KIRĀ NO KOKORO WA...

ルキア クロサキ


Hei, hei.. bulan sabit tersenyum puas. Nampaknya ia senang. Malam ini benar-benar kelam tanpa cahaya. Hanya warna merah yang diharapkan mereka. Pertumpahan darah mungkin saja lekas terjadi.
Pepohonan itu begitu rimbun dan mengganggu jalan. Namun hewan malam untuk saat ini menjerit-jerit lapar sampai gila. Sekilas hutan ini memang terlihat sepi. Tapi jika benar-benar punya penglihatan dan pendengaran yang ultra, maka kalian bisa melihat hutan ini sangat gaduh. Tapakan kaki-kaki itu memang tak berbekas, hanya seperti hembusan angin. Saking cepatnya.

"Ichigo! Perhatikan jalanmu!" Seorang gadis yang memakai seragam SMA tengah berada dalam gendongan seorang lelaki berwajah pucat. Lelaki itu terus berlari dengan cepat. Sangat cepat bagai kilat dikala badai. Raut wajahnya begitu tegang dan alisnya bertaut, tanda bila ia sangat marah. Hutan yang ia lewati sepi dan liar. Jalan jauh yang ia tempuh tak sekali pun ia pikirkan. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah menyelamatkan perempuan yang ada di gendongannya dari..

"Kurosaki.." seseorang menyusul pelarian orang yang disebut Ichigo tadi. Langkahnya hampir tersusul dengan jarak hanya beberapa centimeter. Si Penyusul itu tersenyum sinis. Matanya berkilat-kilat ganas. Senyumnya semakin lebar dan taringnya pun mulai mencuat keluar. Ia tinggal menjulurkan tangan dengan kuku tajam itu dan dia akan menang dari Ichigo.

"Brengsek kau Grimm! Tak akan ku serahkan Rukia padamu. Enyah kau!" Ichigo menggila. Langkahnya ia percepat sehingga penyusul bernama Grimm tadi mulai tertinggal lumayan jauh. Ia terus maju hingga ia bisa mendengar samar-samar suara deruan yang mungkin akan sangat keras bila mendekat. Mungkin itu, air terjun.

"Terlambat." Ada penyusul lain. Ichigo tak menyadari itu ketika ia tengah fokus pada Grimm.

"ICHIGO!" gadis itu terbalak dan bergetar hebat saat melihat Ichigo yang berhasil diserang. Perutnya tertusuk dalam oleh cakar-cakar tajam milik penyusul tadi.

"TERKUTUK KAU BYAKUYAAA!" Ichigo berteriak histeris. Apa dia kalah sekarang?

Yang dipanggil Byakuya tadi tak menampakkan ekspresi yang begitu berarti. Ia malah memperdalam tusukan tangannya, memelintirnya ketika ia merasa memegang organ dalam Ichigo dengan maksud pria itu bisa melepaskan perempuan yang sedari tadi digendongnya. Dan hal itu sukses. Gadis bernama Rukia tadi terlepas dan terpental hebat.

Ichigo juga tak kalah miris. Ia terperosok, tapi kaki-kaki itu masih bisa digunakan untuk meloncat ke arah Byakuya. Tangan yang mengepal erat sudah siap dihantamkan tepat di jantung Byakuya. Tapi sayang, musuh terlalu cepat atau...kau yang sudah mulai melambat?

Dengan gesit Byakuya menghindar, tendangan yang ia berikan pada Ichigo cukup membuat tulang iga nya patah. Ichigo akhirnya terpental jatuh ke arah air terjun dengan darah yang menyembul keluar dari mulutnya. Pengejar yang berhasil menumbangkan Ichigo itu ikut terjun mengikuti Ichigo. Ia ingin membunuh Ichigo dan mempreteli tubuh musuhnya hingga benar-benar mati.

Sementara gadis bernama Rukia mulai menangis melihat pemandangan yang begitu mengerikan di depan matanya. Ichigo akan mati di hadapannya.

"Jangan khawatir, sebentar lagi kalian akan bahagia.." Grimm mendekati Rukia dan menarik kasar rambut gadis yang masih terkapar di tanah itu."...di neraka."

"ICHIGOO!" gadis itu mulai menangis dan berteriak. Benar. Malam ini akan ada pertumpahan darah. Darah yang segar. Merah bagai amarah kekejian orang-orang tak berakal itu. Dan hitam pekat, kesesatan yang akan menyerbu dan menikam hati orang-orang itu. Bengisnya Grimmjow dan Byakuya yang menginginkan Rukia, membuat malam ini terjadi pertumpahan darah antar...

...vampire.


BLEACH © I dont belive it! It should be mine!#GEBUK

KIRĀ NO KOKORO WA...© ChapChappyChantik

Pairing : Ichigo the vamp x Rukia the chibi

Genre : Fiction, Romance, Action, rather Bloody, Friendship

Rate : T+

Warning : NO FLAME-typo(s)-OOC-AU'ah gelap-semi fiksi

Note :Fanfic oneshot dedikasi buat Azura Kuchiki nih, nilai raport saya naik nih :p Ohya, saya juga sekalian bikin FanArt nya nih. Sebenarnya sempet susah mikir ide nya. Soalnya kalo masalah vampire, saya mencoba menantang diri sendiri buat merangkai ide yang tidak monoton. Yah, semoga readers dan khususnya anda (Azura Kuchiki) suka dan fic ini bisa menghibur anda sekalian.

Yosh! Lets reading..hope you enjoy..


"Ara...kau itu sebenarnya seksi lho, Rukia." Salah satu dari segerombol gadis SMA itu berkata pada sesamanya. Style nya yang mungkin membangkitkan syahwat kaum adam, malah menjadi topik perbincangan di sore sepulang sekolah ini.

"Jangan berbohong padaku, Rangiku. Kemarin aku memakai bikini, tapi Ulquiorra sama sekali tak melirikku." Gadis bernama Rukia itu berujar sebal. Kedua tangannya bersilang di depan dada.

"Hahaha..kau bodoh, Rukia! Sekalipun aku telanjang, Ulquiorra juga tak akan mau melirikku tau!" Rangiku malah menonyor kepala Rukia ringan.

"Kalian ini jorok sekali." Gadis lainnya nampak tak nyaman dengan pembicaraan ini. Ia begitu risih mendengar kata-kata yang tak pantas itu.

"Sudahlah Orihime, tak usah memperdulikan mereka. Perdulikan aku saja, Hime ku~"

BUAK!

"Dasar yuri! Jangan coba-coba menyentuh Orihime kau, Chizuru!" cewek tomboy di sebelahnya malah memukul kepala Chizuru keras.

"Awas saja kau, Tatsuki." Jawab Chizuru lirih dengan bibir yang mengerucut sebal. Tapi tindakan mereka malah ditertawakan oleh Orihime.

"Kalau mau bukti, nanti aku tunjukkan saja di cafe. Barista nya ganteng-ganteng banget lho." Percakapan Rangiku kembali berlanjut.

"Memang minggu ini kita mau kemana sih?" Tatsuki sebenarnya sudah sejak lama penasaran. Masa ia mau terus berjalan tanpa tau tujuannya?

"Kita akan ke cafe latte. Aku ingin mencoba kopi-kopi di sana. Oh ya, dan jangan lupakan cemilan nya.." Rangiku begitu antusias.

"Kau tak lupa cemilan nya atau barista nya, hm?" saut Chizuru dengan tampang intimidasi. Tapi keduanya malah saling berangkulan dan tertawa bersama. Dasar, ecchi.

"Pas sekali ya, Rukia. Jadi nanti malam kita tak perlu khawatir jika ngantuk." Seru Orihime seraya menepuk bahu Rukia.

"Memangnya kalian mau ngapain?" saut Tatsuki penasaraan.

"Tak ada apa-apa." Jawab Rukia tertunduk dengan langkah yang dipercepat.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

"Uwa...gaya Eropa! Sugoi!" Orihime terkesima dengan interior dalam cafe itu. Terlihat begitu sangat mewah. Beda sekali dengan luarnya yang hanya seperti toko-toko biasa.

"Ayo kita duduk di sana." Tunjuk Rangiku pada meja yang lumayan dekat dengan counter pembuatan kopi. Yeah, lebih tepatnya dekat dengan para barista.

"Umh, menu nya sungguh terjangkau. Hahaha..sangat bersahabat dengan dompetku." Ujar Rukia seraya cengingisan. Orihime tertawa kecil melihat tingkah Rukia. Dan Chizuru tersenyum mesum melihat Orihime. Sayang sekali, Tatsuki tersenyum horor memandang Chizuru.

"Psst..Rukia. Kau lihat sendiri kan? Kudengar barista-barista disana itu jomblo semua." Rangiku merangkul Rukia agar bisikan lirihnya tak terdengar oleh orang yang ada di counter depan. Karena Rangiku, Rukia akhirnya mengarahkan pandangnnya pada sisi counter. Memperlihatkan empat barista yang memang sangat tampan.

Ada yang tengah mengelap gelas-gelas dan piring. Rambutnya hitam sebahu. Tatapannya begitu dingin dan datar. Wajahnya sangat putih dan bersih. Siapa pun yang melihatnya mungkin berpikir bahwa dia setiap hari melakukan facial. Matanya sipit dan tajam. Namun, ia kini hanya fokus pada benda-benda mudah pecah di hadapannya itu.

Disisi lain, ada yang mondar-mandir ke dalam dapur membawa biji kopi dan sesekali membawa hidangan. Cowo berambut silver mengkilap itu dengan cekatan membawa pesanan pelanggan ke meja. Di sini memang tak ada pelayan. Jadi mereka sendirilah yang jadi pelayan. Cowo cekatan tadi selalu menyunggingkan senyumnya. Matanya begitu sipit hingga kalian tidak bisa melihat warna lensa matanya. Kulitnya pun juga putih dan badannya semampai seperti yang lainnya.

Sisanya ada dua cowo lagi. Dan mereka sama-sama tengah membuat kopi seni latte. Salah satunya mempunyai rambut berwarna biru langit. Tatapannya biasa saja. Wajahnya sudah tentu tampan dan badannya sedikit lebih kekar dibanding dua yang tadi.

Di sampingnya adalah cowo berambut...err oranye. Tapi di sisi counter yang agak redup itu, rambutnya terkesan pirang. Kulitnya begitu eksotis, karena lengan seragam barista nya yang ia gulung sampai siku. Tatapannya juga tajam, sangat teliti dengan latte yang ia buat. Wajahnya begitu tampan dengan sedikit kerutan di alis. Lelaki yang sangat serius.

"Nah, sudah tentukan pilihan?" tiba-tiba senggolan Rangiku membuyarkan lamunan Rukia.

"Ini pesanan Anda, Nona sekalian. Selamat menikmati." Barista cekatan tadi menghampiri meja mereka. Dengan sekali angkut, ia bisa membawakan semua pesanan gadis-gadis itu. Sungguh hebat. Senyumnya pun senantiasa bertengger rapi di wajah porselennya. Tapi ia cepat-cepat berlalu.

"Kyaa..kalau aku pilih yang itu sajaaa." Pekik Rangiku."Namanya Gin. Cocok dengan orang nya yang senantiasa tersenyum(grin). Bagaimana ya..aku deg-degan nih. Aah..panasnya api cinta."

PLAK!

"Memalukan." Tatsuki memukul kepala Rangiku dengan gulungan koran yang ia bawa.

"Biar saja, bweee.." Rangiku malah menjulurkan lidahnya dan menarik turun kelopak mata bawah nya dengan jari telunjuk. Rukia, Orihime dan Chizuru terkikik geli melihat pemandangan itu."Eh, jadi yang mana yang kau pilih?" Rangiku kembali merangkul Rukia. Namun ke tiga temannya yang lain tak peduli dan membuka pembicaraan baru tanpa Rangiku dan Rukia."Yang mengelap gelas itu namanya Byakuya. Yang biru itu Grimmjow dan yang kekar eksotis itu Ichigo. Aku jamin, kalau kau mengajak salah satunya kencan dan mereka setuju itu berarti kau seksi, Rukia."

"E-eh, tapi apa tidak terlalu cepat jika kencan?"

"Justru itu. Jika dia menerimanya langsung tanpa basa-basi, itu berarti mereka terpikat. Dan tentu saja itu bukti bahwa kau seksi." Rangiku begitu antusias melihat Rukia. Yang dilihat juga mulai membulatkan tekadnya.

"Yosh, aku pilih Ichigo."

"Eh, kalian ngapain sih. Kita lagi bahas film seru nih." Celetuk Chizuru.

"Menurut kalian, vampire itu apa benar ada?" Tatsuki mengkerutkan alisnya. Kenapa ia benar-benar serius mengenai err..vampire?

"Aku sih tidak percaya. Coba lihat ini." Ia mengambil potongan bawang bombay dari burgernya dan memasang itu di sudut bibirnya."Awwrrr..aku vampiree...kemari kau Tatsukiii..kuhisap darahmuu..awrr.." Chizuru dan Rangiku tertawa terbahak-bahak melihat aksi Rukia.

"Hentikan Rukia..kau konyol." Orihime ikut berujar. Sementara Tatsuki ikut tertawa ringan.

"Haha..aku juga tidak percaya." Tatsuki terlihat sedang menghibur dirinya sendiri dengan kalimat yang ia ucapkan itu.

"Tapi aku sempat membuka internet. Aku baca tentang vampire. Aku kagum karena mereka banyak jenisnya." Chiruzu mengotak-atik ponselnya.

"Wah, sugoi. Coba kau bacakan." Rangiku nampaknya mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"Pertama vampire origin, atau keturunan asli dan benar-benar murni vampire. Kekuatan fisiknya hebat, dan ia cerdas. Tapi kekuatannya akan berkurang jika terkena sinar matahari. Dan kerennya lagi, vampire ini bisa makan makanan kita, walaupun tetap saja nutrisinya hanya dapat tercukupi oleh darah. Jadi hati-hati ya..yang satu ini bisa saja berbaur dengan kita." Jelas Chizuru yang membaca tulisan di layar ponselnya dengan sedikit banyolan horror.

"Tunggu! Aku tahu, aku tahu! Jika ada origin, maka pasti ada slave. Vampire slave adalah budak dari vampire origin. Slave sebenarnya adalah manusia, tapi ia meminum darah dari origin, dan menjadi budak dari vampire yang memberikan darahnya atau master nya. Tapi kekuatannya ada di bawah Si Master." Orihime malah ikut nimbrung dan menjelaskan, soalnya ia juga pernah baca itu pada suatu novel romance.

"Uwaaa...Hime ku pintar.." Chizuru memonyongkan bibirnya namun di tangkis oleh Tatsuki.

"Ara, selanjutnya apa lagi?" Rukia juga mulai penasaran dengan topik ini.

"Emm..selanjutnya ada alter. Vampire alter adalah vampire slave yang tidak mempunyai master, alias masternya sudah mati. Ah, ini.. ada lagi yang lebih sugoi. Yaitu vampire salvation. Deskripsinya hampir sama dengan origin, tapi dia bisa mengendalikan nafsu makannya. Ia bisa saja membuat mangsanya langsung mati atau menjadi vampire sejenisnya dan bisa juga membuat mangsanya tetap hidup, itu tergantung dirinya. Salvation dapat memilih manusia sebagai mangsa, juga bisa memilih hewan. Jadi kurasa jika Si Salvation baik, maka dia bisa tetap hidup tanpa menyakiti manusia." Timpal Chizuru.

"Ada lagi, kurasa ini juga keren. Namanya Dhampire. Jenis ini adalah hasil persilangan dari manusia dan vampire. Sehingga menghasilkan keturunan vampire yang tidak terbakar oleh sinar matahari."

"Kurasa itu mirip dengan Kukudhi. Kukudhi juga tidak terbakar oleh sinar matahari. Dan katanya, jenis ini adalah jenis yang tinggi dari ras vampire karena kekuatannya yang luar biasa. Dan kekuatan itu dicapai dengan membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun. Mereka juga bisa berbaur dengan manusia." Orhihime menambahi lagi.

"Dan aku menemukan yang berbahaya, ini vampire Revenant. Ia menghisap darah dan sangat kejam dalam memangsa. Aku jadi takut." Chizuru kembali melihat ponselnya."Tapi ada yang lebih romantis, jenisnya Verdilak atau Wurdulac. Awalnya adalah manusia yang tergigit oleh kelelawar dan terinfeksi virus vampire. Kemudian dia akan menggigit orang-orang yang ia cintai agar berubah juga menjadi seperti dirinya. Ah~ jika Hime adalah Verdilak aku rela jika kau gigit~"

BUAK! Tatsuki's action

"Hanya itu?" Rangiku sepertinya ingin mendengar lebih banyak lagi dengan makhluk penghisap darah yang legendaris itu.

"Baca saja di internet. Aku capek membacanya. Ah, bahkan robusta ku belum habis." Jawab Chizuru dan mulai menghabiskan pesanannya. Yang lainnya pun juga cepat-cepat menghabiskan makanan dan minuman mereka karena sepertinya hari sudah mulai sore.

"Oh, iya.. jangan lupa soal yang tadi lho. Aku bantu." Rangiku kembali merangkul dan membisiki Rukia. Tapi untuk kali ini diikuti acungan jempol dan kedipan mata genit.

"Baiklah!"

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Ketiga temannya sudah dihasud Rangiku untuk pulang duluan. Membiarkan rencana nya dan rencana Rukia sukses.

"Hai, aku Rukia. Kelas 2 di Karakura High School. Maukah Sabtu ini kau kencan denganku?" tunjukkan wajah polosmu! Jangan lupa senyuman.

Seseorang yang diajak bicara pun terkejut. Matanya terbelalak. Giginya saling bergesek dan badannya sedikit bergetar. Bulu romanya berdiri dan ia merasakan sesuatu berdesir hebat di dalam tubuhnya. Seketika ia menelan ludah. Cowo bernama Ichigo itu terdiam sejenak. Pikirannya semrawut ketika sebuah aroma masuk kedalam indra penciumannya. Tepukan tangan dari Gin menyadarkannya dengan segera. Lalu ia memperhatikan perempuan bernama Rukia tadi.

"Baiklah Nona. Dimana dan kapan?" jawab lelaki itu dengan amat lembut. Rangiku yang mengintip dari etalase luar ikut senang atas keberhasilan sahabatnya.

"Benarkah? Senangnyaaa.. oke, di Chappy WaterPark jam 9."

"Kolam renang?"

"Tepat sekali! Ah, kalau begitu aku pulang dulu. Jaa..jangan sampai telat ya.." Rukia buru-buru berlari keluar cafe dengan perasaan yang sangat senang tentunya. Namun di sisi lain, Ichigo masih mematung sambil melihat kepergian Rukia.

"Tahan dirimu, Ichigo. Aku juga merasakan, aroma darahnya sangat sedap dan menusuk." Tiba-tiba Gin berkata dari belakang.

"Cih, sampai-sampai aku bergetar menahan gigitanku." Ichigo tersenyum sinis membalas perkataan Gin."Haha..paling tidak aku ingin mengicipinya sedikit."

"Itulah mengapa kita dilahirkan sebagai Salvation. Hanya untuk mencicipi, tidak menyakiti manusia. Beda sekali dengan Grimm dan Byakuya." Gin sedikit tertawa ringan saat mengatakannya.

"Aku dengar itu." Byakuya yang memang sedang duduk dan membaca buku di dekat situ pun tidak begitu suka disindir. Apalagi oleh Gin.
"Apa kau ingin kembali berkata 'berkat aku yang memberikan tegukan darahku, kalian bisa menjadi Revenant setengah Salvation' begitu? Aku muak mendengarnya dari mulutmu." Saut Grimmjow yang baru saja menutup cafe. Sekarang jam lima sore dan saatnya tutup.

"Sudahlah, jangan hiraukan Gin. Ayo berburu bersamaku." Ichigo tiba-tiba merangkul Grimm dan memandu cowok biru itu untuk menyeringai bersama.

"Haha..kau menantangku? Baiklah." Grimmjow melupakan amarahnya dan berlalu dirangkulan Ichigo. Kini di cafe hanya tersisa Gin dan Byakuya.

"Maaf ya, nampaknya adikmu tidak bisa diajak bercanda. Dia jadi marah begitu." Gin tersenyum pada Byakuya.

"Tak apa. Lain kali jaga omonganmu. Revenant bisa saja memangsa Salvation." Byakuya tak mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

"Wakatta... oh ya, kau tidak ikut berburu di hutan?"

"Tidak. Aku tidak lapar."

"Hahaha..baiklah, kalau begitu aku tinggal dulu." Gin pun berlalu ke dalam. Cafe mereka memang menjadi satu dengan rumah yang ada di belakang. Rumah vampire-vampire itu. Tapi di sisi lain, Byakuya tersenyum ringan.

"Karena aku telah menemukan hidangan kelas atasku." Ujarnya lirih.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Sungguh indah. Peramal cuaca hari ini meramalkan bahwa hari akan cerah. Dan benar, tak ada awan mendung. Suhu udara juga tak terlalu menyengat. Cocok sekali untuk..kencan.

Di sana banyak sekali wahana yang tentunya penuh dengan air. Chappy WaterPark terkenal dengan wahana airnya yang bermacam-macam. Mulai dari wahana untuk anak kecil, remaja, pasangan sampai orang tua. Dan di sinilah mereka, Ichigo dan Rukia beberapa menit lalu yang baru bertemu.

"I-Ichigo.." Rukia berwajah merah padam. Bagaimana pun niat dari kencan ini, dia tetaplah seorang perempuan yang akan terpesona melihat lelaki tampan. Apalagi dengan telanjang dada.

"Ada apa, Rukia?" kata Ichigo seraya membelai pita pink lembut yang ada di bikini Rukia. Membuat Rukia tambah merah sampai hampir kehabisan nafas.

"Kenapa tiba-tiba aku deg-degan ya..?" Rukia hilang akalnya. Ia mengucapkan apa yang sekarang ia tengah rasakan.

"Haha..itu berarti kau menyukaiku." Ujar Ichigo lembut seraya mendekatkan mulutnya ke tengkuk Rukia. Hendak menjilatnya.

"Kyaa! Itu terlalu cepat, Ichigo!" Rukia spontan mendorong tubuh Ichigo menjauh, menggagalkan niat Ichigo."Bahkan kita belum mulai kencannya.."tambahnya lirih.

"Kalau begitu ayo.." Ichigo menawarkan gandengan tangannya pada Rukia. Dan dengan senang hati Rukia mengaitnya."Aku suka rokmu. Manis sekali." Ichigo kembali berkata seraya berjalan menuju wahana yang ada di situ. Kembali membuat Rukia blushing.

Akhirnya mereka pun pertama menuju seluncuran yang panjangnya mencapai hampir satu kilometer. Dillanjut dengan mereka yang mendadak mengadakan tanding renang di kolam yang panjangnya 50 meter. Sayang sekali hasilnya seri. Kemudian menuju wahana aliran sungai. Jadi mereka berdua mengapung dalam satu ban mengikuti arus sungai buatan itu secara perlahan. Sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama. Kadangkala, Ichigo mulai merayu dan Rukia pun tersipu. Setelah cukup puas, mereka kini sampai juga di bagian kedai untuk makan siang.

Mereka memilih kedai eskrim dengan berbagai menu makanan berat untuk disinggahi. Sekarang mereka pun duduk berdua di salah satu meja. Bikini Rukia juga sudah tertutupi oleh kemeja putih yang Ichigo bawa.

"Umh, bagaimana untuk hari ini? Cukup senang?" Rukia memulai pembicaraan.

"Sebelumnya aku tak pernah kencan dengan wanita. Apalagi mengencani wanita sepertimu." Jawab Ichigo dengan senyum sumringah.

"Haha..memangnya aku ini seperti apa?"

"Lezat, begitu menggoda dan aroma darahmu sungguh nikmat."pikir Ichigo."Kau cantik dan begitu bersemangat." Ichigo kembali menggombal.

"Umh, Ichigo. Entah kenapa, aku rasa, aku benar-benar menyukaimu." Ichigo sedikit terkejut dan hanya membalas kalimat itu dengan senyuman manis."Tapi aku ingin bertanya. Mengapa kau menerima tawaran kencanku? Apa kau menginginkan sesuatu...dari diriku?" Ichigo lagi-lagi terkejut.

"Emm..tentu saja tidak. Aku hanya...yah, ingin dikencani oleh gadis cantik sepertimu." Kata Ichigo seraya mencolek dagu Rukia. Berharap Rukia sedikit percaya dengan bualannya.

"Kenapa kita tidak pacaran saja?" celetuk Rukia sedikit lirih dengan pandangan yang ia arahkan pada floating ice yang ia pesan. Ichigo sedikit berpikir dan terdiam sejenak. Wanita ini sungguh agresif, batinnya.

"Kenapa tidak." Jawab Ichigo dengan mulus.

"Sungguh kau mau jadi pacarku?"

"Aku tidak mungkin akan menyianyiakan –mangsa lezatgadis cantik seperti mu, Rukia." Ichigo kembali tersenyum diikuti Rukia. Gadis itu pikir, hari ini adalah hari yang paling menyenangkan sepanjang hidupnya. Namun Si Lelaki mungkin mempunyai sedikit beban berat dihatinya. Membohongi gadis polos seperti itu sungguh kejam. Tapi ia benar-benar tergiur oleh sesuatu menyengat yang masuk ke hidungnya sejak tadi pagi. Yang paling ia khawatirkan sekarang adalah, bagaimana jika ia lepas kendali dan tanpa sengaja membunuh gadis ini?

"Baiklah Ichigo, ayo janji kelingking. Aku ingin kita bersama selamanya." Acungan kelingking Rukia membuyarkan lamunan Ichigo.

"Ah, iya. Baiklah." Akhirnya Ichigo mengaitkan janji ini. Kau sudah terikat dengan Rukia. Dan mungkin tidak akan semudah itu untuk terlepas dari ikatannya.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Langit jingga ini mirip dengan milik seseorang. Burung gagak mulai berkoar di sepanjang jalan. Mungkin saja gerombolan gagak itu sedang iri dengan seseorang. Lihat saja, Ichigo dan Rukia dengan mesra nya berjalan saling menempel melalui trotoar yang belum sepi pengunjung. Mereka tak memperdulikan tatapan-tatapan dari orang yang kebetulan lewat dan melihat mereka. Rukia begitu nyaman berdempetan dengan tubuh Ichigo, sedangkan Ichigo sedang menahan nafsu makannya.

Seperti yang telah dikatakan Rukia sebelumnya. Ia minta untuk mampir di taman kota sejenak. Soalnya, di situ matahari terbenam terlihat begitu jelas. Ia ingin menontonnya bersama kekasih yang baru saja didapatkannya dalam waktu sehari.

"Benar kan, mataharinya sangat bagus...!" Rukia sangat girang memandang sunset di depan matanya langsung. Tapi Ichigo tak memperhatikan dan sudah tidak tahan lagi. Lalu diraihnya wajah porselen Rukia dengan kedua tangan kekarnya.

"Rukia.." ia berujar lembut sambil mendekatkan mulutnya ke bagian tengkuk Rukia. Rukia yang terbawa suasanya tidak terlalu memikirkan tujuan persis Ichigo. Gigi taring pria itu mulai keluar dan siap menghisap hidangan dihadapannya. Rasa yang begitu membuatnya penasaran akan segera ia ketahui jika saja Si Gadis tak berteriak.

"ICHIGO! AWAS!"

Tubuh Ichigo sedikit nyeri di bagian punggung, karena terjatuh memutar ke tanah dan juga tertimpa tubuh Rukia. Ia bingung, untuk apa Rukia berteriak dan memberinya peringatan?

"Rukia..kau kenapa?" Ia mencoba untuk bangun dan melihat keadaan Rukia. Dengan sekejap ia membelalakkan matanya amat lebar. Di punggung gadis itu terdapat tiga bekas cakaran dengan panjang sekitar lima belas centimeter yang diperkirakan dalamnya mencapai dua centi."Rukia! Bertahanlah! Akan ku bawa kau ke rumah sakit!" Ichigo sepontan menggendong Rukia. Dengan lemah, gadis itu menggeret kemeja Ichigo dan berkata lirih,

"Aku tak apa-apa. Antarkan saja aku pulang."

"Tidak bisa! Keadaanmu seperti ini! Jangan konyol!"

"Percayalah padaku. Antarkan saja aku pulang." Rukia berusaha meyakinkan Ichigo dengan tatapan matanya. Bibirnya pun meengukir seutas senyum. Kilatan matanya begitu teguh dan tajam. Membuat Ichigo menuruti permintaannya.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

"Kau yakin tidak apa-apa?" kini Ichigo sudah menurunkan Rukia di depan rumah Si Gadis.

"Jangan terlalu khawatir seperti itu. Aku kan kuat. Buktinya aku bisa mengimbangimu dalam renang." Dengan lemah, Rukia mengacungkan jempolnya.

"Baiklah, tapi aku antar sampai kamarmu."

"Tidak perlu. Dasar, mencari kesempatan. Sudah sana pulanglah, sudah mulai gelap nih. Nanti jika di tengah jalan tiba-tiba ada vampire kan jadi repot." Aku tak akan takut dengan diriku sendiri. Jawab Ichigo dalam hati. Dia sungguh mengkhawatirkan Rukia. Tapi sebenarnya, ia penasaran. Siapa yang menyerang gadis itu? Bekas cakaran yang besar dan tak ada siapapun setelah insiden tadi, sungguh mencurigakan. Sebegitu cepatkah si pelaku?

"Ah, baiklah kalau kau terus memaksa. Obati lukamu dengan benar ya." Ichigo bersiap pergi dan melambaikan tangannya pada Rukia. Kini yang Ichigo lihat adalah sosok Rukia yang benar-benar sudah tertelan oleh pintu. Dan ia kembali berpikir."Pelakunya tak mungkin bersembunyi. Tak ada tempat sembunyi yang berarti di taman itu. Suaranya pun nyaris tak terdengar. Hm..aku memang tak mendengarnya karena aku sedang fokus pada leher Rukia saat itu. Tapi Rukia tau dan sempat mendengarnya." Ia mengingat-ingat kembali kejadian tadi."...dan Rukia juga sempat melindungiku. Tapi kenapa aku yang di serang? Seingatku, aku tidak mempunyai masalah dengan siapa pun. Dan kenapa harus gadis itu yang mellindungiku?!" Langkah kakinya menghentak sebal setelah mengingat bahwa Rukia melindunginya. Ia menyesal pada dirinya sendiri.

"Tunggu. Cepat, tak bersuara..dan cakar yang besar?" Ichigo terkesiap dengan hipotesisnya sendiri."...vampire!"

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

"KUSOOO! SIAPA YANG BERANI MENYAKITI RUKIA?!" Ichigo menggebrak pintu masuk rumahnya. Ia sangat marah sekarang. Lensa matanya berubah menjadi merah padam dan otot-ototnya keluar. Pintu tak berdosa tadi pun langsung copot dari engselnya. Namun lagi-lagi Ichigo terkejut melihat pemandangan di depannya.

"Ichigo, aku melihat Byakuya dan Grimmjow mengikuti dan hendak menyingkirkanmu agar mereka bisa mendapatkan Rukia. Cih, ternyata kau masih belum berubah dari nafsu hewanmu ya, Byakuya." Terlihat Gin yang mencekik Byakuya ke tembok retak hampir jebol itu. Sementara Grimm hanya berdiri dan melihat, ia tahu jika dirinya tak sebanding dengan Gin."Hei, Byakuya..dan kau, bocah brengsek yang ada di sana. Aku tak masalah jika memberikan masing-masing sebotol dari darahku. Kita sekarang keluarga, jadi aku mohon hilangkan naluri Revenant kalian." Gin benar-benar memohon. Mata sipitnya terbuka dan terlihat begitu sendu.

"Maafkan aku." Ujar Byakuya. Grimmjow dan Ichigo terkejut atas permohonan maaf dari seorang Byakuya. Gin pun tersenyum dan melepaskan cekikannya.

"Jangan lakukan hal konyol seperti tadi lagi ya." Senyumnya begitu tulus. Sepertinya ia tidak ingin ada perpecahan diantara mereka berempat."Kalau begitu tunggu sebentar, akan kuambilkan darahku untuk kalian." Gin di situ memanglah yang paling penyabar dan bijak. Dia juga yang paling sayang dengan keluarga kecil itu sejak terjadinya peperangan antar vampire beberapa abad silam.

Ichigo yang melihat Gin, mau tak mau akhirnya memaafkan mereka. Jadi konflik antar keluarga di situ sudah mulai redam. Ichigo pun mencoba tersenyum pada keduanya. Hanya saja, ia masih memikirkan Rukia.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

"Orihime...tadaima." celetuk Rukia santai.

"Kyaaa..Rukia kencan sampai pulang malam. Pasti seru ya?" Orihime, gadis yatim piatu itu tinggal bersama Rukia di rumah yang lumayan besar ini. Mereka bukanlah saudara atau semacamnya, tapi kesebatangkaraanlah yang menjadikan mereka satu. Mereka bertemu sejak kecil dan kemudian tinggal bersama sebagai keluarga.

"Haha! Yosh, sangat seru. Bahkan kami sudah jadian lhoo.."

"Benarkah? Aku jadi iri padamu."

"Kurasa kau bisa mencobanya dengan Ishida." Rukia terkikik geli ketika mengucapkan nama pria itu."Oh ya, air hangatnya masih kan? Aku ingin berendaam." Ujar Rukia.

"Aku juga belum mandi kok. Akan ku gosokkan punggungmu sekalian." Orihime bergegas ke dalam dan mengambil handuk.

"Ah, terimakasih. Benar sekali, hari ini punggungku pegal-pegal." Rukia memukul-mukul ringan punggungnya. Dan berakting layaknya nenek-nenek yang sudah jompo.

"Ahaha...layanan pijit spesial Orihime siap melayani Anda." Orihime membalas guyonan Rukia dengan berdandan layaknya tukang pijit dengan handuknya.

"Haha..kau ini bisa saja. Kalau begitu ayo."

"Umh!"

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Sore yang masih indah seperti biasa. Setelah kejadian kemarin, Ichigo terus menelepon dan menanyakan kabar kekasih barunya. Si Gadis nampaknya kewalahan untuk meyakinkan bahwa dirinya sungguh baik-baik saja. Walaupun Ichigo sedikit menurut, tapi ia bersikeras untuk menjemputnya sore ini. Memastikan sendiri jika santapan- err.. bidadarinya sungguh baik-baik saja.

Rukia juga tidak keberatan akan hal itu. Malahan, ia berharap Ichigo bisa begitu setiap hari. Dan benar saja, Ichigo sudah menantinya di depan pagar sekolah. Beberapa siswi kelihatan tersipu dan menjerit-jerit sendiri ketika melewati sosok Ichigo.

"Rukia!" Ichigo tersenyum seraya berlari ke hadapan Rukia. Membuat Rukia merasa bahwa ia adalah gadis paling beruntung karena mendapat tatapan sirik dari gadis-gadis.

"Jangan berteriak terlalu keras. Aku malu menjadi pusat perhatian." Jawab Rukia malu-malu, namun ia tetap menerima gandengan dari pangerannya dan mulai berjalan pulang. Si Pengeran hanya tersenyum menanggapi itu.

"Lukamu bagaimana?" Ichigo mengelus pelan punggung Rukia. Dirasanya tak ada kejanggalan yang mencolok dari punggung itu. Ia bisa menerawangnya. Goresan itu sudah hampir sembuh. Yang tersisa hanyalah goresan tipis yang mulai kering.

"Sudah ku bilang berapa kali sih? Lukaku sudah sembuh."

"Emm..baguslah kalau begitu. Tapi aku sangat berterimakasih telah... menolongku. Aku tak akan tau bagaimana jadinya bila tidak ada kau, meskipun aku sedikit bingung mengapa kau bisa melihat gerakan cepat orang yang menyerangku itu." Walau sedikit mengganjal, Ichigo cepat-cepat mengabaikan hal itu. Toh, masalahnya dengan Grimm dan Byakuya sudah selesai.

"Eto, dari kecil pendengaranku memang sensitif sekali. Jadi aku bisa mengetahuinya, tapi itu tidaklah penting, Ichigo." Rukia mengibas-ngibaskan tangannya di depan Ichigo."Oh ya, ada hal yang sejak kemarin ingin ku tanyakan. Pertanyaan ini terus saja menggangguku hingga aku tak bisa tidur."

"Baiklah, tanyakan saja." Kenapa Ichigo tiba-tiba gugup memandang mata violet Rukia? Memang sih, tatapannya tajam. Sepertinya ini pertanyaan serius. Atau jangan-jangan...Rukia tau jati dirimu?

"Apa benar jika kau..." kenapa ia harus menggantungkan kalimat seperti itu sih?

"Jika apa?"

"...sudah pernah ciuman?"

"E-eh?" Ichigo begitu terlihat konyol dan menyesal karena begitu fokus dengan pertanyaannya.

"Sudah ya?" kini Rukia malah tertunduk lesu mendengar jawaban tak jelas Ichigo.

"Tentu saja belum." Ichigo menghembuskan nafasnya lega. Apa-apaan sih prasangkanya itu. Tapi, cepat atau lambat Rukia juga harus tahu siapa dirinya. Salahkan Ichigo yang memancing Rukia untuk masuk ke dalam kehidupannya."Memangnya kenapa?"

"A-ano..eto..karena aku ingin menjadi first kiss mu." Ujar Rukia seraya tersipu. Ini berkat Rangiku. Ia berkata jika ciuman pertama dari seorang kekasih begitu sangat berharga. Membuat Rukia bersikeras menjadi fisrt kiss nya Ichigo.

"Ahahaha...kau ingin berciuman denganku? Kurasa aku juga..." dengan cekatan Ichigo menarik Rukia masuk ke dalam gang yang tadinya ada beberapa meter di depannya. Sekarang ia mengurung Rukia dalam rengkuhan lengan kekarnya dan membiarkan Rukia bersandar pada dinding bata itu."...ingin menciummu." Entah kenapa Rukia seperti dihipnotis oleh mata hazel Ichigo. Gadis itu kini memejamkan matanya, dan menunggu surprize apa yang akan didapatnya dari Ichigo.

Ichigo mendekatkan mulutnya ke arah tengkuk. Itu bukanlah sebuah ciuman. Kau cerdas, memanfaatkan moment ini untuk mencicipi sel berhemoglobin milik bidadarimu. Taringnya mulai nampak lebih panjang dan siap untuk menusuk kulit porselen itu. Dari jarak dekat, aroma darahnya menguar begitu hebat. Membuat Ichigo menelan ludahnya sendiri. Berbagai imajinasi sensasi rasa darahnya melayang-layang dipikiran Ichigo. Sedikit lagi...sedikit lagi...

"Aku sudah tau kok..." Perkataan Rukia yang tiba-tiba membuat Ichigo berhenti."...kau vampire kan, Ichigo?" Ichigo terbelalak dan mundur selangkah akibat kalimat yang Rukia ucapkan. Bagaimana bisa ia tau?"Kau bukannya mencium bibirku, tapi mengincar tengkukku. Itu aneh, Ichigo." Rukia tersenyum simpul sambil memperhatikan reaksi Ichigo. Lelaki itu akhirnya menjaga jarak dengan Rukia.

"Kau tak takut padaku?" Ichigo berjalan mendekat dengan perlahan.

"Kau terlalu tampan untuk membuatku takut tauk!" Rukia malah tersenyum. Membuat Ichigo kembali lega. Sepertinya tidak perlu ada konflik diantara mereka hanya karena Rukia mengetahui makhluk apakah sebenarnya Ichigo itu.

"Jadi, masih mau ku antar pulang?"

"Kelihatannya niatmu bertemu hari ini hanyalah untuk tadi, jadi tak apa kok jika kau tinggal sekarang. Lagipula sebenarnya aku ada kerja kelompok, jadi tak langsung pulang." Ichigo sempat kagum. Rukia mengetahui bahwa ia vampire dan cewek itu tidak takut padanya. Apalagi berusan ia hendak menghisap darahnya. Sungguh perempuan yang berani. Dengan senyuman manis, Ichigo menjawab,

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang ya." Ichigo pun segera berbalik dan melambaikan tangannya hangat.

"Tapi." Ujar Rukia. Ichigo menengok dan berhenti sejenak."...kita masih pacaran, kan?" Ichigo kembali tersenyum.

"Memangnya barusan aku mengatakan putus?" jawaban Ichigo membuat Rukia tak bisa menahan senyumnya. Pacarnya adalah seorang vampire? Boleh juga. Tak ada yang protes kan? Dan Ichigo lagi-lagi berbalik untuk pulang."Kalau begitu ak-" suara langkah ini... Ichigo merasakan sesuatu. Sesuatu yang cepat menuju ke arahnya. Samar-samar terdengar sebuah cacian yang ditujukan kepadanya. Sepertinya ia mengenal itu dan cukup untuk membuat Ichigo berlari seraya menyahut Rukia ke dalam gendongannya.

"Sial. Itu Grimmjow. Seorang Revenant yang mengincar darahmu, Rukia. Kupikir dia sudah berubah pikiran. Tapi...kuso." Kata Ichigo sambil berlari dengan kencang hingga mata biasa tak akan bisa dengan sekilas melihatnya berlari.

"Mengincarku?"

"Cih, karena pacarku ini mempunyai aroma darah yang sangat menggiurkan. Jadi pegangan yang kuat."

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Pada akhirnya, pelarian itu berujung pada suatu hutan dan Ichigo sudah tumbang ; jatuh di air terjun. Byakuya dan Grimmjow memang sudah tidak tahan lagi sekalipun mereka telah meneguk habis darah Salvation dari Gin. Naluri Revenant nya menjadi amat besar ketika bertemu dengan Rukia. Mereka sampai repot-repot untuk memberi Gin racun pelumpuh agar dia tidak ikut campur dengan tujuan mereka. Gin merupakan penghambat terbesar jika ia tidak segera diurus.

"Jadi kau sudah berdoa agar masuk surga, hm? Apa perlu aku memakanmu sekarang?" Cengkraman tangan Grimm pada kepala gadis itu semakin keras. Ia tak peduli bahwa itu berperikemanuasiaan atau tidak. Yang ia tahu, setelah ini dia dan kakaknya akan kenyang.

"Jangan menyakiti Ichigo." Lirih tapi penuh penekanan. Rukia menggerakkan salah satu tangannya dan memegang cenkraman tangan Grimm. Dengan sekali pegang, pergelangan tangan Grimm patah. Otomatis ia melepaskan belenggu Rukia."Kau pikir, aku ini siapa, huh?" perlahan gadis itu berdiri dan menatap Grimm amat tajam. Tiba-tiba saja lensa mata Rukia menjadi semerah darah. Grimmjow yang melihat itu, entah kenapa menjadi ketakutan. Ia pun masih merintih karena pergelangan tangannya yang patah. "Kenapa diam saja, Revenant? Cih, Tidak berani dengan Origin sepertiku, hm?" langkah secepat kilat itu mengaburkan pendangan Grimm, ia tak tau jika Rukia sudah ada tepat di belakangnya."Mati kau."

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

Rukia's POV

Beberapa abad lalu, pada malam dengan bulan purnama, kekuatan ras vampire seperti terisi. Pada saat itu pun planet-planet berada pada satu garis lurus. Entah apa yang terjadi. Yang kutau, aku saat itu merasa terpenuhi oleh energi. Dan untuk merayakan hal itu, para ras vampir dengan berbagai kelas dari berbagai wilayah berkumpul di suatu tempat yang jauh dari peradaban manusia. Berpesta pora dan saling menjalin persaudaraan.

Akan tetapi, itu tidak bertahan lama semenjak kelas Revenant dan kelas brutal lainnya datang. Aku tidak mengerti jalan pikiran mereka. Mereka memunculkan perdebatan diantara kami. Perdebatan yang mempermasalahkan tentang mangsa serta rantai makanan mereka. Dan perdebatan yang sengit itu menuai suatu peperangan besar yang tak akan pernah kulupakan.

Ayah dan ibuku sudah meinggal karena peperangan itu. Aku begitu merasa kosong dan tak tau harus bagaimana. Aku adalah vampire hasil perkawinan antara kelas origin dan kukudhi. Mereka bisa bersatu berkat pertemuan mereka pada pesta bulan purnama pada beberapa abad sebelumnya. Sungguh lucu kisah cinta mereka. Kisah cinta tersebut pun melahirkan aku. Ya, aku tau, aku keturunan yang sangat kuat. Jadi susah bagiku untuk bunuh diri. Dan dengan hati yang kosong, bisakah hidup dengan semua ini? Tentu jawabannya tidak. Aku tidak ingin hidup dengan kekosongan, karena parahnya aku hidup selamanya. Cukup sakit mengetahui fakta itu. Jadi ku putuskan untuk mencari kebahagiaan. Aku bertekad untuk hidup bersama manusia tanpa harus menyakiti mereka.

Kulihat tanah lapang dengan mayat yang bertaburan di atasnya. Keluarga besarku semua ada di situ. Cukup untuk membuatku tersenyum miris. Di kala itu, aku berjalan menelusuri raga yang tak bernyawa di sana. Aku mencari sesuatu dan akhirnya ku dapatkan. Aku mengumpulkan sisa darah dari berbagai kelas. Salvation, Dhampire, Revenant, Verdilak dan beberapa kelas lagi aku kumpulkan sebelum mayat mereka menjadi debu ketika matahari datang. Haha, begitu kejam jika melihat gadis 10 tahun melakukan hal itu. Tapi itu demi hidup baruku. Aku pun meminum semua darah tadi.

Namun setelah itu, di sisi yang agak tersembunyi dari area bekas perang, aku menemukan seorang gadis yang mungkin lebih tua sedikit dari ku. Dia terus menangis di samping mayat seorang wanita. Aku tau, dia adalah seorang Slave yang tengah menangisi masternya. Kubilang tak ada gunanya ia melakukan itu, keluargaku pun sudah mati. Jadi kuajak Alter baru bernama Orihime itu bersamaku.

Aku tak cukup sampai di situ. Selama ini, aku juga meningkatkan kemampuanku, dan baru beberapa tahun lalu aku menyempurnakannya. Aku menyegel aura vampire ku dan menyelubungi lapisan luar organ tubuhku dengan darah manusia. Sehingga tak akan ada yang mengira bahwa aku dan Orihime adalah vampire.

Hingga sekarang, aku dan Orihime memutuskan menjalani hidup abadi ini dengan kebahagiaan seperti manusia.

Normal POV

"Mati kau, Ichigo!" Byakuya kembali menusukkan tangannya ke tubuh Ichigo.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan ini, TEME! Kita adalah keluarga." Ichigo berteriak keras di iringi tangisan yang begitu saja meleleh dari pelupuk matanya. Ia tak bisa percaya, sosok kakak yang dingin seperti Byakuka dan Grimmjow sebagai adik yang selalu bersaing dengan dirinya begitu sekeji ini pada akhirnya. Ia tak tahan karena kenangannya bersama mereka dan Gin malah melayang-layang.

"Tak ada kata keluarga untuk makananku!" Byakuya nampaknya mulai senang dengan ini, ia melihat segarnya darah Salvation mengalir begitu saja. Tapi tentunya ia sudah bosan dengan rasa itu. Ia kembali mengoyak tubuh Ichigo, lensa matanya melebar dan berubah menjadi merah brutal. Taringnya memanjang dan pandangannya seperti hewan liar yang kesetanan."Akan kubunuh kau Ichigo." Byakuya mengarahkan kuku tajam itu ke arah jantung Ichigo.

BUAAAKKKK!

Tubuh Byakuya terpelanting kira-kira dua puluh meter jauhnya akibat seseorang yang menghantamnya. Sungguh tak bisa dipercaya bahwa itu Rukia. Dia datang untuk kembali menyelamatkan Ichigo.

"R-Ruki-" dengan sisa kesadarannya, Ichigo tersenyum melihat Rukia.

"Bertahanlah Ichigo." Dengan segera, Rukia melumat bibir Ichigo dengan bibir tipisnya. Ia memberikan darahnya pada Ichigo agar dapat beregenerasi dengan cepat.

Di sisi lain, Byakuya dan Grimmjow masih hidup, namun mereka tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Berterima kasihlah kepada Rukia yang masih mengijinkan kalian untuk tetap menghirup udara di bumi.

Rukia memberikan pangkuannya terhadap kepala Ichigo, terus menciumnya hingga Ichigo bisa sadar. Setelah insident sadis tadi, Rukia tidak susah-sudah memberi tau siapa dirinya pada Grimmjow. Ia cukup membuktikan saja bahwa ia bukanlah mangsa bagi mereka, justru dia adalah predatornya. Tapi untuk hal ini mungkin terdapat sentuhan sensitif bagi Rukia. Sebelumnya ia tak pernah berpikir untuk memberikan darahnya dengan cara seperti sekarang. Ia sedikit..malu.

Setelah beberapa menit, Ichigo membuka matanya. Yang dilihatnya pertama kali adalah wajah Rukia yang begitu dekat. Rukia yang mengetahui itu, dengan lembut melepas ciumannya.

"Rukia?"

"Ssst.. jangan banyak bergerak dulu. Biarkan tubuhmu beregenerasi." Rukia menahan Ichigo untuk tetap berada di pangkuannya.

"Kau habis menciumku ya? Agresif sekali." Ichigo bercanda dan tertawa ringan melihat wajah teduh Rukia. Rukia malah tersipu mendengar itu."Tapi, kau ini sebenarnya siapa, Rukia?"

"Aku hanya seorang gadis yang mempunyai pacar vampire." Rukia tersenyum tipis.

:

:

Origin. Alter. Salvation. Dhampire. Kukudhi. Revenant. Verdilak

:

:

"Wah..Nona-nona ini datang lagi." Gin menyambut langganan mingguannya dengan senang hati."Aku sudah menyiapkan cake special untuk kalian lho.." kebaikan hati Gin pada lima gerombolan gadis SMA yang dua minggu lalu berkunjung pun diterima dengan baik, apalagi oleh Rangiku. Gadis molek itu tengah berbunga-bunga dan tak berhenti tersenyum dari tadi. Membuat Chizuru dan Tatsuki susah-susah menyeretnya ke tempat duduk.

Sementara Rangiku, Chizuru, Tatsuki dan Orihime yang telah berada di meja nomor 9 duluan, Rukia malah bersinggah di counter sebentar. Alasannya sih untuk membantu Gin membawa potongan cake tadi. Tapi tentu itu hanya basa-basi.

"Senang bertemu lagi, Rukia-sama." Gin membungkukkan sedikit badannya. Ichigo yang ada di situ, juga dipaksa Gin untuk membungkuk hormat kepada Rukia dengan cara menonyor kepalanya ke bawah.

"Ittai, Baka!"

"Kalian tak perlu seperti ini. Dan untukmu Gin, sudah kubilang kan, jangan panggil aku dengan sebutan itu. Kita ini keluarga, kau ingat?" Rukia terkikik geli dengan tingkah berlebihan Gin.

"Benar! Kau cukup memanggilnya Rukia. Dan aku akan memanggilnya Sayang, Darling, atau Honey ya? Rukia-chan juga boleh, benar kan?" Ichigo malah merayu Rukia. Ingat, ini jam kerja, Ichigo.

"Kalian ini bisa saja membuatku tertawa. Oh ya, bagaimana keadaan mereka?"

"Luka dalamnya sudah mulai pulih. Jadi kau jangan khawatir. Mereka memang sekali-kali perlu diberi pelajaran." Ujar Gin yang menampakkan gerak-gerik tubuh menjitak seseorang.

"Ya, ku harap Byakuya dan Grimm bisa mengerti maksudku. Jadi jika mereka berulah lagi, bilang saja padaku." Rukia rasa percakapan mereka cukup, ia pun mulai mengambil piring-piring yang berisi cake dari Gin itu.

"Sebelumnya terima kasih banyak atas semuanya." Gin membisiki Rukia kemudian mulai membantunya dengan membawa beberapa minuman."Aku juga membuat kopi spesial untuk kalian..." Gin pun berlalu duluan. Meninggalkan Rukia yang masih berada di counter bersama Ichigo. Ichigo mendekati Rukia, berniat untuk membantu kekasihnya atau berniat untuk mengatakan,

"Kurasa aku benar-benar mencintaimu." Kalimat itu diucapkan begitu mulus dan lembut. Nadanya juga begitu menggoda. Sayang sekali dia sudah berlalu duluan mengantarkan pesanan meja yang lainnya. Rukia terpaku. Gin, Byakuya, Grimmjow dan Ichigo telah mengetahui siapa dirinya. Mungkin Ichigo bersyukur, pacarnya bukanlah seorang manusia yang mempunyai rasa darah yang lezat. Jadi sekarang lelaki itu telah bisa mencintai Si Gadis Vampire dengan tulus dan leluasa.

Rukia yang telah mengetahui semuanya dari awal, hanya bisa tersenyum. Setelah berabad-abad dia hidup, akhirnya ia menemukan kelengkapan dalam kebahagiaannya. Yaitu...Ichigo.

OWARI


Huft, bagaimana? Untuk pertama kalinya sama membuat fic one shote yang super panjang, ada fanArt nya pula, walau pun kepotong banyak banget #mewek. Haha. Oke deh, Azura Kuchiki, semoga Anda bisa senang. Dan fic ini bisa menghibur reader di liburan sekolah yang menurut saya sama saja dengan sekolah. Kenapa saya masih berurusan dengan sekolaaaaah?#menggila

Oke, cukup sekian. Arigatou gozaimasu. Tak ketinggalan, ciuman mautku.. (˘⌣˘)ε˘`). Jaaaaa