaran di Kastil tersebut.

"Ini..." Zitao mengangkat wajahnya, bingung menatap Zhoumi.

"Pakailah, kalung itu sudah di turun-temurun harus di serahkan pada Sersan berikutnya. Dan kali ini kalung itu jatuh ke tanganmu"

Zitao tersenyum lebar, dengan senang hati ia segera memakai kalung tersebut. Sengaja memperlihatkan liontinnya diatas pakaian yang di kenakannya, membuat Zhoumi tertawa kecil melihat tingkah kekanakan sang adik. Padahal lelaki manis di hadapannya itu bukan lagi seorang remaja yang sedang mencari jati diri, melainkan Zitao adiknya yang telah menjadi salah seorang Sersan yang terpandang di Kerajaan.

"Terima kasih. Akan ku jaga baik-baik" ucapnya bersungguh-sungguh.

"Sudah seharusnya" Zhoumi tersenyum lembut. "Pergilah, ada tugas yang harus kau laksanakan Sersan"

Zitao membungkukkan tubuhnya hormat, kemudian menjawab dengan lugas. "Terima kasih sir. Saya tidak akan mengecewakan Lamacruz"

Zhoumi mengangguk kecil, mempersilahkan Zitao untuk kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dan Sersan bertubuh semampai itupun beranjak dengan kibaran jubah merahnya yang elegan. Telah siap untuk melaksanakan tugas pertamanya sebagai Autumn Sergeant.

.

.

.

Pertengahan hari di Lamacruz terasa cepat bergulir. Mungkin di karenakan letaknya yang tersudut, dan tak terlalu banyak mendapat pancaran sinar matahari yang hangat, hingga membuat udara di Lamacruz terasa lebih dingin lebiu lama dari tempat lainnya, namun meskipun begitu Negri yang tak bisa di bilang kecil itu tak sedingin udara yang berhembus. Bahkan karena indahnya Lamacruz, hampir setiap sudut jalan dan tempat-tempat indah yang tersebar selalu terlihat menarik di segala musim.

Entah itu sedang musim panas, musim dingin, musim semi, ataupun musim gugur. Karena bukan tanpa sebab mengapa keempat Sersan yang menduduki posisi penting di Kerajaan Kateure di beri nama sesuai dengan masing-masing musim. Setiap Sersan melambangkan nama musim yang di sandangnya, dan mendapatkan tugas masing-masing dengan tanggung jawab yang besar. Karena Lamacruz adalah Negara cantik yang mampu menyedot banyak pelancong untuk datang, maka para Sersan juga dapat berperan menjadi simbol tiap musim. Dan semua strategi itu terbukti ampuh untuk membuat banyak pelancong datang berkunjung.

Sekalipun terdapat beberapa rumor yang berhembus. Lamacruz tetap damai dan tentram. Membuat Negri itu layaknya Surga di Bumi.

Namun meski tak banyak tindak kriminal yang terjadi, tugas tetap harus di laksanakan. Dan sebagai Sersan yang bertanggung jawab akan suasana kondusif di lingkup Istana terutama di Women and Children Castle, Zitao sudah pasti berkewajiban untuk memeriksa ke seluruh Kastil yang bersangkutan. Mungkin karena Zitao mudah akrab dengan orang asing dan di sukai anak-anak, ia di posisikan sebagai Autumn Sergeant. Selain karena pribadinya yang menyenangkan.

Menilik sejenak pada jam saku miliknya yang berbentuk bulat pipih keemasan dengan simbol daun clover, Zitao menunggangi kuda putihnya dengan santai di jalanan setapak pemukiman warga yang asri. Dengan senyum manis bermain di bibir mungilnya, ia di sambut baik dan hangat oleh para warga di Desa Valla yang letaknya paling dekat dengan Kastil. Beberapa kali harus menghentikan laju kudanya, untuk membalas sapaan ramah para warga, dan juga anak-anak kecil yang entah kenapa merengek meminta ingin di gendong olehnya.

Namun karena waktu yang terus bergulir, Zitao tentu tak bisa berlama-lama bercengkrama dengan para warga yang sangat baik kepadanya. Ia harus segera menuntaskan tugasnya untuk berpatroli. Ia sudah tidak sabar untuk bercerita banyak pada ketiga Sersan lainnya yang juga merupakan seniornya dalam bidang ini. Dan tidaklah mengherankan jika sepanjang jalan kembali menuju Istana utama, wajah Zitao tampak berseri-seri yang justru semakin memancarkan pesona yang di milikinya.

Melalui jalan setapak berliku berwarna merah bata, dengan pagar pepohonan rindang di sisi kanan-kiri jalan. Zitao telah keluar dari Desa Valla, hendak menuju Istana utama melalui hutan belantara yang menjadi perbatasan. Alasan mengapa para warga tak ingin mngunjungi meski Istana terbuka lebar untuk rakyat, karena mereka tidak ingin melewati hutan seorang diri. Zitao sangat memaklumi, karena penduduk Desa di sekitaran Istana masih mempercayai cerita-cerita kuno yang berkembang di setiap generasi. Terlebih lagi jika hutan yang mereka lalui tak pernah tersentuh dan selalu terdengar lolongan Serigala, sudah pasti mereka akan memilih untuk berdiam diri di rumah dan menitipkan bingkisan untuk Istana pada para prajurit yang berpatroli setiap saatnya.

Dan entah apa yang ada di kepala Zitao ketika tiba-tiba Sersan muda berparas menarik itu menghentikan laju kudanya di tengah jalan, dengan tatapan tertuju ke dalam hutan tepat di sisi kanan tubuhnya. Diantara pepohonan yang berdiri rapat, dan semak-semak hijau dengan hiasan tangkai-tangkai bunga tak bernama yang tersebar, pegangan tangannya pada tali kendali menguat seiring dengan keinginannya yang tiba-tiba timbul untuk mencari tahu ke dalam hutan tak terjamah.

Membulatkan tekad, dan berjanji akan segera kembali. Zitao melompat turun dari kuda yang di tungganginya dan menarik hewan gagah berbulu putih itu mendekat ke sebuah pohon terdekat lalu mengikat tali kudanya disana. Menepuk puncak kepala kuda yang di namainya Wizard itu lalu berbalik menghadap hutan yang sunyi. Ia pun mulai melangkahkan kakinya melewati semak-semak belukar berwarna kekuningan, dan menemukan setangkai bunga berwarna merah menyala seperti jubah yang di kenakannya. Bunga dengan kelopak berjumlah ganjil dan bagian tengah yang berbentuk seperti mahkota.

Zitao mengulurkan tangan kanannya seraya membungkuk memetik bunga tersebut, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar seolah tengah mencari bunga serupa yang dapat di temukannya.

"Bunga berkelopak ganjil, ikuti bunga itu dan kau akan menemukan rumah para Peri..."

Kembali memutar kepalanya di sekitarnya, lebih cermat menatap sekeliling. Zitao berhasil menemukan bunga serupa yang ada di genggamannya. Berjarak sekitar 8 meter dari tempatnya berdiri, Sersan tampan mengarah ke cantik itu melihat setangkai bunga yang berada di sela-sela semak menguning yang rimbun. Zitao melangkah hati-hati, kemudian menyibak semak belukar dan tersenyum kecil melihat bunga indah itu.

"Aku tahu ini terdengar bodoh, tapi sungguh aku ingin membuktikannya. Kau tahu 'kan aku tumbuh di lingkup Istana yang serba memiliki aturan? Jadi ku mohon jaga rahasia ini, oke?" berbicara dengan setangkai bunga. Zitao kemudian menegakkan punggungnya kembali.

Tak lupa memasang tudung jubah merahnya untuk melindungi kepalanya dari hal apapun yang mungkin terjun bebeas dari atas dan mengenai kepalanya, ia melanjutkan melangkahkan kakinya maju membelah semak-semak. Cermat memperhatikan sekelilingnya agar tak melewati setangkai bunga pun yang menjadi penunjuk jalannya di dalam hutan, ia berjalan tanpa beban dan rasa takut sedikit pun. Sesekali menengadah memperhatikan titik yang lebih tinggi, dirinya harus memperlambat laju kaki jenjangnya hanya untuk mengagumi keindahan ranting-ranting panjang yang menjulur ke udara dan membentuk rangkaian unik yang membayang indah di permukaan karena sebagian ranting telah tandus.

Menggenggam setangkai bunga, Zitao melanjutkan perjalanannya. Meski harus beberapa kali menunda langkah kaki jenjangnya karena beberapa hewan penghuni hutan menampakkan diri di hadapannya lalu kabur dengan cepat(karena tak terbiasa dengan kehadiran manusia), membuatnya merasa terhibur dan memancing tawanya mengalun merdu. Namun saat ia hendak kembali berjalan, mendadak gerakannya terhenti karena merasakan suasana yang tidak biasa.

Maka iapun membalikkan tubuhnya, menggulirkan tatapan matanya ke sekeliling. Menatap tajam pada setiap celah pepohonan dan diantara belukar yang mengelilingi, kakinya bergerak otomatis mempertipis jaraknya dengan kumpulan tanaman itu, dan semakin dekat dirinya dengan sebuah pohon tertinggi di tempat itu, kakinya kembali tertahan karena melihat sekelabat bayangan yang melintas di balik semak-semak tepat di belakang pohon tinggi tersebut.

"Siapa?" Zitao bertanya waspada. Spontan menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuhnya tepat di balik juntaian jubah merahnya.

Tidak ada jawaban. Zitao bergerak berputar di tempat mengamati sekelilingnya yang sunyi.

"Hei"

Suara berat yang dalam itu sukses mengagetkan Zitao dan membuatnya berbalik cepat seperti anak kunci. Kini tepat menghadap pohon tinggi itu dengan jantung berdegup tak keruan. Dan anehnya ia tak melihat siapapun mengeluarkan suara berat yang serak tadi.

Apa hanya halusinasinya saja?

"Disini, diatasmu" suara itu kembali muncul.

Zitao refleks mendongakkan kepala dan mundur selangkah agar tak membuat lehernya sakit karena jaraknya dengan pohon itu terlalu dekat. Melihat seorang pria tampan berambut seterang sinar matahari, berpakaian santai layaknya penduduk Desa pada umumnya, namun terkesan 'liar', terlebih dengan seringai aneh di bibirnya yang membuatnya berkali lipat terlihat menawan.

Zitao sukses dibuat terdiam melihat pria yang sepertinya lebih tua darinya itu. Bergerak mundur ketika si pria asing melompat turun dengan lincahnya yang menimbulkan suara debuman di permukaan tanah berlapis rerumputan. Zitao tentu saja semakin waspada, dengan pisau kecil yang tersimpan di balik lengan kanan pakaiannya, ia menggenggam lembut benda tajam itu untuk berjaga-jaga. Karena jika melihat penampilan pria di hadapannya saat ini yang terkesan berbahaya.

Oh lihat saja penampilannya yang kumal, tak terurus namun menawan itu. Postur tubuhnya tinggi tegap, bertelanjang kaki, celana biru gelap yang robek di beberapa tempat, pakaian atas yang kusut dan kotor karena noda tanah, serta helai rambut seterang mataharinya yang berantakan namun seksi. Menjadikan wajahnya yang tampan semakin terlihat menawan, terlebih dengan seringai di sudut bibir tebalnya.

Pria asing itu bergerak maju menghampiri Zitao, yang otomatis membuat Sersan muda semampai itu bergerak mundur untuk tetap menjaga jarak.

"Si manis bertudung merah. Apa yang membuatmu masuk ke dalam hutan?" tanya pria itu dengan senyum menawan di bibirnya. Layaknya sang cassanova.

Sayang seribu sayang, gerakannya harus terhenti karena membentur pohon lain yang tepat berada di belakang tubuhnya. Dan pria aneh itu semakin dekat.

"Aku mencari bunga ini" Zitao menunjukkan setangkai bunga di genggaman tangan kirinya. Tepat di hadapan wajah pria aneh itu, yang semakin dekat dengan wajahnya. Dan hal itu membuatnya risih dan gugup dalam waktu bersamaan.

Pria asing itu tersenyum mengejek. "Berapa usiamu?" Zitao mengernyitkan dahinya.

"Apa ada hubungannya?"

"Tentu saja. Karena hanya anak-anak yang percaya akan dapat menemukan rumah Peri"

Baru beberapa detik bertemu, dan pria itu sudah membuat Zitao kesal.

"Aku bukan anak-anak, dan apa salahnya aku mencari tahu?"

Pria itu tertawa kecil, dan membawa tubuhnya semakin dekat dengan Zitao. Membuat Sersan manis itu membeku di tempat karena tatapan tajam sepasang manik kembar berwarna keemasan yang berkilat. Hingga pria itu tersenyum tipis, sukses memompa jantung Zitao semakin cepat bekerja.

"Jadi...kau Autumn Sergeant yang baru?" pria itu sengaja merendahkan suaranya yang berat, dan dengan lancangnya menyentuh liontin yang menggantung indah di dada Zitao. Mengusap permukaan liontin tersebut, kemudian kembali mempertemukan mata emasnya dengan sepasang mutiara hitam milik sang Sersan.

"Ya. Dan kau sudah sangat tidak sopan padaku" berusaha untuk tampil penuh wibawa. Zitao tidak mau jadi salah tingkah di hadapan pria aneh itu.

Pria itu bergerak mundur selangkah, menjaga jarak dengan Zitao dan tiba-tiba menekuk satu lututnya menempel pada permukaan berumput. Sukses membuat Zitao terheran-heran dengan perubahan sikap pria asing itu dan membuatnya terperanjat dengan wajah memerah ketika tiba-tiba tangan kirinya di raih lembut oleh pria aneh itu dan mengecup punggung tangannya lembut.

"Ap-apa yang..."

"Suatu kehormatan bertemu dengan anda Sersan" ucapnya tersenyum tampan. Zitao merasa wajahnya terbakar saat ini.

"Aku sungguh tidak mengerti kenapa Raja dan Ratu menjadikan mu Sersan. Apa mereka kekurangan pria tampan bertubuh besar?"

Menarik nafas, Zitao menarik tangan kirinya dari genggaman lembut pria itu. "Dengar ya Tuan, jika kau meragukan kekuatan ku hanya untuk menghajar seorang pencuri. Maka kau salah besar" ujarnya kesal.

"Benarkah?" pria itu bangkit berdiri. "Jadi siapa namamu Sersan?"

"Kenapa aku harus memberitahumu?"

"Karena aku juga warga di Desa ini. Bukankah aku berhak mengetahuinya?"

"Seharusnya kau memperkanlkan dirimu terlebih dahulu sebelum menanyakan nama orang lain. Apa kau tidak di beritahu tentang hal itu?"

"Ah, tentu saja. Maafkan ketidak sopanan ku Sersan. Mereka memanggil ku Kris, dan anda?"

Kris ya...

"Edison"

"Bohong"

"Huh?" Zitao mengernyit tak mengerti.

"Zitao, itu nama mu 'kan?"

"Darimana kau tahu nama akrab ku?" ia memicing curiga. Kris tersenyum, kembali meraih tangan kiri sang Sersan yang terkulai menggenggam bunga. Dan memberikan kecupan manis di punggung tangannya.

"Aku selalu tahu banyak hal yang menarik minatku Sersan" suara Kris yang rendah dan dalam seolah menggelitik dasar hati Zitao hingga wajahnya kembali memerah.

Pria aneh bernama Kris itu berhasil membuat seorang Autumn Sergeant sepertinya merona seperti seorang gadis.

.

.

.

"Seseorang sedang berbunga-bunga karena bertemu dengan intaiannya selama ini~"

"Auranya terasa berbeda. Kau merasakannya? Kurasa di sekitar sini berubah menjadi merah muda"

"Diam"

Terdengar suara kekehan menahan tawa. Menghela nafas, Kris menghentikan kegiatannya yang sejak tadi memandangi liontin kalung di tangannya.

"Dia bukan incaran ku, dan auraku tidak merah muda"

"Ahahahaha. Jadi si buruk rupa telah bertemu gadis bertudung merah? Oh sial, aku lupa. Bukan gadis bertudung merah, tapi Sersan manis bertudung merah~"

"Edison Sersan tercantik yang pernah ku lihat seumur hidupku"

"Diamlah atau ku robek mulutmu Peter"

Laki-laki yang di maksud hanya terawa. Menikmati rekasi pimpinan kelompok mereka yang saat ini menatap tajam.

"Ayolah Kris. Bukankah kau seharusnya senang dapat bertemu dengan Zitao? Sudah berapa lama sejak kau mengintainya dari jauh ketika dia datang di Istana?"

"Aku senang asal kau tahu"

"Lalu apa yang sudah kau lakukan dengannya tadi?"

Kris melirik malas pada pria lain yang lebih muda namun sangat menyebalkan.

"Urus urusanmu sendiri bocah. Sopanlah dengan yang lebih tua" sinisnya. Lelaki muda itu mencibir.

"Zitao tidak tahu kalau kau mengambil kalungnya?" tanya Peter. Kris menggelengkan kepala.

"Cepat atau lambat dia akan tahu dan datang padaku"

"Kau sudah merencanakannya eh?"

"Kau tahu sudah berapa lama aku menunggu? Aku terus mengawasinya dari jauh, bersabar sampai dia tumbuh jadi sangat mempesona. Dan kau pikir aku tidak akan merencanakan apapun?"

Yang lebih muda menyeringai. "Jadi apa yang akan kau lakukan padanya?"

"Yang terpenting Zitao mu itu belum mengetahui jati dirimu yang sebenarnya Kris"

"Itu urusan mudah" Kris bangkit berdiri, menatap lurus ke depan. Pada sebuah bangunan megah dengan cat cokelat muda selayaknya kue jahe yang menggiurkan. "Si Tudung Merah tidak akan berakhir mengenaskan di perut Serigala Buruk Rupa. Sebaliknya, Serigala Buruk Rupa akan membuat Si Tudung Merah jatuh cinta"

"Oh Tuhan. Sejak kapan kau bisa merangkai kata seperti itu? Kau membuatku merinding"

"Jadi kisah ini antara si Tudung Merah dan si Buruk Rupa?"

"...begitulah"

"Kisah yang menarik, tapi sebaiknya kau segera membuatnya menjadi milikmu Ketua"

Kris tak menyahuti lelaki yang lebih muda. Tatapannya tak terusik sedikitpun memandang lurus ke depan, meski suara hingar-bingar anggota kelompoknya yang tengah menikmati buruan dengan api unggun diatas bukit itu, tak membuatnya terusik sedikitpun. Karena saat ini kepalanya hanya di penuhi oleh Si Tudung Merah yang di temuinya siang tadi di dalam hutan.

Si Tudung Merah yang tak sengaja di temuinya 20 tahun silam ketika Si Tudung Merah untuk yang pertama kalinya datang di Lamacruz, dan dirinya yang masih sangat hijau hingga tak bisa menahan hasrat untuk menyerang siapapun yang melintas di wilayah mereka. Tak sengaja melukai Si Tudung Merah yang masih bayi.

.

.

.

Zitao baru saja selesai membersihkan tubuhnya dari peluh yang membuat kulitnya terasa lengket dan kotor ketika hari beranjak malam, mengenakkan bathrobe hitam yang serasi dengan warna helai rambutnya. Yang masih meneteskan bulir-bulir sisa air, membuatnya terlihat menggoda dengan wajah polos yang segar. Bathrobe sepanjang paha itu bahkan tidak mampu menyembunyikan tungkai kaki jenjangnya yang indah, dan membuat kulit langsatnya yang eksotis berkilat karena air yang masih tersisa di beberapa bagian kakinya yang tertempa pencahayaan kamar.

Berniat untuk segera beristirahat di tempat tidur super empuk miliknya setelah berbenah dan mengeringkan rambut terlebih dahulu. Memilih piyama yang telah tersedia di dalam lemari besar, Zitao melepas ikatan bathrobe nya dan membuka piyama khusus mandi itu sebatas bahu ketika matanya menangkap sebuah bekas guratan luka yang ada di lengan kanannya. Bekas luka yang sudah lama sekali, masih terlihat sangat jelas dengan garis robekan yang cukup panjang. Jemari lentiknya perlahan menyusuri bekas luka itu, dan tanpa sadar mengenang kembali memori usangnya yang sebenarnya tak di ketahuinya secara pasti.

Berdiri di hadapan cermin besar seukuran tubuhnya, setengah telanjang dengan bahu halus terekspos jelas. Zitao tak menyadari jika penampilannya saat ini bisa membuat siapa saja menerjangnya.

"Manusia Serigala tidak benar-benar ada 'kan?" ia menggumam pada cermin. Meraba lembut bekas luka itu, kemudian menghela nafas kecil. Membenahi letak bathrobe nya, lalu berbalik untuk mengambil stelan piyama pilihannya yang terbuat dari sutera terbaik.

Melepaskan bathrobe nya hingga telanjang bulat, Zitao segera memakai piyama bernuansa biru muda. Namun gerakannya mengaitkan kancing seketika terhenti seraya mengangkat wajah, menoleh kearah pintu kamar ketika mendengar suara ribut dari arah luar. Membuatnya penasaran, maka dengan satu alis terangkat ia beranjak menuju pintu yang tertutup, tanpa lebih dulu menggulung keatas lengan atasan piyama dan celananya yang panjang hingga menutupi tangan dan juga kakinya.

"Ada apa? Kenapa ribut sekali?" tanyanya heran pada seorang prajurit yang melintas di depan kamarnya. Prajurit itu mengerem langkahnya dan tampak tergesa.

"Maaf jika menganggu waktu istirahat anda Sersan. Jendral Zhoumi hanya memerintahkan untuk memperketat keamanan di sekitar Kastil"

Zitao mengernyit bingung. "Tidak memberitahu ku? Apa maksudnya ini?"

"Entahlah, saya juga tidak tahu Sersan. Kalau begitu saya permisi" sang prajurit membungkuk hormat, kemudian bergegas pergi.

"Ada yang tidak beres" gumamnya. Dan cepat-cepat kembali ke dalam kamar.

Zitao dengan cepat mengganti piyama yang sudah di kenakannya dengan pakaian resmi khusus untuk malam hari. Bernuansa coklat dan oranye, dan tak lupa jubah merah yang membuat penampilannya semakin elegan. Bergegas menutup pintu kamarnya, ia segera menuju Istana utama. Mengabaikan sinar rembulan yang terang benderang serta sunyinya malam tanpa nyanyian merdu hewan-hewan kecil yang senantiasa memeriahkan malam, ia memacu kaki panjangnya secepat mungkin.

Tapi ketika ia akan sampai di depan kanal kuda di Kastil tersebut, Chanyeol memanggilnya cukup lantang.

"Edison!"

Zitao refleks berbalik, dan terheran melihat sahabatnya yang berjubah biru itu tampak tergesa menghampirinya.

"Ada apa? Kenapa kau ada disini?" tanyanya begitu Chanyeol telah berdiri di hadapannya.

"Aku kemari untuk memberitahu mu jika kau tidak perlu ikut berjaga-jaga"

Kernyitan di dahi Zitao semakin dalam. "Apa maksudmu? Kenapa tidak perlu?"

"Jendral yang memerintahkan. Lagipula ini hanya teror biasa, Paman Siwon dan Paman Seung Hyun akan mengatasinya"

"Jendral meragukan kemampuan ku begitu?"

"Bukan tentu saja" Chanyeol buru-buru menampik. "Aku yakin bukan itu, aku juga tidak di tugaskan untuk berjaga-jaga asal kau tahu. Aku hanya kemari untuk memastikan jika kau tidak keluar dari Kastil ini"

"Kau bicara seolah-olah hal ini berhubungan denganku" Zitao menyipitkan matanya. Chanyeol menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, tampak ragu. Namun akhirnya ia buka suara.

"Manusia Serigala tiba-tiba meminta seserahan, jika tidak mereka akan merusuh di Desa" Chanyeol berkata pelan. Zitao menatap sahabatnya itu dengan tatapan aneh.

"Kau bercanda? Manusia Serigala tidak benar-benar ada 'kan?" di tutup dengan dengusan geli.

"Mereka nyata Zi. Kau lupa bekas luka di lengan kananmu?"

"Oh ayolah. Saat itu aku masih bayi, dan aku hanya mendengar hal itu dari Yang Mulia Ratu dan juga beberapa dayang. Kau pikir aku akan percaya dengan apa yang tak terlihat oleh mataku sendiri?"

"Tapi hal itu memang nyata Zi. Aku melihatmu datang bersama Ratu dengan kondisi terluka saat itu, meski aku masih sangat kecil, aku masih mengingatnya degan sangat jelas"

Zitao mendengus keras. "Anggap saja itu benar. Lalu apa? Apa hubungannya keributan ini dengan bekas luka ku?"

Chanyeol menghela nafas pendek, sambil menyimpan kedua tangannya di pinggang ia berkata, "Dengar, turuti saja apa kata Jendral. Aku juga tidak tahu kenapa dia melarangmu, aku hanyaーtunggu" mendadak ia berhenti. Dengan kening berkerut ia melihat di bagian dada Zitao yang tak berhiaskan apapun.

"Mana kalung mu?" tanyanya, bingung menatap Sersan yang lebih muda.

"Eh?" Zitao meraba dadanya. Tak menemukan liontin bulat itu tergantung di bagian luar pakaian, ia pun meraba ke dalam bajunya. Tapi tetap saja ia tak merasakan keberadaan liontin tersebut. "Ya Tuhan!" pekiknya panik.

"Jangan bilang kau menghilangkannya" Chanyeol menatap was-was. Zitao menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak! Aku yakin! Aku bahkan tidak melakukan apapun! DanーOH!" tampaknya Zitao mengingat sesuatu.

"Apa?"

"Pasti disana! Aku harus mencarinya!"

"Apa yang kau maksud Zi?"

"Kau bawa kuda bukan? Ku pinjam sebentar, kau tetaplah disini sampai aku kembali. Oke?" Zitao menepuk bahu Chanyeol singkat, sebelum beranjak degan belari kecil kearah bagian depan Kastil. Karena pasti kuda yang di tunggangi sahabatnya iti berada disana.

"Hey Zi! Ku bilang kau tidak bisa keluar!" teriak Chanyeol karena Sersan manis itu begitu lincah meninggalkannya.

Percuma saja. Zitao tidak akan mau mengurungkan niatnya. Toh dirinya juga seorang Sersan, lantas mengapa takut untuk keluar dari penjagaan Istana? Bukankah tugasnya juga mengamankan lingkup Istana? Sungguh tak masuk di akal pesan yang di sampaikan Chanyeol.

.

.

.

Tujuan Zitao hanya satu, yaitu perbatasan wilayah Istana dan Desa Valla, tepat di pertengahan jalan setapak yang di sisi kanan-kirinya adalah hutan. Zitao menghentikan laju kudanya di jalanan yang sepi dan minim pencahayaan, ia segera mengikat kuda tersebut di pohon terdekat dan memasang tudung kepalanya agar lebih aman. Tak lupa memastikan pisau kecil yang sempat ia selipkan di balik lengan bajunya ketika berganti pakaian, ia pun memantabkan hati untuk memasuki hutan yang gelap.

Dengan kewaspadaan yang meningkat, Zitao membelah semak-semak belukar dan guguran dedaunan yang telah mengering. Hati-hati ia berjalan ke depan, memandang berkeliling dan sesekali berdiam diri di tempat ketika mendengar adanya pergerakan di balik semak-semak yang lain. Berharap cemas akan nasib kalung berharganya yang mendadak lenyap, ia tak peduli andai bertemu dengan hewan buas sekalipun di dalam hutan.

Dan sekiranya telah tiba tempat dimana siang tadi dirinya bercengkrama dengan seorang pria bernama Kris, Zitao menghentikan langkahnya dan memandang berputar. Lebih detail memperhatikan sekelilingnya yang remang-remang, kemudian membungkukkan badan untuk mencari kalungnya, hingga indra pendengarannya menangkap suara gemrisik semak yang tersibak dari arah sisi kiri tubuhnya.

Sepasang bola mata berwarna kuning cerah menatapnya tajam di antara semak-semak. Zitao refleks memasang posisi waspada dengan siap mengeluarkan pisau kecil dari balik lengan bajunya. Namun ketika ia bergerak waspada itulah, dirinya menyadari jika terdapat beberapa pasang mata lagi yang menatapnya tajam. Iapun terpaksa berputar di tempat dan tertegun melihat jika banyak mata yang menatap penuh amarah padanya.

GRRRRRR

Zitao menahan nafas. Tubuhnya menegang dengan pisau kecil yang sudah berada di genggaman. Ketika pemilik sekian banyak pasang mata kuning itu mulai menampakkan diri, keluar dari balik semak-semak dan menunjukkan betapa besar ukuran tubuh serta taring tajam mereka, Zitao merasa bodoh saat itu juga. Bagaimana bisa dirinya dengan mudah masuk ke salam hutan saat malam hari?

Di hadapkan dengan sekelompok Serigala besar berbulu abu-abu gelap, di kepung dengan geraman amarah yang sangat kuat. Semakin dekat dan mereka berhenti di tempat dengan kompaknya, seolah memberi waktu bagi Sersan yang lebih muda untuk mempersiapkan diri.

To Be Continue

.

.

Hahaha, tbc nya aneh sangat :v tapi serius, ini rencana bikin oneshoot, tapi karena menghindari kebosanan saat mengetik, jadi gw potong jadi dua :3

Jadi bisa di pastikan part lanjutannya akan pendek banget. Buat yang menanti adegan kiss mohon bersabar di part depan ya :3 sekalian biar ga pada protes kalo gw bikin ngegantung, biar kesannya juga ga buru2, jadi dibikin 2 part aja selain alasan diatas xD

Soal judul, sebenernya judul awal ff ini itu "Red Riding Hood", tapi karena ngerasa kurang cocok gw ganti jadi "Autumn Between Red Riding Hood and The Beast", tapi karena kurang sreg dan kepanjangan, akhirnya gw pangkas jadi"Autumn" aja :3

Last, review please!

©Skylar.K