Hinata POV

Hi.. aku Hinata Hyuuga, saat ini aku bersekolah di

Konoha High School. Salah satu sekolah terfavorit

disekolahku. Saat ini aku kelas satu, aku berteman

baik dengan Sakura Haruno dan Ino Namikaze.

Ngomong-ngomong soal Ino namikaze, dia adalah

calon adik iparku. Ada yang masih mau bertanya

kenapa aku bilan begitu? Biar kujelaskan, karena

kakaknya Naruto Namikaze adalah kekasihku.

Dan kalian tahu, karena Naruto-kun adalah

kekasihku maka jangan coba-coba untuk

mendekatinya apalagi merayunya, karena aku bisa

membuat kalian bertemu sang pencipta. Egois?.?

Terserah kalian.

Musim panas kembali tiba aku, Ino dan Sakura siap

memulai petualangan lagi bersama dalam berbagai

hal, walaupun sebenarnya aku lebih suka

menghabiskan waktuku bersama naruto-kun.

Oh ya.. kutegaskan sekali lagi, JANGAN PERNAH

BERANI MENDEKATI NARUTO-KUN KU.

-OXOXOXOXOXOXOXOXOXOXO-

SELAMANYA MILIKKU

Author : retsuya02

Disclaimer : Masashi kishimoto

Genre : romance, friendship, comedy, dll

(mungkin)

Cuaca cerah dihari minggu dimanfaatkan oleh

Naruto, Hinata, Ino dan Sakura untuk sekedar

bersantai di sebuah pusat perbelanjaan di kota

konoha. Mereka berjalan beriringan sambil diiringi

canda tawa yang terdengar sesekali. untuk Naruto

sendiri hari ini merasa tidak keberatan jika harus

menemani ketiga gadis remaja disampingnya saat

ini untuk berbelanja, lagi pula ia sedang cuti dari

pekerjaannya sebaga polisi. Dan juga, ia bisa

sekalian kencan dengan Hinata kan?. Yah..

meskipun ada gangguan dari adiknya Ino dan

Sakura.

Namun entah sejak kapan Naruto dan Hinata kini

hanya jalan berdua saja, ternyata sejak tadi Ino

dan Sakura lebih memilih memisahkan diri dan

pergi kearah lain meninggalkan pasangan

NaruHina, mereka berdua tak ingin mengganggu

pasangan beda umur yang jauh itu.

Menyadari bahwa mereka kini hanya berdua saja

Naruto tampak sedikit terkejut sedangkan Hinata

malah menunduk malu-malu dan menyembunyikan

wajah cantiknya, tapi sebenarnya jika dilihat lebih

dekat dan jelas Hinata kini sedang menyeringai

tajam dibaliknya. Hinata merasa senang bisa

berduaan dengan kekasihnya saat ini tanpa ada

gangguan lagi.

"Dasar.. mereka itu, pergi kearah lain tapi tidak

bilang-bilang!" omel Naruto entah pada siapa

sambil menghela nafas panjang. Namun kemudian

ia tetap berjalan dengan santai dan tersenyum

lembut kearah Hinata. Sedangkan Hinata sendiri

yang diberi senyuman lembut itu hanya bisa

blusing, dengan malu-malu ia kemudian

mengaitkan lengannya ke lengan Naruto,.

Sepanjang mereka berjalan Hinata terus-terusan

menempeli tubuh tegap Naruto, seolah-olah takut

jika Naruto lepas dari gandengan tangannya.

Namun Naruto tidak masalah dengan sifat manja

dari kekasihnya itu, ia dulu sudah berjanji akan

melakukan apapun untuk menyenangkan hati sang

kekasih, lagi pula ia juga senang mendapat

perlakuan seperti itu dari Hinata. Naruto kembali

tersenyum tipis kala mengingat awal mula mereka

bertemu, yah.. pada saat itu Hinata adalah ketua

geng jalanan yang sering berbuat onar, sedangkan

Naruto sendiri adalah seorang polisi yang tak

sengaja menangkap Hinata.

"Na-naruto-kun k-kenapa? Dari tadi te-

tersenyum terus?" Tanya Hinata yang sadar

bahwa sedari tadi Naruto terus tersenyum

sepereti sedang mengingat sesuatu,

"Ah, tidak apa-apa kok Hime, aku hanya sedang

mengingat sesuatu hehehe!" jawab Naruto sambil

nyegir lebar dan menggaruk belakang kepalanya

yang tidak gatal. Hinata yang tak puas dengan

jawaban seperti itu hanya bisa cemberut membuat

Naruto gemas melihat ekspresi yang menurutnya

lucu itu, dengan cubitan lembut dipipi kanan

Hinata, Naruto kemudian berkata "Aku hanya

sedang mengingat awal pertemuan kita, bukan hal

yang lain kok"

Sekali lagi Hinata dibuat blusing dengan jawaban

Naruto. Dengan ekspresi malu-malu Ia kemudian

menggandeng lengan naruto kembali sambil terus

berjalan. Namun tiba-tiba ekspresi malu-malu

Hinata berubah 180 derajat menjadi datar ketika

sekelompok gadis seumuran Naruto dengan genit

mendekati mereka, gadis-gadis genit itu tanpa

permisi menarik lengan Naruto sehingga terlepas

dari Hinata.

"Kyaa.. kamu tampan sekali pirang, siapa namamu

hm?" tanya wanita berambut coklat pendek sambil

menggandeng lengan Naruto.

"Iya, kenalan dong.. minta nomer ponsel kamu

juga yah!"

"Heh.. aku dulu!"

Naruto yang merasa risih dengan perlakuan kedua

wanita itu terhadapnya mencoba melepas lengan

wanita-wanita itu dari lengannya secara lembut,

namun mereka justru semakin menjadi-jadi dan

terus mengunci lengan Naruto dengan lengan

mereka, hal ini membuat Naruto kewalahan, yah..

salahkan saja wajahmu naruto yang terlalu tampan

dan memiliki badan tegap, mata biru secerah

langit serta senyuman mentari yang selalu

menghiasi wajah tampanmu, jadi wanita mana yang

akan tahan dengan semua itu untuk tidak

menggodaamu?

Sementara Hinata yang melihat kekasihnya digoda

secara brutal(?) oleh gadis-gadis genit itu hanya

bisa menunduk untuk beberapa saat, kemudian ia

sedikit mendongak dengan ekspresi datar, mata

bulannya terlihat menyiratkan kemarahan kedua

tangannya terkepal kuat dan rahangnya mengeras

menandakan ia benar-benar tidak suka terhadap

gadis-gadis itu, secara perlahan aura membunuh

keluar dari tubuhnya, membuat siapapun yang

lewat ditempat itu merasakan bulu kuduk mereka

berdiri.

Hal menakutkan itupun dapat dirasakan kedua

gadis centil tadi, secara tidak sengaja tatapan

salah satu dari mereka bertemu pandang dengan

tatapan maut dari Hinata, sang gadis centil itupun

bergidik ngeri melihat tatapan datar Hinata,

dengan perlahan ia melepaskan lengan Naruto dan

melangkah mundur, keringatpun kini sudah

mengalir dari keningnya, setelah itu ia lebih

memilih kabur sambil menarik temannya agar

segera menjauh dari sana.

Naruto menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi

"Kenapa dengan mereka? Seperti sedang melihat

hantu!" gumam Naruto sambil melihat sekeliling

namun yang dilihatnya hanyalah keramaian dan

Hinata yang sedang tersenyum lembut

dibelakangnya. Tak mau ambil pusing Naruto hanya

menaikkan kedua bahunya dan menggenggam

tangan Hinata lagi kemudian berjalan, mungkin

dengan makan es krim lebih terasa lebih baik.

-oxoxoxoxoxoxo-

Keesokan harinya di sekolah

"Hei pig.. lihat aku dapat majalah remaja yang

bagus!" teriak Sakura antusias sementara Ino

hanya bisa menutup telinganya akibat pencemaran

suara dari sahabat pink nya itu. Hinata pun juga

ikut terlonjak kaget disampingnya.

"Cih.. ini kelas jidat, bisa kau pelankan suaramu

ruangan ini tertutup tahu, suaramu memantul

kesana kemari tuh!" omel Ino panjang lebar sambil

mengorek lubang kupingnya sendiri karena rasanya

berdengung. Yah, saat ini mereka memang berada dalam kelas

"Hehehehe.. gomen, gomen, tadi aku Cuma sedikit

bersemangat, lagipula kitakan sedang istirahat

jadi membuat sedikit keributan kan tidak apa-

apa!" sahut Sakura dengan watados sambil

menarik satu kursi dan duduk berhadapan dengan

Ino dan Hinata. Majalah remaja yang dipegangnya

tadi langsung ia taruh diatas meja dan

membukanya denganb cepat.

"Huh, memangnya isi majalah itu apa sih?" tanya

Ino mulai melirik majalah yang dibuka sakura.

Hinata yang penasaran pun kini ikutan

mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat lebih

jelas.

"Nah, untuk yang pertama lihat nih!" Kata Sakura

sambil menunjuk salah satu halaman majalah

remaja tersebut, Ino dan Hinata semakin

mencondongkan tubuh mereka untuk membaca

judul artikel yang ditunjuk Sakura dengan jari

telunjuknya itu. Disana tertulis

"CIUMAN PERTAMA YANG BERKESAN"

Namikaze Ino hanya memiringkan kepalanya

bingung untuk beberapa detik, dengan satu

tangan ia menopang dagunya sendiri dan berkata

dengan santai "Memangnya kau sudah punya pacar

sampai-sampai mau melakukan ciuman

pertamamu?" perkataan Ino barusan sukses

menohok hati Sakura, ia lupa bahwa dirinya saat

ini belum punya pacar. Sakura akhirnya pundung

aura suram jelas sekali terlihat diatas tubuhnya.

"Hahhh.. dasar kau ini, jidat saja yang dilebarin

tapi pelupa sudah nasibmu untuk tidak laku-laku!"

cibir Ino geleng-geleng kepala.

"Ta-tapi Ino-chan s-sendirikan juga be-belum p-

punya pacar!" Sahut Hinata tak kalah

menyakitkan. Ino hanya mendengus kesal.

"urussai.. mentang-mentang kau sudah punya

pacar!" kata Ino sambil melipat kedua tangannya

didada dan bersandar dikursinya "eh, tapi

ngomong-ngomong.. kau sudah pernah ciuman

belum dengan kakakku hm?" lanjut Ino sambil

melirik Hinata. Sementara Hinata yang mendapat

pertanyaan sakral itu hanya bisa menunduk dalam-

dalam sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

"A-ano.. aku..aku..!" Hinata gelagapan "belum

pernah, nunggu sampai dewasa dulu!" cicit Hinata

semakin pelan namun tetap bisa didengar oleh

telinga Ino dan Sakura.

"yare..yare.. itu lebih baik dari pada kau

berpacaran dengan pria mesum, dan mungkin saja

Kakakku yang bodoh itu akan melakukannya dengan

wanita lain hahahahaha...!" Sahut Ino sambil

tertawa, namun tawa Ino tiba-tiba berhenti

ketika dirinya mendapati Hinata tengah

menatapnya tajam seperti siap menerkam dirinya

"Ahh.. gomen, gomen kalimatku yang terakhir tadi

Cuma bercanda kok jangan diambil hati!" koreksi

Ino cepat, ia tak mau sampai membangunkan

Hinata dimasa dua tahun lalu, dimana saat itu

Hinata tidak akan segan-segan menghajar

siapapun yang memancing amarahnya.

Sakura juga yang kini ikut khawatir pun mengambil

inisiatif dan mengalihkan pembicaraan "Hei.. coba

lihat halaman selanjutnya, wah.. disini banyak alat

make-up yang baagus-bagus loh!" dan hal itupun

sukses mencairkan kembali suasana yang lumayan

tegang tadi.

"Mana..mana..? wahhh iya coba aku lihat!" Sahut

Ino antusias sambil menarik majalah itu dan

melihat gambar-gambar alat make-up dengan

,mata berbinar-binar. Sebenarnya ini majalah

remaja atau majalah kecantikan sih? #plak

"ano.. aku mau ketoilet sebentar!" Kata Hinata

sambil bangkit berdiri dari tempat duduknya, Ino

dan Sakura hanya mengangguk tanpa mengalihkan

pandangan mereka dari majalah laknat mereka.

Hinata pun melangkah keluar kelas hendak menuju

toilet sekolah. Sepanjang perjalanan Hinata

terlihat melamun memikirkan kalimat Ino yang

tadi.

"Ciuman pertama yah? Umm.. tapi aku kan pacar

pertamanya Naruto-kun, jadi Naruto-kun belum

pernah melakukannya dengan wanita lain kan?"

gumam Hinata "Tapi, meski begitu, tidak menutup

kemungkinan kan ciuman pertama Naruto-kun

akan direbut oleh wanita lain.. tidak, tidak boleh

ada yang mengambilnya dariku, ciuman pertama

Naruto-kun harus jadi milikku!" lanjut Hinata

dengan seringaian menakutkan andalannya dan

terus berjalan memasuki toilet wanita.

-oxoxoxoxoxoxo-

Setelah selesai dengan urusannya didalam toilet

secara samar-samar kuping Hinata mendengar

teriakan minta tolong dari samping toilet yang memang selalu sepi, setelah

mencoba menelusuri akhirnya Hinata dapat melihat

seorang gadis seumuran dengan dirinya dan

sepertinya juga kelas satu, sedang meringis

kesakitan akibat perlakuan kasar yang dilakukan

tiga pemuda yang bersamanya. Gadis itu terus

meronta meminta ampun pada ketiga senior

mereka, apa lagi mata lavender Hinata saat ini

bisa melihat salah satu dari senior itu tengah

menarik rambut merah wanita itu dengan kasar.

"T-tolong lepaskan aku, aku janji akan

menggantinya hiks..hiks!" pinta gadis itu sambil

terus memelas dan meminta belas kasihan pada

ketiga senior itu. Karna ia kini merasa kepalanya

terasa perih akibat rambutnya yang terus ditarik

dengan kasar.

"I-itu kan Saara" tebak Hinata, karena gadis

berambut merah itu memang teman sekelasnya,

melihat teman sekelasnya terus menerus

diperlakukan seperti itu tanpa sadar Hinata

berteriak.

"He-hentikan itu!"

Seketika ketiga senior itu menoleh dan mendapati

Hinata yang sedikit bergetar tengah berdiri tak

jauh dari mereka, dengan kesal salah satu dari

pria kelas tiga itu maju kearah Hinata dan

menarikknya dengan kasar.

"Dasar gadis bodoh, apa yang bisa kau lakukan

denagn gadis lemah sepertimu heh?" kata pria itu

dengan meremehkan, bahkan kini tangannya tak

lagi menarik tangan Hinata lagi melainkan menarik

rambut indigo milik Hinata dengan kasar.

Sementara Hinata hanya merintih kesakitan dan

mencoba berontak.

Sebenarnya Hinata bisa saja melawan mereka

semua dengan mudah, toh dulunya dia adalah

pemimpin geng yang cukup disegani berkelahi

bukan hal yang baru lagi baginya. Namun sesuai

janjinya pada Naruto ia tak akan pernah lagi

terlibat perkelahian. Jadi sekarang ia tak bisa

melawan apa lagi saat ini ada teman sekelasnya

yang tersiksa bersamanya, ia kawatir jika ia

melawan ketiga senior ini, Saara akan

mengatakannya pada teman-teman sekelasnya dan

sudah pasti Ino akan mendengarnya, setelah itu

pastilah Ino akan mengadukannya pada Naruto.

Dan jika Naruto sudah tahu kalau ia berkelahi lagi

maka bisa dipastikan Naruto akan marah padanya

dan menganggapnya tidak bisa menepati janjinya,

setidaknya begitulah pikiran Hinata saat ini. Yap..

Hinata sangat takut Naruto akan

meninggalkannya, karena hanya Naruto seorang

yang mengerti keadaan Hinata, hanya Naruto

yang selalu ada disisinya saat Hinata tak punya

siapa-siapa lagi yang peduli terhadapnya dan

berkat Naruto lah Hinata berhasil memperbaiki

diri.

Sambil terus merigis kesakitan tanpa sadar air

mata Hinata kini secara perlahan turun membasahi

pipinya. Ia kini hanya bisa berharap seseorang

datang menolong mereka.

"cih.. gadis lemah sepertimu bisanya Cuma

menangis saja. Berteriaklah,, itu percuma saja!"

kata pria itu sambil terus menarik rambut Hinata

dengan kasar sedangkan yang satunya memegang

tangan hinata.

Tanpa disangka-sangka Saara yang sedari tadi

terduduk lemah tiba-tiba saja bangkit berdiri dan

memukuli salah satu dari mereka dengan balok

kayu hingga jatuh tersungkur, namun aksi Saara percuma saja karena seorang lagi langsung menendang tubuh gadis itu hingga terlempar beberapa meter.

Hinata tak tahan lagi melihatnya, ia menjadi marah baginya itu sudah keterlaluan.

"Saara, cepat pergi dari sini dan cari bantuan!

Jangan pedulikan aku!" Teriak Hinata

"Ta-tapi..!"

"CEPAT PERGI!"

Meski berat hati, Saara pun menurut dan

secepatnya berlari meninggalkan Hinata.

Sementara Saara terus berlari menjauh, Hinata

terus mencoba berontak agar perhatian ke tiga

pemuda itu teralihkan padanya, mata lavender

Hinata terus menatap kepergian Saara yang

hendak mencari bantuan dengan tatapan datar,

dan ketika Saara sudah hilang ditikungan dengan

seringaian tajam Hinata mengepalkan kedua

tangannya kuat-kuat.

"Sekarang... giliranku!" Suara tajam Hinata

terdengar sangat pelan sehingga tidak terdengar

oleh ketiga senior itu

"Eh.. apa kata-..!"

BUAAGGHH...

"Akhh..!"

Dengan sekali memutar tubuhnya Hinata berhasil memukul keras wajah satu

seniornya hingga tersungkur dan langsung tak

sadarkan diri, masih dengan ekspresi datarnya

Hinata menoleh kebelakang bersiap menghadapi

dua pemuda yang tersisa " Sekarang majulah

kalian berdua!" ucap Hinata dingin.

"Sialan..!"

Kedua pemuda itu pun melesat kearah Hinata dan

melayangkan tinjunya secara bersamaan tapi

Hinata tak kalah gesit dan menghindar sambil

menunduk, sehingga pukulan tadi hanya mengenai

angin saja.

DUUAAGGHH... Hinata menghajar perut salah satu

diantaranya.

BUAAGGHHH... dan dengan cekatan Hinata

menendang dada yang satunya lagi sehingga

pandangan pemuda itu agak kabur, tulang

rusuknya sepetinya retak dan jantungnya seolah

berhenti memompa darah ketubuhnya. Keduanya

pun jatuh tersungkur dan menggeliat ditanah karena rasa sakit luar biasa yang mereka rasakan. Salah seorang diantaranya pun tak sadarkan diri lagi.

Sekarang tinggal seorang lagi yang mencoba

bangkit berdiri, dengan kecepatan tinggi pemuda yang

tersisa itu berlari kearah Hinata kembali siap

melayangkan pukulannya.

"Dasar perempuan sialaaaannn..!"

5 langkah

4 lankah

3 langkah

2 langkah

TAP...!

"A-apa?" pemuda itu terkejut setengah mati saat

Hinata dengan mudahnya menangkap tinjunya

hanya dengan satu tangan. Padahal tangan Hinata

bisa terbilang cukup kecil untuk menahan seranagn

seperti itu.

"Hn, hanya seperti ini kah kemampuanmu?" tanya

Hinata dingin dan dengan tatapan datar. Tinju dilayangkan Hinata keperut lawannya

BUAGGHHH...

"Jangan pernah meremehkan ku!" Kemudian kearah hidung lawannya.

BUAGGHH...

"Jangan pernah memancing amarahku!" pemuda itu oleng dan melangkah mundur dan nyaris tumbang namun ditarik lagi oleh Hinata.

BUUAAGHHH...

"Dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku jika

kalian masih ingin hidup!"

DUUAGGHH...

DUUAGGHH...

Hinata terus menerus menghajar pemuda itu

dengan membabi buta hingga pemuda itu pun

mengeluarkan darah segar dari mulutnya dan

dalam sekejap pemuda itu hilang kesadaran.

"..."

Setelah berhasil mengalahkan ketiga pemuda

tersebut Hinata hanya jatuh duduk sambil

mengatur nafasnya yang terasa berat. Sekarang

dia hanya bisa duduk diantara ketiga pemuda itu

yang tergeletak tak berdaya.

Namun salah satu diantara mereka telah sadarkan

diri, dengan cepat Hinata bangkit berdiri dan

menginjak dada pemuda tersebut sehingga sang

pemuda itu kembali merasakan sakit.

"Kalau kau masih ingin bersekolah disini dan hidup

tenang, jangan katakan pada siapapun bahwa aku

yang membuat kalian jadi begini, dan katakan itu

juga pada kedua teman bodohmu ini!" Ancam

Hinata dingin. Sementara pemuda itu hanya

mengangguk pelan.

Selang beberapa menit Saara datang bersama

beberapa murid dan guru ketempat Hinata, Ino

dan sakura pun ada diantara mereka. Namun

ketika mereka telah sampai ditempat tujuan

semua tampak heran plus bingung, mendapati tiga

pemuda kelas tiga yang tergeletak tak berdaya

dan Hinata yang berdiri dengan penampilan kusut

yang sedang tersenyum lembut dan tampak aura

bunga-bunga keluar dari tubuhnya.

"Hei, Saara.. tadi katanya kamu Hinata saat ini

tengah dianiaya dan meminta tolong, tapi kenapa

sekarang Hinata baik-baik saja dan jusrtu kita

harus menolong ketiga murid kelas tiga

merepotkan ini?" Omel guru Izuna "Kau

berbohong?" lanjutnya menuduh

"Ti-tidak sensei, aku tidak bohong kok!" Sahut

Saara membela diri

"Ya sudah.. Kalian murid laki-laki, angkat ketiga

jasad merepotkan ini ke ruang UKS, dan kau

Hinata bisa ikut denganku keruang guru?"

Perintah Izuna-sensei, Hinata hanya mengangguk

setuju, "Aku mau tahu apa yang membuat mereka

jadi begini!" lanjutnya kemudian.

Murid laki-laki yang mengangkat mayat bernyawa

itu pun hanya bisa bersungut-sungut dan tampak

ogah-ogahan, sedangkan Ino dan Sakura hanya

bisa menarik nafas panjang melihat situasin ini.

"Sepertinya aku tahu siapa yang berbuat begini"

batin mereka kompak.

Sialhkan buka chap dua #smile