Choose!

Pair: BoBoiBoy (Gempa, Halilintar, Taufan, Api (Blaze) & Air (Ice)) x Yaya

Genre: Romance & Humor

Disclaimer: BoBoiBoy adalah milik Animonsta, saya hanya meminjam karakter-karakternya saja

Warning: Gaje, OOC, Abal-abal, Humor gagal, dll.

Cerita ini muncul di pikiran saya saat menonton BoBoiBoy Movie, apabila ada kesamaan dengan yang lain itu hanya kebetulan semata :)

Happy Reading~!

RnR please?

Prolog

Lari. Hanya itu saja kata-kata yang terlintas di pikiran Yaya, karena seorang laki-laki yang meneriakkan hal itu padanya. Dan disinilah dia, berlari tanpa tujuan bersama tiga orang sahabatnya.

"Dey, beneran nggak apa-apa kah, kalau kita ninggalin Boboiboy itu di sana sendirian?" Gopal, seorang pemuda yang mengklaim dirinya adalah teman terbaik Boboiboy, memulai pembicaraan sambil berusaha menyesuaikan kecepatan larinya dengan kawan-kawannya.

"Haiya, mana tahulah! Dia sudah suruh kita lari dan mempercayakan semua padanya sendiri!" sahut Ying, ia sengaja memperlambat larinya demi bisa berbicara dengan yang lain. Pengaruh jam kuasa memanipulasi waktunya memang membuatnya bisa berlari lebih cepat dibanding yang lain, dan saat ini ia memutuskan untuk tidak menggunakannya sejenak.

"Dia kan tadi sudah berpecah lima, nggak masalah lah," ujar Fang. "Lagian kalau kita tinggal di sana pun cuma bakal nyusahin dia. Makanya dia suruh kita lari kan? Huh, meski kalau lari kayak gini nggak kelihatan keren sama sekali sih."

"Sudah, tugas kita cuma satu, seperti yang dibilang Ying, lari dan percaya pada Boboiboy! Dia pasti akan kembali dengan selamat!" seru Yaya.

Semuanya terdiam, namun kembali tersenyum tipis dan menaruh kepercayaan lebih pada kawan mereka itu.

Sementara Yaya menggigit bibirnya, berdecak, kesal pada dirinya sendiri, kenapa ia dengan wibawa menyuruh teman-temannya untuk lari saja dan menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Boboiboy disaat dia sendiri masih belum yakin kalau keputusan Boboiboy untuk menyuruh mereka lari itu keputusan yang tepat? Bukan berarti ia tidak percaya dengannya, tapi meninggalkan Boboiboy di tempat itu sendirian sebagai seorang sahabat rasanya …

"Yaya, percaya padaku. Setelah aku mengalahkan mereka semua, aku akan kembali padamu. Kumohon, kau tak perlu mengkhawatirkanku sebegitunya. Aku hanya tak mau kau kenapa-napa. Apa kau tak percaya padaku?"

Bisikan itu masih terasa di telinga gadis berhijab merah muda dengan taburan gambar bunga berwarna kuning itu saat ia tidak ingin pergi dari sisi pemuda bertopi oranye itu. Saat mendengar bisikan itu ia pun luluh dan akhirnya pergi bersama ketiga temannya yang lain yang sudah ribut menyuruh Yaya ikut lari bersama mereka, meninggalkan Boboiboy seorang.

"Dey, dey! Memang kita disuruh lari, tapi kita mesti kemana nih?" seru Gopal lagi.

"Ya pulang lah! Memangnya mau kemana lagi?" jawab Ying.

"Kalau begitu kalian pulang duluan ya. Aku masih ada urusan lain," ujar Yaya.

"Oi! Kau nggak dengar Boboiboy nyuruh kita lari? Bukannya kau yang paling dekat dengannya dan paling mengerti maksudnya? Kau mau menyusulnya lagi?" seru Fang.

"Eng-enggak kok! Aku berencana memberi tahu Tok Aba, kalau Boboiboy baik-baik saja! Seperti yang dikatakannya!" elak Yaya.

"Bukannya barusan kita sudah sepakat tak akan memberitahu Tok Aba soal ini?" tanya Ying heran.

"Tapi biar begitu tetap harus diberitahu kan? Boboiboy belum tentu akan kembali hari ini. Bisa saja besok. Aku juga nggak mau Tok Aba dan Ochobot cemas," jawab Yaya. "Aku … duluan ya!"

Yaya segera mendorong kakinya yang sedang melayang berkat jam kuasanya yang dapat memanipulasi gravitasi dan membuatnya terbang. Dorongan itu membuatnya terbang semakin cepat.

"Dey! Yaya! Kedai Tok Aba bukan lewat sana! Kenapa kau balik ke belakang lagi?!" seru Gopal.

Tapi Yaya tak menghiraukan seruan pemuda bertubuh gempal itu, dan segera memutar jalan. Dari awal ia memang tak berencana pergi ke kedai Tok Aba, namun untuk kembali ke tempat Boboiboy semula ia tinggalkan. Biarpun Boboiboy melarangnya, ia tak tega meninggalkan Boboiboy sendirian di sana. Kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Boboiboy, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri, jadi ia kembali memacu kecepatan terbangnya meninggalkan ketiga kawannya.

"Yayaaa! Kamu mau ke sana lagi? Cepat kembalii!" seru Ying. Terdengar kecemasan dari teriakannya.

"Oii! Telingamu ketinggalan di rumah kah? Cepat balik!" Fang ikut menyeru.

Tapi ketiga seruan dari kawannya itu sama sekali tidak digubris oleh Yaya, dan ia segera melaju ke arah sebelumnya.

Akan tetapi setelah sampai ke tempat itu dengan kecepatan terbangnya yang maksimal, hanya tinggal Boboiboy seorang, Adu Du sudah tidak ada. Umm … menyebutnya seorang kurang tepat, lebih tepatnya lima orang Boboiboy. Yaya yang heran segera turun dan berlari ke arah lima orang itu. Padahal sudah tak tampak musuh mereka di sana, tapi kenapa Boboiboy tak kembali satu seperti semula?

"Boboiboy!"

"Eh, Yaya! Kenapa kau di sini?"

Yang menyahut barusan adalah Boboiboy Gempa, ia pun lari mendekat ke arah Yaya, disusul dengan empat orang lainnya.

"Eng … aku … aku …" Yaya kebingungan menjawabnya.

Mata Halilintar yang merah menyala menyipit. "Bukan sudah kusuruh untuk ikut lari bersama yang lain?" tanya Boboiboy Halilintar dingin.

"Eh, Halilintar, nggak baik bicara kayak gitu. Yaya pasti cuma nggak tega meninggalkan kita sendirian di sini! Ya kan Yaya? Iya kan?" ujar Boboiboy Taufan riang seperti biasa.

"Umm … iya … benar," Yaya mengiyakan saja.

"Tapi kita ini nggak sendiri, lebih tepatnya berlima. Ahahah, eh, Air, jangan tidur terus lah! Ini kan ada Yaya, masa kau tidur? Nggak sopan lah!" seru Boboiboy Api sambil mengguncang-guncangkan bantal air milik Boboiboy bertemakan biru aquamarine itu.

"Eh! Ehh! Jangan goyang-goyangkan air aku lah! Dan lagi aku sudah ambil banyak bagian di pertarungan tadi! Capeklah! Biarkan aku istirahat dikit," gerutu Boboiboy Air lalu kembali berbalik untuk tidur.

Tepat pada saat itu Yaya menyadari ada sesuatu yang janggal.

"Eh? Kenapa kalian nggak bercantum semula? Kalian lupa kalau kalian kelamaan berpecah bakal jadi pelupa?" tanya Yaya khawatir. "Ayo, kembali sekarang!"

"Ehh … kita juga maunya begitu, tapi nggak bisa," Gempa menggaruk-garuk bagian rambut belakangnya yang tak tertutup topi pelan.

Yaya kaget. "Kenapa nggak bisa?!"

"Habisnya … barusan Adu Du menembak kita dengan sebuah pistol tadi."

"Pistol? Pistol apalagi? Pistol Emosi X? Y? Z?" tanya Yaya cemas.

Mengingat kalau Boboiboy sudah beberapa kali emosinya dimainkan. Pertama oleh biskuitnya sendiri yang diracuni oleh cairan emosi X yang dikemas menjadi susu kambing jantan perisa apel hijau, lalu yang kedua karena tertembak oleh pistol emosi Y yang dia sendiri pun ikut tertembak pada waktu itu. Jujur, Boboiboy yang asyik pasrah dan berserah itu benar-benar bertolak belakang dengan sifatnya yang keras kepala.

"Kalau nama, kita juga nggak tau," Taufan angkat bahu. "Tapi yang jelas, efek dari pistol itu, kita nggak akan bisa bercantum semula sebelum mendapat penawarnya. Tadi kita juga sudah mencoba, tapi ternyata memang tidak bisa."

"HAHHHH?!" Yaya syok berat. "Jadi? Jadi? Jadi?"

"Yup! Kita akan berpecah lima terus untuk sementara! Ahaha! Asyiknya bebas!" Api malah tertawa menikmati kebebasannya.

"Issh! Mana boleh begini! Kita harus segera bercantum semula! Kalian lupa kejadian di season pertama? Kalau berpecah lama-lama, kita jadi pelupa! Apalagi ini berlima! Bukan cuma bertiga!" ujar Gempa.

"Tenang sajalah, Gempa. Kita sudah nggak selemah dulu lagi. Paling nggak bakal sepelupa itu!" ucap Taufan.

"Hei, pikirkan kemungkinan terburuknya dong! Waktu itu aja sampai Halilintar hilang ingatan dan menganggap dirinya itu Ada Da dan hampir menghapuskan kita semua di bawah kendali Adu Du gara-gara dia kira Adu Du itu kawannya waktu Probe bilang dia mecahkan balon buat surprise party hari ulang tahun dia!"

"Woi! Jangan ingatkan aku atas kejadian itu!" seru Halilintar dingin dan menurunkan topinya ke bawah menghalangi wajahnya yang bersemburat merah karena malu atas kesalahpahamannya waktu itu.

"Hayo, Halilintar marah! Halilintar ngamuk! Aku nggak tau ya!" ujar Taufan tertawa kecil lalu memacu hoverboard-nya ke atas dan terbang kesana-kemari dengan lincahnya.

"Hei, hei, pulang rumah nanti kita main monopoli yok! Kalau berlima gini kan bisa! Udah lama aku mau main bareng kalian semua! Menghilangkan tekanan! Ahahahaha!" ajak Api dengan sepaket monopoli di tangannya yang nggak tau dari mana tuh dia dapetin.

Sementara Taufan dan Api masih nyaman dengan keributan mereka dan Gempa yang masih cemas akan situasi yang menimpanya, Halilintar hanya diam dan Air justru tidur seenak jidat tanpa sedikit pun peduli atas masalah yang menimpanya.

"Aduuhh … pening kepalaku," Yaya memegangi kepalanya yang nyut-nyutan kemudian menghela nafas panjang. "Bagaimana aku bisa memberitahu Tok Aba dan yang lain tentang ini?"

~To Be Continued~

Yuhuu~! Ni-chan kembali ke dunia FFn. Sebelumnya maaf banget nih, Ni-chan akan berpindah dulu sementara ke fandom Boboiboy, karena antusiasme hasil nonton Boboiboy The Movie kemarin masih menempel di ingatan Ni-chan, sekaligus sekarang lagi nge-OTP BoboYa dan FaYi, jadi Ni-chan memutuskan untuk membuat cerita ini. Hehe, sampai sejauh ini gimana menurut kalian? Bagus nggak? Perlu dilanjutkan atau nggak? Tolong tulis ulasan kalian di review ya, satu-dua kalimat saja Ni-chan sudah senang kok. Mohon krisarnya ya XD