"Bolt-baka! Shannaaroo!"

Sebuah pukulan mendarat di tanah dari gadis berkacamata itu. Pukulan kuat itu membelah tanah yang menerima hantamannya, retak dan terpecah menjadi banyak bagian. Mereka yang berdiri disekitar gadis bersurai hitam itu, berpencar mencari tempat aman untuk tak terkena akibat pukulan itu. Lelaki berambut pirang yang namanya dipanggil oleh gadis yang mengamuk itu, hanya terdiam dengan wajah datar. Seakan-akan tak menganggap serangan gadis dengan lambang klan Uchiha dipunggungnya itu.

"Ah, dia mengamuk~"

Gadis bersurai merah muda yang sedang berdiri di samping lelaki berambut pirang itu tersenyum sinis melihat gadis Uchiha itu mengamuk mengancurkan tanah yang menjadi patokannya untuk berdiri.

.

.

.

.

.

Nightmare

Pagi yang cerah diiringi nyanyian burung-burung kecil yang hinggap di ranting-ranting pohon yang tumbuh di halaman kediaman keluarga berlambang kipas merah itu. Seorang wanita paruh baya sedang asik menyiapkan sarapan bersama gadis bersurai hitam dengan kacamata yang menutupi matanya dengan sempurna.

"Ah, hari ini kau akan pergi latihan bukan, Sarada-chan?" Tanya wanita bersurai merah muda itu kepada gadis yang masih asik menyusun piring-piring di atas meja makan.

"Hn, ini akan memakan waktu lama, Kaa-san" sahut gadis itu sembari menghampiri wanita yang dipanggilnya dengan sebutan 'Kaa-san' itu.

Wanita itu tersenyum dan memberikan semangkok sup tomat kepada gadis itu, kemudian kembali mengambil mangkok untuk sayuran yang masih bertemakan tomat itu. Sedangkan gadis berkacamata merah itu meletakkan mangkok sup ke meja makan yang telah disusunnya dengan rapi.

"Apa sarapannya sudah siap?" Tanya seorang lelaki paruh baya memasuki ruang makan yang sengaja di satukan dengan dapur.

"Sudah, Tou-san" sahut gadis itu sembari mengambil sebuah piring dan meletakkan beberapa sendok nasi diatas piring itu, dengan sup tomat yang masih hangat menghiasinya.

"Arigato, ittadakimasu!" kata lelaki bersurai hitam itu dan kemudian melahap makanan yang disediakan istri dan anaknya itu.

"Ittadakimasu!" ucap serempak istri dan anak klan Uchiha itu.

Diwaktu yang sama, namun ditempat yang berbeda. Suasana yang begitu berbeda menyelimuti kediaman Uzumaki. Kediaman yang terdiri dari empat orang itu begitu tenang, seorang lelaki muda berambut pirang yang masih mengucek-ngucek matanya dan masih terlihat mengantuk itu berjalan menghampiri meja makan yang sudah berada 3 orang menempati tiga kursi disana.

"He, lama sekali Bolt nii-chan!" seru seorang gadis bersurai biru tua itu.

"Gomen, Himawari-chan" sahut lelaki muda itu kemudian menghampiri meja makan yang masih tersisa satu kursi yang kosong.

Setelah satu keluarga Uzumaki itu berkumpul. Seorang wanita paruh baya mulai membagikan sepiring nasi untuk satu anggota keluarga itu dengan dibantu gadis yang dipanggil dengan kata 'Himawari' itu. Sedangkan lelaki muda bernama 'Bolt' itu, hanya mengambil piring yang disodorkan padanya dan menghiasinya dengan beberapa masakan buatan wanita paruh baya itu. Kemudian, lelaki paruh baya berambut pirang itu seperti mengikuti gerakan Bolt mengambil beberapa masakan yang terhidang dihadapannya.

"Ittadakimasu!" ucap ke empat orang itu dengan bersamaan.

Suasana desa yang diselumuti pepohonan hijau nan rimbun itu sangatlah tentram dan damai setelah perang Shinobi yang hampir menghancurkan seluruh permukaan bumi. Bukan hanya tentram, desa yang bernama 'Konoha' itu sudah berkembang semakin pesat bahkan sudah memiliki gedung-gedung pencakar langit.

Atas kerja sama 5 kage, kini seluruh penjuru desa ninja itu sudah aman dan bahkan tak ada lagi peperangan bahkan perselisihan antardesa. 5 kage dari 5 desa itu terus menerus melakukan kerja sama dan tak memutuskan tali persahabatan antardesa.

"Bolt nii-chan, berapa lama latihan dengan Konohamaru-sensei?" Tanya Himawari sembari membereskan meja makan yang masih penuh dengan piring-piring kotor kepada Nyonya Uzumaki yang sudah menunggunya di tempat pencuci piring.

"Sekitar 2 tahun, apa kau tak ikut berlatih menjadi ninja juga?" sahut Bolt kemudian berjalan menuju kamar mandi dengan handuk di pundaknya.

"Tidak, aku bisa belajar dari Kaa-san dan lagi aku tak mau kemana-mana" ucap Himawari.

Tahun ini banyak para ninja tingkat genin atau pun chunnin pergi keluar desa untuk berlatih dengan para gurunya. Seperti yang akan dilakukan Bolt, lelaki muda itu lebih memilih berlatih dengan Konohamaru di luar desa, berharap latihannya jauh lebih dibandingkan berada di desa. Dan ada sebagian ninja yang memilih berlatih di desa seperti biasanya namun dengan tingkatan latihan yang lebih sulit.

"Tou-san, tak pergi kerja?" Tanya Himawari sembari menghampiri lelaki paruh baya yang masih sibuk dengan korannya.

"Ini juga berangkat, daa Himawari-chan, daa sayang!" sahut lelaki paruh baya berambut pirang itu sembari menghampiri istrinya yang masih mencuci piring, dan sebuah kecupan manis mendarat di kening Nyonya Uzumaki itu.

Meskipun mereka sudah lama menikah dan memiliki anak sepasang, seorang laki-laki yaitu Boruto Uzumaki dan seorang perempuan yaitu Himawari Uzumaki. Lantas tak membuat ibu dari dua anak itu terbiasa dengan kecupan manis suaminya itu, dia tetap saja tersipu malu setiap Nanadaime melakukan hal-hal semacam itu.

"Ah, Tou-san sudah pergi?" Tanya Bolt sembari menghampiri Hinata yang masih menyimpan rona wajahnya itu.

"Sudah, apa kau sudah akan berangkat, Bolt-chan?" Tanya wanita itu kembali dan kemudian meletakan celemeknya ke tempat gantungan di dinding.

"Iya, Kaa-san. Tolong sampaikan kepada Tou-san aku berangkat" sahut Bolt sembari menyalami tangan ibunya dan berjalan keluar dari kediaman Uzumaki dengan tas ransel yang penuh dengan kebutuhannya selama latihan.

Di depan gerbang besar desa Konoha, seorang guru yang akan mengajari Bolt selama dua tahun. Bolt melakukan latihan itu dengan maksud agar dapat mempelajari banyak teknik ninja seperti yang dilakukan ayahnya bersama Jiraiya dulu.

"Ah, kau lama sekali, Bolt! Aku sudah menunggumu dari tadi disini!" Seru lelaki yang namanya seperti nama desa kelahirannya tersebut.

"Heheh, gomennasai, Konohamaru-sensei. Ayo, kita berangkat sekarang" sahut Bolt mempercepat langkahnya menuju gerbang besar Konoha.

Konohamaru hanya menganguk dan berjalan berdampingan dengan Bolt, meninggalkan desa Konoha selama 2 tahun untuk mengajarkan putra dari Nanadaime. Cukup lama memang, tapi ini sudah kewajibannya dan lagi ini merupakan perintah dari hokage langsung untuknya.

Masih berada di desa Konoha, gadis kacamata dengan Uchiha pada namanya masih sibuk mengemasi barang-barangnya. Seperti halnya Bolt, gadis itu juga akan berlatih di luar desa. Namun sayang sekali, orang yang dia harapkan akan mengajarkannya tak akan membimbingnya selama latihan. Bukan karena tak mau, melainkan ada orang lain yang akan membimbingnya selama latihan.

"Tou-san, kenapa bukan kau saja yang mengajarkanku?" Tanya gadis berkacamata itu sambil menatap wajah ayahnya yang sebagian tertutup oleh rambut lelaki paruh baya itu.

"Sarada, kau tau bahwa Tou-san masih menjalankan misi. Jadi tak akan ada waktu untuk mengajarimu" sahut lelaki itu.

"He? Paling tidak satu jurus saja!" kata gadis bernama Sarada itu memohon.

Poke!

"Lain kali saja" sahut lelaki paruh baya bermata Onyx itu.

Sentuhan jari kepala keluarga Uchiha itu sukses membuat putrinya itu menyeringai kesakitan sambil mengusap keningnya yang tampak memerah. Dengan mulut yang sedikit manyun, Sarada bergurutu sepanjang jalan menuju ibunya. Melihat gadis kecilnya itu, Nyonya Uchiha menghampiri putrinya sembari menyelesaikan jemuran kainnya.

"Ada apa Sarada?" Tanya wanita bersurai merah muda itu.

"Tak ada yang akan mengajariku, Kaa-san, Tou-san tak bisa, Konohamaru-sensei mendapat tugas mengajari si pirang pembuat ulah itu!" gerutu Sarada.

"Ah, tenanglah. Kaa-san mempunyai teman yang akan.."

Ting! Tong!

Belum sempat Uchiha Sakura menyelesaikan ucapannya, terdengar suara bel rumah mereka dibunyikan. Mendengar suara bel itu, Sarada beranjak dari tempatnya dan membuka pintu rumah kediaman Uchiha itu. Dari balik pintu, tampaklah seorang gadis bersurai merah muda dengan rambut berkepang belakang dibagian ujung rambutnya.

"Ohayo, Sarada-chan. Sakura-san ada?" sapa gadis bersurai merah muda itu.

"Eh? Iya. Kaa-san ada di halaman samping, masuklah" sahut Sarada sembari menuntut gadis bersurai merah muda itu menuju tempat Sakura berada.

'Siapa gadis ini? Kenapa dia tampak mirip sekali dengan Kaa-san. Apakah dia adik Kaa-san? Sepengetahuanku, Kaa-san tak mempunyai kakak maupun adik. Lalu siapa gadis ini?' gumam Sarada dalam bathinnya.

Memang gadis muda itu tampak begitu mirip dengan ibu Sarada –Sakura. Namun, gadis muda itu tak memiliki mata emerald hijau seperti Sakura. Melainkan mata biru langit seperti Nanadaime, Bolt dan Himawari.

"Ah! Sakura-san, shasiburi!" sapa gadis itu sembari memeluk Sakura yang masih duduk membelakangi mereka.

"Ah, Satora-san? kau sudah tiba rupanya diwaktu yang tepat" ucap Sakura kemudian berdiri menghadap Sarada dan gadis bersurai merah muda dengan panggilan 'Satora' itu.

"Sarada, perkenalkan ini teman Kaa-san, Satora-san ini adalah putriku yang akan kau latih nantinya" sambung Sakura.

"Yoroshiku, Sarada-chan!" sapa Satora sembari menyodorkan tangannya yang tampak kecil itu.

"Hn!" sahut Sarada kemudian menatap ibunya seperti berkata, 'Yang benar saja, Kaa-san? dia bahkan tampak lebih muda dariku!'

Seperti mengerti makna dari tatapan putrinya tersebut, Sakura hanya tersenyum, kemudian menarik lengan gadis kecilnya itu agak menjauh dari tempat Satora berdiri.

"Sarada, kau tak boleh meremehkan Satora-san. Dia memang tampak lebih muda, tapi sebenarnya dia hanya 2 tahun lebih muda dari Kaa-san" bisik Sakura.

Mendengar penuturan ibunya, Sarada terperanga tak percaya sehingga beberapa kali ia memandangi Satora dan menyamakan wajah gadis itu dengan ibunya sendiri.

"Dan lagi, dia itu juga merupakan jounin yang hebat. Namun, entah kenapa ia tak pernah mengikuti misi apapun. Seperti ayahmu, dia selalu mengembara namun bukan karena sebuah misi" tambah Sakura.

Sarada hanya manggut-manggut, mencoba mencerna penjelasan ibunya tersebut. Sedangkan gadis yang dibicarakan hanya menatap punggung ibu dan putrid Uchiha itu sedari tadi. Sembari menunggu, Satora memandangi kesekitar. Rumah yang bertemakan klan berlambang kipas merah itu, terlihat begitu sederhana bahkan tampak tak ada yang berubah dari terakhir yang ia ingat.

"Nah, Satora-san. Tolong jaga putriku ini ya, ajarkan dia seluruh teknik ninja" seru Sakura sembari menghampiri Satora.

"Ah, Ha'i! Tentu saja, kalau begitu ayo Sarada, kita berangkat sekarang" ajak Satora mendahului langkah Sarada keluar dari kediaman Uchiha itu.

Sarada dengan sigap mengambil tas ranselnya yang sudah terisi penuh dengan kebutuhan latihannya. Kemudian tergesa-gesa pamit dengan orangtuanya itu untuk berangkat latihan.

"Kaa-san, Tou-san, aku berangkat!" seru Sarada meninggalkan rumah itu.

"Jaga dirimu baik-baik ya, sayang!" seru Sakura menghantar keberangkatan putri kesayangannya tersebut.

Sepertinya tak hanya Bolt maupun Sarada yang pergi berlatih keluar desa, buktinya banyak sekali guru dan murid keluar dari gerbang besar Konoha. Sambil melihat-lihat apakah sahabatnya juga melakukan latihan diluar desa, Sarada mengikuti langkah kaki gadis bersurai merah muda di hadapannya itu.

.

.

.

.

.

2 Tahun Kemudian

"Haa.. ha, ha.. yosh, cukup sampai disini Bolt! Hari ini kita pulang ke Konoha!" seru lelaki yang tampak kehabisan tenaga menghadapi lelaki muda berambut pirang dihadapannya tersebut.

"Nani?! Cotto matte, Konohamaru-sensei! Ini tidak asik sekali, tambah satu jam lagi, kudesai!" mohon lelaki muda berambut pirang.

"Ie, hari ini tugasku sudah selesai, Bolt! Aku tak mau dimarahi Nanadaime, jika melewati batas waktu yang ditentukan" sahut Konohamaru kemudian berjalan menuju penginapan mereka yang tak jauh dari tempat mereka latihan.

"Yosha! Sebelum pulang kita makan dulu, Konohamaru-sensei?" seru Bolt kemudian berlari melewati gurunya itu.

Konohamaru hanya mengangguk dan berjalan santai sampai ke penginapan mereka. Tak terasa sudah dua tahun berlalu, bahkan sudah dua kali ujian ninja tingkat genin antardesa diadakan di desa Konoha dengan aman dan lancar.

Tap!

"Yosh! Tadaima, Konohagakure!" seru Bolt dengan lantangnya di depan gerbang besar Konoha.

"Yokatta, sudah pulang kau rupannya Bolt?" Tanya seorang lelaki berambut biru langit itu.

"Hn, begitulah. Kau sedang berkunjung, Mitsuki?" sahut Bolt menghampiri lelaki itu yang sedang berdiri di depan gerbang.

"Tidak, aku sedang menyambut kepulanganmu. Bagaimana kita makan ramen di Iciraku? Aku yang traktir!" ajak Mitsuki sembari menunjuk kedai yang tak jauh dari mereka.

"Hn, ayo! Aku sudah lapar sekali, Konohamaru-sensei! Kau ikut tidak?" Tanya Bolt.

"Kalian saja, aku mau melapor ke Nanadaime dahulu" sahut Konohamaru lalu mempercepat langkahnya ke kantor Nanadaime.

"Kalau begitu kita saja, Kakek! Mie ramen dua porsi!"

.

.

.

Sret! Prak!

"Shunshin No Jutsu lagi? Tou-san?" ucap Bolt dengan sigap menangkis pukulan seorang lelaki yang dipanggilnya dengan 'Tou-san'.

"Hoo, kau sudah bisa menangkis pukulanku, Bolt?" Tanya lelaki paruh baya itu.

"Tentu saja, Tou-san mau mengetesku?"

"Mengetesmu? Heh.. Aku kesini ingin menyuruh pulang! Adik dan ibumu merindukanmu, Bolt!" seru lelaki itu sembari mengacak rambut pirang putranya itu.

"Iya, sebentar lagi aku juga akan pulang. Hn, Tou-san?"

"Apa Bolt?"

"Apa Tou-san tak merindukanku?"

"Tentu saja, Bolt!"

Ya, suasana harmonis antara ayah dan anak pun terjadi di kedai Ichiraku ramen. Bukannya mau merusak suasana, tapi seperti tak ada tempat lain saja. Setelah menyelesaikan makannya, diiringi dengan Nanadaime dan Mitsuki, Bolt berjalan menuju rumah kadiamannya.

Bruk!

"Ah, maaf. Apa kau tak apa-apa?" Tanya Naruto sembari menyodorkan tangannya untuk mengangkat seorang gadis muda yang tak sengaja ia tabrak.

"Ah, aku baik-baik saja. Terimakasih" sahut gadis itu bangkit dengan bantuan Naruto.

"Sa-sakura?"

"Heeh?" ucap Bolt dan Mitsuki dengan serempak.

"Tou-san, ini bukan Sakura Baa-san. Bahkan dia tampak lebih muda darinya!" kata Bolt mencoba menyadarkan ayahnya atas kesalahpahaman itu.

"Iya, Bolt benar! Dia bukan Kaa-san, namun guruku, Satora-san" sahut gadis berkacamata yang berjalan tepat dibelakang gadis bersurai merah muda yang sedang berdiri dihadapan Naruto.

"Satora?" ucap Naruto seperti mengulang kata-kata gadis Uchiha itu.

"Yo, Sarada. Kau juga selesai menjalankan latihanmu?" sapa Bolt.

"Hn, ayo Satora-san! Kaa-san pasti sudah menunggu dirumah"

Sarada dengan di ikuti Satora berjalan meninggalkan Naruto, Bolt dan Mitsuki dengan seribu tanda tanya, terutama Naruto.

'Kenapa gadis itu tampak mirip sekali dengan Sakura-chan? Tapi, matanya tidak malah seperti mataku!' gumam Naruto.

"Ah, Bolt! Kalian pulang dulu, Tou-san masih banyak pekerjaan" ucap Naruto sebelum menghilang dalam asap putih.

"Ah, tak pernah berubah! Sudahlah, Mitsuki kau mampir ke rumahku?" Tanya Bolt.

"Ya, sekalian mau bertemu Himawari-chan. Heheh.."

Sudah satu tahun lamanya Mitsuki menjalani hubungan dengan adik perempuan satu-satunya Bolt. Meskipun saat itu Bolt tak di desa, namun kabar itu sampai di telinganya. Bolt tak pernah melarang adiknya berhubungan dengan siapa saja. Yang penting tak menyusahkan dirinya nanti.

Seakan tak memperdulikan jawaban teman baiknya itu, lelaki berambut pirang itu melangkah meninggalkan calon adik iparnya itu. Tak mau di tinggal sendirian, Mitsuki mengikuti langkah si pirang itu.

.

.

.

Ting! Tong!

"Bolt Nii-chan, tolong bukakan pintunya!" seru Himawari yang masih asik berduaan dengan kekasihnya, Mitsuki.

"Iya! Berisik!" sahut Bolt menghampiri pintu rumah kediaman Uzumaki.

Cklek!

"Ah! Kau…"


Akhirnya selesai juga, duh padahal udah niat buat fic one shoot.. -_- malah jadi bersambung juga, hadeh.. #tragis! Tapi, aku janji cuma dua chapter kok, minna-san.. -,-V *peace Habis, fic yang lain belum selesai. Dimarahin temen2 karena kelamaan gantungin ceritanya, Gomen-nasai! XD. Dan gomen minna, ceritanya pindah-pindah setting. Aku pun yang baca pusing sendiri, o_O #LuAuthorApaanSih?! *plak

Oh ya, makasih udah baca fic ku kali ini. Jangan lupa tinggalkan review kalian ya? XD #berharap