Markas Besar Angkatan Darat Korea Selatan.
"Sejak Presiden menyatakan perang untuk memberantas terorisme nuklir pada saat pembukaan KTT keamanan nuklir beberapa waktu yang lalu, para teroris mulai terang-terangan menyatakan aksi mereka" seorang pria berbadan besar berkata dengan lantang.
"Terbukti dengan penyerangan terhadap villa pribadi milik Presiden di Boseong. Meskipun bom dengan daya ledak rendah dan tak menelan korban jiwa tapi peristiwa itu adalah sebuah ancaman nyata—mereka sedang memperingatkan kita dan mencoba menunjukkan pada dunia bahwa mereka tak pernah main-main"
Dalam ruangan yang tak disentuh cahaya lampu, semua mata tertuju pada gambar-gambar yang terpantul dari infocus. Mereka adalah para petinggi angkatan bersenjata bersama dengan badan intelijen Korea Selatan.
Klik.
Lampu di ruangan itu kembali dinyalakan.
"Kami sudah menempatkan agen dan mempertebal pengamanan pada obyek vital Negara dan juga pengamanan ekstra bagi keluarga Presiden"
Orang-orang itu mengangguk raut wajah mereka terlihat begitu serius.
"Sejauh ini, semua tampak terkendali" kata seorang pria berkaca mata
"Hanya saja, ada satu hal yang belum bisa terlaksana.." pria itu kemudian bergumam
"Apa itu?"
"Putra bungsu Presiden" kata pria itu
"Sejak awal, dia satu-satunya anggota keluarga Presiden yang menolak keras penempatan penjaga disekitarnya. Kondisi saat ini, sangat berbahaya untuk mengikuti keinginannya"
Semua terdiam.
"Kita harus tetap menempatkan seseorang untuk menjaga keamanan putra Presiden. Tempatkan orang itu untuk secara diam-diam menjaganya dan tentu saja tanpa diketahui olehnya. Ingat, pengawasan selama 24 jam"
"Apakah sudah diputuskan siapa yang akan melaksanakan tugas ini?"
"Putra bungsu Presiden masih berstatus sebagai pelajar, untuk mengawasinya 24 jam, orang itu haruslah tidak mencolok dan tidak menimbulkan banyak kecurigaan"
"Aku rasa ada seseorang dengan kriteria yang cocok untuk tugas ini"
Semua memandang ke arah pria yang bersuara itu.
"Lalisa Manoban" katanya mantap.
"Maksud anda adalah Lisa?" seorang pria kurus terkejut
Tatapan mereka kembali tertuju pada layar di hadapan mereka pada seorang gadis berambut pirang dengan wajah manisnya yang tampak begitu tegas.
"Jenderal, selama ini Lisa selalu diperhadapkan pada tugas-tugas yang sangat berbahaya" seseorang terdengar bergumam, ia sepertinya tak yakin dengan tugas kali ini yang menurut pemikirannya tak sebanding dengan tugas berat lainnya—yang mungkin tak cocok untuk seorang Lalisa Manoban
"Tugas ini tak kalah berat dengan tugas-tugas lainnya" ujar sang Jenderal
"Kurasa semua tahu, seperti apa watak putra bungsu Presiden—kita membutuhkan seseorang yang benar-benar mampu menanganinya, aku rasa Lisa sangat cocok untuk tugas baru ini"
Semua kembali mengangguk mengingat sifat putra bungsu Presiden yang di luar kendali.
"Dalam waktu dekat dia akan segera kembali ke Seoul setelah tugasnya bersama Mossad"
"Tapi—siapa sebenarnya Lalisa Manoban itu?" seseorang bertanya.
Pertanyaan itu menunjukkan bahwa si penanya adalah anggota baru NIS atau National Intelligence Service Korea Selatan sehingga belum tahu segala sesuatu tentang gadis yang sedang dibicarakan sedari tadi.
*
Oleh : lauditta marchia
