100 : 50
Author : Lee Se11y4
Genre : Romance , Comedy etc
Leght : Oneshot
Rating : M
Cast : Akashi Seijuuro x Kuroko Tetsuya
Other Cast : Kiseki No Sedai ( Aomine, Kise, Midorima, Muraskibara)
Klub Basket SMP Teikou. Tim yang sangat kuat dengan lebih dari seratus anggota dan juara turnamen Nasional tiga kali berturut-turut. Dalam catatan cemerlang tersebut ada lima orang pemain berbakat yang kehebatanya hanya bisa di temukan setiap sepuluh tahun sekali yang sering di sebut sebagai Kiseki no Sedai, tapi ada isu lain tentang Kiseki no Sedai. Tidak di ketahui oleh siapapun, tidak ada catatan permainan, ada satu anggota lain yang di akui oleh lima pemain berbakat tersebut. Anggota bayangan keenam.
Beberapa hari setelah turnamen Nasional yang menjadi kemenangan tim Basket Teikou, para pemain di beri beberapa hari liburan sebelum memasuki musim panas dan mengadakan lomba kembali. Tapi, kali ini mereka malah akan menempuh ujian sekolah. Setidaknya kali ini mereka bisa fokus untuk belajar dan menadapatkan nilai yang memuaskan.
"Heh! Akashicchi, kenapa jadi seperti ini?" teriak Kise sambil berdiri. Murid Teikou yang melihat dan mendengar Kise hanya bisa menonton sambil menunjukan wajah heran.
"Apa yang kau maksud dengan 'kenapa jadi seperti ini' Ryouta?" tanya Akashi.
"Kenapa pemain perlombaan musim panas harus di akumulasi dari nilai?" Kise mulai memberontak.
"Tidak masalah jika harus mendaptkan nilai 6" ujar Murasakibara sambil memakan cemilanya.
"Iie (tidak), nilai harus di atas 6, minimal kalian harus mendapatkan nilai 7." kalimat tegas Akashi membuat Kise, Murasakibara, Aomine dan juga Kuroko melebarkan mata.
"Jangan bercanda Akashi! Mana mungkin kita bisa memiliki nilai 7 di semua mata pelajaran ujian nanti?" Aomine mulai protes.
"Itulah tujuan pertamaku, agar kalian belajar dan unggul dalam dua hal sekaligus." perkataan Akashi memang terlihat kejam tapi, ini demi mereka semua. Unggul dalam olahraga tapi tidak dalam bidang akademis, mungkin bagi Akashi itu muda tapi, untuk ke empat orang yang nilainya selalu di bawa rata-rata akan semakin sulit.
"Aku tidak keberatan." Jawab Midorima menikmati makan siangnya. Di depan midorima ada gantungan kunci bola, lucky itemnya hari ini.
"Midorimacchi, tidak keberatan karena memang Midorimacchi dan Akashicchi bisa dalam dua hal tersebut, lalu bagaimana denganku? Nilai matematikaku paling bagus hanya mencapai 30" Kise menundukan kepalanya lesu.
"Mau tidak mau jika kalian mau ikut raihlah nilai 7" lagi-lagi Akashi menegaskan.
"Baiklah, aku tidak akan menyerah begitu saja, bahkan aku akan menaikan nilaiku menjadi 8" Aomine terlihat yakin dan semangat.
"Itu lebih bagus" puji Akashi.
"Mine-chin, apa kau bisa? Nilai Bahasa Inggris Mine-Chin saja dapat 5, nilai sejarah dapat 4 dan nilai matematika dapat 4. Bagaimana mungkin semua bisa naik jadi 8" Murasakibara memjelaskan nilai Aomine yang sebenarnya.
"Diam kau Murasakibara, jangan remehkan aku. Kau juga buruk hanya dalam pelajaran bahasa jepang saja kau mendapat nilai 6 dan di semua mata pelajaran nilaimu 4, masih bagus nilaiku" Aomine tidak terima.
"Kalau begitu aku akan tunjukan pada Mine-chin kalau akau akan mendapatkan 9"
"Oh baiklah aku akan dapat 10"
"Jangan bercanda mendapatkan 7 saja susah, Mine-Chin"
"Kau yang jangan bercanda!"
"Kenapa malah mereka yang bertengkar?" Kise hanya menatap sayu kedua temanya yang beradu argumen.
"Biarkan saja. Setidaknya mereka punya motivasi untuk meningkatkan nilai" seru Midorima setelah menyelesaikan makan siangnya.
"Anu, Akashi-Kun, apa itu juga berlaku untukku?" tanya Kuroko yang dari tadi hanya mendengarkan kebisingan di sekitarnya.
"Iya" jawab Akashi, Kuroko yang mendapat jawaban singkat itu tidak lagi melebarkan matanya. Dia malah menatap Akashi tajam seakan mencoba untuk berkomunikasi dan mengatakan 'aku butuh waktu lama untuk mendapat nilai sempurna'
.
.
.
Tepat pukul lima sore, karena mereka tidak latihan. Kelima anggota Kiseki no Sedai dan anggota ke enam bayangan memutuskan untuk pulang dan belajar. Besok adalah ujian sementara yang di adakan sekolah, jadi setidaknya mereka bisa mengukur kemampuan mereka selama belum ujian yang sesungguhnya. Kuroko dan Akashi terlihat berjalan bersama. Mereka berjalan tanpa mengobrol, tidak ada dari mereka yang memulai topik pembicaraan sampai akhirnya mata Kuroko melihat matahari terbenam dari jembatan yang mereka lewati.
"Kirei (Cantik), Akashi-kun lihat, jika di lihat dari dekat sungguh pemandangan yang indah" Akashi yang di panggil Kuroko berhenti dan melihat apa yang Kuroko tunjuk.
"Iya, aku jarang berjalan kaki jadi, aku tidak tau ada tempat seindah ini. Dan kenapa kau seakan baru melihatnya, Tetsuya?" Akashi memang sangat jelih. Kuroko hanya diam dan menatap Akashi datar. Ini hanya kalimat agar Akashi bisa mengobrol denganya, dan sebenarnya Kuroko setiap hari melihat matahari terbenam saat pulang sekolah.
"Aku hanya memulai pembicaraan"
"Cara yang bagus, setidaknya kau juga harus mencari cara agar nilaimu lebih dari yang aku harapkan Tetsuya"
"Tapi, itu membutuhkan waktu"
"Aku tau,maka dari itu kau harus memulainya dari sekarang."
"Aku akan berusaha"
"Anak yang baik, dan untuk memberimu semangat belajar sore ini aku akan..." Akashi tiba-tiba berjalan beberapa langkah kearah Kuroko. Lalu Akashi mencium bibir Kuroko tiba-tiba. Di antara matahari terbenam ciuman mereka terlihat gelap dan juga sangat hangat. Akashi memegang tangan Kuroko dan memperdalam ciuman itu.
-100 : 50-
Teikou, 10 : 00 AM
Class 3-1
Kelas 3-1 adalah kelas Akashi dan Midorima. Mereka mengerjakan ujian sementara dengan tenang dan juga penuh konsentrasi. Tangan Midorima terlihat lancar saat menjawab soal yang ada di depanya apa lagi kali ini dia membawa 52 kartu dalam kotak yang menjadi Lucky itemnya. Sama halnya dengan Akashi, asyik menulis jawaban tiba-tiba dia berhenti dan melamunkan sesuatu.
"Apa yang aku lakukan kemarin sore? harusnya aku tidak mencium Tetsuya. Apa benar dia bisa mengerjakan dengan baik hari ini?" Itulah pikiran Akashi saat ini. Dengan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskanya, Akashi kembali fokus untuk mengerjakan soal-soalnya.
Class
3-2
Kelas 3-2 adalah kelas Kuroko, Kise, Aomine dan Murasakibara. Mereka memang tidak terlalu unggul di banding dengan Akashi dan Midorima tapi, Kiselah yang paling menderita saat ini. Dia benar-benar menjadi no.2 dari bawah saat ujian semester yang lalu dan kali ini nilainya akan di akumulasi bersama keputusan para pemain basket yang akan ikut di pertandingan musim panas. Ini sungguh membuat Kise hanya bisa menatap kosong kertas ujianya. Sedangkan Muraskibara dan Aomine terbilang masih beruntung dari pada Kise, walaupun nilai mereka tidak mencapai setengah mereka selalu santai dan biasa saja. Tapi, kali ini mereka snagat serius menatap soal ujian yang ada di atas meja mereka. Lalu Kuroko, dia lebih baik di banding ketiga teman satu timnya, tidak buruk dan juga tidak bagus. Nilai kuroko kadang mendaptkan 7 tapi, itu hanya beberapa di nilai mata pelajaran dan paling sering hanya mendapatkan 6. Seperti dugaan Akashi, Kuroko tampak gusar dan bingung hari ini. Berulang kali dia meghela nafas dan mencoba mengingat jawaban yang akan dia tulis.
Bel akhirnya berbunyi, ujian sementara kali ini membuat Kuroko dan yang lain tegang dengan nilai yang akan mereka dapatkan.
"Bagaimana ini?" keluah Kise yang ada di belakang Kuroko. Kuroko yang biasanya menghibur Kise malah dia yang butuh hiburan.
"Apa ini karena ciuman Akashi-kun kemarin?" gumam Kuroko dalam hati. Tidak peduli apa yang di keluhkan orang yang berada di belakangnya.
"Bagaimana ujian kalian?" suara yang tidak asing untuk Kuroko dan ketiga temanya. Akashi yang di ikuti Midorima dari belakang masuk ke dalam kelas Kuroko.
"Aku yakin saat di berikan nanti aku mendapat 8" tebak yakin Aomine.
"Jangan terlalu yakin Mine-chin"
"Aku tidak bisa, Midorimacchi pinjamkan aku pensilmu" Kise memberikan wajah sedihnya di depan Midorima.
"Aku akan memberikanya padamu, tapi kau harus mengambilnya dulu. Pensil itu ada pada Akashi" penjelasan Midorima membuat Kise kembali menyimpan wajahnya di meja.
"Tetsuya!" panggil Akashi.
"Hai, Akashi-kun" jawab Kuroko kaget.
"Sudah ku duga seharusnya kemarin aku tidak menciumnya" sebelum membuka mulutnya Akashi bergumam dalam hati saat melihat wajah Kuroko yang terlalu tegang. "Bagaimana ujianmu?" tanya Akashi.
"Semoga baik-baik saja" Kuroko menjawabnya dengan lesu. Akashi menghela nafas lalu memegang tangan Kuroko, sekali lagi Kuroko terkejut.
"Jangan khawatir, ini masih ujian sementara saja. Aku ingin kau melakukan yang terbaik saat ujian yang asli nanti"
"Hai, Akashi-kun" Akashi melepas tangan Kuroko.
"Shintarou, ayo kembali ke kelas dan menunggu hasil ujian hari ini" ajak Akashi pada Midorima lalu mereka keluar kelas Kuroko.
.
.
Pulang sekolah mereka berkumpul di depa gerbang sambil menunjukan nilai mereka. Akashi sempurna dia mendapatkan nilai 100, Midorima mendaptkan nilai 98, Aomine yang sedari tadi merasa yakin tatap mendapatkan di bawah rata-rata 50, Murasakibara mendapatkan nilai 53, Kise mendapatkan 45 dan Kuroko 60.
"Kalian sudah berusaha, teruskan belajar kalian jika tetap ingin bermain basket" Akashi berjalan meninggalkan mereka. Kuroko yang melihat Akashi pergi mendahuluinya, berlari kecil agar tidak ketinggalan.
"Huft... walaupun tanpa kalian aku dan Akashi bisa memenangkan pertandingan" Midorima menyindiri mereka dengan wajah yang dingin seperti biasa. Aomine yang merasa kesal hanya diam lalu pergi begitu saja.
"Midorimacchi, tolonglah aku"
"Kise-chin, yang bisa menolongmu hanya dirimu sendiri. Ganbatte!"Muraskibara yang masih bisa santai meninggalkan Kise dan Midorima.
"Kise!"
"Nani?(Apa?)"
"Aku akan membantumu belajar saat akan ujian," tawaran Midorima membuat mata Kise cemerlang."Tapi, dengan satu syarat" lanjut Midorima.
"Syarat?"
"Hm, pinjamkan tanda tangan Yui kepadaku"
"Hehh? Untuk apa?" tanya Kise heran.
"Besok Lucky itemku adalah barang yang di tanda tangani artis, dan kau punyakan?"
"Tapi, itu baju dalamku."
"Aku hanya meminjamnya satu hari"
"Tapi, bagaimana denganku? Lagi pula tidak mungkin Midorimacchi membawa baju dalam kemana-mana kan?"
"Jangan bodoh! Aku bisa memasukanya di dalam tas asalkan aku membawanya. Sebenarnya aku yang heran, apa yang kau lakukan sampai tanda tangan Yui ada di dalam baju dalammu hah?" selidik Midorima.
"Itu bukan aku yang memintanya, tapi kakaku dia membawa baju dalamku. Untung saja bukan celana dalamku."
"Bodoh! Itu syaratku jika kau mau, besok bawa baju dalammu" Midorima meninggalkan Kise yang hanya mematung di depan gerbang sekolah.
.
.
Lagi dan lagi, suasana hampa dan sunyi yang Kuroko dan Akashi perlihatkan, seperti biasa Akashi berjalan di depan Kuroko dan ada jarak 1 meter di antara mereka. Akashi tiba-tiba berhenti lalu menghadap Kuroko yang menundukan kepalanya.
"Tidak perlu khawatir"
"Iya, aku tau"
"Lalu?"
"Hanya saja, aku kira aku bisa menjawab semuanya," Kuroko menatap Akashi dengan mata yang sedih. "Ternyata aku salah." lalu Kuroko kembali menundukan wajahnya.
"Mau pergi jalan-jalan sebentar?"
"Kemana?"
"Bagaimana jika ketoko buku?" Kuroko terlihat bersemangat saat Akashi mencoba menghiburnya untuk pergi ketoko buku.
Toko buku yang biasa Kuroko kunjungi, kali ini Kuroko antusias untuk mencari buku apa yang akan dia beli. Matanya mengitari setiap rak da judul buku yang berada di samping buku. Kuroko mengambil salah satu buku yang kali ini menyita perhatianya.
"Cara belajar dengan muda" ujar Kuroko lirih membaca judul buku yang dia bawa. "Akashi-kun, bagaimana kalau buku ini? Apa akan bisa membantuku? Aku jarang membeli buku yang seperti ini" Kuroko berbalik dan memperlihatkan buku yang dia dapatkan.
"Bagus, beli saja itu mungkin akan membantumu"
"Mungkin?"
"Iya, tergantung bagaimana otakmu menyerap caranya" sungguh kalimat yang sangat kejam dan blak-blakan. Tapi itulah Akashi, Kuroko hanya diam lalu mencoba membuka buku yang barus aja dia dapatkan. Sedangkan Akashi belum mendapatkan buku yang dia inginkan. Akashi melihat kearah Kuroko, matanya berkedip saat melihat Kuroko yang fokus membaca buku.
"Baiklah, Akashi-kun aku akan mem..." baru saja Kuroko menghadap Akashi tiba-tiba bibirnya mendarat di bibir Akashi. Mata Kuroko melebar untuk kesekian kalinya. Akashi selalu mencium Kuroko tiba-tiba dan memang itu terbiasa hanya saja, ini adalah tempat umum,saat ini itulah pikiran Kuroko. Akashi melepas ciumnya lalu memegang pipi Kuroko dengan tangan kirinya.
"Akashi-kun, ini tempat umum"
"Aku tau"
"Bagaimana jika orang melihatnya?"
"Maka dari itu aku akan menutupnya dengan buku" Akashi kembali mencium bibir Kuroko tapi,kali ini tangan kanan Akashi menutupi ciuman itu dengan buku yang dia pegang. Akashi dan Kuroko menjadi sepasang kekasih saat mereka memenangkan kejuaraan Nasional kedua tahun lalu, dan itu sudah terjadi satu tahun. Hubungan yang sudah di ketahui anggota yang lain.
-100 : 50-
Ujian sekolah akhirnya di adakan, semua murid Teikuo tampak antusias. Mereka yang mendapat tantangan agar nilai lebih bagus pun siap untuk menghadapi apapun yang terjadi asalkan mereka sudah berusaha untuk mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Selama 3 hari ujian di adakan dengan 5 mata pelajaran yang di ujikan. Dan di hari ketiga mereka semakin percaya diri untuk mengerjakan soal yang ada di depan mereka. Sebelum mereka pulang, anggota Kiseki no Sedai dan Kuroko menuju tempat latihan. Dan inilah detik-detik terakhir untuk menentukan apakah mereka bisa ikut pertandingan atau tidak.
"Akashicchi dan Midorimacchi yang memperlihatkan nilai dulu" tawar Kise.
"Baiklah" jawab Akashi.
"Aku tidak keberatan" tambah Midorima. Akashi dan Midorima menunjukan nilai mereka. Sebuah kertas bertuliskan nama pelajaran yang mereka ikuti selama ujian dan nilai semua lengkap di dalam kertas tersebut.
"Sugoi (Hebat), Akashicchi sempurna. Semua mata pelajaran mendapat nilai 100" puji Kise melihat daftar nilai Akashi.
"Mido-chin juga walaupun nilai Sejarah 90 tapi yang lain nilainya 100" Murasakibara juga memuji sekaligus mengkritik Midorima.
"Aku kurang teliti dalam mengerjakan sejarah, tapi ini bukan nilai terbaikku" jawab Midorima.
"Akashi dan Midorima memang sudah pintar dari awal tapi kalian pasti terkejut melihat nilaiku, Lihatlah!" Aomine dengan yakin menujukan nilainya pada semua anggota dan benar. Luar biasa di luar perkiraan semua mata pelajaran Aomine mendapatkan nilai 8 kecuali nilai matematika Aomine yang mendapatkan nilai 75.
"Aominecchi hebat" Kise terlihat kagum, sedangkan Aomine hanya tersenyum bangga.
"Mine-chin masih kalah denganku, nilaiku semuanya 8 dan malah ada 9 di nilai Bahasa Jepang" Kemudian Muraskibara memperlihatkan nilainya. Semua yang melihat juga kagum kecuali Aomine yang merasa kalah dengan Murasakibara.
"Lain kali nilaiku akan sesempurna Akashi!" Tegas Aomine sebal.
"Baiklah, aku tunggu itu Mine-chin. Ganbatte!" jawab Murasakibara santai.
"Ryouta, bagaimana nilaimu?" tanya Akashi.
"Jangan membuatku malu Kise, aku sudah mengajarimu dan itu adalah kejadian langkah. Aku tidak akan mengulanginya lagi" seru Midorima mematahkan semangat Kise yang akan memperlihatkan nilainya.
"Eto, bagaimana ya? Aku-aku tidak tau ini bagus atau tidak" Kise menunjukan nilainya dan semua mata terkejut saat nilai Kise mendapatkan angka 9 di semua mata pelajaran, bahkan nilai Sejarah Midorima kalah dengan nilai Sejarah Kise yang mendapatkan 94.
"Hoy, Kise apa yang kau lakukan? Kenapa nilaimu sebagus itu?" tanya Aomine tambah kesal.
"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya belajar bersama Midorimacchi sebelum ujian" bela Kise dengan wajah yang begitu bahagia menunjukan nilainya.
"Kise-chin, walaupunn itu benar tapi tidak mungkin sebagus itu" Murasakibara mendukung Aomine.
"Tapi, itu kenyataanya" dan mereka bertiga sibuk berkomentar. Midorima melihat kearah Kuroko yang masih memegang dan tidak menunjukan nilai ujianya.
"Kuroko, bagaimana denganmu?" tanya Midorima. Kise, Murasakibara dan Aomine berhenti berdebat dan melihat kearah Kuroko yang memasang wajah datar.
"Aku sudah berusaha" jawab Kuroko.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Akashi menyelidiki.
"Aku rasa nilai kalian lebih bagus dari nilaiku, tapi ini sudah yang aku bisa" Kuroko menunjukan nilainya dan...
"Uwah, pas-pasan..." seru mereka semua saat melihat nilai Kuroko yang hanya mendapatkan nilai 7 tapi, nilai Bahasa Jepang Kuroko 8.
"Bagaimana Akashi? Nilai Kuroko biasa saja?" tanya Midorima.
"Nilai rata-rata minimal adalah 7 dan itu sudah cukup untuk Tetsuya bisa ikut bertanding, walaupun menurutku itu sangat kurang." Kise yang mendengar penuturan Akashi tersenyum lalu merangkul Kuroko.
"Kurokocchi, walaupun pas-pasan tapi Kurokocchi bisa ikut pertandingan"
"Hai, Kise-kun, lain kali aku akan berusaha lagi"
.
.
Kuroko kali ini berjalan di samping Akashi, mereka kembali pulang bersama setelah ujian selesai karena selama ujian keduanya tidak saling bertemu dan hanya memfokuskan diri untuk belajar dan mendapatkan nilai yang di inginkan.
"Gomenasai, Akashi-kun"
"Untuk apa?"
"Nilaiku tidak sebagus yang Akashi-kun perkirakan"
"Apa aku memarahimu tadi?"
"Tidak, tapi kelihatan kau belum puas"
"Kau benar Tetsuya, aku memang belum puas dengan nilaimu tapi kembali lagi padamu. Itu tergantung dirimu sendiri" Kuroko yang merasa bersalah menundukan kepalanya sambil berjalan. Tiba-tiba Akashi memukul kepala Kuroko.
"Itai (sakit)" keluh Kuroko.
"Apa yang kau pikirkan, Tetsuya?" Kuroko berhenti menundukan kepalanya dan melihat wajah Akashi.
"Aku mengecewakanmu, Akashi-kun"
"Mungkin iya, lalu apa yang akan kau lakukan untuk menebusnya?" Kuroko menatap tajam Akashi, jalanan yang sepi di antara pohon sakura yang mulai tumbuh perlahan karena memasuki musim panas. Dedaunan yang sangat indah dan juga lembut terjatuh kearah mereka tapi, tak satupun dari mereka menghiraukanya. Akashi dan Kuroko saling menatap tajam.
"Aku akan melakukan apapun yang Akashi-kun inginkan"
"Apapun?"
"Apapun."
"Jadilah miliku hari ini" Kuroko melebarkan matanya lagi tapi kali ini seulas senyum dia perlihatkan di depan Akashi.
"Baiklah" Akashi berjalan kearah Kuroko, dia menyentuh pipi Kuroko dengan lembut mata Kuroko tertutup menikmati setiap helaian tangan Akashi yang saat ini menyentuh wajahnya. Perlahan tangan Akashi mengangkat wajah Kuroko lalu menciumnya, melumat setiap bagian bibir mungil Kuroko dengan mata yang tertutup membiarkan angin berhembus manja dan masuk ke dalam ciuman hangat mereka.
.
.
Akashi House
In Akashi Room 7 : 00 PM
Akashi baru saja keluar dari kamar mandi, dia menaruh handuk di atas kepala dan mencoba mengeringkan rambut merahnya. Akashi melihat Kuroko yang saat ini fokus membaca buku yang ada di dalam kamar Akashi.
"Apa yang kau baca?"
"Buku Mistery, aku kaget Akashi-kun membaca buku seperti ini"
"Kau belum mengenalku sepenuhnya Tetsuya"
"Iya, dan hari ini aku akan menyelidikinya siapa Akashi Seijuurou sebenarnya"
"Baik, mandilah dulu. Aku sudah menyiapkan yang kau butuhkan di kamar mandi" Kuroko berdiri lalu menaruh buku yang barusan dia baca. Kuroko berjalan menuju kamar mandi sedangkan Akashi mengambil sebuah kaos lalu memakainya.
Beberapa menit Akashi menunggu bahkan dia membawakan Kuroko makanan dan minuman untuknya.
"Apa aku lama?" tanya Kuroko keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih terlihat basah walaupun sudah dia keringkan dengan handuk yang dia bawa.
"Lumayan, duduklah aku membawakan makanan untukmu" Kuroko duduk di depan Akashi lalu melihat makanan yang Akashi bawa.
"Ini terlalu banyak, Murasakibara-kun mungkin akan senang jika melihat ini."
"Kau masih saja ingat dengan mereka."
"Tentu saja, kitakan teman."
"Iya, kita adalah teman." Akashi tersenyum.
Cukup lama mereka menghabiskan waktu bersama dari pulang sekoah hingga makan dan juga bermain game dan menonton film, tepat pukul satu pagi Akashi melihat Kuroko tertidur di sampingnya. Kuroko menyandarkan kepalanya di bad Akashi. Tapi perlahan Akashi menggeser kepala Kuroko dan menaruh di pundaknya. Akashi tersenyum sambil membelai rambut Kuroko.
"Saat ujian adalah hal yang paling tidak aku inginkan, yaitu saat aku jauh darimu dan sekarang aku baru sadar betapa berartinya seorang Kuroko Tetsuya bagi Akashi Seijuurou" Akashi perlahan mendekati bibir Kuroko dan menciumnya lembut tapi tiba-tiba ciuman itu di kendalikan Kuroko, dia membuka mata dan membalas ciuman Akashi. "Kau belum tidur?" tanya Akashi saat melepas ciumanya.
"Bagaimana aku bisa tidur saat Akashi-kun menciumku"
"Gomen, aku membangunkanmu"
"Tidak apa-apa, bukankah hari ini aku sudah jadi milikmu walaupun Akashi-kun membangunkan aku berulang kali tidak masalah" Akashi memegang kepala Kuroko lalu menempelkan dahinya di dahi Kuroko.
"Aku mencintaimu, Tetsuya"
"Aku juga mencintaimu, Akashi-kun" Akashi mencium Kuroko sedangkan tanganya melepas kancing baju Kuroko perlahan ciuman itu semakin dalam, Kuroko yang mencoba membalas akhirnya pasrah. Akashi yang selesai melepas kancing baju Kuroko memeluk tubuh Kuroko, perlahan tanganya mengangkat tubuh Kuroko hingga keatas tempat tidur dengan ciuman yang belum bisa mereka lepaskan. Tubuh Kuroko kini ada di bawah Akashi saat Akashi melepas ciumanya, Akashi membelai lembut wajah Kuroko dan Kuroko menikmati itu.
"Apa kau yakin?"
"Kenapa?"
"Aku hanya bertanya, karena saat ini kau miliku jadi apapun yang aku inginkan itu kau harus mengatakan 'iya' padaku"
"Baiklah" Akashi mencium bibir Kuroko tangan Kuroko meremas rambut Akashi hingga kini mereka beradu malam dengan kesunyian. Tidak ada siapapun dan tidak ada seorangpun. Hanya ada Kuroko Tetsuya dan orang dia cintai Akashi Seijuuro. Malam yang indah saat hanya ada mereka, hanya ada bau wangi parfum mereka dan hanya ada pelukan di antara mereka. Akashi dan Kuroko dua insan yang di satukan dalam cinta, tidak memandang siapa dan bagaimana tapi perasaan yang mereka miliki saat ini yaitu saling mencintai.
Orang yang sempurna tidak akan selalu mendapatkan sesuatu yang sempurna, Tuhan itu adil orang yang sempurna akan mendapatkan orang yang belum bisa sempurna hingga mereka bersatu dan menjadi satu kesempurnaan.
END
Note : Bagaimana ini, ini pertama kalinya lho :v Hayo hayo yang baca wajib dan harus review lho jika tidak gunting Akashi akan saya terbangkan dari sini :v. Ini FF yang saya buat tanpa mikir *Hehhhh! 5 jam 15 Word jadi 16 karena saya kasih judul dan Note :v
