The Prince and The Lazyass.

Temari adalah model terkenal dengan julukan Prince. Shikamaru hanya seorang murid biasa. Apa yang terjadi apabila mereka harus berbagi kamar, tunggu, di asrama khusus laki-laki?[S/T]

A/N. To celebrate the return of the shikatema, even though only one panel, but it shows enough love XXXX

I am very happy.

Also, my writing style stinks now.

Chapter 1: The Meeting Between the Prince and the Lazyass

[]

"Shikamaru, baru kali ini ibu bangga padamu!" kata ibu Shikamaru, Yoshino, sambil memeluk surat pemberitahuan dari Akademi Sunagakure. Matanya berbinar-binar. Pagi ini surat dari Akademi Sunagakure datang dan Yoshino tidak berhenti berbicara tentang itu. Dia bahkan memberitahu tetangga satu komplek. Shikamaru meneruskan melahap makan malamnya dengan cuek.

"Bu, aku sudah bilang kalau aku tidak akan masuk Akademi Sunagakure. Aku akan masuk ke SMA Konoha seperti Chouji dan yang lainnya," kata Shikamaru sambil mengambil kecap, "Ah, ayah, tolong ambilkan asinan lobaknya, sekalian,"

"Shikamaru! Kamu sudah susah payah berhasil masuk Akademi Sunagakure mengalahkan ribuan anak lainnya dan sekarang kamu bilang tetap ingin ke SMA Konoha-"

"Oke nak," kata Shikaku sambil meletakkan asinan lobak di depan Shikamaru.

"Dengar Shikamaru, Akademi Sunagakure itu sangat terkenal dan kamu dijamin bisa kerja di tempat bagus-"

"Makasih, yah,"

"SHIKAMARU! SHIKAKU!"

Temari menggebrak meja dengan keras, membuat kedua adiknya melonjak kaget.

"Ayah, selama ini sudah cukup sulit bagiku untuk merahasiakan bahwa aku adalah perempuan dan sekarang aku harus berbagi kamar dengan murid lain?" bentak Temari di depan ayahnya, Kazekage.

"Temari, Temari, aku paham keadaanmu, tapi aku tidak ada pilihan lain. Semua kamar di asrama sudah penuh," kata Kazekage dengan sabar.

"Kenapa kau tidak membuatnya gagal saja di ujian masuk?" gertak Temari, "Hanya satu murid, toh itu tidak akan mempengaruhi-"

Mata Kazekage tiba-tiba menjadi serius sehingga Temari terdiam, "Hanya satu murid, tapi aku ingin dia di sekolah ini,"

Kazekage bangkit dari tempat duduknya dan memandang ke jendela. Akademi Sunagakure terlihat jelas dari jendela kantor Kazekage, "Akademi ini sudah turun temurun mencetak orang-orang sukses. Menteri, politisi, jurnalis, aktor, model...," Kazekage melayangkan senyum kepada Temari dan kedua adiknya, "Seorang jenius dengan IQ 300, Temari. Bagaimanapun, aku ingin dia di Akademi ini. Sungguh sayang apabila bakatnya tersia-sia,"

"Ayah...," Temari menggigit bibirnya.

"Temari, aku harap kau mengerti,"

"Baik, ayah," kata Temari terpaksa. Kalau Kazekage sudah serius, tidak ada yang bisa menentangnya lagi, tak terkecuali Temari.

[]

"Wow, aku sampai sekarang tidak percaya kau bisa masuk Akademi Sunagakure, Shikamaru. Maksudku, aku tahu selama ini di SMP kau tidak pernah dapat nilai jelek, tapi Akademi Sunagakure itu...oh, wow," Ino terus berbicara sambil satu per satu meletakkan barang Shikamaru ke dalam kardus. Besok adalah hari keberangkatan Shikamaru ke Akademi Sunagakure. Ino dan Chouji datang untuk membantu Shikamaru beres-beres.

"Aku juga tidak mau, ibuku yang menyuruh," jawab Shikamaru masam, "Sunagakure itu di Tokyo dan aku harus tinggal di asrama, benar-benar merepotkan,"

"Tapi! Akademi Sunagakure itu all boys school yang terkenal kan? Aku dengar muridnya cakep-cakep lho Shikamaruuuu~" kata Ino dengan genit sambil melempar lap ke wajah Shikamaru.

"Ow, menjijikan! Kenapa kau bilang begitu?" kata Shikamaru jijik, "Ergh,"

"Jangan salahkan aku kalau aku menganggapmu homo! Selama ini kau nggak pernah punya pacar...ingat Shiho-chan? Kau bahkan menolak semua cewek yang suka padamu," Ino menggelengkan kepalanya, "Makanya mungkin saja setelah masuk ke Akademi Sunagakure kau menyadari preferensimu...,"

"INO!" Shikamaru melempar balik lap kotor ke Ino, "Memangnya salah? Chouji juga selama ini tidak punya pacar," katanya sambil menunjuk Chouji yang sedang berkutat melipat baju Shikamaru. Chouji menatap Shikamaru dengan pandangan mencela.

Ino menatap Chouji, menilainya, "Chouji berbeda, dia masih baca buku porno, berarti dia normal. Sedangkan kau, Shikamaru, aku sudah mengenalmu 14 tahun dan selama ini aku tidak pernah melihatmu membaca buku porno,"

"INO DARIMANA KAU TAHU AKU BACA BUKU PORNO-"

"Jeez Ino, bukan salahku kalau aku tidak tertarik dengan hal mesum," kata Shikamaru yang mulai malas meladeni Ino. Dia mulai memasukkan buku-bukunya satu persatu ke dalam kardus dan menghiraukan segala komentar Ino setelah itu. Memang selama ini Shikamaru tidak punya pacar, tidak pernah baca buku porno...tapi itu bukan berarti dia homo atau apa. Dia hanya menganggap semua itu merepotkan. Shikamaru sudah menyaksikan banyak contoh teman-temannya yang pernah pacaran. Kemana-mana selalu berdua. Shikamaru merasa hal itu mengganggu privasi. Shikamaru lebih suka mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Lagipula, pikir Shikamaru, impiannya adalah menjadi pegawai kantoran dengan gaji sederhana, mempunyai istri yang tidak jelek tapi juga tidak terlalu cantik, kemudian menjadi keluarga normal Jepang yang sederhana. Rasanya itu saja sudah cukup.

[]

Tokyo, Akademi Sunagakure.

Selama ini Shikamaru hanya melihat Akademi Sunagakure dari internet. Dia tahu kalau Akademi elit itu sangat besar, tapi setelah melihatnya secara langsung, akademi itu terlihat lebih besar. Gerbang masuknya saja sudah membuatnya ternganga. Benar-benar berbeda dengan SMA Konoha yang hanya sebuah SMA biasa di desa. Bangunan di akademi ini semuanya bergaya Eropa dan terbuat dari bata. Ketika Shikamaru menyusuri lorong, dia melihat siswa-siswa memandanginya dan tertawa. Stinky rich brats, pikir penampilannya saat ini sedang tidak cocok dibandingkan dengan siswa-siswa akademi yang memakai seragam mahal mereka. Shikamaru hanya memakai seragam SMP Konoha berupa gakuran hitam yang sudah agak kusam setelah tiga tahun dipakai.

"Selamat datang, di Akademi Sunagakure," Baki-sensei berkata sambil mempersilahkan Shikamaru masuk ke dalam ruang guru. Shikamaru merasa matanya silau. Ruang guru itu berbeda dengan ruang guru di SMP lamanya yang berantakan dengan buku dan kertas dimana-mana. Di ruang guru ini semuanya rapi. Lantainya terbuat dari marmer. Di dinding terdapat banyak lukisan yang terlihat mahal. Heck, guru-gurunya pun memakai pakaian yang sangat chic. Shikamaru jadi teringat Kakashi-sensei yang pernah datang hanya memakai sendal jepit.

"Nara-kun? Ini teman sekamarmu, Sabaku Temari-kun," Baki memperkenalkan Shikamaru dengan seorang anak laki-laki berambut pirang, "Sabaku-kun akan menunjukkan jalan ke kamarmu dan juga sedikit tur keliling sekolah, ya Sabaku-kun?" Baki-sensei tersenyum kepada anak laki-laki itu yang hanya tersenyum masam.

"Tidak masalah, Baki-sensei,"

Shikamaru memperhatikan Sabaku dengan seksama. Dia beberapa sentimeter lebih tinggi dari Shikamaru. Matanya berwarna hijau cerah. Tulang wajahnya tinggi, membuat impresi bahwa dia sedikit angkuh. Wajahnya familiar bagi Shikamaru. Dimana dia pernah melihat anak ini sebelumnya?

"Sabaku-kun dua tahun lebih tua darimu, tapi aku harap kalian akur ya," kata Baki-sensei, "Sabaku-kun, kau bisa menunjukkan jalan ke asrama dulu. Aku sedang ada beberapa urusan," kemudian dia melambaikan tangan kearah Shikamaru sebelum menghilang di balik pintu.

"Kau sudah selesai memandangiku?" Sabaku berkata dengan suara dingin, "Jangan menghabiskan waktuku yang berharga, anak desa,"

"Anak desa ini mulai sekarang akan berada di bawah pengawasanmu, Senpai," kata Shikamaru sarkastik, "Mohon kerjasamanya,"

Aku tidak suka dia, pikir Shikamaru dan Temari bersamaan sambil membuang muka.