Hajimemashite, Readers…

Kyuurain mau coba-coba buat fic. nich…

Saya terinspirasi sama author-author lain yang udah bikin fic. yang keren-keren…

Untuk uji coba saya udah bikin fic. BLEACH dengan pair UlquiHime.

Berhubung ini fic. pertama saya, mohon dimaklumi ada typo dan ke- gajean di fic. ini….

Hmm…mo ngomong apalagi yaa? *garuk-garuk kepala*

Ya, udah deh gitu aja… selamat membaca fic. gaje ini dan jangan lupa review…..

Black and White

Chapter 1

"Orihime…"

Gadis berambut orange kecoklatan itu menoleh ke arah datangnya suara. "Tatsuki-chan, ada apa?" Sahut gadis yang dipanggil Orihime itu.

"Ayo, kita pulang sama-sama!" Ajakan gadis berambut hitam cepak itu membuat Orihime heran.

"Kau tidak latihan karate, Tatsuki-chan?" Tanya gadis itu dengan wajah polosnya. Tatsuki mengerutkan kening seraya menjitak kepala Orihime pelan.

"Dasar! Kau ini masih saja pelupa. Bukankah barusan ada pengumuman kalau hari ini semua kegiatan ekstra diliburkan. Entah apa alasannya." Kata Tatsuki. Orihime tertegun sejenak.

"Oh, iya, ya. Aku lupa. He…he…" Ucapnya sambil meringis kecil. Tatsuki menghela napas melihat kepolosan sahabatnya ini.

"Haaah…kalau begitu, ayo pulang!" Ajaknya sambil menggandeng tangan Orihime.

"Ayo."

Orihime berjalan sendirian menuju apartemennya. Tatsuki sudah berbelok ke rumahnya yang berlawanan arah dengan apartemen Orihime. Sambil berjalan gadis itu menatap langit senja di atasnya seraya berucap pelan. "Senja masih tetap indah. Dipandang berapa kalipun. Aku tidak pernah merasa bosan." Katanya sambil tersenyum kecil.

Lamunan Orihime buyar ketika sebuah suara mengagetkannya.

"Kau mengikutiku, Rukia?" Ichigo berseru kaget.

"Iya, memang tidak boleh? Raut mukamu itu membuatku khawatir tahu!" Gadis bermata ungu yang dipanggil Rukia itu membalas tak kalah sengit. Orihime yang sudah mengenali kedua suara itu menoleh ke arah suara berasal. Dia memanggil kedua orang yang sedang bertengkar di pinggir sungai itu. Sungai tempat Orihime biasa melihat pemuda berambut orange jabrik itu menghabiskan waktunya bila sedang suntuk.

"Kurosaki-kun, Kuchiki-san!" serunya sambil melambaikan tangan

"Inoue?" Ichigo dan Rukia menoleh bersamaan dan mendapati Orihime menghampiri mereka berdua. "Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Orihime. Ada sebersit rasa cemburu ketika melihat Ichigo dan Rukia bertengkar tadi.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berdiam disini. Tapi, si bodoh ini malah mengikutiku." Ichigo sengaja menyindir Rukia.

"Apa kau bilang, kepala jeruk? Bagaimana kalau ada hollow saat Aku tidak disampingmu, hah?" Rukia membentak kesal. Pertengkaran kecil itu terus berlanjut. Orihime memandang mereka berdua sambil sesekali tertawa kecil melihat kekocakan kedua sahabatnya itu. Tiba-tiba sebuah alarm aneh menyadarkan mereka bertiga. Rukia tersentak seraya meraih ponsel pendeteksi hollow miliknya.

"Ichigo, ada reaksi hollow dari arah taman kota karakura!" Rukia menatap serius pada Ichigo yang langsung berubah jadi shinigami.

"Aku tahu. Tapi, bagaimana dengan Inou…" Belum selesai Ichigo bicara Orihime sudah menyela.

"Aku bisa pulang sendiri, Kurosaki-kun. Apartemenku sudah dekat. Tak ada yang perlu dikhawatirkan." Orihime tersenyum meyakinkan.

"Tapi…" Ichigo masih ragu mengingat Orihime yang sering kali jadi incaran hollow karena bau dari jiwanya.

"Sudahlah, tidak apa-apa." Orihime mendorong pelan Ichigo dan Rukia (yang membopong tubuh asli Ichigo). Mereka berdua memandang Orihime sejenak kemudian mengangguk. "Baiklah. Hati-hati Inoue."

"Ya. Semoga berhasil, Kurosaki-kun." Orihime berkata pelan pada Ichigo yang sudah melesat pergi bersama Rukia.

Las Noches…

Espada berambut hitam pekat itu berjalan menyusuri koridor Las Noches yang sepi sambil menyembunyikan reiatsunya, berusaha agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Setelah sampai di luar, mata emeraldnya menjelajahi padang pasir putih nan luas itu. Memastikan tidak ada yang mengikutinya. Tangan pucatnya membuka garganta dan melangkah tenang ke dalamnya. Tanpa sepengetahuannya, dua pasang mata yang juga menyembunyikan reiatsunya memperhatikan espada pucat yang masuk ke dalam garganta itu.

"Sudah kuduga. Benarkan, Nnoitra?" Ujar salah satu pengintai sambil menyeringai lebar karena dugaannya tepat. Pengintai yang lain membalasnya dengan seringaian yang tak kalah lebar.

"Kau benar, Grimmjow."

Orihime sedang menuang teh ketika sebuah ketukan mengagetkannya. Gadis itu menghentikan kegiatannya dan berjalan cepat menuju pintu. 'Siapa malam-malam begini?' Pikirnya dalam hati

TOK-TOK-TOK-TOK-TOK…

Suara ketukan terdengar makin keras. Orihime jadi sedikit ragu. Tangannya terhenti di depan handle pintu.

TOK-TOK-TOK...

Ketukan itu terdengar lagi. Tapi kali ini lebih pelan. Dengan sedikit gemetar Orihime memberanikan diri membuka pintu.

CKLEK.

Seketika matanya terbelalak lebar. "Tatsuki-chan!" Orihime berseru kaget. Sosok berambut hitam itu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ketika melihat pintu terbuka, dia langsung menerobos masuk. Tidak mempedulikan Orihime yang berteriak-teriak memanggil namanya.

"Tatsuki-chan! Ada apa? Kenapa wajahmu pucat sekali?" Orihime bertanya sambil berlari mengikuti Tatsuki menuju toilet.

Dia tersentak melihat Tatsuki langsung muntah-muntah. Wajahnya juga terlihat sangat pucat.

"Tatsuki-chan, kau kenapa?" Tanya Orihime khawatir.

"K-kau tunggu di luar saja, Orihime!" Tatsuki berkata sambil terus memuntahkan isi perutnya. Orihime mengangguk kecil dan berbalik ke luar toilet walaupun dia masih cemas dengan keadaan sahabatnya itu.

Setelah lima menit, Tatsuki keluar dari toilet sambil sempoyongan. Orihime segera memapahnya ke kamar.

"Tatsuki-chan, sebenarnya ada apa?" Tanya Orihime setelah melihat Tatsuki sudah agak tenang. Tatsuki mengatur napasnya sejenak kemudian berkata pelan.

"Aku tadi melihat orang dibunuh."

Mata Orihime melebar tak percaya. Tatsuki menatap Orihime sekilas kemudian melanjutkan perkataannya.

"Aku sekilas melihat pembunuhnya. Dia memakai jubah putih dan topeng aneh di sebelah kepalanya. Aku sempat menyuruhnya berhenti, tapi…"

"Kenapa?"

"Ketika dia menoleh padaku tubuhku seakan membeku. Dia menatapku dengan matanya… yang bersinar di kegelapan. Aku merasa seolah dia… bukan manusia!" Tatsuki menjelaskan dengan susah payah. Wajahnya kembali pucat. Kali ini Orihime tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"B-Benarkah itu, Tatsuki-chan? Bagaimana dengan orang yag dibunuh?" Tanya Orihime sambil menyeka keringat di wajahnya.

"Perutnya… seperti ditusuk oleh sesuatu. Yang jelas bukan dengan pisau. Lubang bekas tusukannya menganga lebar dan…" Tatsuki tak dapat melanjutkan kata-katanya. Orihime segera merangkul Tatsuki dan menenangkannya.

"Tenanglah, Tatsuki-chan. Kau aman disini." Orihime berusaha menenangkan Tatsuki. Tapi, dia sendiri merasa cemas. Baru kali ini dia melihat sahabatnya ketakutan seperti ini.

Flashback

Malam semakin larut.

Kota Karakura tampak tenang dihiasi sinar bulan sabit yang temaram. Angin berhembus pelan, membuat pepohonan bergemerisik dan menciptakan suasana sedikit mencekam. Di tengah ketenangan itu, tiba-tiba terdengar suara robekan di langit yang pekat.

Sebuah lubang hitam muncul di langit. Dari dalamnya keluar sesosok arrancar berkulit putih pucat. Dengan topeng hollow menyerupai helm menutupi sebagian kepalanya. Rambut hitamnya tersibak. Menampakkan sepasang mata emeraldnya yang indah dihiasi dengan garis hijau yang seperti air mata. Seragam arrancarnya berkibar tertiup angin. Dan sebuah pedang terselip di pinggang kirinya. Sosok itu tidak lain adalah sang Cuatro Espada. Ulquiorra Schiffer.

Ulquiorra memandang kota di bawahnya dengan tatapan datar yang menyiratkan ketidakpedulian. Dia segera berlalu menuju tempat yang biasa didatanginya. Ulquiorra harus menyembunyikan reiatsunya agar para shinigami di kota Karakura tidak mengetahui keberadaannya.

Langkahnya terhenti ketika dia melihat seorang pria kekar yang berjalan sempoyongan menuju sebuah apartemen kecil. Di tangannya tergenggam sebotol wiski. Tiba-tiba saja pria itu mengayunkan botol wiskinya ke arah pintu di hadapannya. Tapi, sebelum itu terjadi sebuah tangan menghentikannya.

Pria itu bingung lantaran di sekitarnya tidak tampak seorang pun. Tapi, gerakan tangannya serasa dihentikan oleh sesuatu.

"Dasar sampah!"

Detik berikutnya tubuh pria itu sudah melayang ke arah jalan yang gelap dan sepi.

"Akh…" Pria itu berteriak kesakitan. Tangan pucat itu semakin mempererat cengkramannya pada leher pria itu.

"Dia tidak bisa melihatku. Sampah memang pantas dibunuh!" Gumam pemilik mata emerald itu dengan tatapan datar.

JRASH!

Tatsuki memasukkan koin ke dalam mesin minuman ringan di pinggir jalan. Dia memasukkan beberapa kaleng jus ke dalam plastik yang dibawanya dan mengambil satu kaleng soda untuk diminum di jalan. Sambil bersiul Tatsuki meneguk sodanya. Dia berjalan tenang melewati jalan kecil yang tampak sepi dan gelap. Tiba-tiba langkahnya terhenti.

Tatsuki menjatuhkan kaleng soda di tangannya. Dia terbelalak melihat pemandangan di depannya.

"Hei, berhenti kau!" Teriaknya pada sosok yang berlalu begitu saja setelah menjatuhkan tubuh seorang pria. Tatsuki berlari mengejar sosok yang hampir menghilang di belokan jalan itu.

"Berhenti!"

Sosok itu menoleh pada Tatsuki. Menatapnya dingin dengan mata emeraldnya yang bersinar di kegelapan. Seketika itu juga tubuh Tatsuki membeku. Dia jatuh terduduk di dekat mayat pria yang berlumuran darah itu. Lagi-lagi dia terbelalak kaget dan langsung merasa mual. Dengan seluruh sisa tenaganya, Tatsuki berlari menjauh dari tempat itu.

End of flashback

Ulquiorra menatap ke arah jendela apartemen yang masih terang itu. Disaat semua orang sudah terlelap dengan mimpinya masing-masing, gadis berambut orange kecoklatan itu malah sibuk menenangkan temannya yang berambut hitam cepak. Perlahan Espada berwajah stoic itu menyunggingkan senyum kecil.

Ulquiorra tidak menyangka bahwa gadis berambut hitam cepak itu bisa melihatnya. Padahal dia hanyalah 'sampah' seperti manusia lainnya. Dia juga tidak mengerti kenapa tadi dia membunuh pria yang akan menghantamkan botol wiskinya ke arah kamar apartemen Orihime.

'Apakah tadi Aku berniat melindungi gadis itu? Kenapa Aku melakukan hal bodoh semacam itu?' Pikir Ulquiorra dalam hati sambil tetap mengamati Orihime.

Orihime berusaha mengusir kekhawatirannya. Bukan karena cerita Tatsuki tadi. Tapi, ada hal lain yang mengusik pikirannya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa ada yang mengawasinya dari suatu tempat. Dia sudah mencoba untuk membaca buku, tapi tetap saja masih merasa ada sesuatu yang aneh.

Orihime memandang Tatsuki yang sudah terlelap di kasurnya. Dia berdiri perlahan dan melangkah ke arah jendela di samping meja belajarnya. Dengan gerakan cepat dia membuka jendela itu. Berharap dia memergoki seseorang yang tengah mengintainya. Tapi tidak tampak seorang pun di halaman apartemen.

Orihime memandang berkeliling. Matanya menjelajahi setiap sudut halaman apartemennya. Setelah memastikan tidak ada seorang pun, dia menghela napas lega.

"Haah… mungkin cuma perasaanku saja." Ucapnya sambil menutup jendela kamarnya. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan angka sebelas. Orihime menguap sebentar kemudian mematikan lampu kamarnya dan berjalan ke ranjang.

Ulquiorra sedikit kaget ketika gadis berambut orange yang sedang dipandanginya tiba-tiba membuka jendela kamarnya. Dengan sonido dia segera berpindah ke atap apartemen. Karena dia tahu Orihime bisa melihat hollow dan shinigami. Cukup lama dia berada disana. Ketika Ulquiorra turun dia melihat jendela kamar gadis itu sudah gelap. Dia memejamkan matanya sejenak kemudian membuka garganta seraya berucap pelan.

"Selamat tidur, onna."

Bersambung…

A/N: Yeey… akhirnya chapter coba-coba selesai juga…

Bagaimana readers? Kepanjangan ato kependekankah?

Apakah layak dilanjutkan ato dihapus saja?

Yak, silakan memberi kritikan ato saran ato ujian ato celaan… Kyuurain akan menampung semuanya.

Review, please…(untuk kelangsungan tentu saja)