Hallo, minna-san.
Perkenalkan, saya . Panggil aja Raito.
^^
Saya pemula dif fn dan ini fic pertama saya di fandom Gyakuten Saiban.
Maaf kalo aneh, banyak typo dkk.
Enjoy.
"Kau pasti bercanda!"
Seorang gadis dengan jas labnya tengah berkacak pinggang di depan seorang pemuda blonde itu. Sebaliknya, pemuda itu justru hanya tersenyum melihat sang gadis yang tampak jengkel. Sedetik kemudian ia tertawa kecil dan beranjak dari kursinya.
"Hahaha. Mana mungkin aku bercanda, fraulein?" Pemuda itu berjalan mendekati gadis tadi.
"Perbandingan antara kau bercanda dan serius itu kira-kira 1:100, Klavier Gavin!" Gadis itu meninggikan nada bicaranya.
Pemuda bernama Klavier Gavin itu hanya menyeringai.
"Mau bagaimana lagi? Aku harus melakukan sesuatu sebelum gossip ini menggila, bukan?" Klavier mengangkat tabloid dengan tulisan Klavier Gavin is not interested in women!
Gadis itu menghela napas panjang dan menatap kedua mata biru di hadapannya dengan serius.
"Jadi? Kau tadi ingin aku berbuat apa?"
"Jadi kekasihku."
Ema Skye, seorang gadis yang tengah sibuk dengan pekerjaannya sebagai detektif (merangkap forensic-investigator). Dan mulai saat ini, pekerjaannya bertambah satu lagi.
Kekasih seorang rock star.
oOoOoOo
Seorang gadis dengan jas lab terlihat tengah mengetik sesuatu di komputer. Tak ada lagi cahaya yang terpancar dari ruangan itu kecuali cahaya dari layar komputer yang tengah menyala tepat didepan sang gadis. Tertera angka '12:02 AM' dipojok kanan bawah komputer itu. Sesekali ia menguap dan meregangkan badannya yang sudah berjam-jam duduk memandangi komputer. Jarinya masih menari diatas keyboard, matanya masih melirik kertas dengan tulisan tangan seseorang dan mulutnya masih mengunyah kudapan bernama snackoo. Suasana seperti itu tampak tak asing lagi baginya. Ia terlihat santai mengetik di depan komputer. Bahkan menikmatinya. Keheningan menyelimuti tempat itu hingga akhirnya pintu ruangan itu terbuka.
"Ah, fraulein. Masih disini?" Tanya seorang pemuda dengan aksen Jermannya yang kental.
"Ya. Begitulah. Kau sendiri sedang apa disini?" Ia menatap sinis pemuda itu.
"Tak perlu kasar begitu, ja? Kau bisa bertanya baik-baik kan, Ema?"
"Tch! Jangan ganggu aku, Klavier. Aku sedang konsentrasi"
Klavier Gavin hanya menyeringai dan segera duduk di kursi tepat di hadapan Ema Skye yang masih sibuk memandangi layar komputer.
5 menit…
10 menit…
15 menit…
Ema mulai merasa tak nyaman dengan Klavier yang sedari tadi memperhatikan wajah gadis bermata hijau itu. Mood nya yang kini hancur membawa dampak buruk bagi keyboard komputer di ruang kerjanya. Pemuda bermata biru di depannya hanya tersenyum melihat reaksi sang gadis. Semakin lebar senyum Klavier, semakin kuat pula Ema mengetik.
"Fraulein, kalau kau mengetik dengan cara seperti itu keyboard nya bisa rusak." Klavier memamerkan giginya yang rapih pada Ema.
"Oh! Begitukah? Kalau kau tak mau keyboard ini rusak, pergilah!" Jawab Ema kasar.
"Aaaw. Tapi aku harus mengantar mu pulang, ja?"
Ema berhenti mengetik dan menatap Klavier dengan tatapan seperti ingin muntah.
"Ha? Aku tak salah dengar?"
Klavier tertawa kecil dan mendekatkan wajahnya 10cm pada Ema.
"Kita kan sepasang kekasih."
Ema hanya menghela napas panjang dan memijat-mijat kepalanya. Ia bersandar dikursinya yang sama sekali tidak nyaman dan melamun untuk beberapa saat. Ema mulai menyesali perjanjiannya dengan Klavier soal menjadi pacarnya sampai gossip aneh tentang rock star itu mereda. Sebagai gantinya, Klavier berjanji untuk tidak mengganggu science-freak itu. Hatinya mengutuk-ngutuk dirinya di hari kemarin.
"Kenapa aku melakukan semua ini?" Batin Ema.
oOoOoOo
"Motor?"
Ema memandang aneh motor besar dihadapannya saat itu. Ia tak pernah percaya pada motor. Secara ilmiah, kecelakaan yang diakibatkan motor lebih besar dibandingkan mobil. Dan lagi, ia harus naik motor dengan pemuda yang selama ini membuatnya jengkel. Mood nya semakin hancur. Tidak! Mood nya benar-benar hancur.
"Ada apa? Kau takut naik motor?" Klavier bertanya pada gadis yang masih terpaku pada motor yang dinaikinya.
"T-tidak! Aku tidak takut!"
Klavier yang sudah berada diatas motornya menyodorkan helm berawarna ungu gelap pada Ema. Ema menatap helm itu dan Klavier secara bergantian. Pemuda itu tertawa kecil dan segera memakaikan helm itu pada gadis yang masih diam membatu. Ema mengerjapkan matanya sesaat. Dengan ragu, ia mulai menaiki motor itu. Jantungnya berdegup kencang. Karena motorkah? Atau karena sang pengendara motornya kah? Ema sendiri tidak mengerti. Setelah akhirnya berhasil duduk dimotor milik rock star itu, Klavier segera memakai helm dan menyalakan mesin motornya. Ema tersentak kaget mendengar suara mesin motor yang sangat rebut itu dan memutar bola matanya.
"Mesin motormu mengganggu pendengaran manusia." Celetuk Ema.
"Hahaha. Memang suaranya begini kok, fraulein." Lagi-lagi Klavier tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Tolong kendarakan motor ini dengan benar. Tidak ada kebut-kebut. Mata tetap focus dijalan dan tetap di….."
Sebelum gadis pemuja sains itu menyelesaikan perkataannya, Klavier segera menancap gas dan melesat pergi meninggalkan tempat tadi dengan kecepatan tinggi. Spontan, Ema memeluk Klavier erat agar dirinya tidak jatuh dari motor yang tengah melaju dengan liar di jalan raya. Klavier tertawa dan Ema hanya bersungut-sungut dibelakangnya.
"Bagaimana menurutmu, fraulein?" Tanya Klavier sambil sedikit menoleh kearah Ema yang masih memeluk pemuda itu.
"Kau mencoba membunuhku?" Teriak Ema karena suaranya terkalahkan oleh suara mesin motor dan angin.
"Aku tidak mencoba membunuhmu. Aku hanya ingin mengajakmu merasakan ketegangan mengendarai motor." Klavier tersenyum simpul.
"Mata. Fokus. Ke depan!"
Klavier kembali menoleh ke depan. Ema menghela napas panjang dan mempererat pelukannya. Ia menenggelamkan wajahnya di punggung rocks star itu dan menghirup wangi parfume yang sepertinya mahal sekali. Lama-kelamaan, Ema tertidur pulas. Tubuhnya benar-benar sudah lelah dan tak bisa menahan kantuknya lebih lama lagi. Ditambah dengan terpaan angin dan kehangatan dari tubuh Klavier. Ia pun menutup matanya tanpa menyadari bahwa ia lupa memberitahu Klavier dimana ia tinggal.
oOoOoOo
Klavier tak tahu letak pasti apartemen Ema dan sekarang sudah jam 2 pagi. Ia berkali-kali memanggil namanya tapi tak kunjung mendapat jawaban. Akhirnya ia membuat kesimpulan kalau gadis yang diantarnya ini sudah tertidur. Pemuda itu benar-benar bingung dan akhirnya memutuskan untuk menepi di Vitamin Square. Ia melepas helmya dan menoleh ke belakang. Matanya terpaku pada sosok gadis yang bergeming dengan damai. Kini, Klavier benar-benar bingung harus berbuat apa.
"Hn. Sebaiknya ku bawa ke rumahku saja." Gumam Klavier.
Klavier segera menyalakan mesin motornya sekali lagi dan mengenakan helmnya. Ia pergi meninggalkan tempat itu tanpa sadar bahwa seseorang telah mengabadikan momen yang baru saja berlangsung.
"Hehehe. Jadi itu pacar gelap sang rock star?" Seorang pemuda muncul dari semak-semak dekat Vitamin Square sambil memegang kamera.
Pemuda itu pergi dengan senyum yang lebar terlukis diwajahnya.
"Wah. Info ini pasti akan menghebohkan media massa."
oOoOoOo
Review please
