HAGRIDEN

KIM HYOBIN | BARBIE HUANG

Cast : KRIS WU – HUANG ZITAO – YIFAN WU

Genre : Angst, Drama, Tragedy, Death Chara

Support : Park Chanyeol – Kim Joonmyeon – Zhang Yixing – OC (Zi Rin)

.


‡PROLOG‡


.

.

[Zitao's point of view]

.

Kesalahan itu terletak pada cinta kita.

Kesalahan itu terletak pada takdir kita. Kesalahan itu tergambar jelas pada masa depan kita. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi karena—cinta yang kita rasa menyakiti banyak pihak. Kau cintaiku dengan perselingkuhanmu. Kau cintai aku dengan cara kotor dan tak terhormat. Kau membuaiku dalam dosa yang tak berujung.

.

.

"Ibu mohon padamu, Yifan. Tidak bisakah kau kasihani istrimu sedikit saja?"

Lelaki berusia 24 tahun tersenyum, hanya bisa menghela nafas panjang. "Tidakkah ibu lihat sendiri—apakah aku bahagia dengannya?"

"Yifan! Apa yang kau katakan didepan istrimu?!"

Wanita terhormat tersebut memaki sang anak. Ia tidak salah, yang salah hanyalah kekeras kepalaan anak lelakinya yang ingin menceraikan sang istri. Istrinya yang kini menangis sedih, tidak menyangka suami yang ia hormati bisa berlaku seperti ini. Yifan yang ia kenal tidak pernah kasar dan selalu menghormati dirinya. Dulu, sebelum segalanya berubah menjadi malapetaka.

"Apakah aku memiliki kesalahan padamu, Yifan?" tanya sang istri mencoba tegar.

Yifan dengan wajah dingin dan angkuh menjawab, "Kesalahanmu adalah... karena kau bukan Zitao."

.

.

.

Akupun tak menyangka keangkuhan dan rasa bangga atas dosa yang kita jelajahi berakhir tragis. Aku tidak menyangka kesombonganku karena kau memilihku daripada istrimu sendiri akan berakhir bencana.

.

.

.

"Kumohon padamu, Zitao. Kumohon—"

"Tidak seharusnya kau memohon padaku. Yifan yang menginginkanku."

"Tetapi—dia suamiku! Kami sudah 3 tahun menikah dan—"

"Pergilah. Aku tidak ingin menampar seorang wanita lemah sepertimu."

.

.

.

Hingga, saat semuanya terjadi diluar kuasa kita berdua.

.

.

.

"Jangan pikirkan siapapun kecuali aku." Zitao berbisik manja ditelinga Yifan. Mereka berdua tengah berbaring diatas ranjang. Tidak ada batasan pada tubuh mereka yang lengket dan basah.

"Aku tidak butuh siapapun—aku akan membuang segalanya demi dirimu."

Zitao tersenyum puas mendengar pengakuan Yifan. "Benar... hanya kau dan aku. Kita tidak butuh siapapun."

.

.

.

Seandainya waktu itu aku bisa mengembalikanmu ketempat yang benar. Seandainya cinta kita tidak buta dan penuh keegoisan. Seandainya saja—

kau tidak perlu melindungiku.

.

.

.

"Oh Tuhan! Yifan!"

Teriakan itu membuat bulu kuduk Zitao berdiri. Ia lihat keluarga besar Yifan berdatangan menuju kearahnya. Ibu Yifan yang menangis, ayah Yifan yang terlihat pucat kemudian... mantan istri Yifan yang juga menangis. Zitao tidak tahu beberapa kerabat Wu yang juga hadir, namun ia langsung terfokus pada ibu Yifan yang berdiri dihadapannya.

"Ap—Apa yang terjadi? Jelaskan apa yang terjadi?! Mengapa anakku bisa mengalami kecelakaan seperti ini?!" ibu Yifan menangis histeris.

Zitao hanya menduduk dalam, tubuhnya bahkan tidak terluka sedikitpun.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA YIFAN?!" Kemarahan terlihat jelas dimata Zi Rin, mantan istri Yifan, mata indahnya yang sudah bengkak terlihat mengerikan. Padahal Zi Rin adalah wanita lemah lembut dan anggun sebelumnya. Ia tidak pernah memaki orang lain, tetapi nampaknya ia hilang kesabaran. "APAKAH KAU YANG MEMBUATNYA SEPERTI INI?!"

Zitao tidak suka dimaki, ia sedikit tersulut. "Kau pikir aku menginginkannya jadi seperti ini, ouh?! KAU PIKIR AKU AKAN MEMBIARKANNYA MENOLONGKU JIKA AKU TAHU DIA AKAN SEPERTI INI?!"

Zi Rin terdiam melihat Zitao jatuh terduduk dilantai. Ayah Yifan memeluk istrinya yang kini kembali menangis histeris.

"Aku tidak—aku tidak menyangka dia akan menerjang mobil pemabuk itu agar tidak melukaiku—"

Zitao menangis.

.

.

.

Tuhan tahu cara mengakhiri kesalahan yang kita perbuat agar tak berlarut- larut. Karena jika kita tetap bersama—bukan hanya orang lain yang akan terluka. Kita akan hancur bersama rasa tak pantas yang kita rasakan hingga terjerumus sedalam ini.

.

.

.

"Yifan sadar! Dia sadar!" teriakan itu membuat Tao yang duduk diluar ruang rawat Yifan langsung berlari masuk. Tanpa perduli dengan keluarga Yifan, ia menerjang ranjang dimana Yifan selama ini terbaring tanpa daya.

"Yifan! Yifan!" Tao memegang kedua pipi Yifan yang baru saja akan membuka mata. Zi Rin dan orang tua Yifan sudah mengelilingi ranjang tempat Yifan terbaring. Mereka tidak mengusir Zitao karena tidak ingin membuat keributan. Lagipula, mereka fokus pada Yifan.

"Anakku!" Ibu Yifan tersenyum bahagia saat melihat mata Yifan terbuka.

Tao tidak kalah bahagia, apalagi ketika mata Yifan langsung lurus menembus sorot mata rapuh Zitao. Tidak tahukah ia bahwa Zitao terus menangis sepanjang malam sebulan ini karena dirinya?

"Yifan! Aku merindukanmu! Ak—"

"..pa?"

Zitao membulatkan mata tak percaya.

"Kau siapa?"

.

.

.

Benar.

Kau sudah kembali ketempat dimana seharusnya kau berada.

.

.

.

[Kris's point of view]

.

Kau tidak terencana didalam hidupku.

Yifan, kakak lelaki yang sangat kubanggakan. Kebanyakan orang mengatakan bahwa kami hampir sama. Kami memiliki paras yang hampir sama, tinggi badan yang hampir sama, dan suara yang hampir sama. Perbedaan kami hanya terletak pada warna bola mata selain usia kami yang berbeda 4 tahun. Bola mata Yifan berwarna coklat terang sedangkan bola mataku berwarna biru.

Kami hidup terpisah sejak usiaku 5 tahun dan Yifan 9 tahun.

Aku di Kanada dan dia di China.

.

.

.

"Bagaimana keadaan Yifan-ge, ibu?" pertanyaan sederhana yang dilontarkan Kris sebenarnya.

-"Ka—Kakakmu baik- baik saja, nak."-

"Hmm.. Syukurlah, Apakah Yifan-ge dan Zi Rin-jie tidak bermaksud memiliki anak dalam waktu dekat? Hahaha~ pernikahan mereka sudah 3 tahun, ibu."

-"Katakan pada kakakmu langsung, mungkin jika kau yang mengatakannya ia akan menurut."-

Jawaban ibu Kris waktu itu tidak membuat Kris curiga. Ia tetap berbicang dengan sang ibu lewat saluran telepon. Ini selalu ia lakukan jika rindu akan China. Kris tinggal di Kanada selama ini karena adik dari ayah mereka ingin memiliki anak. Jadi, Kris dirawat oleh pamannya selama ini. Awalnya ia merasa tidak adil dan terbuang, mengapa harus dia yang diberikan? Mengapa bukan Yifan?

Akan tetapi—rasa itu perlahan pudar seiring berjalanannya waktu. Kris menganggap bahwa ia memiliki 2 orang ibu dan 2 orang ayah. Seharusnya dia senang, bukan? Itu bukanlah hal yang buruk.

-"Pulanglah kapan saja kau ingin. Kami akan selalu menerimamu."-

Kris tersenyum tipis. Ia selalu bersyukur disayangi oleh ibu kandungnya walau jarak mereka sangat jauh. "Terima kasih, ibu."

.

.

.

Rasa iri atas apa yang didapatkan Yifan tidak akan pernah membuatku lemah. Jauh dalam lubuk hatiku, aku ingin sekali menjadi dirinya. Karena Yifan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Meski, aku tidak pernah membencinya sedikitpun.

.

.

.

"Ah, Kris! Selamat datang!" sambutan hangat itu menyambutnya, sang ibu dan ayah serta kakak lelakinya. Tidak lupa istri sang kakak lelaki yang begitu cantik dan anggun, Zi Rin.

"Iam home!" Kris memeluk ibunya dengan erat lalu sang ayah. "China adalah yang terbaik!"

Keluarga itu lalu saling melepas rindu. Segalanya terasa sangat indah. Sempurna.

Saat ia datang untuk berkunjung, semua selalu terlihat baik- baik saja. Rumah tangga Yifan dan Zi Rin yang terlihat harmonis, ibu dan ayahnya yang terlihat sehat dan bahagia. Semua itu adalah dambaan Kris.

Tetapi ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah ia kembali ke Kanada.

Apa yang sebenarnya terjadi dibelakangnya.

.

.

.

Mana pernah aku menyangka kabar itu akan datang. Kabar ketika aku akan lulus Sekolah Menengah Atas di Vancounver. Kabar tentang kecelakaan Yifan, hingga aku harus kembali ke China dan tidak bisa menghadiri hari kelulusan.

.

.

.

"Kau siapa?"

Pertanyaan itu membuat hati Kris menangis. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan kakak lelakinya dalam keadaan seperti ini. Delapan bulan yang lalu saat Kris kembali ke China, sang kakak masih terlihat sehat dan baik. Akan tetapi, kini berubah. Bahkan tidak mengingat apapun.

"Kau tidak mengingatku?"

Yifan mengerutkan kening. "Mengapa kau memiliki wajah yang nyaris sama denganku? Mengapa suaramu hampir sama dengan suaraku? Mengapa kau—mengapa kita begitu mirip?"

Kris tersenyum tipis. "Karena aku adalah adikmu."

.

.

.

Kau brengsek, Yifan! Kau terlihat sangat sehat walau kecelakaan itu mengambil seluruh memori otakmu. Kau bahkan mau menerima semua yang kami ucapkan. Zi Rin- jie selalu merawatmu dengan baik. Kau memanggil ibu kita dengan 'mama' dan ayah kita dengan 'papa'. Kau sudah membaik! Kau sudah sehat walau tanpa ingatan masa lalu! Kau—

Lalu mengapa kau pergi secepat ini?

.

.

.

Air mata bukanlah perlambangan kesedihan yang cukup untuk menggambarkan hati Kris saat ini. Duka yang ia rasakan begitu dalam, sama dengan yang dirasakan keluarga besar Wu. Pagi kelabu dengan gerimis, semuanya perlambangan rasa sedih dan kehilangan.

Yifan Wu meninggal dunia, diusianya 25 tahun.

Lima bulan setelah kecelakaan yang mengakibatkan kepalanya terbentur keras lalu amnesia.

Tidak ada yang menyangka akan kepergian Yifan yang begitu cepat.

Tidak ada.

Dan disaat semua orang berdoa didepan makam Yifan. Mata Kris teralih pada satu sisi yang lumayan jauh dari tempat mereka. Kris melihat sosok pemuda tinggi memakai pakaian serba hitam dan selendang hitam melingkupi wajah tirusnya yang pucat.

"Siapa dia?"

Ia terpesona.

Kris merasa lain didalam dada.

.

.

.

Tetapi... mengapa kau hanya berdiri disana? Kau menangis sendirian disana tanpa mendekati kami, menatap makam Yifan dengan sorot terluka dan penuh kecewa dari jarak sejauh itu. Matamu yang menyimpan beban seperti ikut membebaniku.

.

.

.

"Siapa yang kau lihat Kris?"sang ayah bertanya dengan suara yang parau. Beliau sangat berusaha untuk tegar.

"Ta-Tadi seseorang... dia— aku tidak tahu, ayah. Lupakan saja."

.

.

.

Salah.

Aku bahkan tidak pernah lupa pada sosokmu setelah itu.

.

.

.

'HAGRIDEN'

BARBIE HUANG

"Don't say that you can be happy without me."

COMING SOON