Disclaimer: BTS di bawah naungan Big Hit Entertainment, seluruh karakter yang muncul di ff ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan orangtua masing-masing, saya hanya pinjam nama.

Drable Threesome © Kaizen Katsumoto

Warning: OOC, AU,Typo, BL, Yaoi, bad language.

.

Summary: Siapa bilang threesome itu buruk? Buktinya mereka baik-baik saja. YoongixJiminxHoseok, uke!center.

.

.

.

Mohon periksa penerangan dan jaga jarak mata anda dari layar saat membaca fanfic ini. Bagi yang punya phobia homo bisa meninggalkan tempat ini.

Enjoy!

.

Gantian

Yoongi dan Hoseok menyewa apartemen minimalis untuk mereka tinggali bersama Jimin. Apartemennya bagus dan rapih, tidak ada keluhan sama sekali kecuali satu.

"Hyung, kenapa kamar tidurnya hanya dua? Lalu aku tidur dimana?" Jimin menghampiri Yoongi dan Hoseok yang sedang membuka kardus barang.

"Kamarku." Yoongi dan Hoseok koor kompak, saling pandang, saling tatap, lalu hening.

"Oke kita gantian."

"Ah, aku baru saja ingin bilang itu, hyung."

Dan dua seme itu saling tertawa. Hanya Jimin yang merinding.

.

Pocky game - Pepero game

Jimin membeli snack berlabel Pocky dengan rasa green tea. Tiba-tiba dia ingat teman sekelasnya pernah mengajarinya bermain pepero game. Maka dengan langkah terpacu Jimin mencari salah satu pacarnya untuk diajak bermain.

Saat itu dia menemukan Hoseok yang sedang sibuk membaca buku referensi. "Hyuung~ ayo main pepero game!" Teriaknya melengking nyaring. Konsentrasi Hoseok buyar seketika, melempar buku asal dan menghampiri Jimin.

Jimin menaruh satu pocky di ujung mulutnya. Onyxnnya memberi kode agar Hoseok menggigit ujung batang pocky yang lain. Hoseok nurut.

Setelah diberi aba-aba keduanya menggigit pocky dari masing-masing ujung hingga habis. Mempertemukan kedua bibir dalam kecupan lecil, lalu berubah menjadi cuman saat lidah Hoseok meminta akses izin. Jimin melenguh dengan mata terpejam, menyadari benda kenyal asing menjelajahi dirinya. Melumat serta menghisap lidahnya kuat. Bahu Hoseok ditekan cepat, tanda Jimin menginginkan time out. Hoseok menurut, menatap Jimin sedang mengambil napas pelan dengan lelehan saliva di sudut bibir.

"Mau pepero game lagi?" Tanyanya menggoda. Wajah Jimin memerah, menggelengkan kepala malu-malu-mau. Hoseok mengusap kepala Jimin penuh kasih. "Nanti saja kita lanjutkan, aku masih ada tugas." Ujarnya yang menghasilkan cebikan lucu di bibir Jimin.

Pemuda itu terpaksa mengangguk menuruti ucapan hyungnya. Berlalu meninggalkan Hoseok yang kembali fokus pada buku referensi. Uh, tapi Jimin ingin ciuman lagi—

"Aha!" Bohlam lima watt menyala di atas kepala kecokelatan.

Oh, ya... Jimin kan punya dua pacar, kalau satu sibuk tinggal hubungi yang lain, Yoongi! Dan Jimin tahu dimana bisa menemukan pemuda itu.

Segera saja Jimin berlari, membuka pintu kamar. Langsung disuguhi pemandangan Yoongi menggelepar di atas kasur dengan posisi tak enak dilihat.

"Hyuung~ bangun! Ayo main pepero game~" rengeknya mengguncang bahu pemuda silver.

Yoongi mengerang, bangun malas. Nyawa belum terkumpul sempurna tapi Jimin sudah napsu menggigit ujung pocky rasa green tea. Memajukan bibir, menutup mata, menghasilkan ekspresi menggemaskan yang natural.

Yoongi mendengus, menarik pocky dari mulut Jimin dan membuangnya. Jimin ingin memprotes. Tapi terhenti saat Yoongi langsung menciumnya ganas. Yang lebih muda meronta-ronta kala lidahnya digigiti tak sabar. Yoongi membelengu kedua tangannya, menjatuhkan Jimin di atas kasur.

Selamat pagi bokong, cantik~ Seringai Yoongi mengembang.

.

Hp Rusak

Yoongi menendang kursi sampai suara debaman keras menginterupsi kegiatan Hoseok yang sedang mengerjakan tugas makalahnya. "Apa yang kau lakukan, hyung?" Tanyanya seraya menoleh ke sudut dapur dimana Yoongi berada.

Yoongi tak menjawab. Tiba-tiba muncul dengan semangkuk ramyun instant di tangan. Menaruh makanan berkuah pedas di atas meja, bersebelahan dengan laptop panas Hoseok.

"Kau harus membersihkan dapur setelah ini. Tadi ada kecoak terbang di sana!" Sembur Yoongi. Hoseok sweatdrop mendadak, mengangguk pasrah lalu kembali menatap layar laptop.

Beberapa menit kemudian Yoongi dan Hoseok sudah berkutat dengan kegiatan masing-masing. Suasana hening nan canggung memenuhi isi apartemen minimalis mereka. Sesaat mereka saling pandang, sepasang alis mereka bertaut bingung.

Seperti ada yang kurang.

Sesuatu...

Apa?

Sesuatu yang childish, mungil, dan menggemaskan.

"Jimin?" Mereka koor kompak.

Gumaman dari atas sofa membuat kedua pemuda itu menengok. Jimin sedang tiduran, kaki menyilang, mata fokus di depan ponsel. Jemarinya mengusap-usap cepat layar. Yoongi dan Hoseok sampai heran, biasanya pemuda itu yang paling atraktif tingkahnya. Tumben jadi kalem. Jangan-jangan ini akhir dari dunia? /gak

Yoongi sih santai-santai saja. Tapi berhubung Hoseok penasaran, jadi dia mendekati Jimin. "Chim, kau kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Hpku rusak, hyung~" rengeknya manja.

"Kok bisa?" Kini Yoongi angkat suara.

"Ne. Hpku gak bisa buat ngapa-ngapain lagi, nih pulsanya habis." Jelasnya inosen.

Ingatkan Yoongi dan Hoseok untuk masuk satu per satu agar Jimin tak lecet karena sekarang dua seme itu sedang menyeret uke kesayangan mereka ke kamar dengan aura sadis.

.

Ini Hari Apa?

Jumat, 13 Maret tahun sekian.

Park Jimin, pemuda yang baru menginjak usia 18 tahun itu kali ini memiliki kesempatan seribu tahun sekali. Kenapa seribu tahun sekali? Karena kesempatan ini sangat—hampir tak bisa dimiliki setiap uke di dunia. Kebahagiaan membuncah, rasa bangga serta kepuasan terpatri jelas di wajah maskulin cenderung manisnya.

Ya. Pada akhirnya seorang Park Jimin bisa mendominasi salah satu kekasih lelakinya; Min Yoongi. Catatan dengan cara agak curang. Semua orang tahu kalau Yoongi mempunyai kebiasaan tidur di atas rata-rata. Bahkan pemuda berhelai silver itu mengaku bahwa dia butuh waktu tidur lebih dari 20 jam perhari.

Beruntunglah Jimin, berkat hal itu dia memiliki kesempatan emas—duduk atau menduduki seorang Min Yoongi. Memonopoli tubuh ringan nan pucat. Sebuah eyesmile terpampang mengagumkan, pipi chubby memerah penuh rona. Sangat menggemaskan. Sepasang tangan dengan jari-jari gemuk mungil memerangkap kedua lengan kurus Yoongi di kedua sisi pundaknya.

"Minggir." Yoongi berujar tanpa ekspresi saat Jimin menunjukkan senyuman terlebarnya. Cukup memberi tahu bahwa pemuda itu tidak ingin minggir sekarang.

"Hyung~ kau tahu ini hari apa?" Tanyanya seduktif, menggoda, penuh hasrat dan gairah masa muda. Tidak lupa menggesek pantatnya di atas Yoongi, menambah kesan nakal.

Yoongi menggeram namun masih bergeming. Membiarkan Jimin tetap berada di atasnya. "Hari dimana lehermu dirantai, pan***mu berge*** dan mengalami eja****** ker*** berkali-kali. Bisa kupastikan kau akan menggeliat keenakan nantinya."

Jimin melotot, wajah memanas. Dapat Yoongi tebak pemuda itu sedang membayangkan dirinya sendiri sekarang. Dengan cepat Jimin menampar pipinya sendiri guna menyadarkan diri. Kembali tersenyum inosen tanpa dosa, mata lurus ke arah Yoongi, kepala menggeleng slow motion menambah kesan dramatis. "Salah~" putusnya. Walau tak bisa dipungkiri kata-kata Yoongi terdengar menarik.

Yoongi melengos. "Lalu?" Tanyanya malas dan ogah-ogahan. Satu hal yang diinginkannya pagi itu adalah bercinta dengan bantal-guling favoritnya tapi niatnya tak akan terlaksana jika Jimin terus berada di atasnya.

Bohong.

Jika mau Yoongi bisa dengan mudah membalik keadaan. Hanya rasa penasaran yang membuatnya tetap diam. Ya, rasa penasaran akan sampai sejauh mana kekasih chubby-nya itu berani mendominasinya.

Jimin tersenyum lebar lagi. Terkikik sebentar saat melihat ekspresi kekasih peraknya. "Hyung tak ingat? Ini hari jadian kita~" Jimin hampir meraih bibir Yoongi untuk memberikan morning kiss saat menyadari ada sesuatu di bawah kasur.

"Kalian berdua salah. Hari ini adalah hari ini." Suara mistis terdengar, Hoseok munyembulkan kepala dari bawah ranjang.

Jimin terlonjak kaget, mundur hampir jatuh dari tepi ranjang bila lengannya tidak ditangkap Yoongi. "Hyuung! Kenapa kau bisa ada di situ!?" Teriaknya melengking dengan tukikan tajam menerobos gendang telinga.

Kuping Yoongi berdenging.

Hoseok keluar dari balik ranjang. "Aku tahu kau akan mengucapkannya pada Yoongi-hyung duluan makanya aku sengaja tidur di sini."

Yoongi diam. Oh, pantas semalam ada yang aneh dengan kasurnya.

"Hyung, aku tak bermaksud. Aku...aku ingin mengucapkannya bersamaan tapi kamar kalian beda dan Yoongi-hyung lebih tua... jadi..."

"Jadi kau bersikap tak adil?" Potong Hoseok cepat. "Kita bertiga jadian di waktu yang sama. Tahun, bulan, tanggal, hari, jam, menit, detik yang sama pula."

Jimin dilema menyalahkan tapi juga ingin membenarkan. Ah, Jimin jadi serba salah kan.

"Sudah. Aku ingin kembali tidur." Yoongi melangkah keluar kamar.

"Hyuung!" Jimin menarik lengan Yoongi dengan pandangan memohon. Lengan Hoseok menahan Jimin sampai pemuda itu jatuh ke dalam pelukannya. Yoongi diam menatap keduanya.

"Hyung, boleh aku duluan?" Hoseok nyengir.

Yoongi mengangguk saja. "Bangunkan aku untuk membereskan sisanya."

Yoongi menutup pintu kamar bersamaan seringai jahat yang terukir di wajah Hoseok.

Jimin merinding. "H-hyung, mau apa?" Tanyanya ragu.

"Merantai lehermu, memasukkan vib***** dan dil** ke pantatmu, mengikat pen**mu sampai kau eja****** ker*** berkali-kali." Jimin menegak ludah kasar. Hoseok membanting tubuh Jimin ke atas kasur, menarik laci nakas pelan. "Dan bisa kupastikan kau akan menggeliat keenakan nantinya~"

.

Gantian part II

31

Yoongi dan Hoseok sudah sepakat bahwa mereka akan menggilir Jimin tiap malam. Maksudnya menggilir untuk berbagi kasur. Sedang Jimin tak punya pilihan lain kecuali menurut. Tapi Hoseok tiba-tiba menyela.

"Hyung, lalu malam ini siapa yang akan tidur dengan Chimchim duluan?"

Nah, bagaimana cara menentukannya?

"Kai-Bai-Bo saja, hyung." Jimin mengusul.

Yoongi menggeleng. "Tiap tanggal ganjil ke kamarku, genap ke kamar Hobie." Putusnya. Semua mangut-mangut paham.

"Heeei! Gak bisa dong, hyung! Kalau tanggalnya sampai 31 berarti dua malam berturut-turut Chimchim tidur di kamarmu!" Hoseok protes.

"Cih," Ternyata ketahuan.

Kedua seme itu akhirnya melakukan perundingan sengit. Jimin tak tahu apa yang mereka bicarakan karena dari tadi hanya ada suara bisik-bisik. Satu hal yang bisa ia rasakan adalah merinding.

Yoongi dan Hoseok mencapai kesepakatan, keputusannya adalah. "Tiap tanggal 31 kita bertiga akan tidur bersama~" Hoseok tersenyum secerah mentari, Yoongi menyeringai kecil.

Oh, lebih baik Jimin minta izin menginap di apartemen Taehyung dan Jungkook tiap tanggal ganjil akhir bulan demi keamanan bokongnya.

.

Berbagi

Yoongi dan segudang sifat badboy-nya. Hoseok dan segunung rasa kasih sayangnya. Adalah Jimin yang mampu meluluhkan keduanya di saat bersamaan.

Yoongi sadar dirinya penuh kekurangan. Hoseok sadar dirinya penuh celah. Karena mereka sadar bahwa mereka tidaklah sempurna untuk Jimin.

"Jadi, mari berbagi."

Dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Mari kita saling menutup celah dari kedua belah pihak. Mereka untuk Jimin. Jimin untuk mereka.

.

Pengingat Otomatis

Yoongi punya kebiasaan melupakan jam makannya. Pemuda itu lebih memilih tiduran sambil menulis lirik dibanding mengisi perutnya.

Hoseok mempunyai kebiasaan melupakan waktu minum obatnya. Pemuda itu lebih memilih menyelesaikan sederet tugas kuliah dibanding meminum obat racikan dari dokter pribadinya—

"Hyung, ini sudah jam 6! Waktunya minum obat dulu!" Jimin menarik lengan Hoseok yang berada di depan laptop.

"Hyung, sudah waktunya makan malam!" Jimin menarik lengan Yoongi agar bangun dari kasur empuknya.

—Dan Jimin berada di antara keduanya untuk mengingatkan mereka. Jimin adalah alarm otomatis Yoongi dan Hoseok.

.

Menunggu

Jimin berada di klinik gigi sekarang ditemani kedua hyung merangkap pacarnya. Sudah jadi tradisi kalau setiap bulan Jimin harus memeriksakan giginya, apalagi baru saja kemarin grahamnya membengkak.

Jimin takut kalau giginya harus dicabut. "Pasti rasanya sakit." Gumamnya cemas.

Hoseok mengusap kepala Jimin penuh kasih sayang. Sedang Yoongi diam dengan tatapan datarnya. Tidak menghibur maupun menenangkan. "Hyung, katakan sesuatu." Hoseok kesal.

Yoongi bergumam. "Jim, dokter giginya akan menyuruhmu langsung pulang setelah kau masuk ruangannya."

"Eh? Kenapa, hyung?"

"Karena dia akan pergi kondangan." Kata Yoongi tenang tanpa ekspresi.

Boleh tidak Jimin menjadi uke durhaka sekali? Kali ini serius dia kepingin nyepak kepala hyung swag-nya.

.

Kurang Kerjaan

Yoongi menepuk sekali.

Hoseok menepuk sekali.

Yoongi menepuk lagi.

Hoseok menepuk lagi.

Yoongi menepuk keras.

Hoseok menepuk keras.

"ARGH! SAKIT HYUNG!" Jimin berteriak frustasi saat sepasang pantatnya ditepuk bergantian.

.

.

.

End

.

.

.

A/N: sebenarnya ff ini ingin kupublish sekalian di Swag, Cute, and Hope tapi berhubung itu ff settingnya sama dengan ff yang lain, sedangkan ff ini hanya tulisan random maka saya memutuskan mempublish baru. Terima kasih yang udah baca sampai sini, annyeong~