Loha…. Halo…. ini ff sebenernya pake nama ff nya ririn eonni pulang kuliah pas banget ujan-ujan, sore-sore, lewat kuburan dan ternyata langsung dapet wangsit dari abang suho sang 'aqua'nya exo, sampe jadi lah ini ff…

Maaf kalo gak menarik, dan yang pasti juga maaf karena kepanjangan. Padahal tadinya pengen bikin ff one shoot yang pagenya kurang dari 30an, etapi malahan kebablasan ampe 60 dan pas mau di post ternyata gak bisa karena terlalu banyak 'karakternya'. Akhirnya di bikin two shoot

Oke deh,, dimulai aja ya!

Shiro mempersembahkan…

I Hate Rain

Cast : Kim Hyorin

Lee Howon atau Hoya

Nam Woohyun

Rated : PG 15

Genre : Romance 'may be'

Length : Two Shoot

Chapter 1

Ada yang berubah darinya, ada yang berbeda dengan jelas dari pribadinya. Tak hanya tingkah dan tutur katanya yang berbeda, cara bernafasnya tuk penuhi hiduppun sudah tak lagi seperti dulu. Senyum yang mengembang setiap saat perlahan memudar

Langkah kaki kecilnya membawa tubuh yang tak lagi bernafsu untuk sekedar menikmati hidup menuju sebuah gedung tempatnya mendapatkan ilmu. Tempat yang tak lagi seindah dulu saat ia masih ada dan saat dirinya masih bisa tersenyum menikmati hari. Semuanya sungguh telah berubah, sudah di katakan bukan bahwa seiring dengan hari senyumnya semakin memudar, bahkan dirinya hampir lupa cara untuk tersenyum dengan tulus seperti apa.

"mau ke kantin, Hyorin-ah?" Tanya seorang pria yang baru saja memasukkan buku-buku materi kedalam tas di atas meja.

"kau saja, aku sedang tidak lapar" tangannya merogoh ke dalam tas hitam yang ia bawa dan mengeluarkan hand phone hitamnya juga ear phone yang berwarna hitam pula, tak ada warna dalam hidupnya, hanya hitam yang selalu ia gunakan.

"ayolah, setidaknya kau mau menemaniku. Kau tahu bukan sebosan apa rasanya jika harus makan sendiri" pria tersebut memohon dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya dan berharap bahwa sahabat dinginnya tersebut mau menuruti permintaannya.

"huuuh, jangan ganggu aku" kakinya melenggang pergi dengan kedua telinga yang sudah menempel ear phone dengan cantiknya di sana. Dan siapa sangka bahwa sikapnya yang seolah tak peduli justru kini ia tengah menuju kantin, sesuai dengan keinginan sahabatnya. Bagaimanapun juga, ia tidak setega itu terhadap sahabatnya. Makan sendiri? Hhh.. bahkan semenjak kepergiannya, ia serasa selalu sendiri dalam hidupnya, apapun yang terjadi.

"mengenai acara camp sekolah esok hari apakah kau akan ikut?"

"…" objek yang ia ajak bicara hanya terus berjalan tanpa menanggapi pertanyaannya.

"umm… sebenarnya aku sangat ingin ikut, tapi kalau kau tidak ikut aku pasti akan bosan. Lebih baik aku juga tidak ikut saja" tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Cara merayu yang bodoh!,

"…"

"aishhh… sudahlah, aku tak ingin di anggap gila oleh orang-orang" kakinya berhenti dengan bersila tangan, mencoba untuk merajuk pada gadis yang sedari tadi seolah tak menganggap keberadaannya. Tanpa di sadarinya, gadis tersebut tersenyum kecil melihat betapa kekanak-kanakkannya sahabat sepanjang masanya tersebut.

Senyumnya memang perlahan memudar, namun bukan berarti ia akan kehilangan senyumnya untuk hidup yang masih berlanjut bukan? Ia hanya sedang lupa bagaimana caranya tersenyum. Yang bahkan sebenarnya ia ingin memberikan senyuman terbaiknya lagi pada sahabatnya, namun semenjak kepergiannya ia jadi jarang tersenyum hingga dirinya merasa bahwa wajahnya akan terlihat sangat buruk dengan senyum barunya. Senyum palsunya.

"bis akan berangkat pukul 10 kan? Siapkan semua perlengkapannya"

Pria tersebut tersenyum lebar saat mendengar suara yang sedari tadi ia nanti. Meskipun tak secara langsung mengatakan 'iya', namun ia tahu makna di balik ucapannya. Gadis tersebut setuju dengan acara sekolah besok, dan itu pertanda bahwa ia akan pergi bersama sahabatnya.

"yeaaaayyyyyyy" tubuhnya bergerak refleks meluapkan kesenangannya, ia tahu bahwa sahabatnya tak akan setega itu. Seburuk apapun sahabatnya yang saat ini, namun ia yakin bahwa ia yang dulu masih ada dan tersimpan. Hanya saja ia tak tahu dimana gadis tersebut menyimpannya.

Seluruh tatap mata memberikan pandangan aneh pada pria yang sepertinya layak untuk di katakan 'pasien yang baru saja kabur dari rumah sakit jiwa'. Tak ada siapapun, namun pria tersebut masih saja melompat-lompat dengan senyum yang mengembang seolah telah memenangkan hadiah ratusan miliyar. Tak peduli, ia pun tetap seperti itu sampai akhirnya ia merasa lelah dan berlalu memasuki rumahnya.

Sekali lagi, tanpa ia sadari gadis yang menjadi sumber keanehan sikap pria yang bertindak seperti orang gila tengah menarik sudut bibirnya. Menyunggingkan sebuah senyum.

Cuaca memang benar-benar sangat mendukung untuk bepergian. Matahari tak begitu membagi sinarnya secara berlebihan dan sepertinya langit juga tak menandakan akan turun hujan.

Tiga buah mobil bus meninggalkan ruang perkotaan yang padat dan pengap. Supir bus yang sangat fokus melihat jalan raya, para guru pembimbing tengah melihat-lihat jadwal dan juga perbekalan untuk mereka menginap selama dua hari kedepan. Di bangku-bangku belakang terdapat kurang lebih tiga puluh siswa yang mengikuti acara camp khusus tersebut. Tidak terlalu banyak memang, karena acara ini hanya di peruntukan bagi kelas 3 untuk merefresh kegiatan mereka agar lebih fokus menghadapi ujian mendatang.

Lagu-lagu menyenangkan memenuhi bis A sepanjang perjalanan yang terbilang cukup jauh menghilangkan rasa kantuk dan juga lelah. Pemandangan sedikit berbeda terlihat dari bangku belakang, tepatnya dua bangku dari pintu belakang.

Seorang gadis yang tak bergeming sama sekali menikmati alunan lagu yang menguar dari ear phone yang ia nyalakan dengan volume yang cukup tinggi dan seorang pria yang duduk di sebelahnya justru terlihat gelisah karena ia saat ini hampir mati kebosanan, ia sedang dalam keadaan tidak mood jika melakukan apapun tanpa gadis yang di sampingnya. Walaupun sebenarnya ia ingin bernyanyi-nyanyi bersama teman-teman yang lain, namun tiba-tiba nafsunya hilang karena tak bisa mengungkapkannya bersama Hyorin, sahabat yang entah sekarang bagaimana perasaannya pada gadis tersebut.

Pluk

Matanya menatap tak percaya melihat gadis yang duduk di sebelah kirinya tengah tidur bersandar di bahu kirinya, atau mungkin tidak sengaja mendarat pada bahunya? Jantungnya mendadak seperti terserang sebuah getaran yang membuatnya semakin berdetak kencang, dan bibirnya tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Ia suka, ia sangat suka bagaimana jantungnya yang bekerja sangat cepat ketika berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Hyorin, ia sangat suka saat ia tak lagi mampu menyembunyikan senyumnya walaupun menyadari Hyorin tak melakukan apapun yang berarti. Dan ia juga sangat senang, karena Hyorin memperlakukannya tak sama dengan orang lain. Ia lebih mengenalnya.

"kita sudah sampai?" gumam Hyorin yang baru saja terbangun dari tidurnya yang sangat nyaman.

"sudah, baru saja. Ayo kita bergegas ke lokasi dan membantu yang lain mendirikan tenda. Seonsaengnimdeul bilang meskipun menginap di dalam villa, kita akan tetap membuat tenda untuk acara malam agar lebih terkesan acara kemahnya" Hyorin hanya membalas penjelasan Hoya yang panjang lebar dengan anggukan kecil dan sebuah gumaman tak begitu terdengar.

Hanya terbilang dua hari bagi kelas 3-A, 3-B dan 3-C untuk bersenang-senang selama mereka berada di alam luar seperti ini. Meluapkan semua beban yang terpendam akan rasa takut menghadapi ujian.

Ada yang memulai hari kemah mereka dengan berfoto-foto, ada yang langsung menuju kamar masing-masing kelompok untuk istirahat, ada yang bermain-main atau sekedar berjalan-jalan di sekitar hutan tak jauh dari tenda dan ada juga yang hanya duduk berdiam diri, sementara para guru tengah menyiapkan bahan-bahan untuk mereka olah di jadikan makan malam hari ini dengan di bantu oleh beberapa murid yang sangat ahli dengan dunia masak.

"Hyorin-ah, bisa kau panggilkan hwang seonsaengnim? Ia harus cepat membawa kembali sayur yang telah dicuci dan dia ada di tepi sungai tak jauh dari sini" perintah ryeong seonsaengnim selaku guru seni di sekolah langsung di laksanakan dengan cepat oleh Hyorin yang sedang duduk di depan tenda. Iapun tak protes, karena memang hanya dirinyalah yang tak melakukan kesibukan apapun. Sedangkan sahabatnya, Hoya, sedang membantu mencari kayu bersama teman yang lain.

"ck, kenapa juga ia tak membawa ponselnya?" gumam ryeong karena kesal

"hahaha,, kalaupun ia bawa, akan sedikit merepotkannya. Bisa-bisa nanti ponselnya mandi ke dalam sungai dan terbawa arusnya" guru bahasa inggri, choi seonsaengnim menyahut dengan santainya yang baru saja tiba dengan beberapa batang kayu bakar untuk membuat api unggun nanti malam.

Setelah berjalan mendekati sungai yang tak terlalu dalam, Hyorin melihat hwang seonsaengnim yang masih mencuci beberapa sayuran di tepi sungai dengan berjongkok di atas bebatuan besar.

"saem, ryeong seonsaengnim memintamu untuk segera membawa sayurannya ke tenda"

"ne, kau duluan saja!, aku sebentar lagi selesai"

"baiklah"

Sebenarnya gadis tersebut berniat untuk kembali lagi ke tenda untuk melanjutkan aktifitasnya yang tergangnggu, yakni mendengarkan musik. Namun belum jauh kakinya melangkah, ada seekor kelinci betina yang manis tengah menggaruk-garuk tempurung kaki kanannya, sepertinya ia mencoba untuk mencari perhatian sang pemilik kaki. Akan tetapi, seolah acuh dengan hal tersebut, ia kembali melangkah dan berlalu dari kelinci yang tengah kembali mengejarnya dan mencegah kepergiannya.

"ada apa? Kenapa kau mengikutiku terus?" tegurnya yang sudah berjongkok dan menghadap kelinci yang sekarang sudah naik dan duduk di punggung kaki kanannya.

Seakan percaya, kelinci tersebut berlari dengan sesekali menengok kebelakang, memastikan bahwa gadis yang tadi ia halangi jalannya kini mengikutinya. Meskipun agak terasa aneh dan heran, Hyorin tetap berjalan mengikuti arah lari kelinci putih tersebut.

"eo? Kenapa dia berjalan ke arah sana? Bukankah itu jalan berbalik dari tenda ya?" ucap seorang pria yang melihat tak jauh darinya tengah berlari seorang gadis dengan seragam yang sama dengannya, dan itu yang ia yakini bahwa gadis tersebut adalah bagian dari murid-murid yang hari ini melaksanakan kemah di sekitar hutan ini.

Ia yang penasaran, mengikuti langkah gadis tersebut, namun sepertinya ia mulai kehilangan jejak, terbukti dari tubuhnya yang memutar-mutar mencari sosok yang sedang ia kejar.

"sangat berbahaya kalau dia sampai tersesat"

Kelinci putih yang sedari tadi berlari dengan kencangnya, kini menghentikan lompatan jauhnya tepat di hadapan kelinci jantan yang sedang merintih kesakitan dengan kaki kiri belakang yang tertindih kayu besar. Sepertinya pohon tersebut baru saja tumbang.

Kini Hyorin mengerti apa maksud dari kelinci betina yang menghalangi jalannya menuju tenda. Ternyata ia sedang memintanya untuk menolong kelinci jantan dari ranting pohon yang menjepit kakinya.

"jadi, karena ini kau memintaku kesini?" Tanya Hyorin yang kemudian dib alas kedipan lucu dari kelopak mata besarnya, memperlihatkan bola mata yang besar dan cantik (tbtb inget sungmin oppa -_-)

Ia mulai mencoba untuk mengangkat ranting pohon besar tersebut. Namun kelinci jantan tersebut sepertinya benar-benar kesakitan, terbukti dari kedua kaki depannya yang mencakar-cakar tangan Hyorin yang mencoba untuk membantunya.

"hey!, geumanhae!, aku sedang mencoba untuk menolongmu, lihatlah!, pasanganmu sangat terlihat kesedihan melihatmu seperti ini" ia sungguh bersemangat untuk membebaskannya, ia tak ingin kehidupannya yang dulu kembali terulang pada sepasang kelinci ini.

Beberapa menit berlaluhingga akhirnya Hyorin mampu mengangkat ranting tersebut menggunakan sanggahan ranting lain. Dan ketika kaki kelinci jantan berhasil keluar dan bergerak kembali, saat itu pulalah sebuah tetes bening jatuh mendarat mulus di pipi kanannya.

Aneh, ia tak sedang menangis. Tapi dari mana sumber air yang sedang membentuk anak sungai di pipinya? Tangannya sedikit mengusap dan memastikan bahwa tetesan tersebut bukanlah sesuatu yang sangat ia benci.

Air tersebut benar-benar tak berwarna. Kepalanya mendongak melihat menatap langit. Dan dalam sekejap sebuah tetesan yang berada dalam genggamannya berubah jadi berjuta-juta tetes yang kini melingkupinya dari ujung rambut hingga pada telapak kakinya.

Hujan

Ya, Hyorin tahu ini hujan. Mendengar kata tersebut, tubuhnya kembali menegang dan bergetar, memorinya kembali berputar pada masa lalu, matanya mulai gelisah mencari jalan pulang. Tak ingin berlama, iapun segera berlari mencoba untuk tidak mengingat masa lalunya akan hujan dan yang terpenting sekarang baginya adalah jalan pulang menuju penginapan.

Seorang pria terus berjalan menimbulkan bunyi yang kentara dari kaki-kakinya, namun hasilnya nihil. Sosok yang ia cari tak menunjukkan tanda-tanda kehadiran di sekitarnya, hingga tubuhnya merasakan benda asing mendarat di permukaan kulitnya.

Kekhawatiran berlebih semakin melanda dirinya, ia tetap mencari gadis yang sedari tadi membuatnya penasaran setengah mati, sampai di beberapa langkah ketika melewati pohon terbesar, ia melihat seorang gadis yang mengenakan seragam sekolahnya sedang duduk dekat pohon yang cuku besar, ia mulai bernafas lega. Pasti dia orang yang sedang ia cari sedari tadi.

Di hampirinya gadis tersebut, semakin dekat semakin jelas dalam pandangannya bahwa tubuh kecil yang sedang meringkuk tersebut terlihat bergetar. Apakah dia sedang menangis? Atau… ketakutan? Wajahnya tak jelas terlihat karena ia membenamkannya pada kedua lutut yang ia tekuk.

"hey, kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" suaranya yang lembut bercampurkan nada kekhawatiran dan tangannya mencoba menyentuh pundak yeoja tersebut yang bergetar.

"pergi!, pergi dariku!, pergiiiii.. iiii~"

"jauhkan aku darinya, jauhkan!, huks,, huks,,, jauhkah! Ku mohon, jauhkah! aku takut…" setelah menjerit histeris, dengan tiba-tiba suaranya berubah lemah dengan menahan isakannya.

Sang pria berfikir mungkin saja gadis ini ketakutan karena melihat binatang liar yang berkeliaran yang sangat ia takuti. Dan tak tega melihatnya dalam keadaan seperti ini ia meraih kedua tangan gadis tersebut dan mengalungkannya pada lehernya, sementara ia tengah berjongkok untuk menggendongnya.

"naiklah, aku akan membawamu pergi" perintahnya

Dengan segenap kekuatan yang masih dimilikinya, gadis yang masih bergetar ketakutan mencoba untuk menuruti perintah tersebut. Dan kini tubuhnya sudah berada di belakang punggung yang mungkin akan menyelamatkannya dari rasa takut ini.

"aku Nam Woohyun dari kelas 3B, kau?" namja berparas tampan tersebut mencoba untuk mengajak bicara gadis yang semakin memeluk erat lehernya karena terlalu ketakutan. Hyorin tak memberikan jawaban berarti, nafasnya masih tersenggal dan bergetar begitu terasa di samping leher namja tersebut.

"baiklah, aku mengerti. Kau pasti masih ketakutan"

Woohyun masih terus berjalan meskipun bebannya bertambah karena membawa seorang gadis yang meringkuk di punggungnya, penglihatannya pada jalan-jalan sekitar sedikit memudar. Bukan karena pusing atau penyakit semacamnya, sepertinya memang ada yang salah dengan jalanannya.

"aku tidak bisa melihat dengan jelas jalanan di depan. Dari pada tersesat, lebih baik kita tunggu di sini saja sampai ada bantuan yang datang" akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan perjalanannya karena kabut yang begitu tebal menghalangi penglihatannya, mengingat hujan baru saja reda beberapa menit yang lalu dan terlebih mereka kini berada di lokasi yang di tumbuhi pepohonan besar yang banyak.

"turunlah dulu, aku akan mencari batuan" tubuhnya terhenti saat hendak beranjak setelah menurunkan gadis yang sedari tadi di gendongnya, rupanya gadis yang hanya menunduk tersebut mencengkram tangannya dengan kuat.

"jangan. Tinggalkan. Aku "

"aku tidak akan jauh-jauh, tenanglah" tengannya yang tak di cengkram mencoba untuk lepas dari gadis tersebut.

"ku mo-hon" Woohyun tesentak mendengar suara tersebut lagi, hatinya berkata tak sanggup untuk membiarkan gadis tersebut semakin memohon dengan nada bergetar menahan tangis.

"ssstt.. tenanglah, aku tidak akan kemana-mana" di rengkuhnya tubuh tersebut dan ia pun ikut duduk di sampingnya. Aneh memang, ini adalah kali pertama baginya bertemu dengan gadis tersebut, namun rasanya ada perasaan untuk melindunginya sejauh ia mampu dan selama ia hidup.

Sosok tersebut kini telah membaik kondisinya, meskipun semua pertanyaan dan cerita Woohyun tak ia tanggapi, setidaknya ia mendengarnya.

Tangan-tangan kecilnya membuka rompi yang ia pakai karena merasa tak nyaman jika harus memakainya dalam keadaan basah, Woohyun masih terus memperhatikan gerak tubuh wanita yang sepertinya sedang mencuri hatinya tersebut dan ia tersadar bahwa sedari tadi gadis tersebut mengenakan rompi yang basah, meskipun hujan tak deras dan tak terlalu lama mengguyur bumi. Akan gawat kalau ia sampai penginapan membawa gadis dalam keadaan demam.

"pakailah, kau lebih membutuhkan" setelah ia juga melepas almamater sekolahnya, ia juga melepas rompi yang ia pakai dan memberikannya pada gadis tersebut, setidaknya rompinya tidak sebasah rompi yang sedang di gantung di ranting oleh gadis tersebut.

"Kim Hyorin" batinya bergumam saat melihat name tage pada kerah baju gadis tersebut.

Hyorin tak menolah rompi pemberian Woohyun, tidak di pungkiri, ia juga sedikit merasa kedinginan dengan angin yang masih meniup-niup permukaan kulitnya.

"lakukan seperti ini" Woohyun mempraktekan sesuatu pada Hyorin. Ia menggesek-gesekkan telapak tangannya kemudian menaruhnya di pipi Hyorin dan setelahnya gadis tersebut merasakan ada kehangatan yang menjalar dari kedua telapak tangan Woohyun.

Namun ia berlalu ketika tidak lagi merasakan adanya kehidupan pada kedua mendengarannya. Tangannya beralih pada ponsel yang ada dalam saku bajunya. Benar saja, batreinya habis, jadi musik yang sedari tadi bernyanyipun ikut mati seiring dengan kondisi layar ponsel yang tak lagi menyala. Di lepaskannya ear phone yang sudah lama bertengger di telinganya, kemudian ia menekuk kakinya dan menunduk mencoba untuk memejamkan matanya. Hari ini terlalu lelah baginya.

"kau mengantuk?"

"…."

"hooh, baiklah, biar aku yang berjaga menunggu bantuan datang"

Ee soongani majimagirago geudorok saranghan geudaegaeh

Neon dolliryeo haedo woolmyeo maedallyeodo geunyang shirhdamyeo heyeojimeul marhan naya

Nan hangsang kanghan cheokman hajiman pyeongsaeng neo hana jikil jashin eobseo ddeonan bigeophan namjaya

Dashin na gateun saram saranghaji malgo

Dashin geuriweohal saram mandeulji malgo

Neoman barabogo neo anim an dwaeseo

Harudo mot beotil mankeum saranghae jooneun saram manna jebal (Super Junior KRY – Lets' Not "마주치지 말가")

Terjemahan ::

Mengatakan bahwa ini adalah momen terakhir untukmu mengetahui siapa yang sangat mencintaimu

Bahkan jika kau mencoba untuk kembali, bahkan jika kau menahanku dengan tangisanmu

Aku adalah satu-satunya yang berkata tidak dan mengucapkan selamat tinggal

Aku selalu berpura-pura kuat

Tapi aku seorang pria pengecut

Tidak memiliki kepercayaan diri untuk melindungimu selamanya

Jangan mencintai seseorang seperti saya lagi

Jangan membuat seseorang merindu lagi

carilah seseorang yang membutuhkanmu dan hanya mencintaimu

Bertemu seseorang yang sangat mencintaimu

Mereka tidak bisa menjalani hari tanpamu

tolong

Woohyun yang tak tahu harus melakukan apa, memilih untuk bernyanyi tuk hilangkan kejenuhannya menunggu banutan dari orang-orang sekitar atau sekedar menunggu hingga kabut tak lagi terlalu tebal, sementara itu tangannya masih terus ia gesekkan menacri kehangatan dari tiupan-tiupan mulutnya.

Neon apa nal jabeuryeo hajiman

Pyeongsaeng nae gyeoten haengbokhaejil jashin eobneun bigeophan yeojaya

Dashin na gateun saram saranghaji malgo

Dashin geuriweohal saram mandeulji malgo

Neoman barabogo neo anim an dwaeseo

Harudo mot beotil mankeum saranghae jooneun saram manna (Super Junior KRY – Lets' Not "마주치지 말가")

Terjemahan :: Menyakiti, kau mencoba untuk menahan saya kembali

Tapi aku seorang pria pengecut

Siapa yang tidak memiliki kepercayaan diri untuk memberikan kebahagiaan kepada siapa pun di sampingnya

Jangan mencintai seseorang seperti saya lagi

Jangan membuat seseorang merindu lagi

carilah seseorang yang membutuhkanmu dan hanya mencintaimu

Bertemu seseorang yang sangat mencintaimu

Mereka tidak bisa menjalani hari tanpamu

Meski gadis tersebut tetap menunduk, namun telinganya masih tajam mendengar suara yang terus mengalun dari pria di sampingnya. Ia sedikit lega karena ketika ia tak dapat mendengar lagi dari ponselnya, ada pengganti yang mampu membuatnya perlahan merasa pulih.

Eonjenga uri heyeojimeul hoohwehandaedo ibyeol bakkeneun nan haejoolge eobseo

Jinan shiganeul semyeo apa woolji malgo

Jinan babo gateun sarang geuriweo malgo

Neoman barabogo neo anim an dwaeseo harudo mot beotil mankeum saranghae jooneun saranghae manna jebal haengbokhagireul

Doo beon dashineun majoochiji malja (Super Junior KRY – Lets' Not "마주치지 말가")

Terjemahan ::

Bahkan jika kita ingin menyesali perpisahan ini

Aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali memberikan salam perpisahan ini

Jangan menangis meski kesakitan

Menghitung waktu yang berlalu

Jangan lewatkan cinta bodoh yang sudah berlalu

Satu yang hanya memendangmu dan ku hanya membutuhkan

Bertemu seseorang yang sangat mencintaimu

Mereka tidak bisa berlalu tanpamu

Silahkan

Saya berharap bahwa kau akan bahagia

Mari kita jangan pernah bertemu lagi

Beberapa saat lagi makan malam akan dimulai, terlihat dari seluruh makanan yang tersaji dengan harumnya di atas meja makan yang super besar dengan ukuran persegi panjang, sementara itu di sekitar ruangan telah menyebar empat meja bulat yang masing-masing akan diisi oleh kelas 3A, 3B, 3C dan para guru.

"baiklah, semuanya…. Ayo makaaaan" semuanya berbaris dengan rapih untuk mengambil makanan yang sudah tersedia di atas meja. Begitupun dengan lelaki berambut millenium yang baru saja datang dari toilet. Matanya terus menelisik ke seluruh penjuru mencari sosok yang sudah hampir seharian ini tidak ia temui karena harus terikat dengan guru matematika yang menyebalkan, siapa lagi kalau bukan cho saem yang dengan seenak hati menyuruhnya ini itu sementara ia hanya memandori saja. Bibirnya kembali mengerucut mengingat harinya tadi siang, benar-benar menyita waktunya untuk bersama dengan sahabatnya.

"Howon-ssi, di mana Hyorin? Sejak tadi aku mencarinya" Tanya Taeyeon seonsaengnim membuat Howon hanya mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.

"bukankah dia sejak tadi di sini? Aku tidak bersamanya seharian ini saem, cho saem benar-benar mengikatku"

"ani, ku kira dia bersamamu, ada hal penting yang ingin ku sampaikan"

"saem, bukankah saem melihat sendiri kalau sedari tadi aku membantu cho saem untuk mengurusi ini itu.. bla.. bla.. bla.."

"lalu kemana anak itu?" wali kelas 3A itu mulai panic tidak mendapati salah satu anaknya

"saemdeul!, Woohyun tidak ada, ia belum pulang sejak mencari kayu bakar tadi" tiba-tiba saja Yoona seonsaengnim menjerit setelah menghitung jumlah murid kelas 3B dimana ia diberi tanggung jawab sebagai wali kelas 3B. sontak Taeyeon ikut menjerit dan mulai gelisah.

"Hyorinku juga tidak ada, huwaaaaaa eotteokhaji? Apa yang harus ku lakukan?" *jambak rambut* *garuk tembok monas* oke ini mulai berlebihan.

Setelah mengecek senter, tongkat kayu, dan mengenakan mantel yang tebal, akhirnya beberapa guru dan murid pria memutuskan untuk mencari keberadaan murid mereka yang hilang. Dari guru hanya ada siwon, kibum, sungmin, dan juga donghae sedangkan dari murid pria ada minho, jonghyun, dongwoo dan sunggyu. Taeyeon dan Yoona menanti di depan villa untuk mengecek keadaan luar apabila mereka kembali dan beberapa guru yang lain mendampingi murid-murid yang lainnya untuk menyelesaikan makan malam mereka.

"eummmh…. Sudah malam ya? Kenapa tidak ada satu orangpun yang lewat?" gumam Hyorin yang baru saja tersadar dari aam tidurnya. Matanya melirik ke samping kiri dan mendapati pria yang menolongnya tengah memeluk sendiri tubuhnya yang sepertinya kedinginan, ia saja yang berbalut kemeja sekolah dan rompi masih merasa dingin, apa lagi pria ini yang hanya mengenakan kemeja sekolah? Fikirnya.

Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun tertahan ketika meraskan sakit yang luar biasa pada kepalanya, cuacanya sangat dingin, iapunkedinginan namun nafasnya terasa sangat panas begitupun dengan kulit tubuhnya. Kedua kelopak matanyapun terasa sangat panas untuk berkedip.

Malam semakin larut, namun tak mengentikan sepasang kaki yang tengah gelisah membawa sang pemilik untuk mengelilingi hutan yang tak terlihat cahaya sedikitpun. Bahkan untuk sekedar penerangan pandangannya, ia menggunakan ponsel yang ia bawa. Keringatnya bercucuran mengeluarkan seluruh kekhawatirannya.

Matanya mempertajam apa yang sedang menangkap indera penglihatannya. Ada dua orang yang tengah duduk di depan pohon besar. Keduanya sama-sama meringkuk, memeluk tubuh masing-masing.

"Hyorin-ah" panggilnya saat jarak kakinya hanya berkisar kurang dari dua meter, iapun berlari mendekati objek tersebut.

Matanya membulat sempurnya ketika memegang tangan gadis tersebut untuk membangunkannya. Demam.

"hyoriiiiin… wooyouuuuung… kalian di mana?"

"wooyoung, Hyorin, jika mendengar kami, lakuakn apapun sebagai petunjuk agar kami menghampirimuuuu" Tangannya berinisiatif untuk memainkan lampu senter saat mendengar teriakan-teriakan yang menurutnya adalah teman-temannya juga para guru.

"ah, saem. Di sana ada cahaya" sunggyu menunjuk ke arah yang sepertinya sebuah pertanda adanya Woohyun dan Hyorin.

"saem, aku kembali dulu ke villa" seseorang menghampiri sekumpulan guru dan murid yang hendak menuju lokasi adanya cahaya, kedua tangannya terliah memba seorang gadis dalam gendongannya.

"Howon-ssi?" semuanya terkejut saat mendapati Hoya yang ternyata sudah menemukan keberadaan murid yang hilang dan pasti ia pula yang memberikan petunjuk senter tersebut.

"ne, bawalah cepat! dank au langsung temui Taeyeon dan Yoona seonsaengnim untuk mengurusnya"

Tubuhnya yang beberapa jam lalu berada di dunia luar tanpa mengenakan mantel kini sedkit merasa hangat setelah mandi menggunakan air hangat yang sudah di siapkan oleh Taeyeon, dan sekarang ia sudah membungkus dirinya menggunakan pakaian tebal dan jangan lupakan 'mantel'.

"maaf meninggalkanmu, cho seonsaengnim menyuruh beberapa murid untuk membersihkan villa dan aku termasuk kedalam murid tersebut"

"gwaenchanha" matanya masih terpejam menikmati sentuhan tangan-tangan sahabatnya yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

"kau sudah lebih baik?"

"ne saem"

"setelah makananmu habis, jangan lupa untuk meminum obatnya!, ini" wali kelas 3A yang berarti adalah wali kelasnyapun memberikan sepiring makanan lengkap dengan lauk dan sup juga memberikan segelas air hangat dan sebuah obat penurun panas.

"ne, jeongmal gamsahabnida, Taeyeon seonsaengnim"

"di luar sedang menyalakan api unggun, kalau kau merasa baik dan ingin melihatnya, kau boleh keluar. Tapi kalau masih terasa kurang baik, lebih baik istirahat saja" gadis tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban dari ucapan guru tersebut.

"ku kira kau kemana, ternyata pergi lebih dulu untuk mencari Hyorin. Kerja bagus Howon-ah, jjang!" kini ia mengajak bicara pria yang masih menggesek-gesekkan handuk untuk mengeringkan rambut gadis yang ia bawa tadi.

"haha… aku hanya terlalu khawatir, jadi tidak berfikir apapun selain menemukannya, saem"

"cha! Kalau begitu, jagalah dia baik-baik. Aku ingin bergabung dulu dengan yang lain, kalau ada apa-apa panggil saja"

"ne saem, terimakasih banyak"

Keheningan tercipta diantara keduanya. Hyorin yang mulai memasukkan beberapa suap makanan yang dibawakan oleh Taeyeon dan Hoya yang mesih memandangi gadis tersebut. Bagi Hyorin yang terbiasa untuk tidak berbicara terlalu benyak memang biasa saja, namun kali ini ia merasa berbeda. Ada sebuah perasaan yang tak mengerti untuk ia ungkapkan saat melihat kepanikkan wajah pria di hadapannya saat menemukan dirinya dalam keadaan tidak baik di dalam hutan.

Saat tangannya ingin menyuap kembali, ingatannya kembali mengingat percakapan antara Taeyeon dan sahabatnya tersebut. Akhirnya tangan tersebut berubah haluan dan mengetuk-ngetuk bibir Hoya yang terlihat tampak syok, tak mengerti dengan yang dimkasud oleh Hyorin.

"kau belum makan malam kan? Ayo buka mulutmu" dan sesaat kemudian Hoya tersenyum aneh, ia baru mendapati princess icenya yang seperti ini. Perhatian dan memulai pembicaraan diantara keduanya.

"maaf" gumamnya tertunduk

"aku sama sekali tidak berniat membuatmu khawatir"

"tidak apa-apa, kau kan sudah ada di sini, tidak ada lagi yang perlu di sesalkan" tangan Hoya merengkuh tubuh tersebut yang sedikit bergetar menahan tangisnya. Ia tahu, pasti ada sesuatu yang terjadi ketika gadis tersebut berada di dalam hutan, tapi ia tidak ingin egois untuk menanyakannya saat ini juga. Ia akan menanyakannya ketika kondisinya sudah jauh membaik.

"ingin melihat api unggun?"

Setelah melepas pelukan, keduanya berjalan bersama mendekati teman-teman yang lain yang sedang bermain dan bernyanyi bersama di dekati api unggun. Hyorin lebih memilih berjalan menuju tenda yang langsung berhadapan dengan api tersebut, dan mau tak mau Hoya juga mengikutinya.

"aku ingin membuat jagung bakar dulu, kau ingin juga?" tawarnya

"ne"

"pedas atau manis?"

"mmm.. yang manis saja"

"baiklah, tunggu di sini ya" lagi-lagi Hyorin tersenyum kecil tanpa sepengetahuan Hoya. Ada perasaan aneh saat menatap Hoya ketika membawanya dari hutan, meski tak jelas terlihat, akan tetapi ia yakin bahwa garis wajahnya benar-benar mengungkapkan kekhawatiran ketika itu.

Gadis itu kembali menyumbat pendengarannya dengan musik-musik yang keluar dari ear phone yang ia gunakan. Kedua kelopak matanya terpejam menikmati angin malam yang kian berhembus. Saat-saat seperti inilah yang begitu ingin ia hindari, kegelapan.

"hey" lamunan Hyorin berhenti berputar saat tiba-tiba ada seorang duduk di sebelah kanan tempatnya duduk.

"kau mau ini?" tawarnya dengan tangan kanan yang terlihat memegang sesuatu membuat gadis yang ditanya hanya menatap benda tersebut dan beralih menatap pria yang menawarinya. Tak ada suatu pertanda bahwa gadis itu akan menjawab, ia hanya bungkam dan kembali menyalakan lagu yang tadi sedang ia dengarkan.

"Woohyun-ah? Kau di sini? Wae geurae?" sapa seseorang yang baru saja datang dengan kedua tangan yang memegang jagung bakar.

"eo? Ah~ hanya mencoba untuk menemuinya" matanya melirik ke arah gadis di sampingnya member isyarat pada orang tersebut

"kalian saling kenal?"

"ani, hanya pernah bertemu"

Iapun duduk di antara mereka berdua dan memegang jagung bakar tersebut menggunakan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menusuk-nusuk pipi yeoja di sebelak kirinya.

"Hyorin-ah, aku sudah membuatkan pesananmu" kedua mata yang sedari tadi terpejam akhirnya di buka oleh sang pemilik dan iapun mulai mengecilkan volume lagu pada ponselnya.

"gomawo"

Woohyun menatap tak percaya melihat adegan tersebut. Bagaimana bisa? Tadi Hyorin menolak jagung bakar pemberiannya, lalu sekarang? Kenapa ia begitu mudahnya menyambut jagung bakar dari tangan Hoya?

"ne, yeoboseyo, saem?"

"…."

"ah, ne, arraseo"

"…."

"ne"

Hanya itulah yang dapat tertangkap oleh pendengaran dua pria di dekatnya saat tak lama setelah kedatangan Hoya, ponsel Hyorin berbunyi menandakan ada telfon masuk.

"eodiseo, eo?" Tanya Hoya saat melihat Hyorin berdiri dan sepertinya hendak meninggalkan mereka.

"Taeyeon seosaengnim memintaku untuk menemuinya" ia menyerahkan jagung bakar pada Hoya, yang menatapnya dengan mendongak. Meningat ia sedang berdiri dan Hoya tengah duduk

"jangan kau habiskan!" Hoya hanya menjawabnya dengan kekehan kecil.

"hahhaa.. itu tergantung seberapa lama kau pergi"

"pabo" iapun berlalu dan tersisalah dua pria yang sibuk dengan fikirannya masing, masing.

Keduanya mulai saling membuka mengenai klub basket mereka yang akan di tambah jam latihannya karena para junior mereka sangat-sangat perlu mendapatkan jam lebih untuk latihan mengingat masih banyak yang belum menguasai betul teknik-teknin dalam permainan bola basket. Woohyun sebagai ketua yang baik ingin masalah ini di bicarakan dengan seluruh anggota club basket, termasuk Hoya yang meskipun hanya berstatus anggota saja.

"eo, ummm.. Hoya-chan"

"ne?" Woohyun tampak sedikit tidak enak ingin berbicara

"kenapa… Hyorin berbeda dengan gadis-gadis yang lain? Maksudku, kenapa dia…" Hoya yang tadi menatap Woohyun kini beralih menengadahkan kepalanya menatap bintang-bintang yang bertaburan. Ia mengerti apa yang di maksud dengan kata 'berbeda'.

"dia sama dengan yang lain. Dia ceria, banyak bicara, bahkan mungkin sangat, dia juga sangat senang jika terlibat dalam menjahili seseorang. Hidupnya terlihat begitu menyenangkan, ia bagaikan memiliki Kristal yang sangat berharga yang ingin dimiliki oleh setiap orang"

"…sampai suatu hari ada seseorang yang datang dan semakin membuat Kristal yang ia miliki semakin berkilau, begitu terlihat mahal. Mereka saling memberikan kilaunya, mereka saling mencintai walau belum terungkap dengan pasti. Tak lama berselang akan kebahagiaannya, Kristal tersebut pecah" Hoya menjeda ceritanya yang cukup panjang, membuat pria di sebelahnya penasaran akan kelanjutan cerita tersebut.

"kecelakaan motor, saat hujan… ia pergi membawa cintanya yang belum sempat terungkap, ia pergi menyisakan seorang gadis yang penuh dengan rasa takut. Ia takut jika hujan datang, ia takut dan tak pernah ingin menaiki motor, dan ia juga takut untuk jatuh cinta lagi" matanya terpejam menahan rasa sakit yang begitu menusuk, seolah ada rasa dari hatinya yang terselip dari ucapannya tersebut.

"semenjak hari itu, Hyorin yang sebenarnya pergi bersembunyi akan rasa takutnya yang entah tak ku ketahui di mana tempatnya. Ia hadir dengan wajah yang baru, dengan senyum yang baru, dengan tatapan yang baru namun… ia masih dengan hatinya yang lama, bersama dengan orang yang sangat dicintainya" ekor mata Hoya melirik ke arah Woohyun yang menyimak dengan baik semua cerita Hoya. Pantas saja sore tadi Woohyun menemui gadis tersebut dengan keadaan yang sangat kurang baik.

"kenapa kau bertanya seperti itu? Apa ada sesuatu yang terjadi"

"ani, hanya ingin tahu saja… lalu, kenapa kau menceritakannya padaku?" pandangan Hoya kembali menatap gelapnya langit

"molla, aku merasakan aura yang berbeda saat kau bersama dengannya"

"kau… tertarik dengannya?" lanjutnya yang melontarkan pertanyaan sedikit serius pada Woohyun.

"eoh? Euu~ ne, ku rasa pertanyaanmu benar. Ada sesuatu yang mendorongku ingin mengenalnya lebih dekat"

"dulu… dia adalah air yang mengalir, begitu sejuk. Tapi sekarang, dirinya beku. Mungkin freezer adalah tempat persembunyiannya saat ini, itulah sebabnya kenapa ia begitu terlihat dingin dan seolah tak peduli"

"karena itu… kau harus masuk ke dalam freezernya dan buat dirinya mencair dengan kehangatan yang kau bawa. Seluruh perhatianmu, seluruh rasa pedulimu dan yang pasti seluruh rasa cinta yang kau miliki. Ku mohon, buatlah dia seperti dulu, Hyorin yang sangat ku rindukan" kedua mata kelam Hoya menatap Woohyun penuh dengan rasa permohonan yang begitu dalam, pandangannya penuh dengan rasa keputus asaan.

"aku lebih melihat kau sangat mencintainya, kenapa bukan kau saja yang melakukannya? Aku juga belum terlalu yakin dengan perasaanku, kami baru saja bertemu tadi sore. Aku memang tertarik, tapi mana mungkin jika rasa tertarik dengan semudah itu berubah menjadi perasaan cinta"

"karena itu, kau harus yakin kalau kau mencintainya, kau harus mencintai Hyorin. Kau harus…." Hoya berbicara dengan sedikit berteriak pada Woohyun yang sepertinya enggan untuk membantunya.

"seberapa besarnya cinta yang ku miliki untuk Hyorin, di matanya perasanku hanya terlihat sebagai sahabat. Karena selamanya aku dan dia hanyalah sepasang sahabat. Dan tadi… aku melihatnya berbeda saat kau datang"

"maksudmu saat aku menawarinya jagung bakar ini?" ia mengangguk kecil

"aku melihatnya mematikan musik saat kau datang dan mengajaknya berbicara. Dia, tidak pernah melakukan itu pada orang lain yang bahkan kau masih terlihat asing baginya. Aku menangkap bahwa matanya menatapmu berbeda. Karena itulah, bantu aku untuk melihat Hyorin yang dulu. Cairkanlah dia"

Siang tadi mereka yang berkemah melakuakan berbagai hal kesenangan bersama-sama. Banyak game dan tantangan yang diberikan para guru untuk menikmati liburan mereka yang terbilang sangat singkat.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, seluruhnya diminta untuk tidur lebih awal karena besok akan kembali ke seoul dan meninggalkan villa yang dua hari ini mereka tempati. Hitung-hitung menyimpan tenaga agar besok di dalam bis tidak terasa di dalam kuburan.

"kau belum tidur?"

Seorang gadis yang masih setia dengan hobinya mendengarkan musik, kini lagi-lagi didapati tengah memejamkan matanya dengan tubuh yang bersandar pada kursi nyaman di samping pintu masuk ke villa. Telinganya tak mendengar sapaan orang yang baru saja datang. Hingga kontraksi tubuhnya menyatakan bahwa ia kini sedang tidak sendiri dan terpaksa membuka matanya untuk memastikan siapa orang yang sedang mengamatinya dan kembali terpejam setelahnya. Tidak peduli.

"baiklah kalau kau sedang tidak ingin diganggu" ia melepaskan jaket tebal sepanjang lutut berwarna cokelat pudar dan menutupi tubuh sang gadis yang masih sibuk dengan alunan-alunan musik di telinganya.

Ia merasakan tubuhnya tak lagi tersentuh angin yang sedari tadi berhembus, meskipun ia tahu siapa yang sedari tadi bersamanya di luar sini, namun matanya terbuka untuk meminta penjelasan mengapa orang tersebut meletakkan jaketnya pada tubuhnya.

"mungkin tidak masalah jika kau hanya memakai sweater mu itu saat sedang berada di dalam villa. Tapi ini di luar, angin yang bebas berhembus semakin kencang, kau ingin saat tiba di rumah dalam keadaan demam?" orang itu benar, ia tidak boleh sampai demam, bisa-bisa ia merepotkan orang lain.

Orang tersebutpun membalikkan tubuhnya dan segera melangkah pergi, akan tetapi ada sebuah tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Matanya merambat menatap ke arah pemilik tangan tersebut, dan didapatinya gadis tersebut tengah menatap dengan tatapan yang ia juga tidak mengerti arti tatapan tersebut.

Tangan yang menahan pergerakan pria tersebut sedikit menepuk ke sebuah kursi di sebelah kirinya seolah memberikan sebuah kode pada orang yang ia tahan agar duduk di bangku tersebut, atau mungkin lebih tepatnya duduk di sampingnya? Keduanya sama-sama benar.

Bibirnya sedikit tersenyum dan kemudian akhirnya memilih untuk duduk meskipun dengan suasana yang begitu hening. Kedua tangannya saling bergesakan mengusap mencari kehangatan dari seluruh terpaan angin yang menyapu kulitnya. Meski dingin, tapi ia menikmati angin ini. Entah kenapa, tapi rasanya angin yang berhembus malam ini terasa sedikit berbeda baginya.

"kau membuatku tidak dingin, tapi kau sendiri kedinginan. Huh, bodoh" gumam gadis tersebut

"setidaknya aku tidak akan membiarkan orang lain merasa sakit. Walau aku adalah satu-satunya jalan yang harus menggantikan rasa sakit itu, tidak masalah bagiku, asalkan orang tersebut tidak merasakannya"

Ia masih fokus dengan cara menghangatkan kedua tangannya yang kini seperti sedikit bergetar.

Pluk

Hyorin melempar bagian bawah jaket ke tubuh pria tersebut yang berakhir dengan tatapan heran darinya.

"setidaknya cukup untuk menghangatkan tanganmu"

Pria tersebut kembali tersenyum. 'jadi ini yang di maksud dengan –dirinya- yang dulu'. Ternyata memang ada banyak kepribadiannya yang ia sembunyikan.

"hey, kita belum berkenalan secara resmi, boleh kita ulang dari awal? Namaku Nam Woohyun dari kelas 3B, kau?" Woohyun mengulurkan tangan kanannya

"naneun Hyorin, dari 3A" ia menyambutnya dengan sangat singkat uluran tangan tersebut, kemudian matanya menatap lurus ke arah kegelapan malam dihadapannya.

"Woohyun-ssi" panggilnya

"ne?" itu bukan hanya sahutan, namun ada nada heran dan senang karena akhirnya gadis tersebut memanggil namanya

"gomawo" ia begitu ingin mengungkapkannya, namun rasa egoisnya terlalu tinggi. Jadilah matanya hanya melirik sekilah ke samping kiri di mana tengah ada Woohyun yang menatapnya tak percaya

"karena telah menolongku kemarin sore"

"ahhh~ itu bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, untuk apa kau masuk ke dalam hutan?"

'…masuk ke dalam freezernya dan buat dirinya mencair dengan kehangatan yang kau bawa…' tiba-tiba Woohyun mengingat ucapan Hoya kemarin malam.

Tak ada sahutan dari kedua bibirnya, tangan kanannyalah yang menjawab pertanyaan tersebut. Ia menunjuk ke arah dua kelinci yang tengah saling bercanda tak jauh dari pepohonan kecil di depan villa mereka.

"hanya karena kelinci?"

"kau tidak lihat kaki kanan kelinci yang jantan?"

"sedikit ada luka" gumamnya

"kakinya tertindih ranting pohon yang cukup besar"

"jadi kau masuk ke hutan untuk menolongnya? Tapi… kau membahayakan dirimu sendiri?"

"aku melihat si betina begitu mengkhawatirkannya, aku tidak ingin membuat kisahku terulang padanya" ia kemudian kembali bersandar dan mulai fokus pada musik yang masih ia dengarkan sedari tadi.

"sudah malam, sampai kapan kau akan di sini?" Woohyun melirik jam tangannya

"sampai bosan"

"baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu sampai kau bosan" Woohyun menyambut ucapan Hyorin dengan sedikit ceria.

'aneh sekali namja ini'

Sarangeun haengbogira mitgo isseonneunde

Malmotaneun sarangeun haneuri jun beorilppuniya

Neoman saranghamyeon mami jeoryeoseo

Nunmulman humchimyeo saraganikka.. (K Will - Love Is Punishment "사랑은 벌이다" )

Terjemahan ::

Aku percaya bahwa cinta membuat bahagia, namun

Ketidakmampuan mengatakan cinta adalah surga yang hanya memberikan hukumannya

Aku hanya mencintaimu, bila aku mencintaimu hatiku sangat sakit

Hidup ini hanya ada airmata yang membuat luka

Untuk menghilangkan kejenuhan yang melandanya karena di diamkan oleh Hyorin yang sibuk dengan lagu-lagunya, Woohyun memilih untuk bernyanyi dan menikmati dinginnya malam.

Mulutnya terus bersenandung menikmati setiap alunan nada yang ia ciptakan dari lagu yang dinyanyikan. Sementara itu, tanpa di sadarinya ada sebuah pergerakan yang di buat oleh gadis di sampingnya.

Diam-diam, Hyorin mengambil ponselnya dari saku jaket yang ia kenakan dan ibu jari tangan kanannya menekan tanda persegi empat pada layar ponsel yang bertuliskan 'stop'. Ia menghentikan alunan musik yang ia dengarkan dari handphone nya dan memilih untuk mendengarkan Woohyun bernyanyi. Antara keras kepala atau malu telah bercampur menjadi satu, terbukti dengan dirinya yang masih mengenakan ear phone dan enggan membuka kedua kelopak matanya sedangkan sebenarnya ia tengah menikmati alunan musik yang tercipta dari pita suara pria di sampingnya.

Di sudut sana, ada sebuah tatapan yang begitu sulit di artikan, haruskah ia senang dengan hubungan Hyorin-Woohyun yang sedikit melangkah, ataukan ia harus sedih? Dan yang pasti adalah, apakah rasa sayangnya harus ia unggulkan dari pada rasa sakit hatinya?

Ini sudah cukup lama, semenjak hatiku secara perlahan mulai berubah

Dan saat aku mulai merasa sendirian

Dari titik tertentu setiap kali aku melihatmu

Aku benci pria yang telah membuatmu menangis

Terkadang aku ingin tahu apakah lebih baik jika sebagai gantinya aku yang melindungimu

Mulai sekarang dari pada membiarkanmu pergi, aku ingin mulai mencintaimu

Baby, datanglah padaku sekarang dan jadilah kekasihku, untuk waktu yang lama

Aku telah memperhatikanmu dan berdiri diam-diam

Dan menyembunyikan perasaan hatiku dari kesedihan

Karena satu alasan, alasan bahwa kita harus tetap sebagai teman

Aku ingin memberitahumu berkali-kali tapi aku memegangi pangkuanku

Tapi sekarang aku akan mengaku

Aku mencintaimu

Kau memegang tanganku, dan berkata kau hanya milikku, dan memiliki seorang teman sepertiku adalah sebuah berkah yang sangat besar

Kapanpun kau berbicara kepadaku setiap kali, kau sedikit menekan perasaan cintaku (terjemahan 2AM – Confession Of A Friend)

To Be Continued