~Broken Vow~
Cast(s) : Kyuhyun Cho, Ryeowook Kim, Donghae Lee and other
Pairing(s) : Pasti udah tau kan~ XD
Disclaimer : Saya cuma punya plot dan cerita ga jelas ini dan juga...Donghae *get taboked* XD
Warning : Shonen-ai, Yaoi, Implied!Smut ^^v, Alur Mundur, typo(s)
[A/N]: Hallo, chingudeul, sy bawa ff selingan *plakk* moga berkenan (?) Kekeke~ Happy reading!^^
.
.
.
Hal-hal kadang terjadi tanpa bisa kita duga.
Ryeowook mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya yang terasa berat. Kepalanya terasa sakit sekali, seperti ditusuk-tusuk—efek yang biasa ia dapat setelah minum banyak alkohol lalu mabuk dan jatuh tertidur. Ia melihat ke sekelilingnya, mengira akan menemui pemandangan biasa kamarnya dan Kyuhyun.
Kedua matanya melotot saat menyadari bahwa ruangan ini jelas bukan kamarnya. Panik adalah hal pertama yang ia lakukan. Dimana dirinya sekarang? Apa yang sebenarnya ia lakukan?
Ia melihat ke selimut yang menutupi tubuhnya, dan ketakutan besar melanda dirinya saat menyadari ia tak mengenakan apapun selain selimut yang dipakainya hingga menutupi leher. Ia bangun dan mengambil posisi duduk di ranjang, melihat sekeliling dengan cemas.
"Oh, kau sudah bangun?" Kepala Ryeowook berputar cepat ke arah sumber suara.
Dilihatnya Donghae yang sedang menyandarkan tubuhnya ke ambang pintu yang menghubungkan kamar tidur dengan kamar mandi. Sebuah senyum seringaian menghiasi wajah tampannya. Tampaknya ia baru saja mandi jika dilihat dari bathrobe yang hanya menutupi tubuhnya dan rambut basah yang masih berantakan itu.
"Apa yang—"
Pria yang lebih tua itu berjalan mendekatinya hingga mereka berhadapan, senyum seringainya makin lebar saat melihat sepasang manik karamel yang memancarkan ketakutan itu. "Apa kau benar-benar tak ingat dengan apa yang terjadi?"
Sepasang mata Ryeowook makin membulat. Tidak, jangan katakan ini adalah seperti yang ia duga. Namun, ketika ia mendongak untuk menatap Donghae, ia bisa melihat beberapa noda merah keunguan yang menghiasi lehernya, dan ia tidak sebodoh itu untuk tidak mengenali bekas apa itu. Dan ia tak bisa menyangkal kalau ia adalah alasan dibalik bekas luka itu. Memang siapa lagi selain dirinya yang bersama Donghae saat ini. Bukankah pria itu selama ini tinggal sendirian?
Tidak, tidak, tidak, ini tidak benar. Ryeowook tidak bisa menerima ini.
Ia memegang kepalanya yang terasa berat dengan kedua tangannya, merasa frustasi dan juga ingin menangis. Ini seharusnya tidak terjadi.
Oh, Tuhan. Neraka apa yang sudah ia ciptakan?
.
Flashback
.
Cho Kyuhyun memainkan bolpoin di tangannya sementara mendengarkan dengan sabar seorang klien yang sedang menjelaskan kondisinya. Ia sedang berada di kantornya di Agensi pengacara di Seoul yang terkenal karena keprofesional-annya dalam menangani kasus-kasus. Sebentar-sebentar ia membenahi kacamatanya. Ekspresi wajahnya memang serius, namun sesungguhnya ia sedang bosan. Bagaimana tidak? Ia sedang duduk mendengarkan seorang pria berusia tiga puluhan yang tengah sibuk mengeluhkan alasannya ingin bercerai dengan istrinya yang menurutnya berkencan dengan pria lain yang lebih muda.
Ditahannya keinginannya untuk menguap lebar dan melirik jam dinding yang menunjukkan sudah waktunya hampir pulang. Dan ia sangat bersyukur ketika pria itu mengakhiri monolognya tepat pada waktunya. Setelah mengucapkan terima kasih dan kesanggupan untuk membantunya, mereka pun bertukar sampai jumpa.
"Terima kasih, Anda bisa menemuiku lagi besok." Kyuhyun mengantar kepergian kliennya dengan senyum lebar tanpa paksaan.
Pengacara muda itu lantas membereskan dokumennya yang berserakan diatas meja kerjanya, lalu memasukkannya dengan sedikit asal-asalan ke dalam tas kantornya.
Setelah semua beres, ia meraih jaketnya yang tersampir di punggung kursi dan memakainya sementara berjalan keluar dari ruangannya.
Kini ia duduk tenang, mengemudi di dalam mobilnya yang merayap pelan di jalanan Seoul yang sangat padat karena ini adalah jam pulang sebagian besar karyawan perkantoran. Ia mengarahkan mobilnya menuju ke sebuah studio musik besar.
Apakah kalian bertanya-tanya mengapa seorang pengacara seperti dirinya perlu kesana?
Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menemui sang 'istri' tercintanya.
Yah, istrinya yang berprofesi sebagai vocal instructor itu bekerja di studio itu, memberi les pelajaran vocal pada beberapa murid remaja yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dan tugas Kyuhyun—yang kini sudah menjadi tugas rutinnya—adalah menjemput sang istri sepulang ia dari kantor karena kebetulan jam pulang mereka sama, atau jika memang Kyuhyun tidak bisa karena lembur, istrinya akan pulang sendiri naik taksi.
.
.
.
Kim Ryeowook melirik jam bundar yang berdetik lirih di dinding ruang kelasnya. Ia lalu melihat para muridnya yang masih mencatat note yang ia tuliskan di papan tulis—meski sebenarnya ada beberapa dari mereka yang sudah selesai. Ia menghembuskan nafas, ini sudah waktunya pulang dan Kyuhyun sebentar lagi akan menjemputnya. Namun, demi murid-muridnya, ia memutuskan untuk menunggui mereka sampai semua selesai. Tidak mengapa, toh suaminya itu bisa menunggunya sebentar.
Setelah beberapa saat, akhirnya semua muridnya selesai dan mulai membereskan barang-barang mereka.
"Yak, jangan lupa pelajari not lagu yang barusan kutulis. Minggu depan kita adakan penilaian menggunakan lagu ini untuk melihat sampai dimana kemampuan kalian menyerap pelajaran dariku. Apa semua sudah paham?" Ia berujar sambil melihat wajah murid-muridnya satu per satu.
Suara keluhan massal terdengar segera setelah ia selesai berkata-kata. "Ne, songsaengnim," jawab mereka serempak, meski tidak bersemangat.
"Bagus, sekarang semua boleh bubar." Para siswa satu persatu pun mulai meninggalkan tempat itu.
Ryeowook mengamati kepergian para siswa-nya dengan lega sebelum meraih tas selempangnya yang ia letakkan di dekat kaki kursinya. Diletakkannya tas tersebut tas di pangkuannya sementara ia meraup kertas-kertas not yang berserakan di atas meja, merapikannya dan memasukkan semuanya ke dalam tas.
Setelah merasa semua beres, ia berdiri, menyambar jaketnya dan mematikan lampu ruangan, lalu berjalan keluar dengan tak lupa mengunci pintu studio.
Kini ia sedang berjalan dengan santainya di koridor yang mengarah ke pintu keluar gedung.
'Apa kau sudah di luar?' Diketiknya pesan tersebut pada Kyuhyun.
'Mianhae, aku terjebak macet. Maukah kau menungguku? Atau kau mau pulang dengan taksi?' Balasan tersebut datang tidak lama kemudian.
Ryeowook menghela nafas. 'Aku akan menunggumu saja.'
'Baiklah. Tunggu aku, chagiya. Saranghae :*'
Satu kalimat sederhana itu sanggup membuat pria bersuara merdu itu tersenyum lebar seperti orang bodoh. Sudah dua bulan mereka menikah, dan Kyuhyun masih saja bersikap manis dan terlalu romantis padanya. Seperti pengantin baru saja.
Ia terkekeh dengan pemikirannya sendiri. Bukannya ia tak mencintai pria itu, justru ia merasa tak bisa hidup tanpanya. Tidak, tidak. Ia sedang tidak melebih-lebihkan apapun. Kyuhyun adalah segalanya banginya. Cintanya pada pria berambut ikal tersebut sangat besar dan tidak bisa diukur dengan rumus eksata.
Terlalu sibuk dengan pemikirannya tentang suaminya itu, ia sampai tidak sadar bahwa ada orang lain yang sedang berjalan ke arahnya.
BRUKHH
Tabrakan tak bisa dihindari dan Ryeowook pun jatuh dengan posisi pantat menempel duluan ke lantai yang keras sementara orang yang lainnya tampaknya masih berdiri tegak. Dalam hati, ia mengutuk postur tubuhnya yang kecil dan tidak banyak bertenaga. Ditabrak sedikit saja ia sudah jatuh dengan tidak elitnya.
Ia mengerang kesakitan dan akan berdiri ketika sebuah tangan terulur padanya.
"Mianhamnida. Ayo kubantu berdiri," ujar orang tersebut yang ternyata seorang pria, dengan nada bersalah. Pria itu membungkuk dan mengulurkan tangannya pada Ryeowook, berniat membantu.
Ryeowook mendongak untuk bertatapan dengan pria pemilik rambut light brown tersebut. Ia pun meraih tangan pria itu yang sedikit lebih besar dari tangannya. Pria tersebut segera menarik Ryeowook dengan mudahnya hingga pria mungil itu berdiri dengan tegak.
"Neo gwencaha?" tanyanya lagi dengan khawatir.
Ryeowook tersenyum lembut. "Ne, aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir."
.
.
.
Lee Donghae menunggu dengan sabar sampai semua muridnya meninggalkan ruang studio untuk kelas tari-nya. Setelah ia melambai dan mengucapkan sampai jumpa pada murid terakhirnya, ia pun segera berkemas dan pergi dari tempat itu setelah memastikan pintu terkunci dengan benar.
Ia berjalan santai di koridor, melempar-lemparkan kunci di tangannya ke atas lalu menangkapnya dengan tepat ketika jatuh ke bawah, juga memutar-mutar kunci behiaskan gantungan boneka nemo itu di jarinya.
Pria berambut light brown itu menghela nafas berat. Hari ini benar-benar melelahkan. Di gerak-gerakkannya bahu dan lengannya yang terasa pegal, berharap bisa mengurangi sedikit rasa pegal yang mengganggunya.
Hari ini rekan mengajarnya, Lee Hyukjae atau yang sering dipanggil Eunhyuk tidak bisa masuk karena mengantar istrinya yang katanya merasa mual dan tidak enak badan ke rumah sakit . Donghae segera mengambil kesimpulan kalau Sungmin pasti sedang mengandung dan berniat menggoda Eunhyuk dengan hal tersebut nantinya.
Dan absennya sang rekan hari ini telah berakibat memberinya tugas ekstra dengan mengajar sendirian. Mengajar tari, apalagi hip-hop dan mesti menghadapi sekumpulan bocah remaja yang rata-rata hiperaktif sendirian itu sangat melelahkan, percayalah. Selain itu, Donghae juga tidak suka melakukan sesuatu sendirian.
Helaan nafas lagi-lagi berhembus darinya. Suasana hatinya saat ini benar-benar tidak bersahabat, ditambah dengan tubuh yang capek. Ah, rasanya ia ingin segera sampai di rumah, mandi air hangat, lalu bergumul di kasur empuknya yang nyaman.
BRUKHH
Ia tersentak ketika merasa seseorang menabraknya. Bukan, bukannya ia tak sadar jika ada orang yang berjalan dari arah lain, namun karena kenapa orang tersebut sampai bisa menabraknya. Apakah orang itu sedang memikirkan sesuatu sampai tidak menyadari kedatangan Donghae?
Orang itu yang ternyata adalah seorang pria jatuh dengan pantat jatuh dulu menyentuh lantai, sementara dirinya masih berdiri dengan tegak. Ia mendengar pria itu mengerang kesakitan dan ia pun segera merasa bersalah, meski ini sepenuhnya bukan salahnya.
Donghae menghampirinya, membungkuk dan mengulurkan tangannya. "Mianhamnida. Ayo kubantu berdiri," ujarnya dengan nada bersalah.
Pria itu mendongak dan untuk pertama kalinya, Donghae bisa melihat wajahnya. Dan ia terkesiap, orang itu seorang pria namun kenapa di mata Donghae ia terlihat begitu cantik?
Donghae merasakan sentuhan di tangannya, membuatnya kembali fokus dan buru-buru menarik pria itu berdiri. Sekali lagi, ia heran. Kenapa tangan itu terasa halus dan ia serasa tak mau melepaskannya?
"Neo gwencaha?" tanyanya khawatir. Pria yang barusan ditabraknya memiliki postur tubuh mungil dan terlihat rapuh di matanya. Ia khawatir jika ia sudah menyakitinya. Eits, apa yang sedang kau pikirkan, Lee Donghae? Ia memarahi dirinya sendiri karena melantur.
Pria itu tersenyum lembut dan Donghae berani bersumpah itu adalah senyum paling indah yang pernah ia temui. "Ne, aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir," jawabnya seraya membenahi rambutnya.
"Apa kau juga pengajar disini?" tanya pria itu kemudian.
Donghae mengangguk. "Aku pengajar tari, kau?" tanyanya balik sementara mereka berjalan bersama menuju pintu keluar.
"Aku mengajar vocal. Oh, dimana sopan santunku? Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Kim Ryeowook, kau?"
"Lee Donghae. Panggil aku Donghae atau kalau kau mau Hyung juga boleh," balasnya seraya tersenyum.
Ryeowook terkekeh. "Bagaimana kau bisa tahu jika aku lebih muda atau tua darimu?"
Donghae nyengir. "Dari wajah dan postur tubuhmu, aku bisa menebak kalau kau lebih muda."
"Oh benarkah? Coba kita lihat. 25, kau?"
"26. Lihat! Aku lebih tua darimu," ujar Donghae dengan senyum kemenangan menghiasi wajahnya.
Tawa kecil lepas dari bibir Ryeowook. "Oh, baiklah, baiklah! Kau menang...eumm Donghae-hyung?"
"Ya, benar begitu. Panggil aku, Hyung. Aih, cepat sekali kita akrab," ujarnya, lalu mengacak rambut cokelat nyaris merah milik Ryeowook. Sang empunya rambut menepiskan tangannya dengan kesal, walau akhirnya tertawa lagi.
"Ya, ya. Kita akan menjadi akrab sekali." Ryeowook menyetujui. Sedikit heran juga kenapa ia bisa begitu nyaman berbicara dan bercanda dengan pria yang bahkan belum ada sejam ia kenal. Mereka terus berjalan bersama hingga sampai di teras gedung.
"Oh, hujan." Donghae berkomentar saat melihat tetesan air hujan yang sudah sejak lama turun membasahi bumi. "Sayang sekali, aku tidak membawa payung. Bagaimana caraku berjalan ke halte busa tanpa kebasahan?" keluhnya.
Ryeowook menatapnya sebentar sebelum meraih satu payung lipat dalam tasnya. "Pakai saja payung punyaku, Hyung."
"Bagaimana dengan dirimu?" tanya Donghae.
"Oh, aku sih tidak masalah. Suamiku akan menjemputku tidak lama lagi," akunya.
Pengakuan Ryeowook sukses membuat Donghae bagai tersambar petir—namun ia cukup pintar untuk menyembunyikan keterkejutannya itu. Apa katanya tadi? Pria mungil dihadapannya ini sudah memiliki suami?
Jika kau menyangka Donghae terkejut karena pria dihadapannya ini adalah seorang homosexual, maka kau salah. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Bukankah sahabatnya, Eunhyuk dan istrinya, Sungmin juga sama-sama pria? Dan kalau boleh jujur, ia sendiri juga memiliki orientasi yang sama. Yang membuatnya terkejut adalah karena ia sama sekali tidak menyangka jika Ryeowook sudah memiliki suami.
"Oh, itu dia sudah datang," ucap Ryeowook saat melihat mobil berhenti tak jauh di depan mereka. Pintunya terbuka, menampakkan Kyuhyun dengan payung terkembang di tangannya yang lalu menghampiri mereka.
Ryeowook menyodorkan payung itu ke tangan Donghae yang hanya menerimanya dengan tertegun.
"Sampai jumpa, Hyung!" Ryeowook melambai lalu berlari menghampiri Kyuhyun, tanpa menunggu suaminya itu sampai di hadapannya. Kyuhyun terlihat merangkul bahunya dan mereka berjalan bersama menembus hujan, meninggalkan Donghae sendirian, tampak sibuk berpikir.
'Ya. Kita memang harus berjumpa lagi.' Ia tersenyum dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Dikembangkannya payung ungu milik Ryeowook, lalu berjalan menembus hujan sendirian.
.
.
*END atau TBC? Kekeke~*
.
Mau dilanjut atau nggak? Terserah reader dah..haha..yang udh nyasar dan terlanjur baca, jangan lupa review yak. Dan reviewr yg baik tidak akan nge-bash characternya kay~^^
See ya next time *if u want* XD
Regards,
Ananda Lee
