Disclaimer : Naruto – Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T

Warning : Genre, OOC, Typos, Alur kecepatan dan lainnya

Summary : Naruto, gadis berparas cantik yang membenci satu hari di hidupnya. Saat semua orang bahagia ketika hari paling spesial di hidup mereka itu datang. Naruto justru sangat membencinya. Ya, dia sangat membenci hari ulang tahunnya. Sangat benci.

Special Gift for You

By

Sentimental Aqumarine

Mansion Namikaze

10 Oktober XXX

Dor!

Dor!

Suara tembakan membahana diseluruh ruangan yang kini sudah sangat kacau itu, bantal sofa yang berserakan di lantai, vas bunga dan beberapa guci hancur, bingkai foto yang berjatuhan dari tempatnya, jendela yang terbuat dari kaca juga sudah hancur akibat timah panas yang menembusnya.

Beberapa pria bertubuh tegap berpakaian serba hitam terlihat memenuhi ruang keluarga tersebut. Salah satu pria dari segerombol pria-pria tersebut menghampiri pria lainnya yang sepertinya adalah komandan mereka.

"Kami sudah memeriksa semua ruangan tapi tak menemukannya, bos" lapornya

Pria yang dipanggil bos tersebut berjalan maju kearah seorang pria berambut pirang dan kemudian menodongkan senjata kearah pria malang tersebut.

"Dimana kau menyembunyikan uang-uangmu?" tanyanya

"Sudahku bilang aku menyimpannya di bank" ucap pria pirang itu

"Jangan berbohong padaku! Aku tahu kau menyembunyikannya di rumahmu ini"

"Aku tidak berbohong, aku benar-benar menyimpan semua uangku di bank"

"Sekarang aku bertanya lagi padamu. Dimana kau menyimpan semua uang-uangmu itu!" bentakknya sambil memukulkan senjatanya kearah pria tersebut membuat pria itu terjerembap jatuh ke lantai.

"Minato/Tou-san!" teriak dua orang perempuan diruangan itu

Darah keluar dari pelipis pria bernama Minato tersebut, dengan teruyung-uyung Minato bangkit berdiri. Kepalanya tertunduk membuat darah menetes dan jatuh mengotori lantai. Minato mendonggakkan kepalanya, menatap pria bertopeng yang ada dihadapannya.

"Apa kau tuli? Aku menyimpan semua uangku di bank, bodoh. Di b-a-n-k" ucap Minato

"Jangan menghinaku, brengsek!" teriak pria tersebut dan kembali memukul Minato bertubi-tubi dengan senjatanya

Seorang bocah berumur 10 tahun tampak berlari menuju pria yang sedang memukuli Minato dengan membabi buta. Bocah pirang yang sangat mirip dengan Minato tersebut memukul-mukul pria tegap itu, sambil menangis bocah itu berucap.

"Jangan memukul Tou-san!"

Pria itu menghentikan kegiatannya, kemudian memandang bocah pirang yang sedang memukul-mukul lengannya tersebut. Pria itu mendengus kesal.

"Apa yang kau lakukan, bocah?!" bentakknya sambil menepis tangan mungil bocah tersebut hingga membuatnya terjatuh ke lantai

"Aaaargh!" teriak bocah itu kesakitan

"Naru-chan!" teriak seorang wanita berambut merah bernama Kushina yang kini sedang dipengangi oleh beberapa pria dari gerombolan tersebut

"Jangan sentuh putriku, brengsek!" teriak Minato sambil menerjang pria dihadapannya itu.

Minato langsung memukuli pria tersebut hingga pria itu tak berdaya, beberapa pria yang melihat bos mereka dipukuli tak tinggal diam. Mereka juga menerjang Minato, memukulinya tapi Minato tak melawan, pria pemilik mata sapphire itu malah memeluk putrinya. Membiarkan tubuhnya menjadi tameng melindungi putinya.

"T-tou-san" panggil bocah pirang tersebut

"Jangan takut sayang. Uhuuk.. Uhuuk, Tou-san disini untuk melindungimu"

"Berhenti!" perintah pria yang tadi dipukuli oleh Minato kepada anak buahnya

Pria itu berjalan menghampiri ayah dan anak itu sambil memegangi perutnya yang sakit karena pukulan Minato.

"Kau tidak memberitahukan dimana kau menyimpan semua hartamu dan kau juga memukulku" ucapnya sambil berjalan teruyung-uyung

Pria itu mengeluarakan senjata dari balik punggungnya, mengarahkannya tepat ke Minato.

"Karena itu….kau harus mati, brengsek!"

Dor!

Bersamaan dengan itu suara tembakan terdengar ke seluruh penjuru mansion Namikaze.

"Minato/Minato-sama" teriak Kushina dan para Maid bersamaan

Sebuah timah panas bersarang di punggung Minato, membuatnya memuntahkan darah dari mulutnya. Bocah pirang yang masih berada didekapan ayahnya itu pun menangis melihat kondisi ayahnya.

"Tou-san, Tou-san kenapa?"

"Uhuuk.. Tou-san ba-ik uhuk baik sa-ja, sayang"

"T-tapi Tou-san mengeluarkan darah" isaknya

"Tou-san t-tidak apa-apa"

"T-ta…"

"Ssst,.. Naru mau berjanji pada Tou-san? tanya Minato yang dibalas anggukan kecil oleh putrinya

"Berjanjilah untuk uhuuk menjadi… anak yang baik, sayang. Dan jangan bertengkar uhuuk lagi dengan kakakmu"

"Ya, ya, ya. Naru janji Tou-san, Naru janji" ucapnya

Dor!

Dor!

Dan dua tembakan kembali tertuju pada Minato, membuat pria tampan tersebut ambruk disamping putrinya.

"Tou-san menyayangimu, Naru" ucapnya pelan dan tubuh itu ambruk ke lantai

"Tou-san! Tou-san bangun Tou-san!" teriak bocah itu

Kushina yang melihat suaminya ambruk berusaha melepaskan dirinya dari pria-pria jahat yang terus memenganginya tersebut. Wanita itu berlari menghampiri anak dan suaminya. Air mata tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi wanita itu.

"Minato, bangunlah! Jangan membuatku takut, Minato!"

"Tou-san!"

"Minato no baka! Bangun kau! Hei, bangun kau baka!"

"Tou-san jangan tinggalkan, Naru"

Kushina menatap tajam kearah pelaku penembakan suaminya, wanita itu menerjang sang pelaku. Memukulinya dengan sekuat tenaga tapi sepertinya usahanya itu sia-sia.

"Kau membunuh suamiku! Brengsek!"

Pria itu mendorong Kushina kasar, membuat wanita tersebut meringis kesakitan karena tubuhnya menghantam lantai.

"Suamimu saja yang bodoh, jika dia memberitahukan dimana dia meletakan uangnya dan tidak berusaha melawanku mungkin aku tak akan menembakknya" ucapnya santai

Kushina yang mendengar ucapan santai yang terlontar dari pria dihadapannya itu merasa geram, diambilnya pisau yang terletak di lantai kemudian bangkit dan kembali menerjang pria tersebut.

"Terima ini, keparat!"

Dor!

Dor!

Namun, sebelum Kushina menacapkan pisau itu, sebuah timah panas terlebih dahulu bersarang di perutnya. Membuat wanita itu terbelalak kaget dan jatuh ke lantai.

"Kushina-sama!" teriak seorang maid dengan garis melintang di hidungnya

Bocah pirang yang tadi masih disisi sang ayah, mengalihkan pandangannya kepada sang ibu yang ini sudah bersimba darah sama halnya dengan sang ayah.

"Kaa-san!"

Pria itu menghampiri Kushina dan kembali menembaki wanita yang sudah tak berdaya itu.

"Kaa-san!"

Bocah itu menyeret tubuhnya kearah sang ibu. Kakinya terkilir saat pria itu mendorong tubuh mungilnya ke lantai. Bocah pirang tersebut memeluk tubuh sang ibu yang sudah berlumuran darah.

"Kaa-san hikz bangunlah, jangan tinggalkan, Naru" isaknya

Kushina membuka matanya yang terasa sangat berat itu, tangannya menyentuh pipi sang putri, mengusapnya pelan.

"Kaa-san sa-yang, Na-ru' ucap Kushina dan kemudian matanya terpejam untuk selamanya

"Kaa-san! Kaa-san, bangun! Jangan tinggalkan Naru"

Para maid yang melihat tradegi berdarah itu hanya menunduk diam, ada yang tak mampu menahan kesedihannya dan akhirnya menangis terisak-isak. Mengumpat dalam hati kepada para perampok keji itu. Berharap polisi segera datang dan menjebloskan para perampok-perampok tersebut.

"Kaa-san jangan tinggalkan, Naru! Tou-san, bangunlah!" teriaknya sambil mengguncang-guncang tubuh ayah dan ibunya bergantian

Suara sirine terdengar dari luar mansion Namikaze, membuat para perampok tersebut terlonjak kaget. Mereka berhamburan berusaha melarikan diri.

"Siapa yang menelpon polisi, brengsek?!" bentak pria itu pada para maid

Perampok-perampok itu tak bisa berkutik saat polisi sudah mengepung tempat tersebut. Salah satu perampok berusaha melarikan diri tapi berhasil digagalkan oleh salah satu polisi dengan menembakan timah panas itu ke kakinya.

"Aaaargh!" erang pria itu

Salah satu polisi menerjang masuk ke dalam kediam Namikaze, tubuhnya menegang tak kala melihat kondisi rumah yang sangat kacau, serpihan kaca, bau anyir darah yang menguar langsung menusuk hidungnya dan yang membuatnya tak percaya adalah kedua tubuh yang bersimbah darah dan kini sudah terbujur kaku.

Tubuhnya terasa lemas saat menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Napasnya tercekat, jantungnya seakan berhenti. Kedua tubuh kaku itu adalah ayah dan ibunya, kedua orang yang bermandikan darah itu adalah orangtuanya. Dan, semua memori tentang ayah dan ibunya berputar-putar di otaknya.

"Tous-san, Kaa-san" lirihnya

Isak tangis seorang bocah perempuan terdengar di telinganya, membuatnya mengedarkan pandangannya mencari sumber suara tersebut. Dan, didapatkannya bocah pirang yang adalah adiknya tengah menangis sesugukan dipelukan salah satu maid, Iruka.

Lelaki berumur 22 tahun itu langsung menghampiri sang adik, memeluk tubuh bergetar itu dengan erat.

"Tou-san hikz Kaa-san hikz jangan tinggalkan, Naru"

Dan tragedi berdarah itu mengubur hidup-hidup seorang bocah yang dulunya periang, hiperaktif dan murah senyum itu ke dalam lautan kesedihan.

Pemakaman Umum Tokyo

11 Oktober XXX

Hujan mengguyur kota Tokyo siang itu, sepertinya mereka juga turut berduka dengan meninggalnya Tuan dan Nyonya Namikaze, pasangan paling harmonis dan serasi se-Tokyo. Semuanya berada disana, menghadap kepusaran suami-istri tersebut. Memberikan penghormatan terakhir kepada kedua orang itu.

"Kami turut berduka cita, Uzumaki-san"

"Terima kasih, Uchiha-san"

"Aku hikz tak menyangka, mereka akan pergi secepat itu" isak wanita cantik berambut hitam, Uchiha Mikoto

"Kami juga tak menyangka mereka akan pergi dengan cara tragis seperti itu" ucap pria paruh baya dengan rambut mencuat seperti bulu landak, Uzumaki Jiraya

"Apa pelakunya sudah tertangkap?" tanya suami dari Uchiha Mikoto, Uchiha Fugaku

"Ya, mereka sudah tertangkap dan pengadilan diadakan bulan depan" terang wanita cantik bernama, Uzumaki Tsunade

"Bagaimana dengan Naru-chan? Aku lihat dia sangat terpukul sekali" tanya Mikoto

"Kami berencana membawa Naruto ke rumah utama Uzumaki, bagaimanapun juga dia melihat semuanya, aku takut dia mengalami trauma bila terus berada di masion Namikaze" terang Jiraya

Dan mereka memandang seorang gadis kecil yang sedang memeluk gundukan tanah yang basah karena air hujan itu. Merontah dari pelukan sang kakak yang berusaha membawanya pulang. Gadis kecil itu benar-benar merasa kehilangan, benar-benar merasa kesedihan yang amat dalam. Seorang gadis berumur 10 tahun yang harus menyaksikan kematian tragis kedua orangtuanya

Sepasang mata onyix memandang gadis kecil itu dengan sendu.

'Kenapa bidadariku menangis?'

.

.

.

.

.

.

Tokyo

10 Oktober XXX

Kyuubi sedang mengendarai mobilnya menuju kediaman Uzumaki. Senyum terukir di wajah tampannya. Lelaki bernama lengkap Namikaze Kyuubi atau sekarang berganti menjadi Uzumaki Kyuubi itu sangat senang sekarang, pasalnya hari ini adalah hari ulang tahun adiknya. Lelaki berumur 24 tahun itu melihat jok belakang mobilnya dengan spion yang kini terdapat sebuah boneka rubah, rangkaian bunga mawar dan sekotak kue.

Tiba-tiba handphone-nya berdering, Kyuubi melihat siapa yang menelponnya dan tulisan 'GrandMa' tercantum di layar handphone-nya.

"Moshi-moshi"

"Kau ada dimana, Kyuubi?" tanya sang nenek, Uzumaki Tsunade to the point

"Aku sedang ada di jalan, nek" jawabnya

"Cepatlah, sebentar lagi Naruto pulang"

"Baiklah, akuu…."

Tut… Tut…Tut..

Sambungan telepon terputus, Kyuubi memandangi handphone-nya kesal, Dasar nenek tua, seenak saja mematikan telepon saat aku masih bicara, batinnya.

Kyuubi melempar handphone-nya ke jok samping dan kembali fokus mengemudikan mobilnya. Kembali diliriknya barang-barang yang ia bawa melalui spion.

'Semoga kau suka, Naru' batin Kyuubi

Sentimental Aqumarine

Naruto baru saja pulang dari sekolahnya, hari ini dia sangat kesal pasalnya sahabat-sahabatnya membuat perayaan hari ulang tahunnya di sekolah tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.

#Flashback

"Dia datang! Dia datang! Ayo semuanya bersiap-siap!" teriak seorang gadis berambut pink kepada teman-temannya

Hari ini adalah hari ulang tahun teman mereka, Naruto dan rencannya mereka akan membuat kejutan spesial untuk si blonde itu. Semua sudah berada di posisinya masing-masing. Ada yang berada di balik pintu, ada yang memegang kue, ada yang akan meniup terompet saat Naruto muncul di balik pintu, ada yang sudah siap dengan tepung mereka, dan ada juga yang sibuk dengan kamera mereka untuk mengabadikan momen spesial ini.

"Dengar, saat Naruto muncul dari balik pintu, kita akan menyanyikan lagu Happy Birthday dan Ino jangan lupa anggota terompet-mu"

"Baik!"

"Hinata, jangan lupa mengabadikannya dengan kameramu" perintah gadis pink tersebut kepada gadis berpupil putih disampingnya

"B-baik, Saku-chan"

"Sekarang ayo kita sukseskan kejutan ini!" teriak Sakura

Beberapa saat kemudian pintu kelas mereka terbuka.

Ceklek!

"Kejutan!" teriak semua orang diruangan tersebut

Suara terompet, cahaya flash dari kamera Hinata, taburan origami yang di potong kecil-kecil, balon aneka warna dan lagu selamat ulang tahun berkumandang nyaring di ruangan itu. Naruto hanya berdiri mematung diambang pintu kelasnya. Mata beriris sapphire itu menatap nanar ke depan.

Happy Birthday Naru

Happy Birthday Naru

Happy birthday

Happy Birthday

Happy Birthday Naru

"Selamat ulang tahun, Naruto" ucap Sakura sebagai orang pertama yang mengucapkannya pada Naruto

Naruto masih diam di tempatnya, memandang datar sahabatnya yang kini mulai melangkah kearahnya serta kue dengan lilin berangka 12 diatasnya. Sakura menghentikan langkah kakinya saat jaraknya dengan Naruto hanya beberapa senti lagi.

"Aku tahu kau terkejut, Naruto" ucap Sakura " Tapi, jangan tunjukkan wajah bodohmu itu, Baka!"

Naruto masih menatap Sakura datar.

"Hei! Jangan menatapku terus, sekarang tiup lilinmu dan buatlah permohonan" perintah Sakura

"Iya, Naru. Ayo cepat tiup lilinmu!" sambung Ino bersemangat

"A-ayo, Naru-chan" ucap Hinata

Naruto menatap ketiga sahabatnya bergantian lalu menatap kue yang berada di tangan Sakura. Gadis bersurai pirang itu kemudian membalikkan badannya, pergi meninggalkan teman-temannya dengan sejuta tanda tanya. Sakura yang bingung dengan kelakuan sahabatnya itu langsung mengejar Naruto disusul dengan Ino dan Hinata.

"Naruto, berhenti!" panggil Sakura

"…."

"Naruto!" panggil Ino juga

"…."

"Naru-chan" kali ini Hinata yang memanggil

"…."

"Aku bilang berhenti, Naruto!" perintah Sakura

Sesuai dengan perintah Sakura akhirnya Naruto menghentikan langkah kakinya. Naruto membalikan badannya menghadap ketiga sahabatnya itu.

"Kenapa kau pergi begitu saja?" tanya Sakura

"…."

"Kenapa tidak menjawab?" tanya Sakura lagi

"…."

"Jawab aku, Naruto!" bentak Sakura kesal

"Aku tidak suka" ucap Naruto datar

"Kenapa?" tanya Ino

"….."

"Kenapa kau tak suka, Naruto?"

"….."

"Jangan diam saja, Baka!" geram Sakura

"….."

"Katakanlah sesuatu, Naru-chan" mohon Hinata

"….."

"Ayolah! Kami tak akan tahu jika kau terus diam, Naruto" Ino mulai geram dengan sahabatnya ini

"Dengar! Jangan pernah merayakan hari ulang tahunku, aku tak suka itu. Jika kalian tetap merayakannya, aku tak akan mau berteman dengan kalian lagi" ucap Naruto datar kemudian beranjak pergi meningglkan ketiga sahabatnya yang kebingungan

#Flashback End

Naruto memakai sandal rumah miliknya, melangkah masuk ke dalam rumah yang sudah hampir 3 tahun ini ia tempati. Ya, dia berada di rumah utama keluarga Uzumaki. Rumah kakek dan neneknya yang berarti rumahnya juga, mengingat dia kini sudah berganti nama menjadi Uzumaki Naruto meninggalkan nama Namikaze yang dulu sempat di sandangnya.

Gadis blonde itu melangkah kearah dapur mengambil minum sebelum menuju kamarnya. Perasaanya sedikit tidak enak saat melihat suasana rumah yang tak seperti biasanya. Terlalu sepi, bahkan maid yang biasa menyambut kepulangannya pun tak terlihat.

'Kemana semua orang?' tanyanya dalam hati

Naruto sedang meneguk air minumnya, saat dengan tiba-tiba kakak laki-lakinya, kakek dan neneknya serta para maid termasuk Umino Iruka - maid yang dulu bekerja di kediaman Namikaze - datang sambil berteriak mengucapkan selamat ualang tahun padanya.

Naruto tak bereaksi saat kakak laki-lakinya, Kyuubi menghampirinya dengan sebuah kue cukup besar dan jangan lupakan lilin berangka 12 diatasnya. Sama seperti yang Sakura dan teman-temannya lakukan untuknya di sekolah tadi.

Naruto melewati sang kakak yang tampak bingung begitu saja tak menghiraukan panggilan sang kakek, dia terus melangkah pergi sampai panggilan sang nenek menghentikan langkah kakinya.

"Uzumaki Naruto, berhenti!" bentak sang nenek

Naruto membalikkan tubuhnya menghadap sang nenek.

"Ada apa denganmu? Hari ini hari ulang tahunmu 'kan?" tanya Tsunade

"….."

"Naruto, kau dengar nenek?!"

"….."

"NARUTO!"

"Berhenti untuk merayakan hari ulang tahunku! Apa kalian tidak paham?! Aku benci hari ulang tahunku, aku benci!" teriak Naruto kemudian berlari menuju kamarnya, meninggalkan semua orang yang tampak sibuk dengan pemikirannya masing-masing

Naruto menutup pintu kamarnya. Tubuh itu merosot ke lantai, Naruto memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya disana. Gadis itu menangis, tubuhnya bergetar menahan sakit yang tiba-tiba menusuk-nusuk dadanya. Gadis itu menutup kedua telinganya. Suara tembakan, jeritan sang ibu serta gambaran kematin kedua orangtuanya terus berputar-putar di otaknya.

Dia benci hari ulang tahunnya, dia benci hari itu. Kenapa mereka tetap tak juga paham? Kenapa mereka membuatnya tetap mengingat hari itu? Tidak bisakah mereka melupakan hari ulang tahunnya? Tidak bisakah mereka paham akan kesedihannya? Akan kehilangannya? Akan semua lukanya? Seharusnya mereka sadar, seharusnya mereka tahu hari ulang tahunnya itu mengingatkannya akan kematian ayah dan ibunya.

Air mata itu terus mengalir semakin deras seiring dengan semakin banyaknya potongan-potongan kejadian yang berputar-putar di otaknya. Naruto merangkak kearah ranjangnya. Gadis itu mulai berteriak histeris, membuat semua penghuni rumah itu berhamburan untuk melihat sang Hime.

"Aaaarrgh! Hentikan! Aku mohon berhenti! Jangan sakiti Tou-san! Kaa-san!"

Kyuubi sudah berada di depan pintu kamar Naruto, salah satu anggota Polisi Tokyo itu mencoba membuka pintu dihadapannya, tapi, sepertinya pintu itu terkunci dari dalam. Kyuubi terpaksa mendobrak pintu itu, melihat sang adik yang meringkuk di lantai dengan keadaan yang menyedihkan. Kyuubi menghampiri sosok rapuh itu, memeluknya, berusaha menenangkan sosok yang bergetar hebat di dalam dekapannya.

"Berhenti, jangan sakiti Tou-san dan Kaa-san" lirihnya

To be Countinue

Pojok Suara :

Wow! Wow!

Apa ini?

Hahaha, yang jelas ini sebuah fic baru dari saya untuk memeriahkan ulang tahun Uzumaki Naruto. Sebenarnya saya mau buat fic ini menjadi Oneshoot, tapi kok capek banget ya. Nggak sanggup lagi ngetiknya, padahal idenya udah di otak semua. Tangan saya keburu keriting sebelum ke inti cerita, alhasil saya buat sampek segini aja dulu. Ya, sebenarnya karena ngebet buat publish juga sih. Hahaha..

Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Sentimental Aqumarine pamit

See you and bye bye bye

Mind to review?