"Ma, Ryouta berangkat sekolah yaaa~!"
"Iya, hati-hati sayang!"
Kise Ryouta, seorang bocah manis yang merupakan (self proclaimed) tokoh utama kisah ini sedang berjalan santai menuju sekolahnya. Itu tuh, SD Teikou yang terkenal akan fasilitasnya itu. Juga lebih dikenal lagi karena kehebohan dan kealayan murid-muridnya—bercanda, tolong singkirkan silet dan stapler itu. Sejujurnya SD Teikou menjadi terkenal karena adanya keberadaan sekelompok murid-murid istimewa di sana. Kiseki no Sedai namanya. Terdiri dari enam—eh, tujuh—eh bukan ding, delapan—bocah dengan ciri khas dan keistimewaan masing-masing yang membuat mereka berbeda dari bocah-bocah pada umumnya.
Sebut saja ketuanya (si bocah maniak gunting yang dengan songongnya menyebut-nyebut diri mereka dengan julukan Kiseki no Sedai) yang berambut merah ceri dan maaf—agak boncel itu. Walau dia psikopat dan sadis tingkat Dewa, anak itu adalah juara turnamen shogi nasional yang termuda. Sangat cerdas? Tentu.
Lalu si hijau yang tiap hari lengket sama si ketua. Sekilas terlihat seperti anak kelas tiga SD biasa, tapi jangan salah sangka. Dia adalah bocah pertama di Jepang yang berhasil melakukan operasi pada jaringan epitelium manusia tanpa bantuan orang lain. Dan tentu saja operasi sensasional itu berjalan sukses.
(Bentar, jaringan epitel mana bisa dioperasi?)
Oh lupakan.
Juga si biru dongker dengan kulit tergelap seantero Teikou. Bocah itu boleh saja terlihat remang dan dekil (sungguh, wajah dan tingkah lakunya pun sangat mendukung). Namun si biru tua itu adalah keajaiban di dunia olahraga—terutama basket. Ia bahkan bisa memasukkan bola ke dalam ring layaknya membuang sampah. Dan melempar sampah ke TPA dengan gerakan layaknya sedang bermain basket.
(Yang itu penting nggak sih?)
Sementara si merah muda, ia adalah satu-satunya anak perempuan di antara Kiseki no Sedai. Kecantikannya sangat tidak diragukan. Walaupun masih bocah, sudah banyak orang yang berdecak kagum atas kecantikannya—terutama para pedofil, ya. Terlebih lagi, gadis manis ini memiliki bakat observasi yang luar biasa. Biasanya akan sangat bermanfaat ketika dipakai untuk cari hint yaoi.
(Bukan.)
Kemudian ada seorang bocah ungu, masih kelas tiga SD juga tapi badannya bagaikan raksasa yang biasa ditemui di anime sebelah (padahal tiap harinya dia cuma makan jajan). Kekuatan tubuhnya pun tidak diragukan lagi, sebelas dua belas lah sama raksasa yang sudah tersebut dari anime sebelah. Akibat bentuk tubuhnya itu, banyak yang merasa takjub bahkan takut padanya.
Ada pula seorang biru muda yang keberadaannya bagai bayangan. Meleng pandangan sedikit saja, kau akan kehilangan keberadaannya. Kemampuan yang terlihat mistis ini sempat jadi perbincangan hangat di seluruh kota. Hanya saja mereka tidak tahu si bayangan itu seperti apa. (hawa keberadaannya terlalu tipis untuk bisa mereka lihat.)
Herannya, mata teman-temannya nyaris tak pernah luput saat melihatnya.
Lalu ada satu anggota yang agak ditirikan, si abu-abu. Ia tak dianggap karena bocah abu itu terkenal akan reputasi buruknya sebagai preman Teikou. Hobinya pun buruk, yaitu godain pacar orang dan curiin bekal teman sekelas. Bahkan si ketua merah sempat menyuruhnya keluar dari Kiseki no Sedai.
("Plis, siapa juga yang mau gabung sama situ?")
Terakhir, adalah si kuning yang paling rupawan. Kecil-kecil sudah menjadi model terkenal yang digandrungi anak-anak putri dan ibu-ibu pkk. Senyumnya manis dan memabukkan, tubuhnya mungil dan seolah minta untuk dipeluk.
Ya itu, Kise Ryouta itu.
(mendadak Kise merasa narsis.)
Namun tentunya para Kiseki no Sedai itu tidak sendirian. Tentunya mereka memiliki kawan-kawan kecil yang tak kalah menariknya pula.
Kisah ini hanya berisi untaian kata-kata random yang akan menceritakan hari-hari Kise bersama teman-teman ajaibnya
.
.
.
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Tomodachi!
By Bakso Puyuh Kuriitama
Featured: Chibi!KnB chara, friendship x 21 genres, AU, bahasa sangat tidak baku.
Chapter 1
(General x Friendship)
Introduction
.
.
.
"Ki-chan? Kau melamun?"
Si bocah kuning yang sok narsis itu pun membuyarkan lamunannya. Tahu-tahu sudah ada bocah perempuan berambut merah muda di sebelahnya. Nah kenalin nih, ini yang namanya Momoi Satsuki.
"Yaelah Satsuki, biasa kali. Kise kan otaknya rada lemah, kalo dipake mikir dikit pasti nge-hang."
Eh kampret. Ternyata si Aomine juga bareng di sebelah Momoi. Si Aomine Daki—ehem, Aomine Daiki ini adalah anak paling menyebalkan sedunia bagi Kise. Bagaimana tidak, tiap kali ketemu adanya dia ngejekin Kise mulu. Nyebelin banget deh pokoknya—beda jauh sama sohib ceweknya yang berambut merah muda itu. Aneh, mereka teman sejak bayi tapi sifat beda abis. Momoi manis banget, sementara Aomine tukang ngehina banget.
Padahal dia jauh lebih jelek dari Kise—bukan itu sih masalahnya, cuma penegasan saja.
"Iiih Aominechhi daki!" umpat Kise sembari menggembungkan pipinya. Kalau Momoi bilang sih wajah Kise lagi manis banget. Kalau kata Aomine, wajah Kise jadi mirip ikan kembung.
"Biar jelek aku nggak banci." Skakmat. Sial, Kise tak bisa membalas!
"Ugh—uh…"
"…Aomine-kun, Kise-kun, masih pagi kok sudah bertengkar."
"….?"
Tahu-tahu ada bocah biru muda nongol di belakang mereka.
"Gyaaa! Tetsu, jangan muncul mendadak bisa nggak sih?"
Kise yang masih jantungan akibat serangan mendadak tadi hanya menoleh pada si biru muda. Masih ingat tentang anak kisedai yang jago ngilang? Nah, ini dia. Kuroko Tetsuya, si bocah bayangan Teikou.
Yang mana dianya imut banget dan bikin Kise pingin peluk.
"Kurokocchi~ Selamat pagiii~!"
Nyatanya Kuroko dia terjang sungguhan.
Hanya saja, si biru langit itu berhasil menghindar dengan indahnya. Walhasil, Kise nyungsep—ke sebuah benda yang sangat besar. Bocah model itu mendongak.
Oh, Murasakibara rupanya.
Nah ini dia, satu lagi anggota Kiseki no Sedai yang kita sebut-sebut sebagai bocah paling raksasa sejagad.
Si bocah ungu itu cuma diam sambil mengunyah snack paginya. Eh busyet—itu kan kripik kentang rasa terbaru yang baru keluar di pasaran! Dapet darimana ini anak?
"Atsushi, ini masih pagi. Jangan kebanyakan makan jajan." Baru sadar Kise, ternyata di belakang Murasakibara ada seorang anak lagi. Rambutnya hitam legam dan ekspresi wajahnya terlihat kalem. Dan poninya itu—poni boyband-nya itu—ialah Himuro Tatsuya, kakak kelas mereka dari kelas 4 – A.
Diceramahi dengan nada bagaikan seorang Ibu, Murasakibara nurut-nurut saja. Jajannya kembali ia simpan di dalam tas—yah, padahal Kise baru mau minta.
"Oi Kuroko, jangan diam saja. Hari ini jadwalmu piket tahu! Bakal dibejek Akashi nanti kalau sampai telat." ucap bocah beralis ganda—Kagami Taiga sembari menarik lengan Kuroko. Harusnya dia itu orang kedua yang paling sering ribut sama Aomine (posisi pertama masih dipegang Kise), cuma kelihatannya ia sedang terburu-buru. Negur Aomine pun tidak.
Dua merah-biru muda lari sambil gandengan. Himuro pun menggamit tangan Murasakibara dan ikut mengajak berlari.
"Kami duluan ya!" pamitnya sambil menoleh ke belakang.
Oh, oke.
Lagian kan yang dapet tugas piket cuma Kuroko, ngapain juga larinya pake berempat segala? Mereka memang tetangga sih, jadinya tidak heran bia mereka lebih akrab dari sekedar teman biasa. Himuro dan Kagami itu sepupuan dan tinggal serumah (gosipnya sih ada mbak-mbak kece yang cantik nan sekseh banget di rumah mereka!). Rumah keluarga Kuroko ada tepat di sebelah rumah Kagami, sementara rumah keluarga Murasakibara malah di depannya. Tak heran jika mereka sangat akrab layaknya saudara.
Tapi kadang aneh aja gitu. Kuroko itu selalu stoic dan tanpa ekspresi, tapi kalau lagi dekat Kagami rasanya dia jadi senyum terus. Murasakibara juga, dia itu kekanakan dan rada arogan juga (dia pernah membuat Haizaki nyaris semaput hanya karena perkara rebutan bekal makan), tapi nurut banget sama Himuro.
Apakah ini semacam…
Kekuatan tetangga? The power of neighbor?
(Entahlah.)
"…ngomong-ngomong Ki-chan, bukannya hari ini kamu juga ada piket ya?"
MAMPUS DIA LUPA!
Terbungkus dalam kengerian, Kise melesat bak kesetanan. Iya lah, siapa pula yang mau matanya dicongkel gunting (sama Akashi) hanya karena telat datang buat piket kelas?
"Harusnya tadi gak usah kamu omongin."
"Ih, aku kan gak jahat kayak Dai-chan."
Dua sahabat biru-pink itu pun melenggang santai ke sekolah mereka. Masa bodo sama nasib Kise.
.
.
.
"Ryouta, kamu telat."
Si ketua kelas bergunting—Akashi seijuurou bicara tanpa mengalihkan pandangan dari papan shoginya. Di seberang meja ada si kepala hijau—Midorima yang terlihat mulai sakit kepala karena kebanyakan mikir. Di tengah-tengah, ada bocah rambut belah tengah yang sepertinya dari tadi ngusilin si hijau dengan begitu bahagianya.
"Hehe, kayaknya Shin-chan bakal kalah lagi deeh~" yang duduk di tengah tadi mulai toel-toel pipi Shin-chan—panggilan sakralnya untuk si bocah bernama Midorima Shintarou.
"Diamlah Takao, kamu bikin buyar konsentrasi!" omel si hijau pada teman (sok) akrabnya itu—Takao Kazunari. Yang diomeli malah kelihatan seneng banget tuh.
"Aih jadi keberadaanku bikin Shin-chan deg-degan sampai hilang konsentrasi nih? Aduh, bisa aja kamu Shin-chan~!" Bukan, dodol. Pede amat sih ini anak?
Si merah tersenyum tipis melihat tingkah dua temannya yang maaf—jauh dari kata waras itu. Iya lah, mana ada orang waras bawa-bawa boneka salju ke dalam kelas. Tak peduli itu lucky item atau apalah alibinya.
Pasalnya, Akashi sendiri bukan orang waras, jadi harusnya tak ada masalah baginya untuk bergaul dengan dua orang tidak waras lainnya.
(Asal jangan sampai keceplosan ngomong gini aja di depan orangnya, bisa mati ketusuk gunting!)
Sepasang merah terang menatap lurus pada cokelat madu Kise. Mampus, tatapannya ngeri banget! Kise mulai merasakan kalau tubuhnya ini sedang merinding disko akibat tatapan ketua kelasnya yang terkenal psikopat itu.
Iya lah, mana ada orang yang nggak ngeri ketika dipandang Akashi? Palingan cuma Kuroko, Takao, Murasakibara, sama si kakak kelas Imayoshi itu yang bisa tetep nyante di deket Akashi. Itu pun Kuroko aslinya ngeri cuma wajah dia datarnya kaya papan cucian, jadi nggak kelihatan. Kalau Takao malah gosipnya dia itu yandere seperguruannya Akashi, hiiii! Murasakibara mah nggak pernah jelas ekspresinya, mana tahu kita dia lagi takut apa nggak. Kalau Imayoshi-senpai sih, murni karena dia jauh lebih yandere dari Akashi. Problem solved.
Masa bodo sama mereka, pokokya Kise takut sekarang. Titik.
"Ryouta—"
"—A-akashi-san."
Akashi menoleh ke arah belakang. Kise dan Midorima melotot horor (satunya karena takut, satu lagi karena keki gegara mulai ngerasa kalah main shogi), sementara Takao kelihatan senang-senang saja.
Oh. Ada seorang anak. Berani ngajak ngomong Akashi. Oh.
Namanya Furihata Kiko, eh, Kouki—kalau Kise tidak salah ingat.
"Ng… soal piketnya sudah tidak apa-apa kok, toh Kuroko juga sudah bantu. Jadi… tolong maafkan Kise-san..?"
Horor seketika.
Ih waw, ada yang berani perintah Akashi (koreksi, sebenernya cuma minta tolong biasa sih). Wow, ada orang biasa berani ngomong sama Akashi. Astaga, dia cari mati.
"Begitukah? Baiklah, kalau iu maumu." Akashi kembali duduk manis menghadap papan shogi, menjalankan satu bidak, dan skakmat.
Tunggu dulu. Reaksi nurut macam apa itu? Ini terlalu janggal! Ada apa ini sebenarnya!? Dan apa-apaan momen skakmat yang timing-nya pas sekali ini?!
'Kampret!' Sementara kita semua jelas tahu apa yang Midorima batinkan. Tentu saja yang ini konsentrasinya malah ke shogi.
Akashi tersenyum penuh kemenangan, sementara Takao tersenyum penuh kenistaan. Sial, Midorima harus mengutuk takdir karena telah diberi dua teman kurang ajar yang kalau tersenyum kelihatan manis sekali.
"Pfft, Shin-chan kalah lagii~"
Tanpa menaruh peduli pada jeritan bahagia Takao, Kise menatap keki ke arah Akashi. Sebentar, apa ini setan merah tidak terlalu baik sama anak rambut cokelat tadi?
Dan yang paling penting, dia nggak jadi kena hukum nih?
"Kau masih lemah, Shintarou. Tidak mungkin kau akan menang dariku dengan permainan seperti itu. Dan lagi, Dewi fortunanya selalu berpihak padaku." Akashi menarik lengan Takao, merangkul si mata elang, lalu berpose kinclong di hadapan Midorima. Eh setan. Menang begitu aja pakai songong segala. Dan apa itu—jangan pakai pegang-pegang Takao segala dong—
—err, anggap saja yang tadi itu bukan isi hati Midorima. Yah, paling tidak bukan isi hati dari lubuk yang paling dalam.
Berhubung si bocah hijau itu tidak semasokis yang kita kira, dia gondok. Ia melenggang pergi ke luar kelas dengan dalih 'mau ke kamar mandi' dengan wajah masam. Masih sambil terkekeh geli, Takao mengikutinya.
Akashi menatap kedua temannya itu sambil tersenyum simpul—anjirrr dia senyum! Dunia mau kiamaaat!—lalu mengerlingkan bola mata ke arah Kise.
"Ryouta, sampai kapan kau mau bengong? Duduk sana."
Terlonjak ngeri, Kise pun langsung menuruti perintah Akashi. Ugh, ketua merahnya itu sangat menyeramkan. Agak heran juga dia bisa punya teman dekat seperti Midorima dan Takao. Midorima sih masih pendiam—yang aneh malah hadirnya Takao dalam lingkaran kecil mereka. Si bocah yang gosipnya punya cita-cita jadi vokalis band itu terlalu ceria untuk bergaul dengan orang-orang semuram Akashi dan Midorima—ups, nyaris kena lemparan gunting.
Gosipnya lagi, mereka bertiga memang sahabat sejak TK—mirip-mirip hubungan antara Kagami dkk dan AoMomo lah.
Lagipula mana Kise tahu. Dia saja baru pindah ke kota ini sejak kelas 2 SD, tahu.
'—plok!'
Baru saja Kise duduk tenang di bangkunya, ada bulatan kertas yang menghantam kepalanya. Seketika, Kise menoleh ke belakang. Benar saja, si upik Haizaki rupanya—memandang Kise dengan seringai preman. Tentu saja Kise tidak kaget, Haizaki memang biasa usil. Apalagi kalau padanya. Dulu pernah ia menjambak rambut Kise dan berusaha mengguntingnya dengan gunting colongan punya Akashi. Ini dia peristiwa yang membuat Akashi murka dan mengeluarkan Haizaki dari jajaran Kiseki no Sedai. Bukan karena ia menyakiti Kise atau bagaimana, melainkan karena tidak terima gunting kesayangannya dinistakan.
(Entah yang sebenarnya ditirikan itu Haizaki atau malah Kise.)
Kembali pada situasi sekarang, sepertinya Haizaki memang niat ngajak perang.
Sial, mana sepertinya sudah banyak bola-bola kertas yang stand by di bangku Haizaki.
Sabar, Kise. Sabar. Biarkan saja bocah jahanam itu berbuat sesukanya.
'Plok!'
Jangan dihiraukan.
'Plok!'
Pura-pura nggak sadar.
'Plok!'
Coba rapal ayat kursi tujuh kali.
'Plok!'
Nggak mempan. Haizaki bahkan lebih bandel daripada iblis.
'Plok plok plok plok plok!'
—lempar berapa kertas dia tadi?
'Plok!'
Oke cukup—
"HAIZA—"
"Ouw! Apaan sih kamu, Aomine!"
Rupanya di Aomine dan Momoi sudah sampai di kelas. Dan entah kenapa si biru dongker itu meremas tangan Haizaki. Momoi pun mendengus kesal dan merampas bola-bola kertas Haizaki untuk diumpankan ke tempat sampah.
"Jangan ganggu Ki-chan!"
"Kau dengar itu, upik abu."
Kise terpana. Entah mengapa, sekilas tadi Aomine dan Momoi terlihat mirip duo pahlawan super yang sedang menegakkan keadilan di matanya.
"Kau juga bloon, Kise. Kalau diganggu jangan malah diam saja!" Aomine menjewer pipi Kise. Ya, menjewer—bukan mencubit. Terbukti dari daging pipinya yang menjadi melar seketika akibat perbuatan si remang itu.
Baiklah, Kise tarik kata-katanya tentang kekerenan Aomine tadi.
"A-aominecchi jeleeeeeek!"
"Ouw! Hei, mana terima kasihmu hah? Malah pukul orang lagi!"
Kelas pun menjadi ribut seperti biasa.
"Yaelah, mereka bertengkar lagi."
"Biarkan saja *nyam* *kraus*…"
"Daiki, Ryouta. Diam atau guntingku melayang."
Dan seperti biasa, kelas kembali tenang akibat jasa kepahlawanan Akashi.
(Entah harus disebut jasa kepahlawanan atau ancaman kesetanan.)
00000000
"…ngomong-ngomong apa yang dilakukan Shintarou dan Kazunari di kamar kecil? Mereka lama sekali…"
Entahlah. Mungkin lagi praktik adegan humu.
(Nggak lah, ini bukan kisah homo. Hanya sebuah fanfiksi yang menyiratkan fetish pada bocah-bocah ganteng dengan hint shonen-ai—
—eh, sama saja ya?)
00000000
PART 2: Senpai-tachi!
Ketika kelas 3B sedang dilanda tragedi mematikan di dunia pendidikan bernama jam kosong (itu kata Midorima, murid yang lain sih jelas sangat bahagia) dan ketika seorang fangirl—contohnya saja Momoi—menilik ke lapangan basket dari luar jendela kelas, maka—
"—KYAAA! PARA SENPAI LAGI MAIN BASKET PAS JAM OLAHRAGA!"
"Eh? Kelas mana—kyaaaa! Itu kan para senpai kece dari kelas 4A!"
"MAIGAD KIYOSHI-SENPAI KYAANNNGGG!"
Mulai deh. Para cewek fangirlingan, para cowok pun mendadak suram dengan naasnya. Mari siapkan penutup telinga.
"ASTAGAH KASAMATSU-SENPAI! OHHH IMUTNYAA!
Masih SD pake acara fangirl scream segala. Mau jadi apa masa depan dunia ini?
"YOLO MIBUCHI SENPAI-CANTEG BANGET UWOOH!"
Sebentar. Ini tadi kayaknya kok ada anak cowok yang ikutan fangasm?
…yah, karena di SD Teikou yang bagaimanapun bisa terjadi.
000000
Seorang bocah bermata cokelat bulat mengalihkan pandangan dari bukunya, menatap ke arah lapangan.
"Ah, Imayoshi-san ikut main juga. Tumben…"
"Hee, memangnya kenapa dengan Imayoshi-senpai, Saku-chan?" Tahu-tahu Momoi nimbrung.
"Tidak, cuma tidak biasa saja. Biasanya dia lebih suka jadi komentator…"
"Hmm, kelihatannya kamu akrab sama itu senpai ya, Sakurai-chan~?" Takao pun ikutan sok nimbrung.
"Ah, benar juga. Kalau tidak salah, kalian masih saudara kan?" tanya Kuroko setelah menelan telur goreng yang disuapkan Kagami. Pfftt—sudah kelas tiga masih pakai disuapin pula kalau makan.
"Eeeh? Beneran tuh!?" Takao dan Momoi menatap penuh binar padanya. Uhh, para penggosip…
"Ngg… kami cuma kerabat jauh sih…" Sakurai mulai tidak nyaman saja. Dan tunggu, sejak kapan seisi kelas mengerubunginya?
"Eh, ngomong-ngomong… katanya si imayoshi-senpai sama si Hanamiya-senpai yang sama-sama lagi main di sana itu saudara kembar yah?" Kise menunjuk-nunjuk satu bocah lagi yang berambut hitam, hanya saja tidak berkacamata, tidak sipit, dan ketebalan alisnya mirip sama bocah mesum yang jadi tokoh utama di Crayon Midorima Shintarou-chan (bukan!).
Intinya mukanya garang nan sepet.
"Hanamiya-kun? Umm, Imayoshi-san pernah bilang padaku kalau memang mereka kembar sih…"
"Hei, hei. Tunggu dulu. Kalau dilihat, jelas-jelas mereka itu tidak mirip!" protes Aomine. Ternyata matanya awas juga—cocok buat jadi wartawan infotaiment.
"Iya. Imayoshi-san bilang padaku kalau mereka itu kembar tidak identik, mirip-mirip sama Okumura kembar yang di anime 'Pembasmi Setan Kolor Biru' itu lah." Hmm, judul cerita yang familiar.
Dan satu catatan tak terduga: ternyata Sakurai juga bisa nonton anime.
(Walau sepertinya anime yang ia tonton adalah anime twincest ambigu berkedok kisah usir-usir setan.)
"…sebentar." Tiba-tiba Akashi menyela.
Ekspresi serius.
Keheningan masal tercipta.
Ih, jadi tegang nih.
Dan sang raja merah itu kembali buka suara—
"—kalau mereka kembar, kenapa nama keluarganya beda?"
JEDERRRRRR!
Seisi kelas bagai tersambar petir.
Satu orang menatap Sakurai.
Dua orang menatap Sakurai.
Tiga orang—lama ah, intinya semua orang menatap Sakurai.
Dari raut, jelas mereka meminta penjelasan.
Si rambut cokelat menatap horor ke arah teman-temannya.
"…eh, iya juga ya…"
"….."
Astaga, dia juga baru sadar ternyata!
(Hari itu, para murid kelas 3B dihadapkan dengna kekejaman dunia yang menguak jati diri seorang Imayoshi-senpai sebagai seorang prankster sejati.)
0000000
"Ahahaha. Bikin kaget ya, Shin-chan?"
"Bicara tentang Imayoshi-senpai, dulu dia pernah mengajakku bicara empat mata."
Pandangan seisi kelas mulai berpindah, dari Sakurai menilik ke Midorima.
"S-shin-chan…" Takao menatap horor pada sosok bocah hijau di sebelahnya.
"Kalau yang bicara itu kau dan Imayoshi-senpai, bukan empat mata namanya, tapi delapan."
Kacamatanya masuk hitungan, iya juga ya.
Eh bukan itu—sial, kirain mau ngomong apaan.
0000000
"Serius deh, Midorima. Memangnya kamu pernah diajak ngomong apa sama dia?" tanya Kagami. Wew, jarang-jarang si bocah harimau ini ikut ngegosip. Kalau saja bangku Kuroko tidak sedang dekat dengan kerumunan para penggosip saat itu…
Si bocah hijau membetulkan letak kacamatanya yang mulai menyerong ke kiri dengna absurdnya. Semua pandangan tertuju ke arahnya. Ada pandangan penuh tanya, pandangan horor, pandangan terpesona, pandangan mesum(?)—
Ia buka suara. Semuanya menelan ludah—minus Kuroko yang menelan sosis goreng dan Murasakibara yang menelan jajan.
"Aku tidak begitu ingat. Tapi kalau tidak salah, dia mengajakku untuk bikin klub kacamata atau apa gitu…"
ANCOL MAU BIKIN MEGANEBU! PARODI ANIME MANA LAGI INI!?
Takao meledak, gugur dan tertawa duluan.
"Kalau tidak salah dia juga ajak Hyuuga-senpai yang di sana itu sih…"
Sekarang giliran Kagami yang menjatuhkan sumpit dan menyemburkan nasi gorengnya ke wajah Kuroko.
(Demi apa, ternyata senpai satu itu menyimpan lebih banyak misteri tak terduga.)
000000000
"Kyaaanngg Kiyoshi-senpaiiii~!"
Sambil meredam telinganya dari teriakan para bocah kelasnya, Kise tertawa hambar, "Hahaha, Kiyoshi-senpai itu terkenal ya. Bisa kalah nih pamorku sebagai model~"
"Najis, Kise-kun." sergah Kuroko, rupanya badmood parah karena terkena semburan nasi goreng dari Kagami. "Dan lagi, wajar kalau Kiyoshi-senpai terkenal. Soalnya… dia baik…"
Hawk eyes Takao memandang, semburat merah pun tak lolos dari sudut pengelihatannya.
"Kamu juga ngefans sama dia?" Muka polos tapi tanyanya menjurus.
"Bukan begitu," jawab kuroko, tak kalah datar dengan bangku rata yang sedang ditiduri Haizaki.
"Hahaha. Tahun lalu Kuroko pernah jatuh dan nyasar di taman hiburan, terus diantar ke ruang informasi sama Kiyoshi-senpai.
"Dikasih permen juga," timpal Murasakibara. "Tapi dia nyebelin, nggak pernah bagi jajan ke aku."
Tolak ukur Murasakibara untuk baik-jahatnya seseorang: telah terimplikasi dengan jelas.
000000
"Tapi aneh, lho."
"Aneh apanya?" Aomine bertanya malas pada sahabat cantiknya.
"Itu, tahu Hyuuga-senpai yang tadi sempat diceritakan Kagamin? Katanya dia itu sahabatnya Kiyoshi-senpai."
"Ya terus?" Urusan gue apaan? Harus bilang wow kah? Harus selebrasi gitu?
"Yaelah Dai-chan, si Hyuuga-senpai itu terkenal galaknya. Model-model orang 'senggol, bacok!' gitu deh. Kan aneh kalau Kiyoshi-senpai yang kalem nan sabar bisa sahabatan sama Hyuuga-senpai yang kaya begitu!" Momoi mulai lebay. Maklum lah, jiwa-jiwa penggosip.
"Hahaha, iya juga. Mungkin semacam opposite attract?" ujar Kise sambil tersenyum garing.
"Jangan menilai orang dari luarnya." timpal Kuroko. Yang waktu itu nolong Kuroko bukan cuma Kiyoshi woi.
"Pfftt—ngomong-ngomong Sei-chan, opposite attract. Rasanya bikin ingat sama sesuatu deh~"
Gunting Akashi mengacung—ke arah Aomine.
"Arrrggh! Oi Akashi, salah apa aku!?"
Ada banyak hal yang membuat Akashi dan midorima susah marah pada Takao.
0000000
"Eh, eh. Ngomong-ngomong, Kasamatsu-senpai itu unyu ya~?"
Semua pandangan kelas tertuju pada Kise. Tunggu dulu, Kise. Kamu homo?
"Kise-kun, kami memang baru setahun ini mengenalmu. Tapi tak kusangka kalau orientasimu…" Kuroko enggan melanjutkan. Bukan pada tempatnya ia mengatakan hal begitu pada Kise.
"E-eh? Tapi Kasamatsu-senpai memang manis sekali kan? Dia galak dan hobi nendang sih, tapi justru itu yang bikin unyuu~"
Kise, sebentar. Bukan hanya homo, kau masokis juga kah?
Beberapa bocah calon homo di kelas itu pun mendapat berita baik dan buruk.
Berita baiknya: bisa saja di masa depan nanti mereka mengencani Kise Ryouta, sang calon model ternama.
Berita buruknya: Kise kelainan, dia masokis.
Oh—atau itu sebenarnya berita yang sangat baik?
(Bukan.)
00000000000
"Hmph, kalau yang paling keren mah Miyaji-senpai!"
Midorima langsung melotot horor ke arah Takao. Apa? Sejak kapan Takao kenal sama senpai yang namanya Miyaji itu?
"Dia ikut kursus musik di tempat papa. Teknik gitarnya keren banget, serius! Kalau bikin band nanti, aku mau ajak Miyaji-senpai~!" Takao kecil menerangkan panjang lebar sambil berbinar-binar. Tsk, vokalis band wannabe-nya mulai lagi.
"…Takao, aku bisa main piano." Apa bagusnya si Miyaji-senpai itu coba.
"Aku tahu, Shin-chan. Dan piano itu bukan instrumen band."
"...tapi piano lebih bagus." Daripada gitar.
"Nggak. Keren gitar kali!"
Ugh. Kena tohok nih.
"…terserah." Midorima mulai meleng pergi. Seisi kelas hanya meliriki.
"Shin-chan?"
"Mau kau ngefans atau bikin band sama Miyaji-senpai, itu bukan urusanku."
"…"
"Kazunari, sepertinya Shintarou cemburu."
Twitch. Saklar Midorima putus sudah.
"Diamlah, Akashi."
Oh, mukanya merah. Dasar tsundere.
00000000000
"Tapi menurutku, Muro-chin lah yang paling oke."
Mendadak, Murasakibara angkat bicara sambil acung pocky. Kagami langsung tertawa mendengarnya.
"Iyalah, orang Tatsuya itu paling sering memberimu jajan. Jelas bagimu dia teman terbaik sedunia." Memang benar sih teorinya Kagami.
"Hmm… tapi bukan cuma karena itu." Murasakibara menggembungkan pipi. Aduh lucunya. "Muro-chin juga selalu membantuku mengerjakan PR dan sering mengajakku main ke rumah. Dia juga sering mencucikan rambutku dan membuatkan kue untukku."
…ini teman sepermainan atau ibu-anak sih?
000000000000
"Eh, eh. Tapi kalau bicara tentang senpai yang paling populer, orangnya adalah Izuki-senpai." Momoi angkat bicara dambil menunjuk salah satu bocah berambut hitam yang sedang main basket di lapangan sana. Ah, orangnya memang cukup keren sih.
"Oh, aku sering dengar kalau tatapannya bisa membuat anak perempuan jadi bias." Kise mengangguk penuh afirmasi. Uh, penggosip.
"Heh, tapi katanya Izuki-senpai itu tukang banyol. Dan parahnya, dia garing. Walhasil, para anak cewek langsung kabur begitu dia mulai berusaha melawak," timpal Takao. Oh, tahu banyak juga dia. Pengosip kuadrat.
"Setipe tuh sama kamu. Garingnya."
Dari ujung bangkunya yang jauh dari kerumunan, Midorima menimpali.
Semua mata tertuju pada si rambut bonsai.
Sang terdakwa sok inosen sambil lanjut membaca buku ramalan zodiaknya.
"…Midorima-kun masih gondok." Kuroko berkomentar sambil mengunyah acarnya.
"Dia cemburu, Kazunari. Dia cemburu."
"...Akashi, tolong jangan makin menyebarkan kesalahpahaman."
Entah apa kata-kata yang dapat menjelaskan relasi antara Akashi, Midorima, dan Takao ini.
000000000000
"Hahaha, ternyata kita semua punya senpai favorit masing-masing ya." Kise terkekeh (sok) manis. Masa bodo sama Aomine yang menimpali 'loe aja kali gue enggak'.
"Ngomong-ngomong Sei-chan, kau ada senpai favorit?" Takao mulai menyenggol-nyenggol pinggang sahabatnya itu. Yang lain bergidik ngeri. Uhh, hebatnya Takao yang berani senggol Akashi tanpa harus takut kena tusuk gunting…
"Aku? Ada sih."
Semua mata berbinar penuh tanya pada Akashi. Pandangan mereka bagaikan para bocah penasaran yang bertanya 'Siapa?' dan begitu menuntut akan jawaban—dan kalau nggak dijawab, mereka bakal gentayangan. Sungguh, ada apa dengan anak-anak kelas 3B yang hari ini pada kepo semua?
"Orangnya siapa?" Ada juga yang berani bertanya.
"Nijimura-senpai. Ayahnya kolega kerja ayahku, jadi aku sedikit mengenalnya."
"Sedikit kenal? Perasaan pas TK dulu kau manja dan lengket sekali padanya, Sei-chan."
Sebuah dengusan kesal dari si iblis merah membuat Takao terpingkal-pingkal. Tak disangkal juga ternyata. Dan tanpa ancaman gunting pula.
00000000000
"Kalau lihat Mibuchi-senpai, kadang aku kesal sendiri," ujar Momoi sambil menatap ke luar jendela dengan pandanagn melankolis. Denting piano yang sendu pun mulai mengaliri suasana ruangan—tunggu, siapa ini yang pakai puter-puter lagu klasik di sini?
Menatap Momoi, Aomine mendadak keki. Ada apa dengan temannya yang mendadak sok roman ini? Lagian nggak cocok juga. Momoi mah, paling cocok bawa pentungan Tarzan sambil goyang bebek—eh, pinguin.
"Memangnya kenapa, Momoi-san?" Wajah polos Kuroko terpampang nyata dalam pandangan Momoi. Aduh luthunyaaaa~
Masih merasa galau, Momoi mengurungkan niatnya untuk mencubiti pipi Kuroko. "Kalian tahu kan, dia itu terlalu cantik. Sebagai perempuan, aku merasa terhina."
Aomine mendadak kaget.
"Satsuki, bukannya dari dulu kamu memang sudah hina?"
Ouw, hinaan yang kejam.
00000000000
Layaknya bocah-bocah tengil kelas 3B yang sampai terkenal di luar sekolah karena geng Kiseki no Sedai-nya, para senpai mereka pun tak kalah eksentrik.
.
"Huaaachiim! Sialan, kampret, asem, kurang ajar! Lagi-lagi aku bersin." Ih, banya banget rutukannya.
"Ah, Makoto. Jangan dilap pakai baju, pakai sapu tangan ini." Bukan Makoto yang dari Free! Hanamiya Makoto plis. ingat, ini masih di Kurobasu.
"Oh! Menghapus ingus bersin sampai habis dengan sapu tangan bersih. Kitakore!"
"Kitakore gundhulmu, Izuki! Kita kalah ini, passing yang bener, napa?!"
"Sekarang masih bulan Januari, lebih baik jaga kondisi." Keluarlah jurus boyband shoot—maaf, cuma jump stop shoot biasa kok. Ow, indah sekali.
"Ee? Sekarang masih Januari? Pantesan masih agak dingin." Si sabar tertawa polos.
"…Kiyoshi, jangan bilang kalau tadi pagi kau berangkat sekolah tanpa mantel gegara lupa sekarang bulan apa."
Tuh kan. Eksentrik.
To be Continued
A/N:ASTAGAH WHAT HAPPEN WITH MY WRITING STYLE INI BAHASA APA AJA YANG NYEMPIL DI SINI HAAAH!?
…ah, jumpa lagi dengan saya. Tolong maafkan gaya penulisan saya yang ancur-ancuran to the max. seperti yang telah diimplikasikan di awal, fanfiksi ini akan jadi fanfiksi hancur-hancuran yang isinya cerita-cerita random tentang para chara KnB versi SD (kelas tiga dan kelas empat).
Dan ini juga sebagai ajang iseng coba-coba main bikin fic 21 genre. Semuanya dihubungkan sama genre friendship sih. Yang jelas, fiksi ini isinya bakal penuh sama bahan headcanon mustahil saya di KnB hahaha (plis itu yang AkaMidoTaka apalagi ImaHanaSaku itu mustahil banget.)
Ngomong-ngomong, selamat tahun baru~ (oke telat) Tahun ini pun, saya mohon bantuannya. #bows
Ratu buli— #NO!
Bakso Puyuh Kuriitama
